Anda di halaman 1dari 7

HISTORIS JALAN RAYA DI INDONESIA

Wira Arga Waringga

0707182

Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

1. Pendahuluan

Kelangsungan kehidupan manusia sangat bergantung pada bagaimana cara


mereka berpindah tempat atau sistem tranportasinya, dengan kata lain manusia sangat
tergantung pada jalan. Jalan pada dasarnya hanyalah seberkas jejak-jejak yang telah atau
sering dilewati oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, hal tersebut terjadi
pada saat zaman pra sejarah. Seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban
manusia, manusia membutuhkan “jalan” yang lebih praktis dan pasti. Perkembangan jalan
yang asalnya hanya seberkas jejak-jejak yang sering dilewati, berangsur-angsur
berkembang menjadi jalan raya modern seperti yang kita kenal sekarang ini.

Pada zaman purbakala, gerakan berpindah-pindah hanay dilakukan di wilayang


yang sempit dan berpusat disekitar sungai, danau, rawa-rawa, dan semak belukar untuk
memperoleh air dan bahan makanan. Karena kebutuhan yang cukup tinggi, maka manusia
membuat jalan yang paling sedikit rintangannya.

Dewasa ini perkembangan pembangunan jalan raya di Indonesia terbilang cukup


mengagumkan, hal ini dissebabkan karena hasrat untuk mempertahankan kelangsungan
kehidupan mereka. Dengan hasrat seperti itulah masyarakat membutuhkan sarana yang
praktis dan cepat untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti rumah tinggal, pekerjaan,
makan, dan minum.

2. Perkembangan Jalan

Perkembangan jalan di dunia ini disesuaikan dengan perkembangan manusia.


Peradaban, kebudayaan, dan kebutuhan yang meningkat untuk melangsungkan kehidupan
mereka, membuat mereka membutuhkan jalan yang sedikit rintangannya. Bagaimana
perkembangan jalan dari zaman purba sampai sekarang? Perkembangan jalan diawali
dengan jalan purbakala sampai sekarang kita mengenal yang namanya jalan modern.

1
1. Jalan Purbakala

Jalan purbakala adalah jalur jalan yang sempit dan dilalui satu orang.
Karena sering dilalui maka pada jalur jalan yang sempit tersebut terdapat
bekas jejak atau jalan jejak yang berfungsi sebagai penuntun arah.

Perkembangan jalan purbakala dapat diketahui dari beberapa penemuan


para ahli tranportasi di tempat tertentu, yaitu:

a. Kurang lebih pada saat 3500 SM ditemukan jalan yang diperkeras di


daerah Mesopotamia.
b. Jalan yang terdiri dari susunan blok-blok batu besar yang ditemukan
diantara Babilonia hingga Mesir, jalan tersebut kurang lebih dibangun
antara tahun 2500 – 2568 SM.
c. Kurang lebih pada tahun 1500 SM dibangun jalan yang diperkeras oleh
batu-batuan di daerah Pulau Crate di wilayah pantai timur tengah, yang
sekarang termasuk wilayah Yunani.
d. Pada tahun 620 SM di temukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-
lapis, yaitu dari lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-
batu besar, batu-batu bronjor yang dicampur mortar, batu kerikil, dan
kemudian ditutup dengan lapisan batu plat. Jalan ini ditemukan di daerah
Babiloniadiantara muara sungai Euphrat dan Tigris.

2. Jalan Semi-Modern

Jalan semi-modern adalah jalur jalan yang lapisan jalannya sudah


mengalami perkerasan, namun mulia mempertimbangkan nilai ekonomis.

3. Jalan Modern

Jalan modern adalah jalur jalan yang permukaan jalannya sudah


mengalami perkerasan dan sudah memiliki nilai aman, nyaman, dan
ekonomis. Dikatakan jalan modern jika telah sesuai kualitasnya dengan
lembaga yang ada yaitu AASHO.

2
3. Perkembangan Jalan Raya di Indonesia

Permbangunan jalan raya di Indonesia terjadi pada saat dimulainya kerajaan-


kerajaan di wilayah Nusantara, antara lain pada zaman kerajaan Tarumanegara, kerajaan
Melayu, kerajaan Kutai, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan lainnya mulai dari tahun 400 –
1519 Masehi. Pada zaman kerajaan tersebut Indonesia merupakan pusat perdagangan
mancanegara khususnya Cina, India, Portugis, Saudi Arabia, dan Beland. Dalam
melakukan perdagangan mereka membuat jalan untuk mengangkut barang-barang
dagangan dan mengangkut batu-batu besar untuk membuat candi. Sampai sekarang belum
diketahui jelas bagaimana susunan konstruksinya.

