Materi 9
Materi 9
Sumber: //pendidikanpapua.blogspot.com/2007/09/buramnya-
pendidikan-di-kabupaten-nabire.html-11Ok- (diakses 14 November
2007)
Contoh 2.
Togizita adalah sebuah desa berpenduduk 2.000 jiwa di
pedalaman Nias (Sumatera Utara). Jaraknya dari Gunung Sitoli hanya
59 km, tetapi dibutuhkan lima jam dengan kendaraan untuk
mencapainya. Desa yang diapit Sungai Oyo dan Siwalawa (masing-
masing lebarnya 50-8- meter dan tanpa jembatan) mempunyai tiga
Sekolah Dasar dengan 700 murid, sedangkan satu SMP, dan satu
SMA masih dalam persiapan dan baru dibuka tahun ini. Selain dari
Togizita, siswa datang dari desa-desa kecil di seberang kedua
sunngai yang mengapit Togizita. Dari situlah saran-prasarana kurang
memadai karena keterjangkauan wilayah karena letak geografis yang
terpencil dan kurang adanya kesadaran pentingnya suatu pendidikan.
Dari contoh diatas dapat ditark kesimpulan bahwa pertama,
letak geografis suatu lembaga pendidikan sehingga untuk
menjangkaunya diperlukan waktu dan alat transportasi yang memadai.
Akibatnya, apa yang telah ada tidak mampu untuk dirawat dan
dipelihara karena kurangnya tenaga pendidik dan kependidikan yang
ada.
Sebagai contoh di kawasan selatan kota Jakarta, tepatnya
daerah Parung, terdapat suatu Kompleks sekolah modern, mulai dari
SD-SMA yang dilengkapi dengan saran dan prasarana yang sangat
memadai.
Untuk tingkat SD, selain jumlah siswa dibatasi maksimal 25
siswa. Untuk mendukung lancarnya proses belajara-mengajar, setiap
siswa memperoleh fasilitas antar jemput dari rumah ke rumah dengan
mobil yang kondisinya layak jalan tentu saja dilengkapi AC. Selain itu,
untuk mendukung kegiatan berkesenian atau kegiatan besar lainnya,
sekolah juga memiliki ruang sidang besar.
Dengan situasi yang demikian siswa merasa nyaman dan proses
belajar-mengajar bisa berlangsung secara kondusif.
B. Ketidakmerataan Jumlah Guru
Salah satu persoalan dari seorang guru di tanah air, selain
kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah mereka. Perbandingan
anatara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang
mengajar di kota sangat jauh. Jadi dari segi kualitas, jumlah guru
sebetulnya belum memadai, tetapi tidak demikian dengan pemerataan
dan kualitasnya.
Dengan adanya potret seperti contoh-contoh diatas diharapkan
dari semua pihak untuk merenungkan kembali arti penting dari sebuah
pendidikan, khususnya untuk generasi muda yang nantinya menjadi
tunas bangsa yang tangguh.
Daftar Pustaka
http://pendidikanpapua.blogspot.com/2007/09/buramnya-
pendidikan-di-kabupaten-nabire.html-11Ok- (diakses 14 November
2007)
Wardani, dkk. 2009. “Perspektif Pendidikan SD”. Jakarta: Pusat
Penerbitan UT
Ismail, dkk. 2007. “Pembaruan dalam Pembelajaran”. Jakarta :
Pusat Penerbitan UT