Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH WALISONGO

Kata Walisongo adalah kata majemuk dari kata “Wali” dan “Songo”. Kata Wali
berasal dari bahasa arab, singkatan dari kata “waliyullah” yang artinya orang yang mencintai
Allah dan dicintai Allah. Dan kata Songo berasal dari bahasa jawa yang berarti sembilan.

Walisongo – Tokoh Islam Nusantara


Jadi Walisongo adalah kumpulan para wali yang berjumlah sembilan. Mereka adalah
para wali yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Mereka dianggap sebagai ketua
mubaligh islam pada waktu itu untuk berdakwah dan syiar mengenai islam.
Walisongo ini adalah para wali yang menyebarkan agama islam di Jawa pada saat itu
namun meluas sampai seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan murid-murid para wali
yang berguru ke pesantren mereka, berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Para wali yang berasal dari Jawa atau keturunan Jawa, seringkali dikaitkan dengan
legenda-legenda mistik. Sementara itu para wali yang asli Timur Tengah tidak banyak
dikisahkan dalam legenda-legenda mistik.
Di dalam legenda ini pengertian karomah adalah memiliki kesaktian mandraguna.
Namun dalam Islam karomah adalah taqwa kepada Allah dan mendapatkan kekuatan itu atas
ijin-Nya.
Setiap orang memilki kelebihan masing-masing, namun dalam tingkatanya dapat
dirangkum seperti berikut:
 Mukjizat adalah kelebihan yang dimilki para Nabi.
 Karomah adalah kelebihan yang dimiliki para Wali.
 Maunah adalah kelebihan yang dimiliki orang-orang Mukmin.
Begitu hebatnya penghormatan rakyat kepada para wali dapat kita lihat dari beberapa
legenda dalam bentuk cerita atau dongeng yang kadang-kadang tidak masuk akal karena
penuh dengan misteri dan kesaktian.
Namun keberadaan Walisongo ini membuat kita paham akan susahnya dan jerih
payah mereka dalam mengajarkan islam ke tanah Jawa dan menyebar ke seluruh Indonesia.
Anggota Walisongo
Walisongo telah benar-benar membawa perubahan dan dampak yang besar terhadap
masyarakat Jawa pada jaman dulu. Seperti yang kita tahu dari pelajaran di sekolah bahwa
yang mayoritas orang jawa pada saat itu beragama Hindu dan Budha.
Anggota Walisongo ada 9 orang, yaitu :
1. Sunan Gresik
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Derajat
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Kudus
8. Sunan Muria
9. Sunan Gunung Jati
Masing-masing anggota Walisongo tersebut memilki andil atau peranan yang sangat
penting dalam mengajarkan agama Islam. Berikut biografi Walisongo yang perlu Anda
pahami.
1. Sunan Gresik

Anggota Walisongo yang pertama adalah sunan Gresik. Sunan Gresik merupakan
sunan pertama kali yang menjadi gurunya para walisongo. Beliau adalah orang tertua dari
anggota walisongo yang menyebarkan agama islam ke tanah Jawa.
Sebenarnya sudah ada orang Jawa kala itu yang sudah memeluk agama Islam. Karena
pada saat itu islam sudah berkembang pesat di Arab, Gujarat atau Turki.
Jadi islam sudah dibawa masuk oleh para pedagang dari Arab, Gujarat atau Turki
tersebut. Namun pemeluk islam hanya berada di sekitar pesisir Jawa saja. Penyebaran ini
melalui jalur prnikahan atau pedagang yang menetap sementara di sekitar pesisir Jawa.
Sunan Gresik yang bernama asli Maulana Malik Ibrahim bukan asli orang Jawa atau
orang Indonesia. Beliau berasal dari negara Champa (Negeri Cermin) datang ke Indonesia
dan mendarat di Gresik.
Setelah mendarat di pelabuhan Gresik, beliau memang berniat menyebarkan agama
islam dengan pendekatan melalui perdaganagn. Maka beliau mendirikan rumah di Laren dan
sebuah toko di desa Romo yang menjual barang-barang bawaannya untuk menjalankan misi
dakwahnya.
Beliau merangkul masyarakat saat itu dengan beramah-tamah, mengajari masyarakat
saat itu dengan bercocok tanam yang baik dan sekaligus menjadi tabib. Upaya sunan Gresik
akhirnya berhasil, masyarakat bersimpati kepadanya dan mulai mengikuti arahan-arahan dan
ajaran-ajaran Islam.
2. Sunan Ampel

