PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine
(ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan
pasien di instalasi gawat darurat, pelayanan di IGD akan mempengaruhi
kepuasan pasien secara signifikan dan mempengaruhi citra rumah
sakit/Puskesmas. Fungsi instalasi gawat darurat adalah untuk menerima
pasien, triase, menstabilkan dan menyediakan manajemen darurat untuk
pasien dengan keadaan kritis, mendesak (ACEM, 2014). Instalasi gawat
darurat merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan
penanganan pertama pada keadaan gawat darurat karena sakit atau cedera
yang dapat mengancam keselamatan nyawa dan mencegah cedera lebih lanjut,
pelayanan di instalasi gawat darurat harus memberikan pelayanan 24 jam
perhari (UU No 36, 2009). Keadaaan gawat gawat darurat adalah sebuah
kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medik. Dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa pasien serta
mencegah kecacatan lebih lanjut dan dilarang menolak pasien atau menerima
uang muka (UU No 44, 2009). Pemberian pelayanan yang tepat dan cepat
merupakan standar pelayanan yang dapat digunakan sebagai acuan pelayanan
gawat darurat oleh tenaga medis dan pihak rumah sakit, untuk mendukung
terwujudnya pelayanan yang berkualitas, efektif, dan efisien.
(Kepmenkes,856/SK/IX/2009). Pelayanan yang dilakukan IGD antara lain
melakukan triase, melakukan pengkajian primer dan sekunder secara terfokus,
sistematis, akurat. Pengkajian primer untuk melihat keadaan keadaan Airway,
breathing, circulation, dissability, exposure. Pengkajian sekunder merupakan
pengkajian head to toe yang dilakukan secara komperehensif sesuai keluhan
utama pasien. Serta adanya pemeriksaan penunjang medik dan dokumentasi
pasien. Apabila pelayanan mengalami keterlambatan maka akan berefek pada
kondisi pasien (Standar pelayanan IGD, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Gawat Darurat?
1
2. Apa itu Instalasi Gawat Darurat?
3. Apa itu Instalasi Rawat Darurat?
4. BagaimanaTriase di IRD?
5. Bagaimana Labelisasi Warna di Unit IRD?
6. Bagaimana Klasifikasi Unit Gawat Darurat?
7. Bagaimana Sistem Penanggulangan Gawat Darurat?
8. Apa SajaPeralatan Standart di UGD Berdasarkan Klasifikasi IRD?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Gawat Darurat?
2. Untuk Mengetahui Instalasi Gawat Darurat?
3. Untuk Mengetahui Instalasi Rawat Darurat?
4. Untuk Mengetahui Triase di IRD?
5. Untuk Mengetahui Labelisasi Warna di Unit IRD?
6. Untuk Mengetahui Klasifikasi Unit Gawat Darurat?
7. Untuk Mengetahui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat?
8. Untuk Mengetahui Peralatan Standart di UGD Berdasarkan Klasifikasi
IRD?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gawat Darurat
1. Pengertian Gawat
Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila suatu
keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang sifatnya mengancam
nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk
keadaan ini adalah: pasien yang menderita penyakit kanker. Penyakit
2
kanker adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa seseorang, namun
tidak terlalu memerlukan tindakan sesegera mungkin (immediate
treatment). Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-
penyakit yang sifatnya kronis.
2. Pengertian Darurat
Suatu keadaan disebut darurat apabila suatu keadaankarena
cedera maupun bukan cedera yang sifatnya memerlukan
penanganan/pertolongan yang segera.Keadaan darurat adalah keadaan
yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu / kapan saja, terjadi dimana
saja, dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu
kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan suatu penyakit. Contoh
untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit ular berbisa, sedang
mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah tulang akibat
kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dan Sebagainya.
Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun
penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa
seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat dijumpai pada penyakit-
penyakit yang sifatnya akut.
3. Pengertian Gawat Darurat
Gawat darurat adalah Suatu keadaan karena cedera maupun
bukan cedera yang dapat mengancam nyawa dan terjadinya mendadak,
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan /
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan
cepat.Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban
akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency
care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life
saving).
4. Istilah Dalam Unit Gawat Darurat
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat
berdasarkan Prioritas Perawatannya, antara lain :
3
a) Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran ,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
b) Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter
specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell
dan lainya.
c) Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan
lainya.
d) Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan
tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer,
2004).
5. Tingkat Pasien Gawat Darurat
Adapun tingkat pasien gawat darurat , meliputi :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak
akanmengancam nyawanya.
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan
akan dapat menyelamatkan jiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi
pertolongan tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum
Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).
