Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis yang berkembang secara tidak langsung memberikan

peluang atau kesempatan lapangan pekerjaan yang semakin beragam untuk semua

angkatan kerja. Dalam hal ini, misalnya yang termasuk sebagai salah satu angkatan

kerja yaitu sarjana ekonomi khususnya dari jurusan akuntansi baik dari universitas

negeri maupun universitas swasta. Dalam perkembangan dunia bisnis harus selalu

didukung dengan pendidikan akuntansi agar dapat menghasilkan lulusan sarjana

akuntansi yang berkualitas dan siap bersaing di dunia kerja, oleh karena itu

diperlukan desain pendidikan akuntansi yang relevan terhadap dunia kerja, dalam

hal ini dunia kerja bagi sarjana akuntansi.

Secara umum, sarjana akuntansi memiliki beberapa langkah karir yang

dapat ditempuh. Pertama, sarjana akuntansi setelah lulus dapat langsung menjadi

seorang wiraswasta yang menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau menjadi

karyawan dalam suatu perusahaan swasta ataupun instansi pemerintah. Kedua,

mereka lulusan sarjana akuntansi dapat memilih untuk melanjutkan pendidikan

akademik jenjang strata 2, setelah menyelesaikan pendidikan ini mereka dapat

bekerja sebagai staff pengajar atau seorang dosen di perguruan tinggi negeri

ataupun swasta. Dan ketiga, bagi mereka yang memilih menjadi seorang akuntan

publik, terlebih dahulu mereka harus melanjutkan ke Pendidikan Profesi Akuntan.


2

Ada beberapa jenis profesi yang dapat dijalankan oleh mahasiswa

akuntansi yang telah menjadi sarjana, yaitu sebagai Akuntan Publik, Akuntan

Perusahaan, Akuntan Pendidik dan Akuntan Pemerintah.Seorang mahasiswa dalam

merencanakan karirnya tentu mempunyai pertimbangan atau faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam menentukan karir yang akan dipilih. Hal apa yang menjadi

latar belakang pemilihan karir tersebut dan apa yang diharapkan mahasiswa dari

pilihannya tersebut merupakan pertanyaan penting dalam pemilihan karir. Dalam

memilih karir yang akan dijalaninya, mahasiswa akuntansi memiliki berbagai

pertimbangan untuk memilih karir apa yang akan dijalaninya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terdiri dari penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai

sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas (Yuanita

Widyasari, 2010).

Pada saat ini telah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA), tepatnya sejak akhir tahun 2015 lalu. Dalam hal ini MEA dapat menjadi

peluang atau bahkan ancaman bagi para akuntan yang berada di Indonesia, karena

akuntan termasuk salah satu dari delapan profesi yang akan bersaing dalam MEA,

selain akuntan terdapat pula insiyur atau sarjana teknik, arsitek, tenaga pariwisata,

dokter gigi, tenaga survey, praktisi medis dan perawat (www.liputan6.com, 2016).

Lebih lanjut dijelaskan dalam www.iaiglobal.or.id, dengan adanya pasar bebas

ASEAN tersebut eksodus akuntan dari luar negeri bakal lebih banyak lagi dan

dengan cara-cara yang mudah. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi jumlah

lapangan pekerjaan yang tersedia bagi akuntan.


3

Di Indonesia sendiri, perbandingan ketersediaan akuntan profesional

dengan kebutuhan dunia kerja, masih cukup timpang. Data terakhir menunjukkan,

setidaknya dibutuhkan sekitar 452 ribu akuntan. Padahal data dari IAI mencatat

hanya tersedia kurang dari 25 ribu akuntan profesional. Namun, jika dibanding

dengan negara-negara ASEAN seperti Singapura memiliki 28.891 akuntan,

Malaysia 31.815 akuntan, Philipina punya 18.214 akuntan dan Thailand memiliki

62.739 akuntan (www.iaiglobal.or.id, 2014).

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah Akuntan

No Negara PAO Januari 2015


1 Brunei BICPA 56
2 Cambodia KICPAA 291
3 Indonesia IAI 24.587
4 Lao PDR LICPA 176
5 Malaysia MIA 31.815
6 Myanmar MAC 1.948
7 Philippines PICPA 18.214
8 Singapore ICPAS 28.891
9 Thailand FAP 62.739
(incl. Bookkeepers)
10 Vietnam VAA 9.800
Total 178.517

Sumber : IAI 2014

Jumlah akuntan yang terdaftar di asosiasi profesi akuntan di Indonesia (IAI),

masih terbilang sedikit. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di

Indonesia yang saat ini kira-kira 250 juta jiwa, memberikan perbandingan yang

tidak seberapa antara jumlah akuntan dengan jumlah penduduk. Dikhawatirkan,

dengan masih kurangnya jumlah akuntan di negara Indonesia memberikan peluang

besar bagi akuntan profesional dari negara tetangga


4

Grafik 1.1

Perbandingan Lulusan Akuntansi Negara-Negara ASEAN

Vietnam, 2000,
Brunei , 250, 0%
3%

Thailand, 20000,
25%

Indonesia,
35000, 44%

Singapore, 1000,
1%

Philipina, 15000,
19%
Malaysia, 5000, Laos PDR, 1080,
6% 2%

Sumber: IAI 2014

Seperti pada grafik diatas rata-rata lulusan Akuntasi dari berbagai perguruan

tinggi di Indonesia sebanyak 35.000-an orang (44%). Jumlah yang lumayan besar

dibanding dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapore, Philiphina

dan Thailand. Patut dipertanyakan, kemanakah para lulusan akuntansi itu ? Hal ini

jelas menjadi tantangan profesi untuk menyiapkan para lulusan akuntansi itu

menjadi akuntan profesional. Melihat data yang telah ada dan terus berkembang

sampai saat ini, bila para akuntan profesional di Indonesia tidak bisa menyediakan

atau mencukupi jumlah akuntan profesional maka kita harus menghadapai

kenyataan akan akuntan negara lain bisa menguasai permintaan pasar karena

kurangnya kemampuan dari akuntan dalam negeri Indonesia yang belum bisa

memenuhi kebutuhan pasar (www.tagar.id, 2019).


5

Menurut data IAI (2015) setidaknya terdapat 226.780 organisasi yang

membutuhkan tenaga akuntan untuk menyusun laporan keuangan dengan baik.

Jumlah tersebut terbagi atas Lembaga-lembaga pemerintah, dunis bisnis, dan

organisasi-organisasi lain yang non pemerintah dan non bisnis di Indonesia. Berikut

adalah data mengenai lembaga pemerintah, dunia bisnis, dan organisasi lain yang

membutuhkan akuntan.

Tabel 1.2

Lembaga Pemerintah, Dunia Bisnis, dan Organisasi di Indonesia

No. Organisasi Jumlah


1 Pemerintah Kabupaten 398
2 Pemerintah Kota 93
3 Provinsi 34
4 Kementrian 34
5 LPNK 28
6 BUMN 141
7 BUMD 1.007
8 Perusahaan Publik 4.042
9 Yayasan >100.000
10 Koperasi 108.000
11 Perguruan Tinggi 4.000
12 Partai Politik 14
13 LSM >10.000

Sumber : IAI, 2015

Minimnya jumlah akuntan profesional di Indonesia saat ini merupakan hal

yang perlu diperhatikan bagi asosiasi akuntan di Indonesia. Asosiasi akuntan di

Indonesia perlu melakukan upaya untuk mendorong lahirnya para akuntan muda

dan profesional yang baru, khususnya mahasiswa jurusan akuntansi. Hal ini

menjadi menarik untuk diteliti perihal faktor apa saja yang mempegaruhi pemilihan

karir oleh mahasiswa akuntansi sehingga asosiasi akuntan ataupun akademisi di


6

Indonesia dapat melakuka pendekatan yang tepat untuk mendorong lahirnya para

akuntan muda dan profesional yang baru.

Dilihat dari sisi mahasiswa, banyak pertimbangan dari mahasiswa dalam

pemilihan karir di masa mendatang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

karir mahasiswa dan jenis profesi yang akan mereka jalani merupakan hal yang

menarik untuk diteliti karena dengan diketahuinya pilihan profesi yang diminati

mahasiswa, maka dapat diketahui alasan seseorang memilih profesi tersebut

(Rahayu, dkk., 2003). Hasil penelitian Sulistyawati (2013) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan pandangan mengenai faktor penghargaan finansial, pelatihan

profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar

kerja. Sedangkan untuk faktor nilai-nilai sosial dan personalitas tidak terdapat

perbedaan pandangan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas serta

terdapatnya fenomena terkait pemilihan profesi akuntan, maka penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi”


7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dapat di

identifikasi beberapa masalah yang ditemui dalam penilitian ini yaitu :

1. Terdapat ketimpangan antara jumlah akuntan profesional yang dibutuhkan

dengan jumlah yang tersedia. Padahal jumlah lulusan akuntansi di Indonesia

lumayan besar dibanding negara-negara ASEAN seperti Malaysia,

Singapore, Philiphina dan Thailand.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah Penghargaan Finansial berpengaruh terhadap minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi?

2. Apakah Pelatihan Profesional berpengaruh terhadap minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi?

3. Apakah Pengakuan Profesional berpengaruh terhadap minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi?

4. Apakah Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi?

5. Apakah Pertimbangan Pasar Kerja berpengaruh terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi?


8

6. Apakah Penghargaan Finansial, Pelatihan Profesional, Pengakuan

Profesional, Lingkungan Kerja dan Pertimbangan Pasar Kerja berpengaruh

terhadap minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data

informasi yang mendukung mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Selain itu sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Studi Akuntansi jenjang Strata 1 (satu) di Universitas

Sangga Buana YPKP Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Penghargaan Finansial terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Profesional terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pengakuan Profesional terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

4. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan Kerja terhadap terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.


9

5. Untuk mengetahui pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

6. Untuk mengetahui pengaruh Penghargaan Finansial, Pelatihan Profesional,

Pengakuan Profesional, Lingkungan Kerja dan Pertimbangan Pasar Kerja

terhadap minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

kontribusi dalam pengembangan ilmu kepada peneliti dan pembaca, dan dapat

dijadikan sebagai dasar referensi untuk menambah pengetahuan dan memberikan

informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat pilihan karir

mahasiswa akuntansi.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai infomasi untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dibidang akuntansi, serta dapat menjadi

tolak ukur mahasiswa akuntansi dalam menentukan pilihan karinya.

1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.6.1 Landasan Teori

Setiap mahasiswa untuk menentukan karirnya pastinya mempunyai minat

untuk berkarir sesuai dengan bidangnya atau sesuai dengan yang di cita-citakannya.

Dalam bukunya, Hadis A. & Nurhayati (2010:44) menjelaskan bahwa minat dapat

diartikan:
10

“Sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu


objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak
hidup.”

Karir pada umumnya diartikan sebagai ide untuk terus bergerak keatas

dalam garis pekerjaan yang dipilih seseorang, bergerak keatas berarti berhak atas

pendapatan yang lebih besar, serta mendapatkan status, prestise dan kuasa lebih

besar. Meskipun biasa dibatasi pada garis pekerjaan yang menghasilkan uang.

Dengan demikian karir terdiri dari urutan pengalaman atau suatu rangkaian kerja

yang dipegang selama kehidupan seseorang yang memberikan kesinambungan,

ketentraman dan harapan untuk maju sehingga menciptakan sikap dan perilaku

tertentu (Reni Yendrawati, 2007).

Akuntan menurut pekerjaan yang dilakukannya dapat dibagi atas Akuntan

Pemerintah, Akuntan Publik, Akuntan Perusahaan, dan Akuntan Pendidik. Akuntan

Pemerintah terdiri dari mereka yang bertugas di perusahaan – perusahaan negara,

bank–bank, pemerintah, akuntan pajak, Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan

Negara dan lain- lain. Akuntan Perusahaan dapat menjalankan tugansya sebagai

akuntan yang mengatur pembukuan dan pembuatan ikhtisar – ikhtisar keuangan,

atau membuat sistem akuntansi perusahaan. Akuntan Pendidik adalah profesi

akuntan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa jasa pendidikan

akuntansi di lembaga–lembaga pendidikan. Dan Akuntan Publik atau akuntan

pemeriksa (auditor) yang memberikan pelayanan akuntansi kepada masyarakat atas

keperluannya dalam bidang akuntansi (Oktavia, 2005).


11

Dalam menghadapi fenomena akuntansi setiap individu memiliki

pandangan yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan informasi yang diperoleh

akan diproses secara berbeda oleh setiap individu, sehingga pada akhirnya

keputusan yang akan diambil oleh setiap individu akan berbeda dengan individu

lainnya (Belkaoui, 2002:128).

Uang telah lama dipandang sebagai penghargaan dan untuk beberapa orang

hal itu penting dari pada apa pun yang diberikan perusahaan. Peran uang sebagai

penghargaan akan berbeda-beda menurut individu dan industri, tetapi satu hal yang

pasti adalah uang merupakan penghargaan yang penting (Luthans, 2006:153).

Menurut Rahayu, dkk (2003) pelatihan profesional meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan peningkatan keahlian. Pelatihan profesional dapat

dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial. Sedangkan

pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan

terhadap prestasi. Pada faktor pengakuan profesional mahasiswa pada umumnya

menginginkan reward atas prestasi yang diperoleh. Pengakuan profesional

berkaitan dengan pengakuan prestasi dalam menjalankan karir.

Menurut Sari (2013), lingkungan kerja merupakan sesuatu yang berkaitan

dengan sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan kerja.

Lingkungan kerja sangat mendukung dalam memilih karir. Lingkungan kerja ini

juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan karir mahasiswa.

Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan tersedianya

lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan kerja. Keamanan kerja


12

merupakan faktor dimana karir yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu

yang lama. Keamanan kerja merupakan faktor dimana karir yang dipilih dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama. Karir diharapkan bukan pilihan karir

sementara, tetapi dapat terus berlanjut sampai seseorang pensiun (Rahayu,dkk

2003).

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penghargaan
Finansial (𝑋1 )

Pelatihan
Profesional (𝑋2 ) Minat Pemilihan
Karir Mahasiswa
Akuntansi (Y)
Pengakuan
Profesional (𝑋3 )

Lingkungan
Kerja (𝑋4 )

Pertimbangan
Pasar Kerja (𝑋5 )
13

1.6.2 Studi Empiris

Studi empiris atau hasil penelitian terdahulu dalam penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan bahan acuan. Berikut

dibawah ini disajikan beberapa studi empiris yang peniliti gunakan sebagai

acuan:

Tabel 1.3

Studi Empiris

No Nama Peneliti Judul Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian


1 Yuanita Persepsi Mahasiswa - Ada perbedaan pandangan
Widyasari Akuntansi Mengenai Faktor – mahasiswa akuntansi yang dilihat
(2010) Faktor Yang Membedakan dari keinginan karir akuntan yang
Pemilihan Karir (Studi pada ditinjau dari penghargaan finansial,
Universitas Dipenogoro dan pelatihan profesional, pengakuan
UNIKA Soegijapranata) profesional, nilai–nilai sosial,
lingkungan kerja dan pertimbangan
pasar kerja. Sedangkan dari
personalitas disimpulkan bahwa
secara keseluruhan tidak ada
perbedaan pandangan mahasiswa
akuntansi.
2 Ardiani Ika Persepsi Mahasiswa - Terdapat perbedaan signifikan pada
Sulistyawati Akuntansi Mengenai Faktor- persepsi mahasiswa mengenai
(2013) Faktor yang Mempengaruhi pemilihan karir dari faktor
Pemilihan Karir penghargaan finansial, pelatihan
profesional, pengakuan profesional,
lingkungan kerja dan pertimbangan
pasar kerja.
- Faktor nilai-nilai sosial dan
personalitas terbukti tidak memiliki
perbedaan signifikan pada persepsi
mahasiswa mengenai pemilihan
karir.
3 Prima Trihutama Faktor–Faktor Yang - Faktor penghargaan finansial,
(2014) Mempengaruhi Minat Karir pelatihan profesional, lingkungan
Mahasiswa Akuntansi kerja, pertimbangan pasar kerja
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pemilihan karir baik
sebagai akuntan publik, akuntan
14

perusahaan, akuntan pendidik, dan


akuntan pemerintah.
- Faktor nilai-nilai sosial dan
pengakuan profesional tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pemilihan karir baik
sebagai akuntan publik, akuntan
perusahaan, akuntan pendidik atau
pun akuntan pemerintah.
4 Fadrul dan Nifia Analisis Faktor-Faktor yang - Faktor nilai-nilai sosial, tuntutan
(2019) Mempengaruhi Minat keluarga, penghargaan finansial dan
Mahasiswa Akuntansi lingkungan kerja memiliki pengaruh
Terhadap Profesi Akuntan yang signifikan terhadap minat
(Studi pada Universitas Riau mahasiswa akuntansi terhadap
Pekanbaru) profesi akuntan.