Anggota walisongo yang kedua adalah sunan Ampel. Seperti sunan Gresik, sunan
Ampel juga bukan asli orang Jawa. Beliau berasal dari negeri Champa juga. Sunan Ampel
dikenal dengan nama Raden Rahmat.
Sunan Ampel meninggalkan Champa untuk pergi ke pulau Jawa sekitar tahun 1443.
Tujuan kedatangannya ke Jawa adalah untuk menemui bibinya Dwarawati. Putri Dwarawati
adalah seorang putri raja Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu
Kertawijaya.
Sesampainya di Jawa beliau meminta ijin raja Majapahit untuk berdakwah dan
menyebarkan agama Islam. Raja Majapahit setuju, asal warganya dengan sukarela memeluk
islam bukan paksaan. Walau raja sendiri tidak mau memeluk islam.
Sunan Ampel kemudian membangun pesantren di daerah Ampel Surabaya. Sunan
Ampel sangat pintar dalam mengajarkan agama islam. Salah satu ajaran sunan Ampel yang
sampai sekarang terkenal yaitu ajaran “Molimo” atau “Moh Limo”.
Kata “Moh” berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak, dan “Limo” artinya Lima. Jadi Moh
Limo adalah “Tidak melakukan lima perbuatan yang dilarang oleh Allah”.
Isi dari ajaran Moh Limo adalah:
1. Moh Mabuk (Tidak mabuk atau minum-minuman).
2. Moh Main (Tidak main atau tidak berjudi).
3. Moh Madon (Tidak main perempuan).
4. Moh Madat (Tidak memakai obat-obatan).
5. Moh Maling ( Tidak Mencuri).
Bahkan ajaran Moh Limo ini sampai sekarang masih menjadi ajaran yang dipegang
umat muslim hingga saat ini. Dalam masyarakat sekarang dikenal dengan istilah 5M.
3. Sunan Bonang

Ilustrasi Sunan Bonang – Anggota Walisongo


Anggota Walisongo yang ketiga adalah sunan Bonang. Sunan Bonang adalah putra
pertama dari sunan Ampel. Nama Bonang berasal dari Bong Ang dari marga Bong seperti
nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Nama asli sunan Bonang adalah Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Sejak kecil
sunan Bonang belajar agama islam di pesantren ayahnya sendiri di Ampel Surabaya. Beliau
pernah mendalami islam bersama saudara perguruannya yaitu raden Paku ke negeri Champa.
Setelah selesai menimba ilmu, akhirnya sunan Bonang kembali ke Jawa dan
mendirikan pesantren di Tuban. Dalam menyebarkan agama sunan Bonang melakukan
pemdekatan kepada masyarakat menggunakan musik.
Bahkan beliau menciptakan alat musik Jawa yaitu gamelan sebagai sarana menarik
simpati masyarakat. Salah satu alat musik gamelan ciptaannya diberi nama Bonang.
Dalam menyebarkan agama islam, selain menyebarkannya dengan gamelan, beliau
juga menggunakan cara dakwah dengan melalui tembang-tembang Jawa. Banyak sastra
tembang yang beliau ciptakan sebagai pesan-pesan ajaran islam. Karya sastra sunan Bonang
berupa suluk, carangan paweyangan dan tembang tamsil.
Salah satu tembang karya sunan Bonang yang terkenal sampai sekarang adalah suluk
sunan Bonang yang berbentuk prosa Jawa yang dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Hingga saat ini catatan itu masih tersimpan di Universitas Leiden, Belanda. Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi dan dimakamkan di kota Wali Tuban.
4. Sunan Giri

