PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dari data- data di atas Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo menaruh
perhatian terhadap hal ini , dengan cara memberikan perlindungan kesehatan
terhadap petugas kesehatan . Hal – hal yang telah dilakukan antara lain,
pemeriksaan kesehatan berkala, pencegahan penularan infeksi terhadap petugas
kesehatan , penyediaan sarana kewaspadaan standart, pemberian imunisasi/
profilaksis terhadap petugas khusus serta penatalaksanaan pasca pajanan.
2. Tujuan
a. Tujuan umum dari penatalaksanaan pasca pajanan adalah melindungi
petugas dari resiko infeksi atau resiko lain akibat kecelakaan/ kejadian
yang dialami saat menjalankan tugasnya.
b. Tujuan secara khusus adalah :
Petugas bisa menjaga sikap dan perilaku yang sesuai sehingga dapat
mencegah atau meminimalkan kecelakaan kerja.
Petugas yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena pajanan saat
menjalankan tugasnya dapat mengetahui apa yang harus dilakukan.
Mengetahui resiko – resiko yang ditimbulkan akibat pajanan
Memahami tindakan perlindungan terhadap bahaya penyakit
menular pada petugas kesehatan
Mampu menerapkan kewaspadaan untuk keselamatan petugas.
3. Pengertian
a. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan resiko
penularan.
b. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah
timbulnya infeksi pasca pajanan ( setelah terjadi peristiwa beresiko ).
c. Imunoglobulin Hepatitis B ( HBIG ) adalah kekebalan tubuh manusia
berupa globulin ( kelompok protein yang digunakan untuk produksi
antibodi ) yang digunakan untuk mencegah perkembangan hepatitis B
d. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh , yang berasal dari
protein darah jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan
antigen ( zat asing/ protein asing ) yang masuk ke dalam tubuh.
e. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam
darah menjadi keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan
antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum
sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi .
f. Enzim Immunoassay ( EIA )anti – Hepatitis C Virus merupakan uji
yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen ,
suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar
anti bodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA
dapat digunakan pada sebagian besar jenis sampel biologi seperti
plasma, serum, urine, dan ekstrak sel.
g. HIV adalah ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah retrovirus yang
termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA
sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina
dan air susu ibu dan virus ini ditularkan melalui hubungan seksual .
Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired Imuno
Deficiency Syndrome (AIDS)
h. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat
retrovirus.
i. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau
mencegah pekerjaan enzim protease.
j. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya
infeksi HIV dan munculnya antibodi yang dapat dideteksi
BAB II
TATA LAKSANA
Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau
benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat
terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang
bersangkutan.
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah terjadinya trauma
saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat
membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah dipakai, memanipulasi
dengan tangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit,
pisau,scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya kedalam wadah khusus yang tahan
tusukan/tidak tembus sebelum dimasukkan ke insenerator. Bila wadah khusus terisi ¾ harus
diganti dengan yang baru untuk menghindari tercecer.
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik bekas pasien
atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat dan tepat serta efektif
untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi yang tidak diinginkan.
Sebagian besar insiden pajanan okupasional adalah infeksi melalui darah yang terjadi dalam
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). HIV, hepatitis B dan hepatitis C adalah patogen
melalui darah yang berpotensi paling berbahaya, dan kemungkinan pajanan terhadap patogen
ini merupakan penyebab utama kecemasan bagi petugas kesehatan di seluruh dunia. Risiko
mendapat infeksi lain yang dihantarkan melalui darah (bloodborne) seperti hepatitis B dan C
jauh lebih tinggi dibandingkan mendapatkan infeksi HIV. Sehingga tatalaksana pajanan
okupasional terhadap penyebab infeksi tidak terbatas pada PPP HIV saja. Di seluruh
fasyankes, kewaspadaan standar merupakan layanan standar minimal untuk mencegah
penularan patogen melalui darah.