Pada tahun 1605, VOC turut memperbanyak jalur jalan, yaitu dari pusat-pusat
pertanian dan perkebunan rakyat menuju ke dermaga pelabuhan eksport. Selain itu pada
tahun 1808 dibawah pemerintahan India Belanda yaitu Gubernur Jendral Herman Willem
Daendels, dibangun jalan pos di pulau Jawa dan selesai pada tahun 1811. Pembangunan
jalan pos ini membentang dari Anyer sampai Panarukan, yaitu melaului Jakarta, Bandung,
Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, dan Banyuwangi sepanjang kurag lebih
1500 km. Tujuan pembangunan jalan ini lebih ditekankan pada fungsi strategi militer
pemerintah Hindia-Belanda yaitu mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
Raya. Dengan adanya jalur transportasi ini, pemerintah Hindia-Belanda berharap:

1) Mobilisasi bantuan militer saat musuh menyerang menjadi lebih cepat;


2) Dapat mengontrol pergerakan orang-orang pribumi dengan adanya patroli-patroli
militer;
3) Mempersingkat waktu tempuh komoditas perkebunan hasil sistem tanam
paksa(cuult ur -stelsel) dari tempat produksi hingga pelabuhan ekspor, sehingga
barang ekspor tidak rusak dan tidak jatuh harganya di pasaran; dan
4) Perkembangan informasi yang terjadi begitu cepat dapat diketahui dengan segera
melalui jasa pengiriman kabar/surat.

Gambar 1. Peta route jalan Pos atau De Grote Posteg

3
Pada tahun 1830 pemerintahan penjajah India Belanda menjalankan siasat tanam
paksa, dimana rakyat Indonesia dipaksa untuk mengolah lahan pertaniannya agar
menghasilkan kenis-jenis komoditi yang mereka perlukan sebagai bahan ekspor dan
kebutuhan bangsanya. Disini jaringan jalan dipergunakan yaitu untuk mengangkut hasil-
hasil bumi dari daerah pedalaman ke dermaga serta untuk mempermudah penguasaan atas
rakyat. Selain itu, pada tahun tersebut dibangun juga jalur kereta api dan infrastruktur
lainnya.

Gambar 2. Jalur kereta api (warna merah) Hindia-Belanda di Pulau Jawa

Pada tahun 1973 pemerintah Indonesia membangun jalan tol untuk pertama
kalinya, yaitu jalan tol Jagorawi. Jalan tol ini menghubungkan Jakarta - Bogor - Ciawi.
Jalan ini dibangun dengan biaya 350 juta perkilometer pada kurs waktu itu. Jalan tol
sepanjang lebih kurang 60 km ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret
1978. Saat diresmikan jalan tol tersebut baru ruas Jakarta - Citeureup dengan karyawan
200 orang. Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang didanai APBN dari
pinjaman luar negeri, kemudian pengelolaannya diberikan kepada PT. Jasa Marga sebagai
modal awal perusahaan tersebut dan merupakan penyertaan pemerintah. Jalan tol
Jagorawi dikelola oleh PT. Jasa Marga Indonesia. Jagorawi sendiri merupakan singkatan
kata dari (Ja)karta - Bo(gor) - Ci(awi).

Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan
butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam
hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan
teknologi beton mastik. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal
panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul
dengan jenis yang lain seperti aspal beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain. Teknik-
teknik tersebut kebanyakan hanya mengembangkan jenis lapisan penutup tempat dimana
muatan/beban langsung bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan

4
demi menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat
mereduksi biaya pembuatan maupun perawatan.

Pada tahun 1990, jalan layang atau flyover pertama juga telah berhasil dibangun
oleh pemerintah Indonesia. Jalan layang ini dibangun antara Cawang – Tanjung Periok
Jakarta dengan menggunakan sistem Sostrobahu hasil temuan Ir. Tjokorda Raka
Sukawati.

Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor mulai banyak dimiliki
masyarakat, timbul pemikiran untuk membangun jalan raya yang lebih menyamankan dan
aman. Kendaraan dengan mesin yang dapat melaju lebih kencang memberikan guncangan
yang lebih keras dan ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara saat berjalan pada
jalan raya yang ada, hal ini yang kemudian melahirkan metode perkerasan baru. Di Barat,
konstruksi jalan raya telah dikaji secara mendalam dimana mereka mulai memperhatikan
seperti:

1) perhitungan tebal perkerasan;

2) konstruksi perkerasan dan lapisan penutup;

3) perencanaan geometris.

Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan penjajahan


maupun kolonialisme yang terjadi di sebagian besar wilayah dunia, termasuk Indonesia di
bawah penjajahan Belanda. Bentuk konstruksi perkerasan jalan raya yang lazim bahkan
hingga saat ini adalah seperti gambar di bawah ini.

A1

A2

B1

B2

C
Keterangan:

A : Lapisan Penutup/Aspalan A1 : Lapisan Penutup (Surfac e )

5
A2 : Lapisan Pengikat (Binder ) B2 : Perkerasan Bawah (Sub- Base )

B : Perkerasan C : Tanah Dasar (Sub -Grade )

B1 : Perkerasan Atas (Bas e )

Konstruksi perkerasan berlapis-lapis seperti ini dikenal dengan konstruksi


sandwich atau kue lapis, merupakan suatu konstruksi plaat elastis yang terletak pada
suatu landasan yang elastis pula (tanah dasar). Konstruksi seperti ini termasuk sistem
konstruksi statis tak tentu (statisch onbepaald) bertingkat banyak. Perbedaan kondisi
tersebut dengan konstruksi statis tertentu misalnya pada jembatan gelagar adalah:

a) Pada konstruksi statis tertentu pembagian kekuatan-kekuatan (momen-momen


dan gaya- gaya) dari muatan pada bagian-bagian konstruksi dan pandemen tidak
bergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I) bagian/batang konstruksi
tersebut, sehingga perhitungan menjadi lebih sederhana; sementara
b) Pada konstruksi statis tidak tertentu pembagian kekuatan dari muatan pada bagian
konstruksi dan pandemen tergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I) dari
bagian konstruksi tersebut, sehingga perhitungan menjadi rumit.

Perkembangan Metode Perkerasan Jalan Raya di Indonesia

Selanjutnya, perkembangan cara perhitungan tebal konstruksi perkerasan di


Indonesia dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

 Tahap ke-1 menitik beratkan kepada pengalaman-pengalaman di lapangan,


sehinggarumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus empiris;
 Tahap ke-2 menitik beratkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan teori
pendekatan yang dilengkapi dengan pengalaman; rumus yang diperoleh adalah
rumus-rumus teoretis yang dilengkapi dengan koefisien-koefisien hasil pengalaman
untuk keperluan praktik disertai pula dengan grafik atau nomogram;
 Tahap ke-3 : mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan
percobaan yang intensif di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan
analitis yang dilengkapi dengan rumus empiris laboratorium.

Demikianlah perkembangan pembangunan jalan di Indonesia khususnya di pulau Jawa.

Pemerintah Indonesia dewasa ini terus berupaya membangun dan


mengembangkan jaringan jalan raya baru yang bertujuan untuk membuka isolasi daerah
terpencil. Beberapa jalur jalan raya modern yang berhasil dibangun oleh pemerintah
Republik Indonesia :

6
 Jalan raya Trans-Sumatera sepanjang 200 km di Sumatera- Jambi
 Jalan raya Amura-Duluduo sepanjang 200 km di Sulawesi Utara
 Jalan tol Cikampek di Jawa Barat sepanjang 60 km
 Jalan bebas hambatan Medan-Tanjung Merawa di Sumatera Utara
 Jalan tol Jakarta – Merak
 Jalan tol Padalarang – Cileunyi di Bandung
 Jalan tol Krapyak – Spondol di Semarang
 Jalan tol Cipularang di Bandung – Jakarta
4. Kesimpulan

Jalan raya dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka agar
dapat bertahan hidup atau melangsungkan kehidupan mereka. Jalan raya yang cepat dan
praktis atau sudah memenuhi syarat yang artinya memiliki hambatan yang sedikit sangat
di harapkan, oleh karena itu manusia terus melakukan perkembangan-perkembangan di
bidang jalan raya, termasuk di Indonesia.

Perkembangan jalan raya di Indonesia sebenarnya telah terjadi pada saat zaman
kerajaan, namun masih belum jelas susunan konstruksi yang digunakan. Secara umum
perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang pesat sejak tahun
1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan
fungsinya. Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal
sekitar pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesat sejak tahun
1980. Walaupun pada tahun 1605 telah dibangun jalan Pos yang dilakukan oleh pihak
pemerintah penjajah India Belanda.

5. Daftar Pustaka

Agus, S.(2002). Geometri Jalan Raya. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

http://biografiplus.blogspot.com/2010/09/jalan-tol-pertama-di-indonesia-jalan.html

Sutrisno, T dkk. (2010).Perkembangan Jalan Raya di Indonesia (Jalan Pos). Jakarta : Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai