Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

Y DENGAN
SUSPEK MENINGITIS TUBERKULOSIS

OLEH
Galih Aswarioko (4020180111)
Rizwan Dwi Y
Hevtin Lamsihar P (402018072)
Dewi Sariningsih (402018074)
Rayati (402018073)
Fithri Nurdiani (402018083)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkah

limpahan rahmat, taufiq dan hidayanNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan

judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y dengan Meningitis Tuberculosis”.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak henti-hentinya mengucapkan

banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan

makalah ini termasuk kepada dosen mata kuliah KMB. Penyusunan makalah ini

bertujuan untuk memberikan informasi tentang penyakit meningitis tuberculosis.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan masukan, saran dan kritik

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi para

mahasiswa khususnya di profesi ners. Sekian dan terima kasih.

Bandung, 16 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Mycobacterium Tuberculosis (Bowong & Kurths dalam Lailatul, 2015).

Meningitis Tuberkulosa (TB) adalah infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang

mengenai mening atau parenkim otak (Baron et al., 2007). Morbiditas dan

mortalitas yang ditimbulkan sangat besar, lebih besar daripada infeksi oleh bakteri

yang lain maupun virus (50% VS 10%). Penegakkan diagnosis yang cepat perlu

dilakukan untuk menekan morbiditas maupun mortalitas yang ditimbulkan (Trung et

al., 2012). Penegakan diagnosis meningitis TB didasarkan pada karakteristik klinis,

seluler laboratorium, mikrobiologi liquor cerebrospinalis (LCS), dan radiological

imaging (Deshpande et al., 2007).

Pemeriksaan mikrobiologi LCS secara konvensional adalah dengan pengecatan

Ziehl Neelsen (ZN) dan kultur TB (Rock et al., 2008). Hasil pengecatan ZN dari

material LCS seringkali memberikan hasil negatif palsu, disebabkan karena

sedikitnya konsentrasi bakteri di dalam LCS Caws et al. (2000), sedangkan kultur

TB membutuhkan waktu yang lama sekitar 5-8 minggu (Noussair et al., 2009).

1
2

Konsentrasi bakteri dalam LCS pada kasus infeksi susunan saraf pusat biasanya

dibawah 103/ ml. Penelitian membuktikan bahwa pada konsentrasi tersebut, nilai

kepositipan pengecatan hanya sekitar 25%, sedangkan bila konsentrasi bakteri

didalam LCS lebih dari 105/ml, kepositipan bisa mencapai 97% (Mandell et al.,

2000). Penelitian lain menyatakan nilai kepositipan pengecatan untuk konsentrasi

bakteri <103/ml berkisar 0-20% (Noussair et al., 2009)

Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB yang cukup

tinggi juga sering ditemukan adanya kasus Meningitis Tuberkulosis. Meningitis

merupakan masalah kesehatan terutama dalam bidang kesehatan anak dan

sebagian besar terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang karena

tingginya angka kematian dan kecacatan. Meningitis TB merupakan salah satu

komplikasi TB primer. Menurut WHO Tahun 2009, persentase Meningitis TB

terjadi sebesar 3,2% dari kasus komplikasi infeksi primer TB dan 83% disebabkan

karena komplikasi infeksi primer paru setelah HIV. Peyakit meningitis TB pada

penderita tanpa HIV adalah 2% dan 14% pada penderita yang terinfeksi HIV yang

meningkatkan risiko terjadinya meningitis TB sebanyak 50%.

Nucleic acid amplification (NAA) assay terutama Polimerase Chain Reaction

(PCR) merupakan teknik yang cepat, spesifik, dan sensitif untuk mendeteksi

meningitis tuberkulosa (Takahashi et al., 2012). Keberhasilan PCR tergantung dari

amplifikasi DNA dengan primer yang sensitif dan spesifik (Takahashi et al., 2012).

Beberapa target amplifikasi dapat digunakan untuk mendeteksi M. Tuberculosis


3

complex antara lain MBP-64, TRC4, 65 kDa antigen, serta IS6110 (Johansen et al.,

2004). IS6110 merupakan insertion sequencetarget untuk amplifikasi PCR dari M.

Tuberculosis complex yang mempunyai spesifisitas tinggi sekitar 94% Caws et al.

(2000) dan sensitivitas tinggi (85-97%) (Chowdhury et al., 2012, Maurya et al.,

2012). Keberhasilan deteksi dengan menggunakan PCR juga bergantung dari

kondisi sebelum isolasi (penyimpanan sampel klinis, tranportasi) dan cara ekstraksi.

Mycobacterium mempunyai dinding sel yang khusus sehingga tahapan ekstraksi

DNA membutuhkan proses shock treatment melalui proses pemanasan maupun

pendinginan untuk menghancurkan dinding sel bakteri, pemberian lysozyme diikuti

Chemical treatment (Thakur et al., 2011). Keberhasilan PCR juga ditentukan oleh

jenis PCR. Real time PCR lebih sensitif daripada konvensional PCR (Halse et al.,

2011). Sentrifugasi material LCS juga dapat menambah sensitivitas pemeriksaan

karena sedikitnya jumlah bakteri di dalamnya. Kecepatan yang dibutuhkan untuk

melakukan sentrifugasi pada material LCS sangat tinggi, lebih tinggi dari pada

material yang lain (Murray et al., 2000).

Meningitis TB dikenal sebagai bentuk yang paling parah dari tuberkulosis.

Morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan penyakit ini sangat besar daripada

infeksi oleh bakteri lain maupun virus. Sehingga perlu mengetahui faktor yang

mempengaruhi ketahanan hidup meningitis tuberkulosis untuk penanganan dan

pengobatan yang cepat dalam menekan morbiditas dan mortalitas serta yang

ditimbulkan oleh penyakit ini. Dari data dan analisis data yang diperoleh dapat

digunakan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan rumah sakit


4

dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif meningitis tuberkulosis

dikalangan masyarakat umum.

Berdasarkan latar belakang tersebut penyusun tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan kepada Tn.Y dengan Susp Meningitis Tuberkulosis di Ruangan

Multazam 2 Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Dalam penulisan ini penulis bertujuan mampu melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung dan komprehensif kepada tn.Y dengan susp

meningitis tuberkulosis melalui pendekatan proses keperawatan secara bio-

psiko-spiritual.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan

analisa data pada Tn.Y susp meningitis tuberkulosis

b. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada Tn.Y susp meningitis

tuberkulosis

c. Mampu membuat rencana keperawatan pada Tn.Y susp meningitis

tuberkulosis

d. Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada Tn.Y susp meningitis

tuberkulosis

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

Tn.Y susp meningitis tuberkulosis


5

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara

lengkap pada Tn.Y susp meningitis tuberkulosis

C. Metode penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode analisa

deskriptif berbentuk studi kasus melalui bentuk proses pendekatan keperawatan.

Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pemeriksaan

keadaan klien dan keluarga secara langsung sesuai kondisi subjektif

b. Wawancara, yaitu mengumpulakan data dengan menggunakan komunikasi lisan

yang didapat secara langsung dari klien dan keluarga

c. Pemeriksaan fisik, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pemeriksaan fisik

head to toe yaitu seperti inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi serta untuk

menentukan status kesehatan lain

d. Studi literatur, meliputi bahan-bahan bacaan berbagai literatur yang berhubungan

dengan klien sebagai acuhan penulisan dasar

Anda mungkin juga menyukai