Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Masalah


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Kehamilan
2.1.1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari sperma dan ovum dan
dilanjutkan dengan implantasi. Penghitungan mulai dari fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
menjadi tiga trimester. Pada trimester pertama terjadi dalam 12 minggu,
trimester kedua selama 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2014).

b. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan


1. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil
Menurut Jannah (2012) yaitu :
a) Sistem reproduksi
1) Uterus
Pada kehamilan cukup bulan ukuran uterus yaitu lebih dari
4000cc. Rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot
polos Rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik,
dan endometrium menjadi desi dua.
Tabel 2.1 Uterus Menurut Penambahan Per Tiga Jari
Usia kehamilan (minggu) Tingi fundus uteri (TFU)

12 3 jari diatas simfisis


16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
(px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat - prosesus xiphoideus
(px)
Sumber: Jannah, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
2) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progesterone
3) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina
dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau
kebiruan, kondisi ini disebut tanda chadwick
b) Payudara
Karena adanya peningkatan suplai daah dibawah pengaruh
aktivitas hormon, jaringan glandular dari payudara membesar
dan putting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara
dalam bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang
persalinan
c) Sistem metabolisme
1) Rongga mulut
Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan
kesukaran menelan akibat nausea
2) Motalitas saluran gastrointestinal
Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran
gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu
pengosongan lambung dan transit usus.
Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil
1) Trimester 1
Rasa mual baik yang sedaang maupun berat dengan atau
tanpa terjadinya muntah setiap siang ataupun malam. Apabila
terjadi pada pagi hari sering disebut “morning sickness”
2) Trimester II dan III
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesterone yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga
terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut
khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan
lateral.
d) Sistem musculoskeletal
1) Trimester I
Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesterone,
terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament.
2) Trimester II dan III
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan
relaksasi jaringan ikat dan otot-otot . hal ini terjadi maksimal
pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini
memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang
publik melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi
sacrococcigus mengendur membuat tulang bergeser kearah
belakang sendi panggul yang tidak stabil. Pada ibu hamil
inimenyebabkan sakit pinggang
e) Sistem kardiovaskuler
1) Trimester I
Siskulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta. Uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae
dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam
kehamilan
2) Trimester II
Ukuran jantung membesar karena adanya peningkatan beban
kerja yang disebabkan oleh meningkatnya cardiac output.
Jantung juga dapat begeser kekanan dan kiri serta berputar
dimuka karena tekanan uterus meningkat yang disebabkan
oleh perkembangan uterus
3) Trimester III
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
semacam pengenceran darah
f) Sistem integumen
1) Trimester I
Palmar erythema (kemerahan ditelapak tangan) dan spider
nevi, linea alba/nigra
2) Trimester II dan III
Chloasma dan perubahan warna aerola, striae gravidarum
(bulan 6-7)

c. Kebutuhan Ibu Hamil


Menurut Jannah (2012) yaitu :
1. Oksigen
Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu & janin.
Konsumsi oksigen tubuh meningkat sekitar 15-20% dalam kehamilan.
Sekitar setengahnya disebabkan oleh rahim dan isinya, sisanya
disebabkan peningkatan kinerja jantung dan ginjal ibu.
2. Nutrisi
Pada masa kehamilan kebutuhan gizi ibu hamil meningkat
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin. Secara normal kenaikan
berat badan ibu hamil 11-13 kg.

3. Personal hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri
sendiri. Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karna
badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. Mengganti
pakaian dalam sesering mungkin sangatlah dianjurkan karena selama
kehamilan keputihan pada vagina meningkat dan bertambah banyak
disebabkan kelenjar leher rahim yang bertambah jumlahnya.
4. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu
minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal
mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar, sehingga buang air besar
mengalami obstipasi (sembelit).
5. Seksual
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang
tidak dapat ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil,
kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Selama ibu normal dan tidak memiliki kecenderungan
melahirkan premature atau abortus, maka hubungan seksual tidak
masalah dilakukan.
6. Mobilisasi, body mekanik
Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan
diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi
tegang. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan sepatu yang memiliki hak
rendah karena apabila menggunakan hak tinggi akan menyebabkan nyeri
pinggang.
7. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya deformitas
(cacat) kaki dan memelihara fungsi hati untuk dapat menahan berat
badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan lain-lain.
8. Istirahat/tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan
tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untk menghindari pekerjaan
yang tidak disukainya, wanita hamil juga harus menghindari posisi
duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama.
9. Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan
adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada
wanita hamil hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus
neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak
waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus sudah
diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan.

