Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KE-1

Hakekat dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar, dan


Pembelajaran, serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Mata Kuliah
ANALISIS PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DAN
PEMBELAJARAN

Oleh:
Fuja Novitra
18169009

Dosen Pembina:
Prof. Dr. Neviyarni S, M.S.

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

1
DAFTAR ISI

MIND MAPPING ……………………………………………………………………………………………… ii


ARTIKEL ………………………………………………………………………………………………………….. 1
Abstrak ………………………………………………………………………………………………......... 1
A. Pendahuluan ……………………………………………………………..…………………………. 1
B. Pembahasan ..………………………………………………………………………………………. 2
1. Hakikat dan Konsep Dasar Psikologi Pendidikan …………………………….. 2
a. Pengertian Psikologi Pendidikan ……………………………………………… 2
b. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan ………………………..... 3
c. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek
Pendidikan ………………………………………………………………………………. 3
d. Metode-metode dalam Psikologi Pendidikan ………………………….. 4
2. Hakikat dan Konsep Dasar Belajar ………………………………………………….. 5
a. Pengerian Belajar ……………………………………………………………………. 5
b. Ciri-ciri Belajar ………………………………………………………………………... 5
c. Jenis-jenis Belajar ……………………………………………………………………. 5
d. Prinsip-prinsip Belajar ……………………………………………………………… 5
e. Teori Belajar ……………………………………………………………………………. 6
3. Hakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran ……………………………………….. 7
a. Pengerian Pembelajaran …………………………………………………………. 7
b. Ciri-ciri Pembelajaran ………………………………………………………………. 7
c. Prinsip Pembelajaran ………………………………………………………………. 8
d. Metode Pembelajaran …………………………………………………………….. 8
e. Pendekatan Pembelajaran ………………………………………………………. 9
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran ……….. 10
C. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………….. 11
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………….. 12
Soal-soal …………………………………………………………………………………………………….. 13
Yel-yel ……………………………………………………………………………………………………….. 15

i
MIND MAPPING

ii
HAKEKAT DAN KONSEP-KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN, BELAJAR, DAN
PEMBELAJARAN, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Oleh:
Fuja Novitra
Program Studi Doktor Ilmu Pendidikan
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang
e-mail: fujano47@gmail.com

Abstrak: Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang dari psikologi dan
merupakan suatu ilmu pengetahuan. Psikologi pendidikan merupakan ilmu
pengetahuan yang menghimpun tentang tingkah laku manusia dalam belajar,
pembelajaran, dan pengajaran. Psikologi pendidikan dapat menggambarkan
akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori dalam proses pembelajaran,
karena psikologi pendidikan didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologi. Hasil-
hasil tersebut menghasilkan konsep, teori, metode, dan strategi yang utuh, sehingga
hal tersebut disistematisasikan menjadi rangkaian sumber pendekatan dalam
kependidikan, khususnya proses pembelajaran. Oleh karena itu, psikologi pendidikan
mampu membantu pendidik dalam melaksanakan tugas tugas dalam proses
pembelajaran secara efektif.
Kata Kunci: Psikologi Pendidikan, Belajar, Pembelajaran

A. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang diamanatkan di dalam kurikulum, bahwa proses
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik merupakan subjek belajar
yang berusaha mengekplorasi dirinya hingga mampu menguasai kompetensi
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, pendidik berperan sebagai
fasilitator yang mengontrol dan membimbing peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran pada dasarnya ditentukan oleh pendidik.
Artinya, pendidik merupakan ujung tombak keberhasilan pencapaian kompetensi
belajar peserta didik. Sehubungan dengan capaian tersebut, hal-hal yang berkaitan
dengan karakteristik peserta didik sebagai individu juga merupakan bagian yang
mempengaruhi jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik perlu
mengupayakan proses pembelajaran dengan pendekatan yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik yang mana merupakan kumpulan individu dalam sebuah
kelas yang heterogen. Dalam memahami karakteristik peserta didik tersebut,
psikologi pendidikan merupakan pemandu utama bagi pendidik dalam menentukan

1
pendekatan atau strategi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran dengan
maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, psikologi pendidikan bersinergi secara holistik di
dalam proses pembelajaran. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai kompas
atau penunjuk arah bagi guru untuk menentukan pendekatan ataupun strategi
pembelajaran berdasarkan gaya belajar peserta didik dengan tepat.