Anggota sunan yang keempat adalah sunan Giri. Sunan Giri adalah putra dari
Maulana Ishaq dan Nyi Sekardadu (putri Blambangan). Dalam sejarah yang diceritakan,
sunan Giri pada waktu bayi dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya Raja
Blambangan.
Ketika dihanyutkan di selat Bali tersebut ia ditemukan oleh kapal saudagar milik
seorang wanita dari Tuban bernama nyi Ageng Pinateh. Untuk itu karena ditemukan di laut
sunan Giri kecil diberi nama Joko Samudro.
Setelah menginjak remaja, ia belajar ilmu agama islam di pondok pesantrennya sunan
Ampel di Surabaya. Dikisahkan setiap hari Joko Samudro berjalan kaki dari Tuban ke
Ampel.
Salah satu karomahnya sudah ia miliki sejak kecil. Beliau dapat melakukan perjalanan
dengan sangat cepat dari Tuban ke Ampel Surabaya. Konon ceritanya beliau hanya beberapa
menit melakukan perjalanan tersebut melalui bibir pantai di Tuban.
Setelah besar, beliau diberi nama Raden Paku oleh sunan Bonang atas titipan ayahnya
yang ternyata paman dari sunan Ampel yang berasal dari Champa. Paku disini memiliki arti
Paku atau tonggak agama islam di Jawa yang sangat kuat.
Dengan maksud bahwa raden Paku kelak menjadi pengajar dan penyebar agama islam
yang sangat berpengaruh di tanah Jawa.
Beliau mendirikan pesantren di daerah Giri, Tuban. Beliau sangt berpengaruh dalam
kasultanan Demak. Bahkan beliau sempat menjadi raja selama masa transisi sebelum
akhirnya diserahkan kepada Raden Patah.
Sunan Giri wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Gresik Jawa
Timur.
5. Sunan Derajat

Aggota sunan yang kelima adalah sunan Derajat. Sunan Derajat adalah putra dari
sunan Ampel dan Dewi candrawati, beliau juga adik dari sunan Bonang.
Sunan Derajat yang dikenal dengan nama Raden Qasim belajar agama islam dari
ayahnya di pondok pesantren yang ada di Ampel. Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang
tinggi dan tema-tema dakwahnya yang selalu berorientasi pada gotong-royong.
Beliau selalu menolong orang-orang yang yang membutuhkan, mengasihi anak yatim
dan menyantuni fakir miskin.
Beliau wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Pacitan,
Lamongan Jawa Timur.
6. Sunan Kalijaga