2.2. Plasenta Previa


2.2.1. Konsep Plasenta Previa
a. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal maupun intranatal (Manuaba IBG, 2008).

b. Etiologi Plasenta Previa


Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim. Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua (Varney H, 2014). Keadaan ini bisa ditemukan pada:

1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek

2. Mioma uteri

3. Kuretasi yang berulang

4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)

5. Bekas seksio sesaria

6. Riwayat abortus

7. Defek vaskularisasi pada desidua

8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar,


eriblastosis fetalis.

9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan


sebelumnya

10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok


atau pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama
terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta
yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri
internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan
zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang
lebih rendah dekat ostium uteriinternum. Plasenta previa juga dapat
terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada
eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.

c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa :

1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).

2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat


perubahan atrofik dan inflamatorotik.

3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas


pembedahan (SC, Kuret,dll).

4. Chorion leave persisten.

5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum


siap menerima hasil konsepsi.

6. Konsepsi dan nidasi terlambat.

7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops


fetalis.

d. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian


ostium uteri internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat
besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang
menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko
perdarahan tetap besar.

4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga


dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar,
dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati (Varney
H, 2014).
e. Patofisiologis
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis
yang bertumbuh menjadi bagian dari uteri. Dengan melebarnya isthmus
uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di
tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah
rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen
otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat
itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain
(causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
(pain-less) (Prawirohardjo, 2014).

Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi


lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih
dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada
waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih
luas danmelepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa
(Prawirohardjo, 2014).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan
vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.

f. Diagnosis
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-
gejala klinis dan pemeriksaaan (Mochtar R, 2012) yakni :

a. Gejala Klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan
bagian terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah
perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan
cervix dan vagina.
d. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi.
Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radioisotop, ibu dan
janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini
ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi
dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan
letak plasenta.
e. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba
tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita.
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati
kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta (Manuaba
IBG, 2008).
f. Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih
dekat pada ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai.
Lagi pula, pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya
tahannya lemah (Varney H, 2014). Bahaya plasenta previa adalah :
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim
terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta bahkan plasenta perkreta.
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium.
Walaupun tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami
akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio
plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta
akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio
sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio
sesaria tiga kali. Gambar1.3 Jenis Plasenta Previa
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan
yang banyak. Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak
terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan
segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi a.ovarika, pemasangan
tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada keadaan yang sangat
gawat seperti ini jalan
keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari
semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung
dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan
dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat
dilakukan amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru
janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis.
BAB 3
KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

Tanggal Pengkajian : 30-06-2019


Pukul : 10.20 WIB
Tempat : Klinik Utama Assyifa

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. F Nama suami : Tn. A
Umur : 28 tahun umur : 30 tahun
Agama : Islam agama : Islam
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta pekerjaan :Karyawan swasta
Alamat : Jl.Cempedak
Penanggung jawab : suami (Tn.A)

Alasan kunjungan : Ibu merasa cemas karena keluar darah segar dari
kemaluan sejak pukul 08.00 WIB sebanyak 1 kali ganti pembalut, tapi tidak ada
rasa sakit diperut.
2. Riwayat menstruasi
HPHT : 22-11-2018 TP : 29-08-2019
Siklus : 28 hari

3. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke : 1 Lama Perkawinan: 6 tahun
Usia saat kawin : 22 tahun

