Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Pelaksanaan Rehabilitasi Di Badan Narkotika Nasional (BNN)


Kota Cirebon
Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, rehabilitasi
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika,
prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol.
Pada hakikatnya rehabilitasi bagi para pecandu narkoba bersifat
penting,dikarenakan dengan adanya rehabilitasi dapat membantu klien
untuk proses pemulihan pada ketergantungan penyalahgunaan narkoba
secara komperehensif melalui aspek biopsikososial dan spritual yang
memerlukan kemauan keras,kesabaran,konsistensi,dan pembelajaran terus-
menerus.
Untuk mengetahui proses apa saja yang diakukan kepada klien pecandu
narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon,peneliti
mengambil data awal di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon.

1. Assesmen kepada klien pecandu narkoba

” Assesmen digunakan untuk menentukan besar masalah yang ada pada


individu, diperlukan suatu asesmen klinik secara lengkap, dimana hasil
asesmen ini merupakan dasar untuk menentukan diagnosis serta rencana
terapi yang sesuai untuk individu yang bersangkutan. Secara umum
asesmen dapat digambarkan sebagai suatu proses mendapatkan informasi
tentang klien secara komprehensif, baik pada saat klien memulai program,
selama menjalani program, hingga selesai mengikuti program. Informasi
tentang klien pada umumnya dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
wawancara dan pemeriksaan medik.” ( Hasil wawancara dengan Ibu widi,
Kamis 20 Desember 2018,pukul 10.00)
Menurut ibu Indah “dalam menentukan diagnosis gangguan penggunaan
narkotika ada dua langkah yang bisa dilakukan, yang pertama adalah
skrining dengan menggunakan instrumen tertentu.Tujuan skrining ini
hanya untuk mendapatkan informasi adakah suatu faktor resiko dan atau
masalah yang terkait dengan penggunaan narkotika. Berbagai instrumen
skrining dan asesmen yang dapat digunakan dalam menggali
permasalahan terkait gangguan penggunaan narkotika telah
dikembangkan secara global, baik yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga
penelitian di negara maju, maupun badan-badan dunia khususnya WHO.
Beberapa instrumen yang mengakomodasi penggunaan berbagai jenis
narkotika yaitu ASSIST (Alcohol,Smoking, Substance Use Involvement
Screening & Testing),DAST 10 (Drug Abuse Screening Test), dan ASI
(Addiction Severity Index). Penerapan atas instrumen tertentu biasanya
dikaitkan dengan penggunaan instrumen tersebut pada berbagai
negara.”(wawancara pada 7 November 2018 pukul 14.15)

Untuk dapat mengenali keterlibatan seseorang pada narkotika digunakan


beberapa alat yaitu instrumen skrining seperti ASSIST,urin analisis,kajian
resep / obat-obatan yang diminum klien sebelumnya. Hal yang harus
diperhatikan adalah penemuan kasus melalui alat skrining yaitu perlu
dilanjutkan dengan proses asesmen sehingga diperoleh gambaran klinis
yang komperhensif. Urin analisis merupakan alat skrining yang paling
sering digunakan, untuk mendiagnosis urin analisis dilakukan juga dengan
cara wawancara/instrumen skrining tentang riwayat penggunaan narkotika
ataupun penggunaan obat-obatan. Urin analisis hanya merupakan skrining
awal yang penting untuk mendeteksi penggunaan natkotika dalam kondisi
akut.