Anggota Walisongo yang keenam adalah sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra
dari Raden Sahur tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban) dan dewi Nawarum. Sunan Kalijaga
masih ada keturunan dari Ranggalawe, satria sakti dari kerajaan Majapahit.
Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Mas Syahid, dari kecil sudah belajar
mengenai islam. Karena beliau dari golongan ningrat, beliau tidak merasakan kekurangan
apapaun.
Namun beliau sangat sedih dengan keadaan rakyat di Tuban waktu itu, maka beliau
meninggalkan rumah orang tuanya untuk menjadi perampok yang baik. Beliau merampok
harta para orang kaya kemudian dibagikan kepada para fakir miskin.
Beliau dikenal dengan sebutan Lokajaya, perampok yang sangat ditakuti oleh para
saudagar-saudagar kaya. Namun ketika beliau bertemu dengan sunan Bonang dan hendak
merampoknya, beliau malah disadarkan dan mengikuti sunan Bonang untuk menjadi
muridnya.
Oleh sunan Bonang, Raden mas Syahid disuruh bertapa di tepi sungai untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama termasuk perbuatan merampok
orang. Walaupun merampok itu tujuannya mulia untuk membantu orang miskin, tetap saja
langkah yang diambil itu salah.
Sekian lama berlalu sunan Bonang sampai lupa kalau menyuruh Raden Mas Syahid
bertapa di tepi sungai. Ketika dihampiri, beliau sudah berjenggot bahkan sampai ada sarang
burung dikepalanya. Kemudian beliau diajak suann Bonang untuk mendalami islam di
pesantrennya.
Karena bertapa di tepi sungai itulah, beliau dikenal sebagai sunan Kalijaga, yang
artinya sunan penjaga kali atau penjaga sungai.
Ketika berdakwah menyebarkan agam islam, wilayah beliau tidak terbatas. Beliau
suka berkeliling dan memperhatikan masyarakat. Oleh sebab itu semua lapisan masyarakat
sangat bersimpati kepadanya.
Sunan Kalijaga mengikuti jejak gurunya yaitu sunan Bonang yang berdakwah
menggunakan berbagai media seni. Seperti seni pertunjukan wayang kulit, seni gamelan, seni
suara, seni ukir, seni busana dan kesastraan.
Sunan Kalijaga wafat pada abad 15 Masehi dan dimakamkan di Kadilangu, Demak
Jawa Tengah.
7. Sunan Kudus

Anggota walisongo yang ketujuh adalah sunan Kudus. Sunan Kudus adalah putra dari
Utsman Haji. Utsman Haji adalah orang yang menyebarkan agama islam di Jipang Panolan,
Blora.
Sunan Kudus dengan nama asli Jafar Sodiq menyebarkan agama islam di daerah
Kudus. beliau ahli dibidang ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadist, dan logika.
Untuk kepentingan dakwah, beliau menciptakan cerita keagamaan yang berjudul
gending maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 Masehi dan
dimakamkan di pemakaman masjid Menara Kudus.
8. Sunan Muria

Anggota walisongo yang kedelapan adalah sunan Muria. Beliau adalah putra dari
sunan Klaijaga. Beliau berdakwah seperti ayahnya yaitu berkeliling ke daerah-daerah
terpencil untuk menyebarkan agama islam.
Obyek dakwahnya adalah orang-orang dari kalangan rakyat biasa seperti pedagang,
nelayan dan petani. Metode dan cara dakwahnya juga banyak melalui seni kasustraan Jawa.
Beliau juga menciptakan tembang Jawa yang berjudul Sinom dan Kinanti. Suann Muria
wafat pada abad 16 Masehi dan dimakamkan di gunung Muria Kudus.
9. Sunan Gunung Jati