1.6.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik

(Sugiyono, 2017 : 63).

Berdasarkan kerangka pemikiran, hasil penelitian terdahulu dan beberapa

teori diatas, yang terlampir di atas dirumuskan bahwa hipotesis dari penelitian ini

yaitu:

H1 : Penghargaan Finansial berpengaruh signifikan terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.


15

H2 : Pelatihan Profesional berpengaruh signifikan terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.

H3 : Pengakuan Profesional berpengaruh signifikan terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

H4 : Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.

H5 : Pertimbangan Pasar Kerja berpengaruh signifikan terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

H6 : Penghargaan Finansial, Pelatihan Profesional, Pegakuan Profesional,

Lingkungan Kerja dan Pertimbangan Pasar Kerja berpengaruh signifikan

terhadap minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Universitas

Sangga Buana – YPKP yang beralamat di Jl. PHH. Mustofa No. 68, Cikutra,

Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40124. Waktu penelitian dilakukan

pada bulan April 2019 sampai dengan penelitian selesai.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minat

2.1.1 Pengertian Minat

Minat didefinisikan berbeda oleh beberapa ahli, namun memiliki tujuan

yang sama. Masing-masing ahli mendefinisikannya sesuai dengan pandangan dan

disiplin keilmuan masing-masing. Keinginan atau minat dan kemauan atau

kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan dilakukan seseorang.

Minat atau keinginan erat hubungannya dengan perhatian yang dimiliki karena

perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), arti kata minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, perhatian, kesukaan. Minat

adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa

senang (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:132).

Sedangkan menurut Slameto, (2010:180) minat adalah:

“Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.”

Hal itu berbeda dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah, (2008:133)

bahwa minat merupakan perasaan yang di dapat karena berhubungan dengan


17

sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat–minat baru. Jadi, minat

terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas

belajar berikutnya. Oleh karena itu minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas

belajar.

Dengan demikian, dari pendapat di atas dapat disimpulkan timbulnya minat

seseorang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu rasa senang atau rasa

tertarik, faktor perhatian dan faktor kebutuhan.

2.1.2 Kriteria Minat

Menurut Nursalam (2011:19), minat seseorang dapat digolongkan menjadi

3, diantaranya:

a. Rendah yaitu jika seseorang tidak menginginkan objek minat,


b. Sedang yaitu jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam
waktu segera,
c. Tinggi yaitu jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu
segera.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Menurut Hadis A. & Nurhayati (2010:33), faktor–faktor yang

mempengaruhi minat seseorang, diantaranya:

a) Kondisi Pekerjaan
Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan didukung
oleh kerja sama yang profesional, saling batu dapat meningkatkan produksi.
b) Sistem Pendukung
Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi para
pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal, misalnya
fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai, kesempatan
promosi, dan kenaikan pangkat/kedudukan.
c) Pribadi Pekerja
18

Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggan


memakai atribut bekerja, dan sikap terhadap pekerjaannya.

2.2 Karir
2.2.1 Pengertian Karir
Menurut Kasmir (2016:151) mendefinisikan karir adalah:

“Jalan kehidupan pekerjaan seseorang karyawan selama hidupnya


bekerja. Artinya selama seseorang bekerja akan mengalami perubahan
jabatan atau kepangkatan.”

Sementara itu menurut Marwansyah dalam buku Manajemen Sumber

Daya Manusia (2016:206), dari satu perspektif karir adalah serangkaian

posisi/pekerjaan yang dijalani seseorang selama hidupnya. Ini adalah karir obyektif.

Dari perspektif lain, karir meliputi perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi

yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Ini disebut karir

subyektif. Kedua perspektif ini, obyektif dan subyektif, meletakan fokus pada

individu. Keduanya menganggap bahwa orang-orang memiliki sejumlah kendali

atas nasibnya, sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang-peluang untuk

memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karir mereka.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karir

Menurut Kasmir (2016:157) dalam praktinya terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi karir baik langsung maupun tidak langsung yaitu:

1. Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja atau perilaku kerja seseorang dalam suatu
periode. Seseorang yang memiliki kinerja yang baik tentu akan
mempengaruhi karirnya untuk meningkat, apakah jabatan maupun
kepangkatan.
19

2. Motivasi Kerja
Motivasi kerja merupakan dorongan atau rangsangan kepada seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan. Doroangan atau rangsangan ini dapat
berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar. Seseorang yang
memiliki dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau
dengan kata lain memiliki motivasi yang kuat. Demikian pula sebaliknya
bagi mereka yang memiliki dorongan yang lemah, juga akan mempengaruhi
karirinya secara langsung maupun tidak langsung.
3. Komitmen
Komitmen merupakan kepatuhan seseorang terhadap ucapan, tindakan,
peraturan ataupun kebijakan perusahaan. Seseorang yang memiliki
komitmen yang tinggi tentu akan bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Demikian pula sebaliknya bagi mereka yang memiliki komitmen yang
rendah akan sulit meningkatkan karinya.
4. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja maksudnya adalah tingkat perasaan seseorang atas sesuatu
yang telah dlakukannya. Jika seseorang merasa puas terhadap apa yang telah
dilakukannya, maka biasanya secara tidak langsung akan mempengaruhi
karinya. Hal ini disebabkan seseorang yang puas dalam bekerja akan
bersungguh-sungguh untuk bekerja, sehingga kinerjanya meningkat dan
pada akhinya karirnya akan meningkat.
5. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan tindakan seseorang untuk mengikuti seluruh
peraturan yang dikeluarkan perusahaan. Karyawan yang disiplin dalam
bekerja biasanya akan bekerja secara baik sehingga karir dan kinerjanya
akan meningkat.
6. Kompensasi
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada
karyawannya, baik yang berbentuk keuangan, maupun non keuangan.
7. Loyalitas
Loyalitas adalah kesetian seseorang kepada perusahaan, seseorang yang
loyal kepada perusahaan. Loyalitas mempengaruhi karyawan untuk
meningkatkan karirnya, demikian pula sebaliknya.
8. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan latihan merupakan kegiatan seseorang karywan untuk
mengasah dan menambah pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya,
sehingga mampu melakukan pekerjaannya dengan baik.
9. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan orang atau atasan yang diberi tugas, wewenang
dan tanggung jawab kepada seseorang, termasuk dalam memberikan
penilaian. Kepemimpinan mempengaruhi karir seseorang, karena
pertimbangan seorang pemimpin sangat menentukan karir seseorang.
10. Upaya Kerja
Upaya kerja merupakan usaha atau upaya seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu secara sungguh-sungguh. Dalam praktiknya upaya kerja
20

dapat meningkatkan karir seseorang, karena dengan upaya yang keras kana
menghasilkan kinerja yang baik.
11. Semangat Kerja
Semangar kerja secara tidak langsung dapat memperngaruhi karir. Artinya
seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan dapat
mempengaruhi karirnya, demikian pula sebaliknya, seseorang yang kurang
atau tidak bersemangat dalam bekerja, maka tentu secara tidak langsung
akan mempengaruhi karirnya.

2.3 Jenis–Jenis Karir Akuntan

Di negara maju akuntan berpeluang mencapai posisi puncak dalam

perusahaan setelah beberapa lama menempati posisi sebagai controller. Hal ini

dimungkinkan karena dengan posisi tersebut seorang akuntan memahami efek

keuangan dari semua aspek operasi, investasi dan pendanaan perusahaan yang

semuanya bermuara pada koleksi data keuangan, termasuk formulasi strategi

berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Hal itu disebabkan pada tiap

transaksi melekat sejumlah nilai uang yang secara kumulatif dapat menunjukkan

hubungan antara informasi keuangan dengan aktivitas yang menjadi penyebab

terjadinya (Samryn, 2012:26).

Menurut Hans Kartikahadi, dkk (2011:154) saat ini yang dapat disebut

sebagai Akuntan adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan strata satu (S1)

program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar prfei Akuntan melalui

pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi

yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi

dari organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI). Bidang pekerjaan dan

ruang lingkup tugas para akuntan ini bisa sangat luas dan beragam. Mereka dapat

bekerja di sektor swasta dan sektor publik (BUMN, lembaga-lembaga negara, dan
21

pemerintahan). Pada sektor swasta (perusahaan dan lembaga non pemerintahan),

mereka bisa bekerja pada departemen/bagian Akuntansi, Keuangan, Anggaran,

Audit Internal dan bagian lain yang sejenis.