6. Tujuan Keperawatan Gawat Darurat
Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu :
4
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada
penderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
B. Instalasi Gawat Darurat
1. Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi pelayanan rumah
sakit yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan multidisiplin ilmu. (Setyowatiningsih, 2009)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu sumber utama
pelayanan kesehatan dirumah sakit yang menyediakan penanganan awal
bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancamkelangsungan hidupnya. Di IGD dapat ditemukan dokter dari
berbagai spesialisasi bersamasejumlah perawat dan juga asisten
dokter.Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas,
diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun
riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu
segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang
dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim
ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit. Penyebab utama
kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu
dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat
teknologi.
2. Fungsi Instalasi Gawat Darurat
Fungsi IGD adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur
pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga
5
kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana
penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal
ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaanbencana
yang terjadi di tiap daerah (DepKes RI, 2004).
3. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk
penanganan kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan.
Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis
pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan.
Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering
dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory
care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan
merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk
menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat
yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency
medical questions).
6
4. Prosedur Instalasi Gawat Darurat
Menurut Apriyani (2008) adapun adapun Prosedur Instalasi
Gawat Darurat adalah :
1. Pasien masuk ruang gawat darurat.
2. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner).
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam
medic dan map plastik merah.
4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.
5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai
SPM emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan
di setujui oleh pasien/keluarga (informed consent).
6.Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik, penunjang,
ranap), pasien/keluarga menandatangani surat penolakan.
7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau
paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat
kondisi yang mengancam jiwa pasien.
8. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke
unit terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel
laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan
rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unit radiologi.
9. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh
pasien/keluarga (informed consent).
7
penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan
awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke
rumah sakit lain karena berbagai alasan atau dikeluarkan. Kebanyakan
IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan
lebih sedikit.
IRD mempunyai mempunyai 2 tipe kriteria yang terdiri dari :
kriteria semu dan kriteria kematian. Kriteria semu yang terdiri dari
label berwarna kuning dan hijau biasanya pada kriteria ini pasien yang
mempunyai penyakit ringan dan biasanya langsung pulang. Sedangkan
kriteria kematian atau kriteria pasien yang menyangkut nyawa yang
terdapat pada label merah dan biru, biasanya pada kriteria ini pasien
bisa pulang dan rawat inap, di khususkan pada pasien yang biru harus
rawat inap.
8
1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk
kendaraan /pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang
terletak antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan
ruang tindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar
D. Prinsip Umum Pelayanan IRD di Rumah Sakit
1. Prinsip Umum Pelayanan IGD di Rumah Sakit
Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit adalah (Depkes RI, 2010)
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan : melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus
gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah
sakit diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani
kasus gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit
setelah sampai di IGD.
6. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin,
multiprofesi dan terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur
pimpinan dan unsur pelaksana).
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi.
2. Prinsip Umum Dalam Asuhan Keperawatan Yang Di Berikan Oleh
Perawat Di Ruang Gawat Darurat
Prinsip umum dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a. Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat
harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah
penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk
klien
9
b. Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang
berkelanjutan
c. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan
untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
d. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kerjasama perawat dan klien
e. System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f. Sistem dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah,
cepat dan tepat
g. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal
keperawatan perlu dijaga.
h. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan
cara memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu.
Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1) FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama
dilayani)
2) LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama
dilayani)
3) SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan
urutan acak)
4) Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
E. Triase di IRD
1. Pengertian Triase
Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien
berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat
medik serta prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas
dan penyebab ancaman hidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat
berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup
mereka melalui intervensi medis yang segera. Sistem triage tersebut
harus disesuaikan dengan keahlian setempat. Prioritas yang lebih tinggi
10
diberikan pada korban yang prognosis jangka pendek atau jangka
panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan
sederhana yang intensif.
2. Tujuan Triase
1) Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini
lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan.
2) Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan
3) Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga
alasan dan tujuan dilakukannya
11
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin
akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang
kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga
pasien, atau teman(Department Emergency Hospital Singapore,
2009)
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek
mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time
serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi
korban berdasarkan :
Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
Dapat mati dalam hitungan jam
Trauma ringan
Sudah meninggal
Dari yang hidup dibuat prioritas
Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :
1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)
Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase
(Label Berwarna) yang dipakai oleh petugas triase untuk
mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan medis terhadap
korban.
4. Klasifikasi Triase
a. Triase di Tempat
Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat
penampungan, triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum
korban dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan.
b. Triase Medic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik
lanjutan yang bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan dan
tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh korban. atau triase ini sering
disebut dengan Triase Unit gawat darurat.
c. Triase Evakuasi
12
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada
rumah sakit yang telah siap menerima korban. seperti Bencana massal
contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau bencana besar lain.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Triase
Ada dua jenis keadaan yang akan mempengaruhi proses triage :
a. Multiple Casualties
Keadaan ini terjadi bila musibah masal dengan jumlah penderita dan
beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan
peralatan. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang
mengancam jiwa dan multiple trauma akan dilayani terlebih dahulu
b. Mass Casualties
Keadaan ini dijumpai jika musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas dan peralatan.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah
penderita dengan kemungkinan hidup /survival terbesar, serta
membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
6. Tipe Triage :
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar
pada system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah
bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal,
mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan dengan
tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang tepat.
Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang
serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan
di suatu tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai
tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan
pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih
dahulu.
13
c. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan
perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat
membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan perawatan
intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan perawatan terbaik
untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada identifikasi korban yang
terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar
dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan
identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih
dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak
dapat bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan
perawatan berdasarkan level luka.
d. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi
disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap
mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal untuk
mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada kesehatan
dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
e. Special Condition triage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban.
Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah
masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi
dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis.
(Oman, Kathleen S., 2008;2)
F. Labelisasi Warna di Unit IRD
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem
yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk
memprioritisasikan tindakan.
a. Prioritas Nol (Hitam) :
1. Mati atau jelas cedera fatal.
14
2. Tidak mungkin diresusitasi.
b. Prioritas Pertama (Merah) :
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagal nafas,
2. cedera torako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4. shok atau perdarahan berat,
5. luka bakar berat.
c. Prioritas Kedua (Kuning) :
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat :
1. cedera abdomen tanpa shok,
2. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
3. fraktura mayor tanpa shok,
4. cedera kepala / tulang belakang leher,
5. luka bakar ringan.
d. Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1. cedera jaringan lunak,
2. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
4. gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging
yang sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
15
2. Sistim Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian
segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60
detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental.
Hal ini untuk memastikan kelompok korban :
a. perlu transport segera / tidak,
b. tidak mungkin diselamatkan,
c. mati.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan
dilayani sesuai urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna
,yaitu :
a. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita
sangat gawat/ ancaman nyawa.
b. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat
darurat (kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa )
16
c. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk
penderita darurat, tetapi tidak gawat
17
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk.
b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II di Rumah Sakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III di Rumah Sakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik .
d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV di Rumah Sakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik
ditambah dengan pelayanan keperawatan gawat darurat sub spesialistik.
H. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
1. Pengertian SPGDT
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat
yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah
Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan
oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
2. Jenis SPGDT
a. SPGDT-S (Sehari-Hari)
18
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling
terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit –
antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar
korban/pasien tetap hidup. Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai
berikut :
1) Pra Rumah Sakit
a. Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
b. Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan
c. Penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
d. Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awamatau
awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
e. Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan
dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
2) Dalam Rumah Sakit
a. Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
b. Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
c. Pertolongan di ICU/ICCU
3) Antar Rumah Sakit
a. Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
b. Organisasi dan komunikasi
b. SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah
Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg
memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
D. Tujuan Khusus :
a. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
E. Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
a. Kecepatan menemukan penderita.
b. Kecepatan meminta pertolongan.
19
F. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Ditempat kejadian.
b. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
20
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
Fungsi : selang untuk pemberian cairan infus
21
kecelakaan pesawat yang menimbulkan banyak korban. Ada salah
satu korban terindikasi mengalami gangguan pernapasan dan harus
mendapatkan pertolongan berupa napas buatan. Dalam kondisi
seperti ini, ambu bag dapat digunakan untuk melakukan tindakan
pertolongan berupa napas buatan.
22
Anaeroid Sphygmomanometer/ Tensi meter tanpa air (memakai jarum)
b. Ear Speculum
Fungsi : untuk memeriksa rongga telinga
23
c. Rectum Speculum
Fungsi : untuk memeriksa lubang anus/ rektal
d. Vaginal Speculum
Fungsi : untuk memeriksa lubang vagina
G. Thermometer ( 1 buah )
Thermometer klinik non elektronik (air raksa)
Thermometer klinik elektronik
Fungsi : mengukur susu tubuh/ badan
24
5) Hecting set ( 5 set )
6) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
7) Lampu sorot ( 1 buah )
8) Kassa ( 1 tromel )
9) Cirkumsisi set ( 1 set )
10) Ganti verban set ( 3 set )
11) Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
12) Spekulum hidung ( 2 buah )
13) Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
14) Infus set ( 1 buah )
15) Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
16) Emergency lamp ( 1 buah )
17) Stetoskop ( 1 buah )
18) Tensimeter ( 1 buah )
19) Thermometer ( 1 buah )
20) Elastis verban sesuai kebutuhan
- 6 inchi ( 1 buah )
- 4 inchi ( 2 buah )
- 3 inchi ( 1 buah )
21) Tiang infus ( 2 buah )
22) Handscoen
23) Masker
25
c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1. Stomach tube / NGT
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
- Nomer 12 ( 3 buah )
Fungsi :
untuk mengumpulkan cairan/ getah lambung,
untuk membilas/ mencucui isi perut,
untuk pemberian obat-obatan.