Anggota walisongo yang kesembilan adalah sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati
adalah cucu raja Pajajaran prabu Siliwangi. Namun demikian ada yang menceritakan kalau
sunan Gunung Jati berasal dari Samudera Pasai.
Menurut Purwaka Caruban Nagari, sunan Gunung Jati dihormati oleh kerajaan
Demak dan Pajang. Beliau mendapatkan gelar Raja Pandita.
Karena jasa beliau akhirnya islam dapat tersebar luas dan diterima oleh masyarakat
Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat yang sebelumnya sangat kuat dalam memeluk agama
nenek noyangnya yaitu agama Hindu.
Beliau mendirikan kasultanan Cirebon dab Banten. Disamping itu beliau juga
mendirikan pesantren Gunung Jati yang berada di Cirebon.
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 Masehi dan dimakamkan di desa Astana,
Gunung Jati, Cirebon.
Karomah Walisongo
Dalam menyebarkan agama islam di Jawa dan di Indonesia, anggota Walisongo
sering mengalami perlawanan-perlawanan dengan kerajaan yang memerintah pada waktu itu.
Namun Walisongo dengan gigih melakukan perlawanan dengan karomah yang
dimilikinya. Berikut beberapa legenda yang melibatkan karomah walisongo.
Legenda Walisongo Menyerang Majapahit
Ada berbagai legenda dan cerita berhubungan dengan peperangan antara anggota
walisongo dengan pasukan majapahit.
Saat menyerang Majapahit, Sunan Gunung Jati mengibaskan surbannya, dari sana
kemudian jutaan tikus keluar untuk meyerang pasukan Majapahit hingga berantakan.
Selanjutnya, ketika keris Sunan Giri dihunus dari sarungnya, maka keluarlah ribuan
lebah yang menyengat pasukan Majapahit. Kondisi ini membuat pasukan majapahit lari
tunggang langgang diserang oleh pasukan lebah.
Ketika peti mukjizat dari Palembang dibuka, terdengar suara ledakan seperti
seribu petir sehingga langit menjadi suram, rumah-rumah roboh, dan bumi berguncang. Dari
peti juga keluar jutaan mahkluk halus yang menimpakan malapetaka kepada pasukan
Majapahit.
Sementara itu, peci Sunan Bonang dapat mengeluarkan jutaan senjata yang
mengamuk menghantam pasukan majapahit. Semua kisah legenda yang sangat luar biasa ini
ditulis dalam kitab Walisongo dengan langgam Durma.
Legenda Sunan Giri
Sejak kecil Sunan Giri sudah menunjukkan karomah dalam dirinya. Pada waktu bayi
ia dibuang dengan dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya.
Namun ia selamat dan ditemukan oleh saudagar yang sedang berlayar di selat Bali
yang pemilik kapalnya adalah seorang wanita kaya raya dari Gresik. Untuk itu masa kecilnya
Sunan Giri bernama Joko Samudro.
Joko artinya anak laki-laki dan Samudro artinya lautan luas. Maka Joko Samudro
artinya anak laki-laki yang ditemukan di samudra (selat Bali).
Setelah besar ia belajar agama islam di pesantren milik Sunan Ampel di Surabaya.
Sunan Giri memiliki karomah yang diberikan Allah yaitu salah satunya dapat menyabda
beras menjadi selendang tenun Bali, pasir menjadi beras, dan kerikil menjadi Mutiara
permata.
Kalam yang sedang dipakai untuk menulis, dilemparkan kearah tantara Majapahit
yang datang menyerang dapat berubah menjadi keris Kalamunyeng dan menghancurkan
musuh tersebut.
Saat makam Sunan Giri hendak dibongkar dan dirusak oleh tantara Majapahit,
ternyata jutaan lebah keluar untuk menyerang pasukan sehingga mereka lari kalang kabut.
Legenda Sunan Bonang
Sunan Bonang yang masa mudanya berguru kepada ayahnya yaitu sunan Ampel,
memiliki pengetahuan ilmu agama islam yang tinggi.
Masa belajar di pesantren milik Ayahnya, ia berteman dengan Sunan Giri, karena memang
satu pondok pesantren.
Salah satu karomah Sunan Bonang yaitu dapat mengubah buah aren menjadi emas.
Karomah tersebut telah membuat Brandal Lokajaya bertobat kepada beliau ketika hendak
merampoknya dan akhirnya berguru kepada sunan Bonang.
Legenda Sunan Kudus
Sunan Kudus ketika menyerang Terung dengan tujuh prajuritnya oleh Adipati
Pecattondo dilihat seperti membawa ribuan prajurit hingga sang adipati menyerah tanpa
kekerasan senjata.
Legenda Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra dari adipati Tuban yang sangat kaya raya. Sunan Kalijaga
muda bernama Raden Mas Syahid. Ia tidak menyukai tindakan kesewenang-wenangan dari
kerajaan terhadap rakyat jelata.
Pada masa mudanya sebelum bertemu dengan sunan Bonang, ia menjadi perampok
yang mengambil harta para saudagar-saudagar kaya yang kemudian hasil rampasannya itu
dibagikan kepada rakyat miskin.
Sunan Kalijaga adalah Sunan yang memiliki banyak cerita legenda diantara sunan-
sunan lainnya. Karena memang Sunan Kalijaga adalah Sunan yang paling merakyat ketika
menyebarkan agama islam ke masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Bonang bersama dengan Syeh Siti Jenar.
Dalam syiar agama islam Sunan Kalijaga melakukan pendekatan-pendekatan yang masih
menggunakan unsur-unsur budaya Hindu atau Budha saat itu.
Dengan demikian ajaran islam mudah diterima oleh masyarakat yang masih memeluk
agama Hindu atau Budha saat itu.
Karomah Sunan Kalijaga diantaranya:
 Dapat menghidupkan kembali ayam tukung yaitu ayam panggang yang telah hilang
brutunya.
 Dapat menghidupkan ikan gurameh yang tinggal tulangnya saja, karena dagingnya
sudah dimakan.
 Dapat bertemu dan berguru pada Nabi Khidir di Lulmat Agaib, yang menjelma
menjadi bocah bajang (anak kecil) dan memberi wejangan tentang nafsu lawwamah,
ammarah, sufiah, dan muthmainnah.
 Dapat mengubah sebongkah tanah menjadi emas di hadapan Adipati Pandanaran
untuk menunjukkan bahwa mencari harta benda itu sebenarnya perkara gampang,
tetapi seringkali harta benda justru menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita
kembali kepada Allah Swt.
 Memiliki baju takwa bernama Kiai Antakusuma sebagai hadiah peninggalan dari
Rasulullah Saw. Baju itu dapat berubah-ubah warnanya menurut kesukaan yang
memandang.
 Bisa mengubah biji besi sebesar biji asam menjadi sebesar gunung. Ketika Sunan
Kalijaga membawa besi bahan untuk dijadikan keris kepada Empu Supo, karena
dipaido (dilecehkan) tidak cukup karena besinya hanya sebesar klungsu (biji asam),
lalu disabda menjadi sebesar gunung sehingga merepotkan Empu Supo sendiri. Oleh
karena itu, besi itu lalu diubah menjadi ukuran semula dan Empu Supo pun dapat
mengerjakannya menjadi keris yang ampuh.
Legenda Pembangunan Masjid Demak