Akuntan di Indonesia terorganisasi dalam satu organisasi profesi yang diberi

nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Untuk mengakomodasi berbagai bidang

kekhususan tiap anggota IAI maka dalam organisasi tersebut dibentuk

kompatemen–kompartemen. Tiap kompartemen merupakan semacam departemen

yang membawahi urusan tiap bidang kerja anggota. Masing – masing kelompok

akuntan berafiliasi pada satu kompartemen. Untuk itu dalam organisasi IAI terdapat

Kompartemen Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Pemerintah, Kompartemen

Akuntan Manajemen, dan Kompartemen Akuntan Pendidik. Namun demikian,

Ikatan Akuntan Indonesia tidak mewajibakan semua akuntan untuk menjadi

anggota resmi Ikatan Akuntan Indonesia. Banyak akuntan di Indonesia yang

bekerja sendiri–sendiri atau di mana saja dan tidak terdaftar sebagai pemegang

kartu anggota IAI. Keanggotaan IAI terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa,

dan anggota kehormatan (Samryn, 2012:27).

2.3.1 Akuntan Publik

Menurut Ely Suhayati, dkk (2009:5) mendefinisikan Akuntan Publik

sebagai berikut :

“Akuntan Publik kadang disebut Akuntan Extern adalah akuntan


independen yang memberikan jasa–jasanya kepada pihak yang
membutuhkan. Mereka bekerja secara bebas tanpa adanya tekanan.”

Pada umumnya yang mereka dirikan adalah kantor akuntan atau kantor

konsultan. Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik atau mendirikan kantor
22

akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari Departemen Keuangan, seseorang

akuntan publik dapat memberikan jasa, sebagai berikut:

a. Pemeriksaan (audit)
b. Perpajakan (tax services)
c. Konsultasi manajemen (management advisory services)
d. Akuntansi (accounting services)

Sedangkan menurut Thomas Sumarsan (2013;6) mendefinisikan Akuntan

Publik:

“Akuntan Publik adalah akuntan independen yang memberikan jasa


kepada perusahaan berdasarkan kontrak. Jasa mereka meliputi jasa
memeriksa laporan keuangan, jasa menguji kepatuhan, jasa
pembuatan sistem akuntansi, dan jasa lainnya.”

Menurut Samryn (2012;26) untuk menjadi Akuntan Publik, seseorang

harus memiliki pendidikan formal dan pengalaman yang cukup. Untuk itu

seseorang harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:

a. Lulus Sarjana Ekonomi S1 Jurusan Akuntansi


b. Lulus Pendidikan Profesi Akuntansi
c. Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
d. Mempunyai izin Akuntan Publik

Jika seseorang akuntan tidak memenuhi persyaratan profesi tersebut maka

seseorang boleh menjadi akuntan dalam bidang kerja yang lain.

2.3.2 Akuntan Perusahaan

Menurut Rahman Pura (2013:8) mendefinisikan Akuntan Perusahaan

sebagai berikut:
23

“Akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.


Pekerjaan dari akuntan perusahaan adalah menyusun sistem
akuntansi, menyusun laporan keuangan untuk pihak eksternal
maupun pihak internal (manajemen) perusahaan, menyusun
anggaran, menangani masalah perpajakan, dan melakukan
pemeriksaan internal.”

Penyelenggara akuntansi di mana-mana sering dikenal sebagai akuntan.

Akuntan perusahaan terdiri dari akuntan-akuntan yang bekerja sebagai akuntan

internal perusahaan. Untuk menjadi akuntan perusahaan hamper tidak ada

persyaratan tambahan formal, kecuali persyaratan lulus ujian masuk bekerja

sebagai akuntan di perusahaan yang bersangkutan (Samryn, 2012;27).

Sedangkan menurut Rudianto (2012:9) akuntan perusahaan yaitu akuntan

yang bekerja untuk internal perusahaan. Posisi sebagai akuntan perusahaan dapat

dipilih lagi menjadi beberapa posisi yang lebih spesifik, antara lain akuntansi

keuangan, akuntansi biaya, internal auditor, akuntansi pajak, akuntansi anggran,

sistem akuntansi.

2.3.3 Akuntan Pendidik

Akuntan pendidik bertugas dalam Pendidikan Akuntansi seperti dosen,

menyusun kurikulum akuntansi dan melakukan penelitian di dalam bidang

akuntansi (Ely Suhayati, dkk., 2009:6).

Sedangkan menurut Rahman Pura (2013:8) mendefinisikan Akuntan


Pendidik sebagai berikut:

“Akuntan yang bertugas sebagai pendidik yang melakukan tugas


mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi, dan
melakukan penelitian di bidang akuntansi.”
24

Akuntan pendidik terutama berprofesi sebagai tenaga edukatif di lembaga-

lembaga pendidikan tinggi. Namun dalam kenyataannya, di samping sebagai tenaga

edukatif tetap, kelompok akuntan ini juga pada umumnya merupakan bauran dari

kelompok-kelompok akuntan lainnya. Akuntan pendidik banyak yang mempunyai

tugas pokok sebagai akuntan di instansi-instansi pemerintah, kantor akuntan publik,

atau sebagai akuntan manajemen, kemudian merangkap sebagai tenaga edukatif di

perguruan tinggi (Samryn, 2012;27).

2.3.4 Akuntan Pemerintah

Menurut Thomas Sumarsan (2013:7) mendefinisikan Akuntan Pemerintah

sebagai berikut :

“Akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah, misalnya


pada kantor pelayanan pajak, kantor Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).”

Sedangkan menurut Samryn (2012;27), akuntan pemerintah yaitu akuntan-

akuntan yang bekerja sebagai auditor di kantor-kantor pemerintah seperti Direktorat

Jenderal Pajak, Inspektorat di departemen-departemen pemerintahan pusat dan

daerah. Dengan perubahan sistem akuntansi pemerintahan pusat dan daerah maka

terdapat peluang karir yang besar untuk ditempatkan sebagai akuntan pemerintah

yang bekerja menyusun laporan keuangan di setiap instansi pemerintah pusat

maupun daerah. Untuk menjadi akuntan pemerintah juga tidak terdapat persyaratan

tambahan formal kecuali di persyaratan lulus ujian masuk untuk bekerja sebagai

akuntan di instansi yang bersangkutan.


25

2.4 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Minat Karir Mahasiswa


Akuntansi

2.4.1 Penghargaan Finansial

Menurut Kadarisman (2012:329) mendefinisikan Penghargaan Finansial

sebagai berikut:

“Imbalan yang diberikan perusahaan biasanya dalam bentuk uang


baik secara langsung seperti upah, bonus, atau pembagian keuntungan
maupun secara tidak langsung melalui subsidi perusahaan seperti
pensiun dan liburan.”

Penghargaan finansial adalah kompensasi yang diterima sebagai bentuk

kontrapestasi dari pekerjaan yang telah diselesaikan. Penghargaan finansial juga

merupakan salah satu bentuk pengendalian manejemen. Untuk memastikan bahwa

segenap elemen karyawan dapat mengarahkan tindakannya terhadap pencapaian

tujuan perusahaan, maka manajemen perusahaan memberikan balas jasa dalam

bentuk gaji, bonus, dan tunjungan untuk memberikan kepuasan kepada karyawan

atas kinerjanya (Amstrong, 2015).

Veithzal Rivai (2014) menjelaskan komponen-komponen penghargaan

finansial adalah sebagai berikut:

1. Gaji, merupakan balas jasa dalam bentuk uang yang diterima sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam mencapai tujuan perusahaan
atau merupakan bayaran tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya
dalam sebuah perusahaan.
2. Upah, merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau
banyakanya pelayanan yang diberikan. Besarnya upah dapat berubah-ubah
tergantung pada kontribusi yang diberikan.
3. Insentif, merupakan imbalan langsung yang diberikan kepada karyawan
karena kinerjanya mampu melebihi target yang telah ditentukan. Biasanya
26

menimbulkan penghematan biaya dan peningkatan produktivitas. Insentif


merupakan kompensasi tetap, yang biasa disebut kompensasi berdasarkan
kinerja.
4. Kompensasi Tidak Langsung (Fringe Benefit), merupakan kompensasi
tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua
karyawan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan.
Contohnya seperti asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan, uang pensiun, dan
lain-lain

2.4.1.1 Tujuan Penghargaan Finansial

Veithzal Rivai (2014:544) menjelaskan tujuan pemberian penghargaan

finansial adalah sebagai berikut:

1. Menjalin ikatan kerjasama antara pemilik usaha dengan karyawan,


2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan status sosial karyawan,
sehingga karyawan memperoleh kepuasan kerja,
3. Mempermudah pengadaan karyawan yang berkualitas bagi perusahaan,
4. Memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik,
5. Mencegah turnover karyawan yang tinggi, sehingga stabilitas karyawan
lebih terjamin,
6. Membuat karyawan semakin disiplin dalam bekerja,
7. Penghargaan finansial yang baik menghindarkan pengaruh karyawan
dari serikat pekerja, sehingga karyawan akan berkonsentrasi pada
pekerjaannya,
8. Mencegah karyawan berpindah ke perusahaan sejenis lainnya,
9. Jika penghargaan finansial diberikan sesuai dengan undang-undang
yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah
dapat dihindarkan.

