Keterkaitan Ergonomi Dengan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3 PDF
Keterkaitan Ergonomi Dengan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3 PDF
UNIVERSITAS TELKOM
Gilang Bagaskara
Abstrak
Pada umumnya manusia selalu memiliki suatu pekerjaan (work occupation) dan sebagian besar
waktunya di gunakan untuk bekerja sehingga dapat menyebabkan manusia menderita penyakit yang
mungkin disebabkan oleh faktor kelelahan dalam melakukan pekerjaannya. Karena alasan tersebut
maka berkembanglah ilmu yang dikenal dengan kesehatan kerja (occupational health). Disamping
mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit
akibat (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work
related disease). Kesehatan kerja berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan
untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (healt promotion) pada
manusia pekerja tersebut (Alamsyah, 2004).
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem atau program yang didasari pendekatan ilmiah
untuk mencegah dan mengurangi terjadinya bahaya dan resiko suatu pekerjaan. Dengan demikian
bahwa kesehatan dan keselamatan dalam suatu pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi
produktifitas suatu pekerjaan.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Yang menjadi dasar permasalahan dalam bahasan ergonomi adalah adanya interaksi antara
manusia, mesin/alat kerja, dan lingkungan kerja. Dimana interaksi tersebut tidaklah selalu
menguntungkan bagi setiap manusia.
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman
dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja tambahan(fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Pada hakikatnya ergonomi dan k3 adalah 2 hal yang tidak dapat di pisahkan. Salah satu
tujuan dari k3 adalah mengurangi resiko kerja akibat kecelakaanmaupun penyakit akibat pekerjaan.
Salah satu upaya untuk meminimalisir kecelakaan yaitu dengan merancang sistem kerja yang di
sesuaikan dengan kondisi fisik manusia. Dengan hal ini kenyamanan pekerja sangat di utamakan,
dalam proses ini di butuhkan disiplin ilmu ergonomi dalam perancangan sistem kerja. Ada beberapa
contoh kasus yang tidak memiliki sistem ergonomi, antara lain :
1. Hasil kerja(kualitas dan kuantitas) yang tidak sesuai
2. Sering terjadi kecelakaan kerja
3. Human error
4. Pekerja mengeluhkan pegal dan nyeri pada bagian tubuhnya
5. Alat kerja yang tidak sesuai dengan fisik pekerja
6. Lingkungan kerja yang tidak teratur
7. Komitmen kerja yang rendah
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif,
nyaman, aman, sehat dan efisien)
Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode, lingkungan dan
peralatan kerja yang mampu menstimulasi ENASE sesuai dengan pekerjaan. ENASE tidak hanya
dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis juga. Tubuh manusia
apabila dibebani kerja secara terus menerus (dalam keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan
bisa jadi berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami beberapa
keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk ke
depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon
4. Iritasi pada cabang saraf tepi
1. Lingkungan kerja
2. Penerangan/cahaya
3. Temperatur/suhu udara
4. Kelembaban
5. Sirkulasi udara
6. Musik
7. Kebisingan
8. Keamanan
9. Getaran mekanis
10. Bau tidak sedap
11. Tata warna
12. Dekorasi
Ada juga beberapa industri yang secara nyata telah membuat bagian khusus ergonomi di
bawah divisi HSE yang notabene dari namanya seharusnya hanya mengurusi K3 dan lingkungan,
mereka dengan sadar membuat bagian ergonomi tersebut selain mengurusi K3 juga untuk
meningkatkan produktivitas atau performa kerja dan sistem. Untuk kasus tersebut perusahaan telah
sadar bahwa ergonomi tidak hanya mengurusi health dan safety atau K3 tapi juga mengurusi
performa kerja dan produktivitas kerja atau sistem dsb namun mungkin mereka bingung dimanakah
bagian ergonomi tersebut seharusnya diletakkan. Di pihak lain ada beberapa yang terbalik dan lebih
ekstrim yakni menganggap ergonomi hanya berurusan dengan MSD dan kenyamanan atau hanya
mengurusi masalah performa kerja dan produktivitas kerja dan kurang menganggap ergonomi ada
kitannya dengan K3.
Untuk mencapai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka pekerja harus dilindungi dari
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasir
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah dengan merancang suatu sistem kerja (job / task)
(alat kerja, elemen kerja, prosedur kerja, lingkungan kerja, bahkan organisasi kerja dsb) yang
disesuaikan (fit) dengan kondisi manusia (man) seperti perilaku, kemampuan, keterbatasan,
kapasitas, dan karakteristik manusia. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk, dan posisi berdiri .
Adapun keuntungan dari posisi kerja duduk yang ergonomis sebagai berikut:
- Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila
mengalami pembebanan.
Contoh-contoh di atas membuktikan bahwa segala upaya untuk mencapai K3 dilakukan dengan
upaya menyesuaikan dengan kemampuan, kapasitas, keterbatasan dan karakteristik manusia (fitting
the job to the man) dan proses penyesuaian (fitting) inilah dibutuhkan disiplin ilmu ergonomi dalam
perancangan suatu sistem kerja atau elemen kerja.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan untuk mecapai K3 maka sistem kerja atau elemen kerja yang ergonomis
harus dirancang. Ergonomi juga dapat merancang bagaimana sistem kerja menjadi produktif atau
efektif dengan cara mengurangi resiko-resiko eror atau kesalahan kerja dan mengefisienkan proses
kerja .Namun perlu diketahui bahwa inti dari semua indikator kerja yang baik itu adalah keselamatan
kerja, karena setelah keselamatan kerja tercapai maka barulah kesehatan kerja, produktivitas kerja,
kepuasan kerja dan seterusnya dapat tercapai pula.
Untuk meningkatkan K3 diperlukan ergonomi dalam merancang sistem kerja atau elemen
kerja dan semua usaha untuk mencapai K3 bisa dibilang merupakan upaya ergonomi, jadi tidak betul
jika ergonomi didefinisikan hanya mencakup beban fisik, postur kerja dan MSD karena masih banyak
lingkup lainnya dalam K3 seperti lingkungan (kebisingan, temperatur, B3 dsb), kognisi, organisasi, dan
semua hal yang berhubungan dan ada di dalam sistem kerja (alat kerja, elemen kerja, prosedur kerja,
lingkungan kerja, bahkan organisasi kerja dsb).
Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan disebabkan oleh faktor dari
pekerja sendiri atau dari pihak manajemen, karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor penyebab
yang di timbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan kerja atau
bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi
ergonominya.
Daftar Pustaka
http://mataratu22.blogspot.com/2013/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-
dan.html#ixzz3tpgTpNNY
Arif, C. 2009. Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi. Universitas Padjajaran. Bandung
[Makalah].
Laksmiwaty, P. 2009. Penerapan Ergonomi dan Keselamatan Kesehatan Kerja untuk Desain
Stasiun Kerja dan Perilaku Pekerja (Studi Kasus: Industri Furniture Kayu Sari Tanah Karo
Malang). Surabaya [Thesis].
Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987. P.
65-72.
Tim Ergoinstitute. 2008. Kisah Sukses Penerapan Ergonomi. Ergo News. Edisi 3. Juni 2008.
Bandung.
Tresnaningsih E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Online. 2007. Available
from url: www.depkes.go.id.
Yanri, Z., M. Yusuf, A. W. Ernawaty. 1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Kehutanan (Terjemahan Elias). International Labour Office. Geneva
http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/05/hubungan-ergonomi-dan-k3.html
http://atrinputry02.blogspot.co.id/2011/11/ergonomi-k3lh.html