B. PEMBAHASAN
1. Hakikat dan Konsep Dasar Psikologi Pendidikan
a. Pengertian Psikologi Pendidikan
Pengertian psikologi pendidikan dapat dilihat dari dua sudut, yakni etimologi
dan terminologi. Menurut etimologi psikologi pendidikan berasal dari kata “psyche”
yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Kemudian secara terminologi,
psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang memperlajari atau menyelidiki pernyataan
pernyataan (Sujanto, A., 1985). Adapun gejala jiwa yang menjadi obyek pembahasan
dalam psikologi adalah gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (emosi), gejala
kehenak (konasi), dan gejala campuran (kombinasi) (Mahmud, M. Dimyati, 1990).
Psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental (George A. Miller, 1991) atau
tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitar (Robert S. Woodworth dan
Marquis, DG. 1957) baik yang berupa manusia lain maupun yang bukan manusia
(Lester D. Crow dan Allice Crow, 1984). Psikologi memang tidak hanya terbatas pada
tingkah laku manusia saja, tetapi juga tingkah laku hewan. Namun, secara lebih
spesifik studi psikologi sering dikaitkan dengan kehidupan manusia.
Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya hubungan psikologi dengan sosiologi,
antropologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, biologi, ilmu alam, filsafat, dan ilmu
pendidikan. Hubungan ini biasanya bersifat timbal balik. Salah satu contohnya adalah
hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan, sehingga lahirlah namanya psikologi
pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Akan tetapi pendidikan merupakan hasil
dari transeletasi peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “peadagogie”. Adapun
etimologi kata Peadagogie adalah “pais” yang artinya “anak” dan “again” yang
terjemahannya adalah “bimbing”. Jadi terjemahan bebas kata peadagogie berarti
“bimbingan yang diberikan kepada anak”. Menurut termonologi yang lebih luas maka
pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental (Sudirman. dkk, 1992).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

2
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003). Artinya, pendidikan
ditujukan untuk membentuk sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik.
Paparan makna kata psikologi dan pendidikan di atas dapat dijadikan dasar
untuk melihat lebih jauh mengenai pengertian psikologi pendidikan. Psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berlandaskan riset
psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu guru
dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif (Berlow, 1985).
b. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi pendidikan berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang
berguna dalam hal-hal sebagai berikut: (1) Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam
kelas, (2) Pengembangan dan pembaharuan kurikulum, (3) Ujian dan evaluasi bakat
dan kemampuan, (4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut
dengan pendayagunaan ranah kognitif, (5) Penyelenggaraan pendidikan keguruan
(Robert, 1988).
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan. Psikologi dengan ilmu
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin
bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia mulai sejak ia lahir sampai mati.
Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibarengi dengan psikologi.
Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Oleh
karena begitu eratnya hubungan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, maka
lahirlah yang namanya psikologi pendidikan.
Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui
prilaku anak didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Kalau
demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak
didik yang seperti itu dan memotivasinya agar tetap dalam keadaan yang semangat
dalam belajar. Selain untuk mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis
ini juga dapat mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang
lebih bijaksana dalam menghadapi keanekaragaman karakteristik anak didiknya.
Seorang pendidik memang sangat membutuhkan pengetahuan seperti ini, agar dalam
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan tentunya
dapat berhasil mencapai tujuan dengan cemerlang sesuai dengan lembaga
pendidikan itu. Untuk itu antara psikologi dengan ilmu pendidikan tidak dapat
dipisahkan, karena tanpa adanya psikologi, maka seorang guru atau pendidik tidak
akan mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar di dalam kelas.
c. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan
Psikologi menjadi bahan dasar dalam proses belajar mengajar (teaching
learning process) antara pendidik dan peserta didik. Dengan kata lain, psikologi

3
pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan,
diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem
penilaian.
Manusia memiliki karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda,
serta kebutuhan yang berbeda pula, sehingga tidak mustahil akan ada sekelompok
peserta didik yang tidak cocok dengan sistem pendidikan yang berlaku. Dengan
demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya
memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi
tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-
karakteristik individu lainnya.
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran, dengan adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti
teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya,
teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang
menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-
teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses
pembelajaran.
Selain itu, psikologi pendidikan juga berkontribusi terhadap penilaiain
pendidikan. Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui
kajian psikologi dapat dipahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di
samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran
potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.
d. Metode-metode dalam Psikologi Pendidikan
Ilmu pengetahuan psikologi secara metodis dan secara prinsipil sangat
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam (Kartono, 1981). Penyebabnya adalah pada
ilmu pengetahuan alam orang meneliti objeknya secara murni ilmiah dengan
menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang dapat diamati
dengan cermat. Sebaliknya psikologi berusaha mempelajari diri manusia bukan
sebagai objek murni, tetapi meninjau manusia dalam kemanusiaannya, mempelajari
manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-sifat tertentu.

4
Akan tetapi, metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan tidak jauh
berbeda dengan psikologi lainnya, hanya lebih diarahkan pada upaya peningkatan
kemampuan guru dalam proses pendidikan dan pengajaran. Metode tersebut
meliputi usaha mengumpulkan data, pengolahannya dan penyimpulannya. Adapun
metode-metode tersebut adalah metode eksperimental, observasi, survey, tes, dan
riwayat kasus (Atkitson dkk, 1983).

2. Hakikat dan Konsep Dasar Belajar


a. Pengerian Belajar
Belajar adalah proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ketiga ranah tersebut
tertuju pada bahan belajar tertentu. Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan
sikap (Winkel, 1987). Perubahan tersebut terjadi melalui latihan atau pengalaman
(Wittaker, 1976). Oleh karena itu, belajar adalah bagian dari proses dasar dari
perkembangan hidup peserta didik.
b. Ciri-ciri Belajar
1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan (Surya, 1997).
c. Jenis-jenis Belajar
1) Belajar isyarat (signal learning).
2) Belajar stimulus respon (stimulus-respon learning)
3) Belajar merantaikan (chaining).
4) Belajar asosiasi verbal (verbal association).
5) Belajar membedakan (discrimination).
6) Belajar konsep (concept learning).
7) Belajar dalil (rule learning).
8) Belajar memecahkan masalah (problem solving) (Gagne, 1997).
d. Prinsip-prinsip Belajar
1) Subsumption, yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman terhadap pola-
pola ide yang telah lalu yang telah dimiliki. Ilmu yang dipelajari oleh pelajar dari

5
berbagai bidang akan menjadi struktur kognitif yang boleh diasimilasikan melalui
proses subsumption.
2) Organizer, yaitu usaha mengintegrasikan pengalaman lalu dengan pengalaman
baru sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman. Dengan prinsip ini, diharapkan
pengalaman yang diperoleh itu bukan merupakan pengalaman yang satu dengan
yang lainnya hanya berangkai-rangkai saja, yang mudah lepas dan hilang kembali.
3) Progressive differentiation, yaitu bahwa di dalam belajar, sesuatu yang lebih
umum harus lebih dulu muncul sebelum sampai kepada sesuatu yang lebih
spesifik. Dalam proses belajar bermakna, perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Dengan metodenya yaitu unsur yang paling umum
dan inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail,
sehingga proses pembelajaran dari umum ke khusus, dan disertai dengan contoh-
contoh.
4) Consolidation, yaitu suatu pelajaran harus terlebih dahulu dikuasai sebelum
melanjutkan pada pelajaran berikutnya. jika pelajaran tersebut menjadi dasar
untuk pelajaran selanjutnya, pemantapan materi disajikan dalam berbagai
bentuk seperti peserta didik diberikan banyak contoh atau latihan sehingga
peserta didik bisa lebih paham dan selanjutnya akan siap menerima materi baru.
5) Integrative reconciliation, yaitu bahwa ide atau pelajaran baru yang dipelajari itu
harus dihubungkan dengan ide pelajaran yang telah dipelajari lebih dulu (Ausubel,
1968).
e. Teori Belajar
1) Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
2) Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang
didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli teori belajar ini berupaya
menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam
aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh,
mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois, 1985). Tekanan
utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan
pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya (long-term memory).
Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan
menyeleksi informasi untuk diproses.