“Ada beberapa langkah-langkah asesmen klinis,yang pertama yaitu


asesmen awal , asesmen yang dilakukan pada saat klien berada pada
tahap awal rehabilitasi, umumnya dilakukan pada dua sampai empat
minggu pertama. Asesmen awal umumnya dapat diselesaikan dalam dua
sampai tiga minggu pertemuan. Pada beberapa pasien dengan kondisi
fisik baik dan sikap yang kooperatif, asesmen bahkan dapat diselesaikan
dalam sekali pertemuan. Yang kedua yaitu rencana terapi,pada sebagian
besar klien, terapi yang dibutuhkan umumnya berkait dengan terapi
rehabilitasi masalah penggunaan narkoba. Namun mereka juga
membutuhkan terapi-terapi terkait lainya, seperti misalnya konseling
keluarga, pelatihan vokasional, pelatihan menjadi orang tua yang efektif,
dan lain-lain. Yang ketiga yaitu asesmen lanjutan,asesmen bagi klien tidak
hanya dilakukan pada saat masuk program terapi rehabilitasi, namun
perlu diulang pada kurun waktu selama dia berada dalam program dan
ketika yang bersangkutan selesai mengikuti program. Hal ini bertujuan
untuk melihat kemajuan yang terjadipada diri klien,mengkaji isu-isu
terkini yang menjadi masalah bagi klien dan informasi baru yang
diperoleh selam klien menjalani proses terapi,melakukan kajian atas
rencana terapi dan melakukan penyesuaian rencana terapi.”(Hasil
wawancara dengan ibu Widi,20 Desember 2018,pukul 11.00)

langkah-langkah asesmen klinis,yang pertama yaitu asesmen


awal,asesmen ini dilakukan pada saat awal klien di rehabilitasi, Yang
kedua yaitu rencana terapi,pada sebagian besar klien, terapi yang
dibutuhkan umumnya berkait dengan terapi rehabilitasi masalah
penggunaan narkoba. Namun mereka juga membutuhkan terapi-terapi
terkait lainya, seperti misalnya konseling keluarga, konseling
individu,yang ketiga yaitu asesmen lanjut bertujuan untuk melihat
kemajuan yang terjadipada diri klien.

2. Teknik rehabilitasi
“Dalam melakukan proses rehabilitasi,petugas rehabilitasi Badan
narkkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon,menggunakan teknik-teknik
yaitu,terapi obat-obatan/farmakoterapi,intervensi singkat,konseling adiksi
psikodukasi keluarga,kelompok bantu diri antar sesama pecandu”( Hasil
wawancara dengan ibu Widi, 20 Desember 2018,pukul 14.00)

Beberapa teknik-teknik dalam proses rehabilitasi yaitu,terapi obat-


obatan/farmakoterapi,intervensi singkat,konseling adiksi psikodukasi
keluarga,kelompok bantu diri antar sesama pecandu.

3. Metode Rehabilitasi
Metode yang digunakan oleh konselor dalam pmemberikan layanan
rehabilittasi kepada klien yaitu metode Therapeutic community (TC) Tujuan
utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah
masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program
TC, merupakan program yang disebut Drug Free Self Help Program.
program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif, feedback
dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan pribadi,
sharing norma dan nilai-nilai, struktur & sistem, komunikasi terbuka,
hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik. Aktivitas dalam TC
akan menolong peserta belajar mengenal dirinya melalui lima area
pengembangan kepribadian, yaitu manajemen perilaku, emosi/psikologis,
intelektual & spiritual, vocasional dan pendidikan, keterampilan untuk
bertahan bersih dari narkoba.(Hasil wawancara dengan bu Widi 6 November
2018 pukul 13.40)
Metode yang digunakan oleh konselor dalam pmemberikan layanan
rehabilittasi kepada klien yaitu metode Therapeutic community (TC) Tujuan
utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah
masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif.