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


no Tgl Uk Tempat Jenis penolong penyulit JK BB ket
persalinan persalinan persalinan
1 17-9-2016 aterm PMB spontan bidan Tidak Laki- 3300
ada laki
2 H A M I L I N I
5. Riwayat Kehamilan sekarang :
Pertama kali memeriksakan kehamilan pada
Uk:4-5 minggu
di : klinik
Oleh : Bidan
Pemeriksaan selama kehamilan : 6 kali
Status imunisasi : TT4

6. Riwayat penyakit/operasi yang lalu: ibu mengatakan tidak memiliki riwayat


penyakit seperti jantung, hipertensi, TBC, diabetes, ginjal, diabetes melitus,
alergi, dan mengatakan tidak pernah operasi

7. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi:


Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi

8. Riwayat penyakit keluarga: ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit


keluarga

9. Pola makan/minum/eliminasi/istirahat/psikososial
Makan : 3 x sehari
Minum : 9-10 gelas/hari
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi: Roti, buah, nasi, sayur,
lauk, air putih, teh
BAK : 6-7x/hari
BAB : 1x sehari
Istirahat : Tidur malam: 8 jam/ hari
Psikososial: Ibu, suami dan semua keluarga senang dengan kehamilan

B. DATA OBJEKTIF
- Keadaan Umum : baik
- TTV : TD: 90/60mmhg, R: 20x/menit, N: 86x/menit, S: 36,9℃
- Kesadaran Kompos Mentis
-turgor : baik
-BB : 65 kg BB sebelum hamil : 56 kg
-TB : 152 cm
-IMT : 23,01
-LILA : 26 cm
-rambut : hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
-mata : konjungtiva merah, sclera tidak ikterik
-hidung : bersih, tidak ada polip
-telinga : bersih, tidak ada pembengkakan dan kelainan
-mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada gigi berlobang
-leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
-payudara : areola hyperpigmentasi, putting menonjol kiri dan kanan,
pengeluaran ASI ada (kolostrum)
-abdomen
Inspeksi: -pembesaran memanjang
-tidak luka bekas operasi
-tidak ada strias gravidarum dan linea alba
Palpasi:
Bagian atas: TFU pertengahan Px – pusat (teraba bagian yang bulat lunak,
tidak melenting kemungkinan bokong janin)

Bagian samping: pada perut sebelah kanan teraba bagian yang keras
memanjang kemungkinan punggung janin, pada perut sebelah kiri teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin.

Bagian bawah: teraba bagian bulat keras dan melenting, kemungkinan


kepala janin bagian terbawah janin belum memasuki PAP.

Palpasi his: tidak ada his


Auskultasi: DJJ (+) teratur, frekuensi 144 x/i

Perkiraan TBJ: TFU 26 cm


TBJ 2.015 gram

Pemeriksaan anogenetalia:
Vulva/vagina: tidak ada oedema dan varises
Pengeluaran : tampak keluar darah segar dari vagina
Perineum : tidak ada luka parut
Anus : tidak ada haemmoroid

Pemeriksaan penunjang: Hb: 11,2 gr%,


USG: tampak plasenta dengan implantasi lateral

C. ANALISA DATA

G2P1A0 UK 31 minggu 3 hari dengan plasenta previa Keadaan umum ibu baik,
janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala Keadaan umum janin baik
D. PENATALAKSANAAN
-observasi perdarahan, perdarahan tidak aktif
-pantau vital sign ibu dan janin secara berkala dengan DJJ, TTV ibu dan DJJ
dalam batas normal
-anjurkan ibu untuk bedrest total, ibu hanya istirahat dan tidak aktivitas lain
-informasikan kepada ibu tanda-tanda bahaya akibat dari plasenta previa, sudah
dijelaskan bahwa plasenta previa menyebabkan perdarahan yang akan
memperburuk kondisi ibu dan janin
-anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai melahirkan
-jika terjadi perdarahan berulang dirumah anjurkan ibu untuk langsung kerumah
sakit untuk mendapatkan perawatan konservatif.
BAB 4
Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving

4.1 Critical Thinking


1. Tujuan
 Menentukan penyebab pendarahan
2. Menyusun pertanyaan/membuat kerangka masalah
 Kapan HPHT ibu?
 Sejak kapan ibu mengalami perdarahan?
 Berapa banyak darah yang keluar?
 Bagaimana warna dan jenis pendarahan?
 Bagaimana keadaan janin?
 Apakah disertai kontraksi dan tanda-tanda persalinan?
3. Menunjukkan bukti
4. Menganalisa Konsep
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal maupun intranatal.

Etiologi Plasenta Previa


Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim.3 Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:

11. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek

12. Mioma uteri

13. Kuretasi yang berulang

14. Umur lanjut (diatas 35 tahun)

15. Bekas seksio sesaria

16. Riwayat abortus

17. Defek vaskularisasi pada desidua

18. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar,


eriblastosis fetalis.

19. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan


sebelumnya

20. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok


atau pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama
terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta
yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri
internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan
zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang
lebih rendah dekat ostium uteriinternum. Plasenta previa juga dapat
terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada
eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.
Patofisiologis

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester


ketiga dan mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uteri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat
laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal
yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa
betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di
tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat
pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan
akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan.
Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain
(causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
(pain-less).

Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan


terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri
internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah
perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih
banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah
bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat
perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk
hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas
danmelepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan
vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.

5. Asumsi
Berdasarkan data subjektif dan objektif menunjukkan ny. E hamil
trimester III dengan Plasenta Previa.

4.2 Clinical judgement


Conclution : Ny.E G2P1A0 Uk 31 minggu 3 hari dengan plasenta previa
Decision : jaga kestabilan keadaan umum ibu, kolaborasi dengan dokter
Sp.OG
Opini : saat ini kondisi ibu masih stabil karena perdarahan terjadi 2 jam
yang lalu dengan jumlah darah 1 pembalut, tetapi kemungkinan akan
terjadi perdarahan yang berulang.
4.3 Problem solving
a. Tujuan
Memastikan keadaan ibu dan janin baik

b. Faktor Solusi dan penyebab


Fokus solusi Fokus Penyebab
Aksi 1. Bedrest total 1. Observasi pendarahan
2. Rawat di RS/ Rujuk 2. Pantau vital sigh ibu dan
3. Transfusi darah janin
4. SC 3. Melakukan USG

c. Outcomes
Pendarahan berhenti, keadaan ibu dan janin baik
d. Plan
Prioritas 1: - Observasi pendarahan
- Kolaborasi dengan Dokter SPOG

Prioritas 2: - Pantau Vital sign ibu dan janin


Prioritas 3: - bedrest total

e. Penatalaksanaan
 observasi perdarahan, perdarahan tidak aktif
 kolaborasi dengan dokter SPOG, kolaborasi sudah dilaksanakan dan sudah
dilakukan tindakan sesuai instruksi dokter
 pantau vital sign ibu dan janin secara berkala dengan DJJ, TTV ibu dan
DJJ dalam batas normal
 anjurkan ibu untuk bedrest total, ibu hanya istirahat dan tidak aktivitas lain
 informasikan kepada ibu tanda-tanda bahaya akibat dari plasenta previa,
sudah dijelaskan bahwa plasenta previa menyebabkan perdarahan yang
akan memperburuk kondisi ibu dan janin
 anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai melahirkan
 jika terjadi perdarahan berulang dirumah anjurkan ibu untuk langsung
kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan konservatif.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
Aplikasi Berfikir Kritis dalam Asuhan Kehamilan Trimester 3

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Santi
2. Sofia Naimah
3. Tia Wulandari
4. Vera Angraini
5. Yesi Sunarmi
6. Yuldiana
7. Yunita
8. Zetma Yolanda

PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG


POLTEKKES KEMENKES RIAU
2019

Anda mungkin juga menyukai