2.4.2 Pelatihan Profesional

Pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pembelajaran secara sistematis

yang mencakup penguasaan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, serta

perubahan sikap dan perilaku guna meningkatkan kinerja karyawan. Dengan

demikian pelatihan mengandung tiga aspek penting yang perlu diwujudkan dalam

pelaksanaannya, yaitu penguasaan pengetahuan, meningkatnya keterampilan, serta

terjadinya perubahan sikap dan perilaku (Suparyadi, 2015:185).


27

Menurut Kasmir (2016:126), mendefinisikan pelatihan adalah:

“Pelatihan merupakan proses untuk membentuk dan membekali


karyawan dengan menambah keahlian, kemampuan, pengetahuan dan
perilakunya. Artinya pelatihan akan membentuk perilaku karyawan
yang sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, misalnya sesuai
dengan budaya perusahaan. Kemudian akan membekali karyawan
dengan berbagi pengetahuan, kemampuan dan keahlian, sesuai dengan
bidang pekerjaanya.”

2.4.2.1 Tujuan Pelatihan

Menurut Suparyadi (2015:185), pelatihan memiliki beberapa tujuan

sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas
Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang
pekerjaaanya akan mampu bekerja dengan lebih baik daripada karyawan yang
kurang menguasai pengetahuan dan tidak memiliki keterampilan di bidang
pekerjaannya.
2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi
Penguasaan pengetahuan dan meningkatnya keterampilan yang sesuai dengan
bidang pekerjaannya yang diperoleh karyawan dari suatu program pelatihan,
akan membuat mereka mampu bekerja secara lebih efektif dan efesien.
3. Meningkatkan daya saing
Karyawan yang terlatih dengan baik tidak hanya berpeluang mampu
meningkakan produktivitas, tetapi juga akan mampu bekerja semakin efektif dan
efesien, sehingga dapat menigkatkan daya saing perusahaan. Bekerja secara
efektif berarti mampu menghasilkan produk yang standar sesuai dengan
keinginan pelanggan, dan secara efesien berarti dalam menghasilkan jumlah
produk yang sama, karyawan ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.

Disisi lain menurut Sedarmayanti (2017:170) tujuan umum pelatihan,

harus diarahkan untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Tujuan umum ini

dapat tercapai apabila tujuan khusus dapat diwujudkan terlebih dahulu. Tujuan

umum dan tujuan khusus pelatihan dpaat digambarkan sebagai berikut:


28

TUJUAN KHUSUS
- Kualitas
- Produktivitas kerja
- Mutu perencanaan tenaga
kerja TUJUAN UMUM
- Semangat/moral kerja Meningkatkan
- Balas jasa tidak langsung produktivitas organisasi
- Kesehatan dan keselamatan
kerja
- Cegah kadaluwarsa
pengetahuan dan keterampilan

Gambar 2.1
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Pelatihan

Sedarmayanti (2017:170) juga menambahkan tujuan umum pelatihan

karyawan yaitu meningkatkan kompetensi pegawai melalui berbagai kegiatan

antara lain:

1. Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara


rasional.
2. Mengembangkan keterampilan/keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
lebih cepat dan efektif.
3. Mengembangkan/merubah sikap, sehingga menimbulkn kemauan kerja sama
dengan sesame karyawan dan manajemen (pimpinan).

Dari tujuan pelatihan pegawai yang telah dikemukakan doatas, pada

dasarnya dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan yaitu untuk meningkatkan

kemampuan pegawai baik secara efektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan

psikomotoriknya (keterampilan) serta mempersiapakan pegawai dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat mengatasi

hambatan-hambatan yang sekiranya muncul dalam pekerjaan.


29

2.4.2.2 Manfaat Pelatihan

Manfaat dari pelatihan mampu meningkatkan jenjang karir seseorang dan

membantu pengembangan untuk penyelesaian-penyelesaian tanggung jawabnya di

masa yang akan dating. Sedangkan menurut Henry Simamora (2012) manfaat dari

program pelatihan dan pengembangan yaitu:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas,


2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai
standar-standar kinerja yang dapat diterima,
3. Meciptakan sikap, loyalitas, dan kerjsama yang lebih menguntungkan,
4. Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan Sumber Daya Manusia,
5. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja,
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka
2.4.3 Pengakuan Profesional

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), profesional adalah

sesuatu yang bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus

untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk

melakukannya (lawan amatir).

Sedangkan menurut Kusnandar (2007:64) profesional adalah:

“Sifat dari suatu profesi, artinya suatu kumpulan pekerjaan yang


dilaksanakan berdasarkan ketentuan atau standar operasional
pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa

profesional adalah sebutan bagi seseorang yang melaksanakan suatu pekerjaan

dengan baik sesuai dengan profesinya masing-masing yang didasarkan pada

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku untuk melaksanakan pekerjaan

secara optimal.
30

2.4.4 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja

yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

diembannya. Menurut Siagian (2014:56) mengemukakan bahwa lingkungan kerja

merupakan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan untuk bekerja bagi

karyawan.

Lain halnya menurut Sedarmayanti (2017:23) mengemukakan bahwa

lingkungan kerja adalah:

“Suatu tempat yang terdapat sebuah kelompok dimana di dalamnya


terdapat beberapa fasilitas pendukung untuk mencapi tujuan
perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.”

Lingkungan kerja merupakan komponen yang sangat penting ketika

karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan kerja

yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan motivasi untuk

bekerja, maka akan membawa pengaruh terhadap kinerja karyawan dalam bekerja

(Sunyoto, 2015:38).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja

merupakan sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang

berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas dan pekerjaannya sehari-hari.

2.4.4.1 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Siagian (2014:57) menyatakan bahwa secara garis besar,

lingkungan kerja terdapat dua jenis yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik


31

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
disekitar tempat kerja dan dapat mempengaruhi karyawan. Ada beberapa
kondisi fisik dari tempat kerja yang baik yaitu:
a. Bangunan tempat kerja disamping menarik untuk dipandang juga dibangun
dengan pertimbangan keselamatan kerja.
b. Tersedianya peralatan kerja yang memadai.
c. Tersedianya tempat istirahat untuk melepas lelah, seperti kafetaria baik
dalam lingkungan perusahaan atau sekitarnya yang mudah dicapai
karyawan.
d. Tersedianya tempat ibadah keagamaan seperti masjid atau musholla untuk
karyawan.
e. Tersedianya sarana angkutan, baik yang diperuntukkan karyawan maupun
angkutan umum yang nyaman, murah dan mudah di peroleh.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan kerja yang menyenangkan
dalam arti terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara karyawan dan
atasan, karena pada hakekatnya manusia dalam bekerja tidak hanya mencari
uang saja, akan tetapi bekerja merupakan bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Lingkungan kerja non fisik terdiri dari beberapa
indikator yaitu:
a. Hubungan rekan kerja setingkat
Indikator hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja
yang harmonis dan tanpa saling intrik di antara rekan sekerja. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu
oragnisasi adalah adanya hubungan yang harmonis dan kekeluargaan.
b. Hubungan atasan dengan karyawan
Hubungan atasan dengan bawahan atau karyawannya harus di jaga dengan
baik dan harus saling menghargai antara atasan dengan bawahan, dengan
saling menghargai maka akan menimbulkan rasa hormat diantara masing-
masing.
c. Kerjasama antar karyawan
Kejasama antara karyawan harus dijaga dengan baik, karena akan
mempengaruhi pekerjaan yang mereka lakukan. Jika kerjasama antara
karyawan dapat terjalin dengan baik maka karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan mereka secara efektif dan efesien.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik

merupakan keadaan berbentuk fisik yang mencakup setiap hal dari fasilitas

organisasi yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan

atau efektivitas. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan keadaan

disekitar tempat kerja yang bersifat non fisik. Lingkungan kerja non fisik tidak
32

dapat di tangkap oleh panca indera manusia, namun dapat dirasakan oleh perasaan

misalnya, hubungan antara karyawan dengan pimpinan.