4. Terapi yang digunakan dalam proses rehabilitasi


“Untuk terapi rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Kota ( BNN)
Cirebon dilakukan 2 terapi yaitu yang pertama terapi rehabilitasi medis
dengan menggunakan terapi sistomatik yaitu pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika atau pemberian
obat-obatan dengan pengurangan dosis sesuai klien. Yang kedua yaitu
rehabilitasi sosial yaitu kegiatan pemulihan secara terpadu,baik secara
fisik,mental maupun sosial dengan menggunakan teknik konseling dan
pemberian motivasi agar pecandu dapat kembali melaksanakan fungsi sosial
dalam kehidupan masyarakat.”( Hasil wawancara dengan ibu Widi, 20
Desember 2018,pukul 14.10)
Terapi rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Kota ( BNN) Cirebon
dilakukan 2 terapi yaitu yang pertama terapi rehabilitasi medis dan terapi
rehabilitasi sosial.
5. Alur rehabilitasi

Klien datang

Bagian Pendaftaran:

1. Mengisi Form registrasi klien


2. Membuat surat pernyataan
3. Membuat surat pernyataan
4. Menyerahkan KTP dan KK

Asesmen
Pemeriksaan Urine
Oleh petugas

Rawat jalan Rawat Inap

(Hasil dokumentasi di Badan Narkotika Nasional Kota Cirebon


7 November 2018 pukul 14.00)
6. Hambatan
Dalam melaksanakan suatu program maupun rehabilitiasi. Akan ada
hambatan dalam pelaksanaannya,begitu juga dengan pelaksanaan rehabilitsi
bagi pecandu narkoba di Badan Narkotika Nasional ( BNN) Kota Cirebon
yang tidak luput dari suatu hambatan.
“Pasti kita juga mengalami hambatan dalam melaksanakan program
rehabilitasi,kalau kami hambatannya itu di pelaksanaan rehabilitasi klien.
Jadi,pada saat tahap rehabiitasi rawat jalan,klien kan harus datang untuk
rehabilitasi selama 8 kali pertemuan. Namun,saat di tengah proses
rehabilitasi kebanyakan klien tidak konsisten untuk direhabilitasi seperti
tidak datang ke BNN Kota Cirebon untuk rehabilitasi”( Hasil Wawancara
dengan Ibu Widi 7 November 2018 Pukul 14.30)

Hambatan dalam pelaksanaan rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Kota


Cirebon yaitu ketidak konsisten nya klien dalam tahap rehabilitasi,
sebagaimana beberapa klien yang seharusnya melaksanakan rehabilitasi 8 kali
pertemuan dalam 3 bulan akan tetapi malah menjadi lebih dari 3 bulan dalam
pelaksanaan rehabilitasi.

B. Gambaran Pecandu Narkoba

No. Identitas Kronologis Layanan Hasil


menggunakan yang
narkoba diberikan
1. S, 23 Tahun,Laki- Awalnya Konseling Klien bisa
laki,Cirebon menggunakan individu terlepas dari
sabu hanya dan narkoba jenis
untuk rehabilitasi sabu, dan saat
dopping medis ini klien
sehari-hari. sudah bekerja
Akan tetapi dan terlepas
klien menjadi dari narkoba
kecanduan.
Biasanya
klien
menggunakan
3-4 kali
dalam
seminggu.
Tergantung
dari
keuangan
klien.
2. B, 22 Tahun, Awal Konseling Klien sudah
perempuan, menggunakan individu terlepas dari
Cirebon narkoba jenis dan sabu dan
sabu bersama rehabilitasi memiliki
teman nya medis palnning
dalam waktu kedepan nya
sebulan serta
menggunakan perubahan
sabu selama 2 pola pikir
hingga 3 kali.
3. I, 19 Tahun, Laki- Awal Konseling Klien bisa
Laki, Cirebon menggunakan individu tidur
karena dan nyenyak,tidak
pengaruh rehabilitasi gelisah,
lingkungan medis pikiran tidak
sekitar dan kosong,dan
hanya coba- lebih
coba dan memiliki
ditawari oleh motivasi
temannya hidup
1) Keadaan Klien sebelum direhabilitasi