6
3) Teori Belajar Konstruktivisme
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses
pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu
teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara
aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri
mereka masing-masing.
Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang
memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi
dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan
yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing.
4) Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif. Ibu, yang
dicontohkan di atas hanya melihat kegiatan belajar anaknya dari sisi afektif semata
tanpa menyadari bahwa sisi afektif (perasaan) dan konatif (psikomotorik) turut pula
berperan dalam belajar (Rogers, 1969).
5) Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan.

3. Hakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran


a. Pengerian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu
(Corey, Gerald. 1986). Pembelajaran merupakan kegiatan yang terprogram dalam
desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar (Mahmud dan Mudjiono, 2002),
disusun untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik
yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, 1979) untuk mencapai tujuan kurikulum
(Duffy dan Roehler, 1989).
b. Ciri-ciri Pembelajaran
1) Menarik perhatian (gaining attention)
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives)

7
3) Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior
learning)
4) Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus
5) Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance)
6) memperoleh kinerja/penampilan peserta didik (eliciting performance)
7) memberikan balikan (providing feedback)
8) Menilai hasil belajar (assessing performance)
9) Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer)
(Gagne, Robert, 1997).
c. Prinsip Pembelajaran
1) Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang
terjadi sebelumnya.
2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan peserta didik.
3) Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4) Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6) Situasi mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan peserta didik selama proses peserta didik belajar.
7) Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan
balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu peserta didik.
8) Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat
dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9) Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang
lebih sederhana.
10) Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila peserta didik diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11) Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik sangat bervariasi, ada yang
maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12) Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik
bagi dirinya untuk membuat respon yang benar (Gagne, Robert, 1997).
d. Metode Pembelajaran
Menentukan bagaimana cara-cara pembelajaran yang baik bukanlah suatu hal
yang mudah. Banyak penelitian yang telah digunakan oleh para ahli psikologi untuk
menentukan cara-cara pembelajaran yang baik. Metode dan teknik pembelajaran
adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

8
pembelajaran tersebut. Operasionalisasi dari satu atau lebih metode-metode
pembelajaran direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan strategi
pembelajaran yang telah ditetapkan.
1) Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari
seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada
penceramahdan komunikasi yang terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai, terutama untuk
bidang non esakta.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan tersebut merupakan perangsang yang
baik dalam pemahaman suatu informasi. Umumnya pada setiap kegiatan belajar
mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan pembelajaran
dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Suatu pengajaran disajikan melalui
tanya jawab jika pelajaran disajikan melalui tanya jawab.
Metode Diskusi
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif. Ketika salah satu peserta didik menyampaikan informasi
tertentu, maka yang lain mendengarkan. Dalam diskusi ini diperlukan keaktifan
peserta didik. Ada tiga tujuan pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan metode
diskusi, yaitu sebagai berikut.
3) Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan yang hanya pura-pura saja. Metode simulasi ini biasa
dilakukan untuk melatih keterampilan tertentu dan memperoleh pemahaman
tentang sesuatu konsep tertentu. Bentuk simulasi ini misalnya role playing,
sosiodrama dan permainan.
4) Metode Demonstrasi
Metode demostrasi merupakan metode yang dilakukan untuk
memperlihatkan cara kerja dan proses terjadinya sesuatu. Metode ini diharapkan
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik atas pertanyaan-pertanyaan seperti
bagaimana cara mengaturnya, bagaimana proses bekerjanya, bagaimana proses
mengerjakannya dan lain-lain.
5) Metode Pemberian Tugas
Dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang sesuatu hal, perlu
dilakukan dengan pemberian tugas atau pekerjaan tertentu.Pemberian tugas
tersebut dilakukan dengan maksud tertentu misalnya melatih analisa peserta didik
tentang pelajaran tertentu, memecahkan masalah, mengklasifikasi masalah dan
sebagainya.