2.4.5 Pertimbangan Pasar Kerja

Pasar kerja merupakan sarana yang mengkoordinasikan pertemuan antara

pencari kerja dan perusahaan yang memerlukan tenaga kerja. Pasar kerja

merupakan sarana tempat pertemuan antara penjual dan pembeli tenaga kerja. Yang

dimaksud penjual tenaga kerja disini adalah para pencari kerja dan pembeli tenaga

kerja adalah lembaga/perusahaan yang memerlukan tenaga kerja. Jadi pasar kerja

yang mengkoordinasikan pertemuan antara pencari kerja dan perusahaan yang

memerlukan tenaga kerja.

Menurut Ikhwan (2015), pertimbangan pasar kerja adalah hal yang

dipertimbangkan oleh seseorang dalam memilih pekerjaan, karena setiap pekerjaan

mempunyai peluang dan kesempatan yang berbeda-beda. Profesi yang memiliki

pasar kerja yang luas akan lebih diminati daripada profesi yang pasar kerjanya lebih

kecil. Selain profesi akuntan publik, bidang pekerjaan sesuai yang dapat digeluti

oleh mahasiswa akuntansi adalah menjadi akuntan perusahaan, akuntan

pemerintah, atau akuntan pendidik.

Menurut Aini (2017), pertimbangan pasar kerja meliputi:

1. Tersedianya lapangan pekerjaan


Mahasiswa jurusan bisnis, pskilogi, dan pendidikan menganggap bahwa faktor
jangka pendek seperti suplai kerja bidang akuntansi lebih baik dibandung
dengan bidang bisnis lain.
2. Keamanan kerja
Keamanan kerja merupakan suatu kondisi dimana profesi yang akan dipilih
akan dapat bertahan hingga masa pensiun tiba. Dengan demikian seseorang
tidak harus selalu mencari pekerjaan lain ketika orang tersebut telah memiliki
pekerjaan di tangannya.
33

3. Fleksibilitas karir
Pilihan karir yang lebih fleksibel akan membantu karyawan untuk mencapai
posisi yang lebih tinggi. Karir yang fleksibel membutuhkan pengetahuan dan
pelatihan yang terus menerus diperbaharui.
4. Kesempatan promosi
Promosi merupakan proses perpindahan jenjang karir secara vertical ke arah
yang lebih tinggi dengan konsekuensi kenaikan tanggung jawab yang diiringi
dengan kenaikan imbalan/gaji.

2.4.6 Pengaruh Penghargaan Finansial terhadap Minat Pemilihan Karir

Mahasiswa Akuntansi

Penghargaan finansial adalah hasil yang diperoleh sebagai kontribusi yang

telah diyakini secara mendasar bagi sebagian perusahaan sebagai daya tarik utama

untuk memberikan kepuasan kepada karyawan. Penghargaan finansial merupakan

hal yang sangat penting dalam pertimbangan seseorang dalam memilih jenis profesi

yang akan ditekuninya. Terdapat biaya yang dibutuhkan dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, baik kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun

kebutuhan tersier.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuanita Widyasari (2010) menunjukan

bahwa tidak ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi yang memilih karir

sebagai akuntan publik dengan karir sebagai akuntan perusahaan, akuntan

pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktor penghargaan finansial.

Mahasiswa memandang bahwa penghasilan merupakan hal mendasar yang menjadi

daya tarik utama sebuah profesi. Saat ini penghargaan finansial masih dipandang

sebagai alat ukur untuk menilai pertimbangan jasa yang telah diberikan karyawan

sebagai imbalan yang telah diperolehnya. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan fisiologis.
34

Penghargaan finansial merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir menjadi Akuntan Publik,

Akuntan Perusahaan, Akuntan Pemerintah ataupun Akuntan Pendidik. Apabila

penghargaan finansial yang diperoleh seseorang jika berkarir menjadi Akuntan

Publik, Akuntan Perusahaan, Akuntan Pemerintah ataupun Akuntan Pendidik

tinggi, maka minat mahasiswa untuk berkarir menjadi Akuntan Publik, Akuntan

Perusahaan, Akuntan Pemerintah ataupun Akuntan Pendidik juga akan tinggi.

2.4.7 Pengaruh Pelatihan Profesional terhadap Minat Pemilihan Karir

Mahasiswa Akuntansi

Pelatihan profesional adalah hal-hal yang berhubungan dengan

peningkatan keahlian. Pelatihan profesional merupakan pelatihan yang diberikan

guna untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian suatu profesi, pelatihan

profesional dibutuhkan untuk persiapan dan pelatihan yang harus dilakukan

sebelum memulai suatu karir.

Dalam penelitian Yuanita Widyasari (2010), tidak terdapat perbedaan

pandangan mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik dengan

karir sebagai akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik

ditinjau dari faktor pelatihan profesional.

2.4.8 Pengaruh Pengakuan Profesional terhadap Minat Pemilihan Karir

Mahasiswa Akuntansi

Pengakuan profesional mahasiswa pada umumnya menginginkan reward

atas prestasi yang diperoleh. Reward yang dimaksud tidak hanya beruapa uang,

tetapi berupa pengakuan dari lembaga tempat mereka bekerja. Sehingga mereka
35

mempunyai semangat untuk selalu meningkatkan kinerja mereka. Pengakuan

profesional berkaitan dengan pengakuan prestasi dalam menjalankan karir.

Dalam penelitian Yuanita Widyasari (2010), untuk variabel pengakuan

profesional terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi untuk variabel

tersebut. Dan hasil penelitian Ardiani Ika Sulistyawati (2013), pemilih akuntan

publik memiliki persepsi bahwa akuntan publik akan memiliki pengakuan

profesional yang lebih tinggi dibanding akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan

akuntan pemerintah.

2.4.9 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Minat Pemilihan Karir

Mahasiswa Akuntansi

Lingkungan kerja merupakan sesuatu yang berkaitan dengan sifat

pekerjaan, tingkat persaingan, dan tekanan kerja. Lingkungan kerja yang dinamis

dan aman bagi pekerjanya akan memberikan dampak yang positif terhadap

pekerjanya. Mahasiswa akuntansi yang memiliki jiwa kompetensi yang tinggi

biasanya cenderung memilih lingkungan pekerjaan yang bisa memberikan

tantangan sehingga mahasiswa akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat

menyelesaikan tantangan yang diberikan dengan baik.

Dalam penelitian Prima Trihutama (2014), untuk faktor lingkungan kerja

berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Bahwa ada

perbedaan pandangan yang signifikan diantara mahasiswa akuntansi yang memilih

karir sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan akuntan

pemerintah yang ditinjau dari lingkungan kerja.


36

2.4.10 Pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap Minat Pemilihan

Karir Mahasiswa Akuntansi

Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan tersedianya

lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan kerja. Kemanan kerja

merupakan faktor dimana profesi yang dijalaninya dapat bertahan dalam jangka

waktu yang cukup lama. Sedangkan tersedianya lapangan kerja atau kemudahan

mengakses lowongan kerja merupakan informasi yang mempengaruhi banyak

tidaknya lapangan pekerjaan yang bisa diketahui atau diakses sehingga

pertimbangan pasat kerja turut menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan karir

mahasiswa akuntansi sebagai akuntan profesional.

Seperti yang telah dilakukan oleh Ardiani Ika Sulistyawati (2013) dalam

penelitiannya menunjukkan bahawa secara simulyan faktor pertimbangan pasar

kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan profesional.


37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:38) objek penelitian adalah:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Objek penelitian yang akan diteliti adalah faktor–faktor yang

mempengaruhi minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Mahasiswa yang

dijadikan responden adalah mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Sangga

Buana YPKP Bandung Reguler Pagi.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdsarkan hal tersebut

empat kata kunci yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2017:2).

Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara –cara yang dilakukan itu dapat diamati

oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-

cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian

itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.


38

3.2.1 Metode yang Digunakan

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode

asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2017:37) metode penelitian asosiatif merupakan:

“Suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan

hubungan antara dua variabel atau lebih.”

Dalam penelitian ini menggunakan asosiatif dengan hubungan kausal yaitu

hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi ada variable independen (variabel yang

mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Dalam penelitian ini, peneliti ingin

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi.

Menurut Sugiyono (2017:8) metode penelitian kuantitatif adalah:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,


digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.”

Yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah menyebarkan

instrumen penelitian dan kemudian dianalisis sehingga dapat menghasilkan suatu

kesimpulan.

3.3 Jenis Dan Sumber Data Penelitian


39

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data cross-section. Menurut

Husein Umar (2014:42-43), data cross section atau sering disebut data satu waktu

adalah:

“Sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu


kurun waktu saja, misalnya data hasil pengisian kuesioner tentang
perilaku pembelian suatu produk kosmetik oleh sekelompok responden
pada bulan Januari 1998”.

Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data

primer dan data sekunder. Adapun dalam penelitian ini, sumber data yang

digunakan adalah data primer.

Menurut Husein Umar (2014:42) data primer adalah:

“Data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”.

Dalam hal ini data primer tersebut berupa opini atau jawaban kuesioner dari

mahasiswa regular pagi Jurusan Akuntansi Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.

3.4 Populasi Dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017:80) adalah:


40

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai


kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Adapun populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi

Universitas Sangga Buana YPKP Bandung dengan rincian:

Tabel 3.1
Jumlah Populasi Mahasiswa Aktif
Angkatan Jumlah Mahasiswa
2016 235
2017 243
2018 231
Jumlah 709

3.4.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017:81) adalah :

“Bagian dari jumlah dan karakterisrik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.”

Sampel digunakan sebagai ukuran sampel, dimana ukuran sampel

merupakan suatu langkah untuk mengetahui besarnya sampel yang akan diambil

dalam melaksanakan suatu penelitian. Kemudian besarnya sampel tersebut

biasanya diukur secara statistika ataupun estimasi penelitian. Selain itu juga

diperhatikan bahwa sampel yang harus dipilih representative, artinya segala

karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih.

Untuk mengetahui dan menentukan sampel dari penelitian ini peneliti

menggunakan metode purposive sampling.


41

Menurut Sugiyono (2017:85) purposive sampling adalah:

“Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa aktif regular pagi angkatan 2016 Jurusan Akuntansi Program

Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.

2. Mahasiswa akuntansi yang telah mengikuti On Job Training (OJT) / Praktik

Kerja Lapangan.

Dalam penelitian ini dari seluruh populasi Mahasiswa Akuntansi Program

Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana YPKP Bandung adalah 709

orang. Dengan berdasarkan kriteria diatas, peneliti mengambil mahasiswa aktif

regular pagi angkatan 2016 Jurusan Akuntansi Program Sarjana Fakultas Ekonomi

dengan jumlah mahasiswa yaitu 57 orang. Dikarenakan populasi berjumlah 57

orang maka peneliti menjadikan semua populasi sebagai sampel penelitian.

3.5 Definisi Dan Operasionalisasi Variabel

Varibel penelitian menurut Sugiyono (2017:39) adalah:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 variabel yaitu

variabel bebas (variabel independen), dan variabel terikat (variabel dependen).

a. Variabel Independen / Variabel Bebas (X)


42

Variabel independen menurut Sugiyono (2017:39) adalah:

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi minat karir mahasiswa akuntansi yang diantaranya adalah

Penghargaan Finansial, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional.

Lingkungan Kerja dan Pertimbangan Pasar Kerja yang berpengaruh di

Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen menurut Sugiyono (2017:39) adalah:

“Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas”.

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah minat pilihan karir mahasiswa

akuntansi yang diantaranya adalah Akuntan Publik, Akuntan Perusahaan,

Akuntan Pemerintah dan Akuntan Pendidik.

Operasional variabel menyajikan konsep variabel secara umum serta

keterangan-keterangan lain mengenai indikator, ukuran, dan skala pengukuran

variabel. Untuk memperjelas operasional variabel maka kita dapat melihat dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Ordinal
43

1 Penghargaan Imbalan yang - Gaji awal yang bagus 1,3,8


Finansial (𝑋1 ) diberikan perusahaan - Penghasilan jangka 2
biasanya dalam bentuk panjang yang bagus
uang baik secara - Tunjangan atau bonus 4,5,7
langsung seperti upah, yang diperolah
bonus, atau pembagian - Tersedianya dana pensiun 6
keuntungan maupun
secara tidak langsung
melalui subsidi
perusahaan seperti an
pensiun dan liburan

Kadarisman
(2012:329)
2 Pelatihan Suatu proses - Pelatihan sebelum 1
Profesional pembelajaran secara memulai bekerja
(𝑋2 ) sistematis yang - Pelatihan kerja rutin 2,3
mencakup penguasaan - Pembelajaran dan 4
pengetahuan, pengembangan
meningkatkan
keterampilan, serta
perubahan sikap dan
perilaku guna
meningkatkan kinerja
karyawan.

Suparyadi (2015:185)
3 Pengakuan Pengakuan profesional - Lebih banyak memberikan 1
Profesional meliputi hal-hal yang kesempatan berkembang
(𝑋3 ) berhubungan dengan - Ada pengakuan apabila 2
pengakuan terhadap berprestasi
prestasi. Pengakuan - Peluang untuk maju 3,5
profesional ini - Jenjang karir yang 4
meliputi adanya terstuktur
kemungkinan bekerja
dengan ahli yang lain,
kesempatan untuk
berkembang dan
pengakuan prestasi.

(Yuanita Widyasari,
2010)
4 Lingkungan Lingkungan kerja - Kecukupan waktu untuk 1
Kerja (𝑋4 ) merupakan kondisi kehidupan sosial
yang berkaitan dengan - Jangka waktu kerja 2
3
44

lingkungan untuk - Kondisi fisik lingkungan


bekerja bagi karyawan. kerja yang baik 4
- Pimpinan yang baik 5
Siagian (2014:56) - Karyawan yang ramah dan
dapat bekerja sama
5 Pertimbangan Pertimbangan pasar - Ketersediaan pekerjaan 1,3
Pasar Kerja kerja meliputi - Keamanan kerja 2
(𝑋5 ) tersedianya lapangan - Fleksibel dalam pemilihan 4
pekerjaan, kemanan karir
kerja, fleksibelitas - Kesempatan promosi 5,6
karir dan kesempatan
promosi.

Aini (2017)
2 Minat Minat merupakan - Pilihan karir sesuai minat 1
Pemilihan suatu rasa lebih suka - Perencanaan untuk jenjang 2
Karir dan rasa ketertarikan karir ke depan
Mahasiswa pada suatu hal atau - Langsung bekerja setelah 3
Akuntansi (Y) aktivitas, tanpa ada lulus
yang menyuruh. Minat - Ketersediaan lapangan 4
dalam pemilihan suatu kerja
karir dibandingkan
dengan karir lainnya.

(Slameto, 2010:180)

3.6 Metode Transformasi Data

Transformasi Data adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat

memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam.


45

Pada penelitian ini skala pengukutan data yang digunaka adalah skala

ordinal maka peneliti akan melakukan transformasi data dari skala ordinal menjadi

skala interval menggunakan Method of Successive Interval (MSI).

Proses mengubah data berskala ordinal menjadi data berskala interval,

langkah pengerjaannya sebagai berikut:

1. Untuk setiap pernyataan, hitung setiap butir pemilihan responden,

2. Untuk setiap butir tersebut tentukan berapa orang yang menjawab skor

1,2,3,4,5 yang bersifan frekwensi,

3. Setiap frekwensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

proporsi,

4. Tentukan proporsi kumulatif,

5. Dengan menggunakan tabel distribusi norma baku, hitung nilai Z tabel

untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh,

6. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:

(𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝐿𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡) − (𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡)


𝑁𝑆 =
(𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑜𝑤 𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡) − (𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑜𝑤 𝐿𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡)

Keterangan:
NS = Nilai Skala
Density of Lower Limit = Kepadatan batas bawah
Density of Upper Limit = Kepadatan batas atas
Area Below Upper Limit = Daerah di bawah batas atas
46

Area Below Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah


7. Tentukan nilai transformasi dengan menggunaka rumus:
𝑌 = 𝑁𝑆 + 𝐾
K = 1 + [𝑁𝑆𝑚𝑖𝑛 ]

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas diartikan sebagai suatu derajat ketetapan alat ukur penelitian

tentang arti atau isi sebenarnya yang diukur. Artinya paling tidak terdapat derajat

yang tinggi dari kedekatan daya yang diperoleh dengan apa yang diyakini dalam

pengukuran.

Menurut Sugiyono (2017:267) ia menyatakan bahwa:

“Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada


obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda
antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.”