Adapun dalam penelitian ini terdapat klien rehabilitasi sebagai oobjek


yang akan diteliti. Dari hasil wawancara,observasi serta dokumentasi
diambil data dari dua klien sebagai objeknya,dimana peneliti melaakukan
wawancara terlebih dahulu kepada petugas rehabilitasi untuk mengetahui
psikis klien sebelum mendapatkan rehabilitasi dn konseling di Badan
Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon.

a. Kasus Pertama

Inisial :S

Usia :23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Cirebon

“Saya awalnya menggunakan sabu dari kawan saya dan hanya untuk
dopping sehari-hari. Akan tetapi saya menjadi kecanduan. Biasanya
saya menggunakan 3-4 kali dalam seminggu. Tergantung dari
keuangan saya. Setelah keadaan seperti itu,saya menjadi kecanduan
terhadap sabu. Jika tidak mengkonsumsi sabu,saya akan sakau”.
( Hasil wawancara dengan ibu widi di BNN Kota Cirebon,30
November 2018 pukul 13.30)

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, ibu Widi memaparkan


layanan rehabilitasi yang diberikan petugas Badan Narkotika Nasional
(BNN) Kota Cirebon kepada klien pecandu narkoba.
“Kami menerima kasus S, atas rujukan dari keluarga,pada saat S
datang sangat terlihat jelas jika dia sedang sakau. Tahap awal nya
yaitu intervensi dari keluarga dan teman nya untuk menjalankan
rehabilitasi. Setelah itu klien mengikuti proses rehabilitasi selama 8
kali pertemuan Layanan yang diberikan yaitu konseling individu serta
merubah kebiasaan untuk belajar melawan dari keinginan untuk
menggunakan narkoba lagi“ ( Wawancara degan ibu Widi,29
November 2018,pukul 09.00)

b. Kasus Kedua

Inisial :B

Usia :22 tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Asal : Cirebon

Awal menggunakan narkoba jenis sabu bersama teman nya dalam


waktu sebulan menggunakan sabu selama 2 hingga 3 kali. Layanan
yang kami berikan yaitu konseling individu,sebulan 2 kali
pertemuan,serta konseling tentang keluarga dan memberikan motivasi
hidup untuk kedepan nya. (Hasil wawancara dengan Ibu widi 30
November 2018,pukul 13.45)

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, Ibu widi memaparkan


layanan rehabilitasi apa saja yang di berikan petugas di Badan
Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon kepada klien.

“Saya ditangkap saat menggunakan narkoba jenis sabu bersama


teman teman saya. saya,menggunakan nya pada saat kumpul-kumpul
bersama teman teman ataupun bersama orang yang mempunyai
sabu,awalnya saya terlihat sangat menutup diri dan sulit untuk diajak
berkomunikasi. ( wawancara dengan B,30 November 2018,pukul
20.00)
c. Kasus Ketiga

Inisial :I

Usia :19 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-laki

Asal :Cirebon

Awalnya klien pada saat kelas 5 SD hanya mencoba-coba minum


alkohol, pada tahun 2014 klien kecanduan sabu yang dipengaruhi oleh
lingkungan dan diajak oleh teman-temannya, pada tahun 2016 korban
mulai di rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Kota Cirebon.
Layanan yang kami berikan yaitu konseling individu dan medis.
(Hasil wawancara dengan Ibu Widi, 13 Desember 2018 pukul 10.00)

”Saya menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungan dan diajak


teman,awalnya coba-coba meminum alkohol pada saat kelas 5
SD,namun pada tahun 2014 saya mencoba sabu lalu menjadi
ketergaantungan. Hingga pada tahun 2016 saya mulai direhabilitasi
disini” (Wawancara dengan I, 13 Desember 2018 pukul 14.00)

2) Keadaan Klien setelah direhabilitasi

Setelah mengetahui penyebab penggunaan narkoba yang dialami


klien, maka bahwa petugas rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
(BNN) Kota Cirebon menjalankan tugasnya untuk memeberikan
rehabilitasi serta konseling individu kepada klien. Setelah
mendapatkan rehabilitasi serta konseling individu dari petugas
rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon terdapat
perubahan sikap yang ditunjukan klien,hal tersebut diungkapkan oleh
kedua klien yang peneliti wawancarai.
Klien menyatakan bahwa layanan apa saja yang petugas berikan
kepada klien serta bagaimana dampak kedepan nya terhadap klien.