Pembangunan Masjid Agung Demak hanya dilakukan dalam satu malam. Saking
keramatnya, pembangunan Masjid Demak juga dibantu beberapa binatang seperti katak hijau
dan kadal. Tetapi ada juga binatang yang mengganggu yaitu orong-orong.
Sedangkan untuk menentukan arah kiblat, Sunan Kalijaga menghubungkan kubah
Masjid Demak dengan kubah Masjidil Haram.
Di samping itu, legenda mengatakan bahwa Sunan Kalijaga dapat membuat tiang
Masjid Demak dari potongan kayu kecil-kecil (tatal) yang menjadi salah satu soko
guru (tiang) utama masjid. Kualitasnya tiang dari tatal ini tidak berbeda dengan tiang buatan
wali lainnya yang terbuat dari kayu jati glondongan yang besar.
Legenda Lembu Peteng Hendak Membunuh Sunan Ampel
Lembu Peteng adalah tokoh dunia persilatan dari Madura yang sakti mandraguna.
dalam legenda ini Lembu Peteng ingin membunuh sunan Ampel.
Dalam legenda dikisahkan ketika lembu Peteng hendak membunuh Sunan Ampel dari
belakang. Namun sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar dan
kehilangan segala kekuatannya.
Kekuatan Lembu Peteng seolah-olah hilang dan tidak bergeming untuk
melanjutkannya. Lembu Peteng baru pulih kembali setelah Sunan Ampel mengampuni
kesalahannya. Dan akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk membunuh Sunan Ampel.

Anda mungkin juga menyukai