TATALAKSANA PAJANAN
Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi waktu kontakdengan darah, cairan
tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan untuk membersihkan dan melakukan dekontaminasi
tempat pajanan. Tatalaksananya adalah sebagai berikut:
a. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun/cairan antiseptik
sampai bersih
b. Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci
dengan sabun dan air mengalir
c. Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumurkumur dengan air
beberapa kali.
d. Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi), dengan posisi
kepala miring kearah mata yang terpercik.
e. Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
f. Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut.
TATALAKSANA PAJANAN BAHAN INFEKSIUS DI TEMPAT KERJA
Langkah 1: Cuci
a. Tindakan darurat pada bagian yang terpajan seperti tersebut di atas.
b. Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan langsung
dan Komite PPI atau K3. Laporan tersebut sangat penting untuk menentukan langkah
berikutnya. Memulai PPP sebaiknya secepatnya kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari
72 jam, setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak efektif.
Langkah 2: Telaah pajanan
a. Pajanan Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi adalah:
Perlukaan kulit
Pajanan pada selaput mukosa
Pajanan melalui kulit yang luka
b. Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata
Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal,
cairan sinovia, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan perickardial,
cairanamnion
Virus yang terkonsentrasi
c. Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui), dilakukan
pemeriksaan :
Hbs Ag untuk Hepatitis B
Anti HCV untuk Hepatitis C
Anti HIV untuk HIV
Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya
Faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas.
d. Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan dengan cara:
Pernahkan mendapat vaksinasi Hepatitis B.
Status serologi terhadap HBV (titer Anti HBs ) bila pernah mendapatkan
vaksin.
PemeriksaanAnti HCV (untuk hepatitis C)
Anti HIV (untuk infeksi HIV)
LANGKAH DASAR TATALAKSANA KLINIS PPP HIV PADA KASUS KECELAKAAN
KERJA
1. Menetapkan memenuhi syarat untuk PPP HIV.
2. Memberikan informasi singkat mengenai HIV untuk mendapatkan persetujuan
(informed consent).
3. Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi HIV dengan melakukan tes HIV
terlebih dahulu.
4. Pemberian obat-obat untuk PPP HIV.
5. Melaksanakan evaluasi laboratorium.
6. Menjamin pencatatan.
7. Memberikan follow-up dan dukungan.
Table Dosis obat ARV untuk PPP HIV bagi orang dewasa dan remaja
DOKUMENTASI
1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang
terpajan, 1 lembar diserahkan ke Instalasi Gawat Darurat atau Poliklinik dimana
petugas yang terpajan mendapatkan perawatan dan pengobatan dan lembar kedua
diserahkan ke tim PPI.
2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang
merawat, 1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana petugas yang
terpajan bekerja dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
BAB IV
PENUTUP
Panduan Pasca Pajanan ini disusun sebagai acuan untuk melindungi petugas yang sedang
menjalankan tugasnya sehari-hari. Diharapkan melalui Panduan Pasca Pajanan ini, dapat
tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam tata laksana pasca pajanan di rumah
sakit secara nyata.
Dengan perkembangan ilmu pula buku ini akan direvisi secara berkesinambungan,
untuk itu mohon masukan dari semua pihak demi terwujudnya Buku Panduan Pasca Pajanan
yang bermutu. Setiap masukan demi perbaikan Buku Panduan Pasca Pajanan ini akan
diterima secara terbuka untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
Lampiran II
Peraturan Direktur Rumah Sakit Aulia
Nomor ….
Tentang
Panduan Pasca Pajanan
FORMULIR LAPORAN PASCA PAJANAN
LAPORAN PAJANAN
Formulir A
Formulir A dibuat rangkap dua/ dikopi. Formulir diisi oleh petugas tenaga kesehatan yang terpajan , diserahkan ke
instalasi Gawat atau Poliklinik dan tembusan ke tim PPI
LAPORAN PAJANAN
Formulir B
2. Untuk perhatian