PENDAHULUAN
2.1. Kehamilan
2.1.1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari sperma dan ovum dan
dilanjutkan dengan implantasi. Penghitungan mulai dari fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
menjadi tiga trimester. Pada trimester pertama terjadi dalam 12 minggu,
trimester kedua selama 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2014).
3. Personal hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri
sendiri. Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karna
badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. Mengganti
pakaian dalam sesering mungkin sangatlah dianjurkan karena selama
kehamilan keputihan pada vagina meningkat dan bertambah banyak
disebabkan kelenjar leher rahim yang bertambah jumlahnya.
4. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu
minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal
mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar, sehingga buang air besar
mengalami obstipasi (sembelit).
5. Seksual
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang
tidak dapat ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil,
kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Selama ibu normal dan tidak memiliki kecenderungan
melahirkan premature atau abortus, maka hubungan seksual tidak
masalah dilakukan.
6. Mobilisasi, body mekanik
Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan
diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi
tegang. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan sepatu yang memiliki hak
rendah karena apabila menggunakan hak tinggi akan menyebabkan nyeri
pinggang.
7. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya deformitas
(cacat) kaki dan memelihara fungsi hati untuk dapat menahan berat
badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan lain-lain.
8. Istirahat/tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan
tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untk menghindari pekerjaan
yang tidak disukainya, wanita hamil juga harus menghindari posisi
duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama.
9. Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan
adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada
wanita hamil hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus
neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak
waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus sudah
diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan.
2. Mioma uteri
6. Riwayat abortus
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa :
d. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan
vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.
f. Diagnosis
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-
gejala klinis dan pemeriksaaan (Mochtar R, 2012) yakni :
a. Gejala Klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan
bagian terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah
perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan
cervix dan vagina.
d. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi.
Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radioisotop, ibu dan
janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini
ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi
dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan
letak plasenta.
e. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba
tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita.
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati
kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta (Manuaba
IBG, 2008).
f. Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih
dekat pada ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai.
Lagi pula, pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya
tahannya lemah (Varney H, 2014). Bahaya plasenta previa adalah :
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim
terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta bahkan plasenta perkreta.
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium.
Walaupun tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami
akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio
plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta
akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio
sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio
sesaria tiga kali. Gambar1.3 Jenis Plasenta Previa
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan
yang banyak. Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak
terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan
segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi a.ovarika, pemasangan
tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada keadaan yang sangat
gawat seperti ini jalan
keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari
semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung
dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan
dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat
dilakukan amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru
janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis.
BAB 3
KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. F Nama suami : Tn. A
Umur : 28 tahun umur : 30 tahun
Agama : Islam agama : Islam
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta pekerjaan :Karyawan swasta
Alamat : Jl.Cempedak
Penanggung jawab : suami (Tn.A)
Alasan kunjungan : Ibu merasa cemas karena keluar darah segar dari
kemaluan sejak pukul 08.00 WIB sebanyak 1 kali ganti pembalut, tapi tidak ada
rasa sakit diperut.
2. Riwayat menstruasi
HPHT : 22-11-2018 TP : 29-08-2019
Siklus : 28 hari
3. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke : 1 Lama Perkawinan: 6 tahun
Usia saat kawin : 22 tahun
9. Pola makan/minum/eliminasi/istirahat/psikososial
Makan : 3 x sehari
Minum : 9-10 gelas/hari
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi: Roti, buah, nasi, sayur,
lauk, air putih, teh
BAK : 6-7x/hari
BAB : 1x sehari
Istirahat : Tidur malam: 8 jam/ hari
Psikososial: Ibu, suami dan semua keluarga senang dengan kehamilan
B. DATA OBJEKTIF
- Keadaan Umum : baik
- TTV : TD: 90/60mmhg, R: 20x/menit, N: 86x/menit, S: 36,9℃
- Kesadaran Kompos Mentis
-turgor : baik
-BB : 65 kg BB sebelum hamil : 56 kg
-TB : 152 cm
-IMT : 23,01
-LILA : 26 cm
-rambut : hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
-mata : konjungtiva merah, sclera tidak ikterik
-hidung : bersih, tidak ada polip
-telinga : bersih, tidak ada pembengkakan dan kelainan
-mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada gigi berlobang
-leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
-payudara : areola hyperpigmentasi, putting menonjol kiri dan kanan,
pengeluaran ASI ada (kolostrum)
-abdomen
Inspeksi: -pembesaran memanjang
-tidak luka bekas operasi
-tidak ada strias gravidarum dan linea alba
Palpasi:
Bagian atas: TFU pertengahan Px – pusat (teraba bagian yang bulat lunak,
tidak melenting kemungkinan bokong janin)
Bagian samping: pada perut sebelah kanan teraba bagian yang keras
memanjang kemungkinan punggung janin, pada perut sebelah kiri teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin.
Pemeriksaan anogenetalia:
Vulva/vagina: tidak ada oedema dan varises
Pengeluaran : tampak keluar darah segar dari vagina
Perineum : tidak ada luka parut
Anus : tidak ada haemmoroid
C. ANALISA DATA
G2P1A0 UK 31 minggu 3 hari dengan plasenta previa Keadaan umum ibu baik,
janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala Keadaan umum janin baik
D. PENATALAKSANAAN
-observasi perdarahan, perdarahan tidak aktif
-pantau vital sign ibu dan janin secara berkala dengan DJJ, TTV ibu dan DJJ
dalam batas normal
-anjurkan ibu untuk bedrest total, ibu hanya istirahat dan tidak aktivitas lain
-informasikan kepada ibu tanda-tanda bahaya akibat dari plasenta previa, sudah
dijelaskan bahwa plasenta previa menyebabkan perdarahan yang akan
memperburuk kondisi ibu dan janin
-anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai melahirkan
-jika terjadi perdarahan berulang dirumah anjurkan ibu untuk langsung kerumah
sakit untuk mendapatkan perawatan konservatif.
BAB 4
Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan
vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.
5. Asumsi
Berdasarkan data subjektif dan objektif menunjukkan ny. E hamil
trimester III dengan Plasenta Previa.
c. Outcomes
Pendarahan berhenti, keadaan ibu dan janin baik
d. Plan
Prioritas 1: - Observasi pendarahan
- Kolaborasi dengan Dokter SPOG
e. Penatalaksanaan
observasi perdarahan, perdarahan tidak aktif
kolaborasi dengan dokter SPOG, kolaborasi sudah dilaksanakan dan sudah
dilakukan tindakan sesuai instruksi dokter
pantau vital sign ibu dan janin secara berkala dengan DJJ, TTV ibu dan
DJJ dalam batas normal
anjurkan ibu untuk bedrest total, ibu hanya istirahat dan tidak aktivitas lain
informasikan kepada ibu tanda-tanda bahaya akibat dari plasenta previa,
sudah dijelaskan bahwa plasenta previa menyebabkan perdarahan yang
akan memperburuk kondisi ibu dan janin
anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai melahirkan
jika terjadi perdarahan berulang dirumah anjurkan ibu untuk langsung
kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan konservatif.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
Aplikasi Berfikir Kritis dalam Asuhan Kehamilan Trimester 3
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Santi
2. Sofia Naimah
3. Tia Wulandari
4. Vera Angraini
5. Yesi Sunarmi
6. Yuldiana
7. Yunita
8. Zetma Yolanda