9
e. Pendekatan Pembelajaran
Pada dasarnya belajar dapat dilakukan di mana saja. Saat ini informasi dapat
diterima dengan mudah melalui media-media tertentu sebagai sumbernya, misalnya
radio, televisi, film, surat kabar, majalah dan lain.lain. Pesan-pesan yang diperoleh
melalui informasi yang diterima tadi perlu pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelolanya. Untuk itu, perlu pemahaman mengenai pendekatan-pendekatan
belajar dalam membelajarkan peserta didik. Pendekatan pembelajaran ini merupakan
suatu panutan yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik peserta didik dalam pengolahan pesan, sehingga tercapai sasaran
belajar. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan
oleh peserta didik. Beberapa pendekatan pembelajaran adalah pendekatan
kontruktivisme, pendekatan problem solving, pendekatan open-ended, dan
pendekatan realistic, dan masih banyak lagi pendekatan pembelajaran yang lainnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran


a. Eksternal
1) Faktor-faktor nonsosial dalam belajar
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah lingkungan alamiah.
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, ataupun malam),
tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat
tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang bisa disebut alat-alat
pelajaran).
Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor
lain yang belum disebutkan harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu
(menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau
tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak
terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula
alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-
syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.
2) Faktor-faktor sosial dalam belajar
Yang dimaksud dengan faktor-faktor social di sini adalah faktor manusia
(sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang-orang atau orang lain pada
waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu. Misalnya, kalau
satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain
bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau
dua orang hilir mudik ke luar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Kecuali

10
kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu, mungkin juga
oarng lain itu hadir tidak langsung anatau dapat disimpulkan kehadirannya, misalnya
saja potret dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang, suara nyanyian
yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan
presentasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial seperti yang telah
dikemukakan di atas pada umumnya bersifat mengangggu proses belajar dan
prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu konsentrasi,
sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal-hal yang dipelajari atau aktivitas
belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor-faktor tersebut harus diatur,
supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.
b. Internal
1) Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
ini dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang
segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar,
keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam
hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera.
Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan
pancainderanya. Baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini
diantara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah
mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk
menjaga, agar pancaindera anak-didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik
penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya
adanya pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta
perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik
di kelas (pada sekolah-sekolah), dan sebagainya.
2) Faktor-faktor psikologi dalam belajar
a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,
b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju,
c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman,
d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun kompetensi,
e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan
f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar (Arden, 1961).

11
C. KESIMPULAN
Psikologi pendidikan merupakan salah satu disiplin ilmu yang berisi
pemaparan tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk
kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian manusia. Semua
gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam pada
psikologi pendidikan.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya melalui praktik atau latihan. Oleh karena itu, belajar terdiri
atass beberapa jenis: belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar
teoretis, belajar konsep, belajar kaidah, belajar berpikir, belajar keterampilan
motorik, dan belajar estetis.
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh
pendidik dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada
peserta didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran dipengaruhi oleh metode yang
dapat dipilih oleh pendidik, di antaranya metode ceramah, metode tanya jawab,
metode disksusi, metode simulasi, metode demonstrasi, dan metode pemberian
tugas.

DAFTAR PUSTAKA
Arden N. Frandsen. 1961. The Principles of Learning and Teaching.
Atkinson. Rita L., Atkinson. Richard C., dan Hilgard. Ernest R. 1983. Pengantar
Psikologi jilid 1-edisi kedelapan (terjemahan Nurdjannah Taufiq dan Rukmini
Barhana). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ausubel, David. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Berlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology. Chicago: The Mody Bible
Institute.
Corey, Gerald. 1986. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Brooks.
Duffy dan Roehler. 1989. Improving Classroom Reading Instruction. New York: Radom
Hause
Gagne, Robert. 1997. Principles of Instructional Design. New York: Harcourt.
Gagne dan Briggs.1979. Principles Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
George A. Miller. 1991. Psychology: The Science of Mental Life. Penguin Books Ltd.
Kartono, Kartini. 1981. Phatologi Sosial Jilid I. Bandung: Rajawali Press.