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah (valid) tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner tersebut

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Analisis dimulai dengan

menguji validitas terlebih dahulu kemudian diikuti oleh uji reliabilitas. Jika 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

positif, serta 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir tersebut valid. Sedangkan jika 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

negative, serta 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir tersebut dinyatakan tidak valid.

Secara opersional uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor

untuk setiap skor total melalui rumus korelasi pearson sebagai berikut:
47

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][ [𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien valiidtas yang dicari


n = Jumlah Responden Uji Coba
X = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Menurut Sugiyono (2017:126) ia menyatakan bahwa “Syarat minimum

dianggap valid apabila korelasinya r = 0,3 atau lebih. Bila korelasinya kurang dari

0,3 dinyatakan tidak valid.”

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten

setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.

Menurut Sugiyono (2017:268) ia menyatakan bahwa:

“Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam
obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama
dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok
data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.”
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu.
48

Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.

Rumus uji reliabilitas sebagai berikut:

2
𝑘 ∑𝜎
𝑟𝑖 = ( )( 1 − 𝑏)
𝑘−1 2
𝜎𝑡

Keterangan:

𝒓𝒊 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
2
∑𝜎 = Jumlah varian butir
𝑏

2
𝜎𝑡 = Varian total

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika Cronvach’s Alpha >

0,60 (Husein Umar, 2014).

3.8 Uji Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi varibel

independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji

statistic yaitu one sample Kolmogorov smirnov test.

Kriteria pengujian yang diambil berdasarkan nilai probabilitas, yaitu:

a. Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.


49

b. Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.8.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat atau terjadi

korelasi, maka dapat dikatakan bahwa terdapat multikolinearitas. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara varibel independen. Uji

multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan variance

inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF di atas nilai 10 atau

tolerance value dibawah 0,10.

3.8.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan uji yang menilai apakah ada

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi

linear. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat

kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau

disebut homoskedastisitas.

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran dan

deskripsi data dari sampel yang digunakan. Menurut Sugiyono (2017:147) statistik

deskriptif adalah:
50

“Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara


mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk data hasil pengumpulan

kuesioner yang berbentuk pertanyaan tertutup dan alternative jawaban

menggunakan skala likert. Pengolahan statistic deskriptif dalam penelitian ini

menggunakan nilai rata-rata hitung sebagai acuan untuk menetapkan klasifikasi

kategori penilaian. Perhitungan rata-rata digunakan untuk melihat kecenderungan

jawaban dari item-item pernyataan dalam rangka menggambarkan kondisi dari

masing-masing variabel yang diteliti. Skala pengukuran setiap pertanyaan yang

digunakan yaitu sebanyak lima klasifikasi.

Untuk mengetahui panjang kelas pada setiap interval dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 𝑅
P= =
𝑏 𝑏

Keterangan:

P = Panjang kelas setiap interval


𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = Nilai maksimum
𝑋𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum
𝑅 = Rentang (jarang data)
b = Banyak kelas

Dalam penilitian ini, nilai maksimun yang digunakan adalah lima dan nilai

minimum adalah satu, sehingga apabila nilai didistribusikan ke dalam persamaan

sebelumnya, akan diperoleh hasil sebagai berikut:


51

5−1 4
P= = = 0,8
5 5

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, pada tabel disajikan klasifikasi

kategori penilaian terhadap nilai rata-rata hitung sebagai berikut:

Tabel 3.3
Klasifikasi Kategori Penilaian untuk Statistik Deskriptif
No Nilai Rata-Rata Hitung Penilaian
1 1,00 – 1,80 Tidak Baik
2 1,81 – 2,60 Kurang Baik
3 2,61 – 3,40 Cukup
4 3,41 – 4,20 Baik
5 4,21 – 5,00 Sangat Baik

3.9.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini

digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan

(naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel

independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Persamaan regresi linear berganda untuk n prediktor adalah:

Y = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + 𝛽3 𝑥3 + ⋯ + 𝛽𝑛 𝑥𝑛 + 𝜖

Keterangan:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
𝛼 = Konstanta regresi (nilai Y apabila 𝑋1 , 𝑋2 , …, 𝑋𝑛 = 0)
52

𝛽 = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)


𝑥1 dan 𝑥2 = Variabel independen

𝜖 = Tingkat error

Untuk menganalisis pengaruh variabel Penghargaan Finansial, Pelatihan

Profesional, Pengakuan Profesional, Lingkungan Kerja dan Pertimbangan Pasar

Kerja terhadap minat karir mahasiswa akuntansi digunakan metode statistic dengan

tarif signifikan α = 0,1 artinya derajat kesalahan sebesar 10%.

3.9.3 Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat apabila dinyatakan dengan fungsi linier

dan diukur dengan nilai disebut koefisien korelasi. Rumus koefisien korelasi

dinyatakan sebagai berikut:

𝑛 (∑𝑥𝑦) − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑟=
√[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][ [𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]

Keterangan:

r = koefisien korelasi
n = ukuran sampel
x = nilai varibel bebas
y = nilai varibael terikat

Untuk menginterprestasikan seberapa kuat hubungan tersebut, maka dapat

digunakan pedoman seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6
53

Tingkat Hubungan Koefesien Korelasi


Koefisien Korelasi Tingat Hubungan
0,00-0,19 Sangat rendah (dianggap tidak ada)
0,20-0,39 Rendah
0,40-0,59 Sedang
0,60-0,79 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2017:184)

3.9.4 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan

variabel bebas dalam menjelaskan variabel dari variabel terikatnya. Koefisie

determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi (r). Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen

sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

(Ghozali, 2011).

Untuk menentukan besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X


r2 = Kuadrat koefisien korelasi
100% = Untuk mengetahui persentase

3.9.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)


54

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial untuk menunjukan

pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen.

Sehingga dapat ditentukan 𝐻0 diterima atau ditolak, maka dilakukan dengan

membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan tingat signifikan (α) sebesar 0,05

atau 5%.

Untuk menentukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

r√n−2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
r√1−𝑟 2

Sumber: Sugiyono (2017:184)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi
n = Jumlah anggota sampel

Kriteria pengujian:

1. H01: 𝛽1 = 0 tidak terdapat pengaruh Penghargaan Finansial terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Ha1: 𝛽1 ≠ 0 terdapat pengaruh Penghargaan Finansial terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.

2. H02: 𝛽2 = 0 tidak terdapat pengaruh Pelatihan Profesional terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Ha2: 𝛽2 ≠ 0 terdapat pengaruh Pelatihan Profesional terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.


55

3. H03: 𝛽 3 = 0 tidak terdapat pengaruh Pengakuan Profesional terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Ha3: 𝛽3 ≠ 0 terdapat pengaruh Pengakuan Profesional terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.

4. H04: 𝛽4 = 0 tidak terdapat pengaruh Lingkungan Kerja terhadap minat pemilihan

karir mahasiswa akuntansi.

Ha4: 𝛽4 ≠ 0 terdapat pengaruh Lingkungan Kerja terhadap minat pemilihan karir

mahasiswa akuntansi.

5. H05:𝛽5 = 0 tidak terdapat pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Ha5: 𝛽5 ≠ 0 terdapat pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap minat

pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Kesimpulan thitung dalam mengambil keputusan :

a. Bila thitung > ttabel maka H0 ditolak, Ha diterima.

b. Bila thitung < ttabel maka H0 diterima, Ha ditolak.

3.9.6 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji f)

Uji statistiK f digunakan untuk menguji seluruh variabel independen yang

diteliti. Apakah memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.


56

Dilakukan dengan membandingkan fhitung dengan ftabel dengan tingkat siginifikan (α)

sebesar 0,05 atau 5%.

Fhitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑅 2 /𝐾
Fhitung = (1− 𝑅2 )/(𝑛− 𝑘−1)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda


K = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
dengan kriteria sebagai berikut:

1. H06:𝛽6 = 0 tidak terdapat pengaruh antara Penghargaan Finansial, Pelatihan

Profesional, Pengakuan Profesioanl, Lingkungan Kerja dan Pertimbangan

Pasar Kerja terhadap minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

2. Ha6: 𝛽6 ≠ 0 terdapat pengaruh antara Penghargaan Finansial, Pelatihan

Profesional, Pengakuan Profesioanl, Lingkungan Kerja dan Pertimbangan

Pasar Kerja terhadap minat pemilihan karir mahasiswa akuntansi.

Kesimpulan fhitung dalam mengambil keputusan :

a. Bila fhitung < ftabel maka H0 diterima, Ha ditolak.

b. Bila fhitung > ftabel maka H0 ditolak, Ha diterima.

Anda mungkin juga menyukai