3. Otoscope ( 1 buah )
4) Nebulizer ( 1 buah )
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat
cair menjadi uap. Alat ini digunakan untuk pertolongan gangguan
pernapasan akut yang disebabkan karena produksi lendir terlalu
banyak di saluran pernapasan. Obat yang diuapkan dengan nebulizer
26
di berikan kepada pasien dengan cara inhalasi.Obat yang diserap
pasien langsung masuk ke dalam paru – paru, sehingga gangguan
pernapasan dapat dengan cepat diatasi. Alat ini biasanya digunakan
untuk penderita asma akut dan gangguan pernapasan lainya yang
berat.
a. Tensimeter ( 1 buah )
b. Stetoskop ( 1 buah )
27
c. Thermometer ( 1 buah )
d. Tiang infus ( 1 buah )
d. Alat – alat untuk ruang observasi
1) Tensi meter ( 1 buah )
2) Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3) Termometer ( 1 buah )
4) Stetoskop ( 1 buah )
5) Standar infus ( 1 buah )
6) Infus set ( 1 set )
7) IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8) Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
e. Alat – alat dalam trolly emergency
1) Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RSSS
2) Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RSSS
3) Alat – alat kesehatan
a) Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1
buah )
b) Oropharingeal airway
- Nomer 3 ( 2 buah )
- Nomer 4 ( 2 buah )
c) Laringoscope dewasa& anak ( 1 set )
d) Magyl forcep
e) Face mask ( 1 buah )
f) Urine bag non steril ( 5 buah )
g) Spuit semua ukuran
h) Infus set ( 1 set)
i) Endotracheal tube ( dewasa& anak )
- Nomer 2.5 ( 1 buah )
- Nomer 3 ( 1 buah )
28
- Nomer 4 ( 1 buah )
- Nomer 7 ( 1 buah )
- Nomer 7.5 ( 1 buah )
- Nomer 8 ( 1 buah )
j) Slang oksigen sesuai kebutuhan
k) Stomach tube / NGT
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
- Nomer 12 ( 3 buah )
l) IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )
- Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )
m) suction catheter segala ukuran
- Nomer 10 ( 3 buah )
- Nomer 12 ( 2 buah )
n) Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 )
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini
memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam
koordinasi IGD dan bagian umum.
g. Ambulance stretcher
Ambulan stretcher adalah alat yang digunakan untuk membawa
pasien dari ambulan masuk ke dalam ruang atau unit gawat darurat untuk
mendapatkan perawatan secepatnya. Terbuat dari bahan aluminium yang
kuat dan ringan sehingga tidak terlalu berat apabila difungsikan sebagai
tandu. Bisa ditransformasi menjadi dua bentuk. Posisi tinggi dan posisi
rendah. Alat seperti ini digunakan untuk penanganan gawat darurat untuk
membawa pasien dari lokasi kecelakaan sampai ke unit pertolongan.
29
h. Scoop Stretcher
Alat ini dapat dikatakan sebagai tandu, digunakan untuk
memindahkan pasien di lokasi kecelakaan yang diduga mengalami patah
tulang. Alat ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir
gerakan. Scoop Stretcher digunakan untuk pertolongan dimana seseorang
tidak dapat bergerak dan harus segera mendapatkan pertolongan.
Pada prinsipnya proses dan kegiatan yang ada didalam IGD UPT
IGD harus sesuai dengan prinsip umum : Puskesmas
Gondosari
30
dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang
tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus
membuat ramp).
5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
31
Peralatan Standar di UGD Berdasarkan klasifikasi IRD IGD UPT
Puskesmas
Gondosari
9) Defribrilator ( 1 buah )
16) Speculum
17) Handscoen
18) Masker
1) Bidai
32
4) Extraksi kuku set ( 2 set )
8) Kassa ( 1 tromel )
1) Handscoen
2) Masker
6. Otoscope ( 1 buah )
7. Nebulizer ( 1 buah )
33
11. Spuit sesuai kebutuhan :
3) Termometer ( 1 buah )
4) Stetoskop ( 1 buah )
8) Handscoen
9) Masker
2) Obat penunjang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
34
Dari hasil resume diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa telah melakukan
pengamatan tentang Kegawatdaruratan,instalasi gawatdarurat, proses dan
kegiatan yang dilakukan didalam IGD. Selain itu mahasiswa juga telah dapat
memahami arti dan perbedaan dari kegawatdaruratan yang Sesuai standart
dengan apa yang telah ditemukandilapangan/tempat survey, didalam hal ini IGD
UPT Puskesmas Gondosari walaupun pada hasil yang ditemukan dilapangan
ternyata lebih disesuaikan dengan kemampuaan sarana dan prasarana dari
fasilitas pelayanan tingkat I tetapi tidak mengurangi dari standar pelayanan yang
berlaku.
Semoga hasil resume diatas dapat berguna khususnya bagi kami dan
temen-teman alih jenjang pada umumnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36