12
Lefrancois. 1985. Psychology for Teaching. Wadsworth Publishing Company.
Lester D. Crow dan Allice Crow. 1984. Psikologi Pendidikan Jilid 1 (Terj. Z.Kasizan).
Surabaya: Bina Ilmu.
Mahmud, M. Dimyati. 1990. Psikologi: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Mahmud dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Robert, Arthur S. 1988. The Pinguin Distionary of Psychology. Ringwood Victoria:
Pinguin Book Autralia Ltd.
Robert S. Woodworth dan Marquis, DG. 1957. Psychology. New York: Holt, Rinehart
and Winston.
Rogers, Carl. 1969. Freedom of Learn: A View of What Education Might Become. Ohio:
Charles Merill.
Sudirman N. dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sujanto, A. 1985. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, Mohamad. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: PPB.
UU RI No. 20 Tahun 2003
Winkel, WS. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wittaker, James O. 1976. Introduction to Psychology. WB Saunders Company

Soal-soal
Pilihan Ganda
1. Objek psikologi pendidikan, kecuali . . .
a. hereditas dan lingkungan
b. pertumbuhan dan perkembangan
c. potensial dan karakteristik tingkah laku
d. sosiologi dan budaya
e. evaluasi hasil pendidikan
2. Salah satu perwujudan hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan adalah . . .
a. metode ilmiah
b. mutu pendidikan
c. pengembangan kurikulum
d. sarana pendidikan
e. lingkungan pendidikan

13
3. Metode dalam psikologi pendidikan berbeda dengan ilmu lain, karena metode
psikologi pendidikan . . .
a. meninjau manusia dalam kemanusiaannya
b. meneliti objeknya secara murni ilmiah
c. mengukur tingkat kecerdasan
d. dikembangkannya berbagai tes psikologis
e. mengikuti kegiatan pendidikan
4. Di dalam proses pembelajaran, para siswa dihadapkan dengan situasi di mana ia
bebas untuk mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba
(trial and error), mencari dan menemukan keteraturan (pola), menggeneralisasi
atau menyusun rumus beserta bentuk umum, membuktikan benar tidaknya
dugaannya itu. Hal ini merupakan penerapan teori belajar . . .
a. sibernetik
b. humanistik
c. behaviorisme
d. konstruktivisme
e. kognitivisme
5. Behaviorisme dengan memusatkan pada hukum alam merupakan filsafat
behaviorisme tentang..
a. Realisme
b. Positivisme
c. Materialisme
d. Primitivism
e. kognitivisme

Esai
1. Mengapa psikologi pendidikan menjadi sangat penting untuk dipahami dan
diterapkan oleh guru saat menfasilitasi proses pembelajaranya?
Jawaban: Psikologi pendidikan mempunyai peranan sangat penting bagi seorang
guru dan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Karena di dalam psikologi
pendidikan ada materi yang memuat tentang segala aspek yang berhubungan
dengan kejiwaan dan pola fikir seorang anak. Karena adanya psikologi
pendidikan, guru lebih memahami bagaimana caranya mempengaruhi anak didik
dalam mendidik sesuai dengan usia mereka, memahami cara-cara khusus dalam
melakukan pendekatan dengan mereka.
2. Berikan contoh manfaat apabila seorang guru memahami psikologi pendidikan
dalam proses belajar-mengajar?
Jawaban:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

14
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
c. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
f. Berinteraksi secara tepat dengan peserta didiknya.
g. Menilai hasil pembelajaran yang adil
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran dilihat dari fungsi
guru dan peserta didik serta apa persamaan dan perbedaan kedua konsep
tersebut?
Jawaban: Belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman, yang menghasilkan kemampuan, perolehan keterampilan, dan
perubahan sikap yang dapat dikuasai manusia secara bertahap.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa.
Persamaan dari kedua konsep tersebut ialah dimana guru dan peserta didik
sama-sama memiliki tujuan untuk keberhasilan tercapainya hasil belajar yang
baik. Perbedaan dari kedua konsep tersebut terletak pada peran antara guru
dengan peserta didik. Guru berperan sebagai model, fasilitator, motivator bagi
peserta didik, atau dengan kata lain guru memiliki peran sebagai pemberi
pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta didik.
Bagi peserta didik, memiliki peran dalam konsep ini sebagai penerima
pengalaman yang telah rancang untuknya, untuk kemudian diserap dan
dikembangkan dengan baik oleh peserta didik.

Yel-yel
Selamat Pagi! Pagi! Pagi! Pagi! Para Mahasiswa S3 Huuuu!
Ayo Semua Teriakkan! Psikologi pendidikan…Mempermudah dalam pembelajaran!
Psikologi pendidikan!!! Yes! Yes! Yes!

15

Anda mungkin juga menyukai