“ Saya mendapatkan layanan konseling individu dengan merubah


kebiasaan saya untuk belajar melawan keinginan untuk menggunakan
narkoba kembali,dan pada akhirnya setelah 8 kali pertemuan dalam
proses rehabilitasi,saya bisa lepas dari narkoba jenis sabu
tersebut,dan saat ini saya sudah bekerja.”( Hasil wawancara dengan
klien S,4 Desember 2018,pukul 11.00)

”Setelah mendapatkan layanan rehabilitasi, hidup saya jauh lebih


baik. Misalnya,pola pikir saya lebih baik,pikiran tidak kosong
lagi,tidur menjadi nyenyak dan tidak gelisah, serta hidup lebih
memiliki motivasi. ” ( Hasil wawancara dengan klien I, 12 Desember
2018,pukul 10.00)

Sama hal nya yang diungkapkan oleh klien B, ia merasa kondisinya


sangat lebih baik dibandingkan sbelumnya setelah mendapatkan
pelaksanaan rehabilitasi serta konseling individu yang diberikan
petugas rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon

“ Saya mendapatkan konseling individu dan rehabilitasi,serta


diberikan nya motivasi untuk hidup kedepan nya dan juga konseling
tentang makna keluarga. Setelah dilakukan nya proses rehabilitasi
selama 8 kali pertemuan,perlahan saya sudah mulai bisa
berkomunikasi dengan orang disekitar,saya sudah tidak mengurung
diri dan menutup diri lagi,serta saya jadi lebih baik lagi dari
sebelumnya” ( Hasil wawancara dengan klien 2 Desember 2018,pukul
10.00)

Dari hasil wawancara dengan klien mengenai kedua kasus di atas


maka peneliti dapat menganalisa bahwa proses rehabilitasi yang
dilakukan oleh petugas rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional
(BNN) Kota Cirebon bisa dikatakan sudah baik,hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan sikap klien kearah yang lebih baik lagi seperti,
klien yang sudah bisa bersosialisasi,tidur menjadi nyenyak, tidak
mudah gelisah,serta memiliki motivasi untuk hidup dan sudah tidak
menggunakan narkoba. perubahan sikap tersebut terjadi setelah
dilakukan nya proses rehabilitasi dan konseling individu yang petugas
berikan.

C. Efektivitas Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Para Pecandu Narkoba


Dalam Perubahan Sikap Pecandu di Badan Narkotika Nasional
( BNN) Kota Cirebon

Setelah mengetahui respon klien mengenai awal mula menggunakan


narkoba serta pelaksanaan rehabilitasi yang diberikan oleh petugas
rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon berupa
konseling individu,peneliti melakukan wawancara terhadap klien
mengenai pendapat klien tentang serta layanan rehabilitasi berupa
konseling individu,yang diberikan oleh petugas rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas pelaksanaan rehabilitasi yang dilakukan petugas rehabilitasi
dari aspek penerimaan klien.

1. Proses Rehabilitasi

Setelah klien sedang menjalankan proses rehabilitasi,klien merasa


pelaksanaan rehabilitasi petugas rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Cirebon sudah baik dalam tujuan nya untuk
mengurangi candu akan narkoba. Seperti yang peneliti dapatkan dari
jawaban klien S menilai bahwa pelaksaan rehabilitasi serta konseling
individu yang diberikan petugas rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Cirebon sudah baik. Hal tersebut dapat terlihat
dari perubahan sikap klien yang sudah lebih baik dibanding
sebelumnya.

“ Selama rehabilitasi saya belajar untuk merubah kebiasaan saya


untuk belajar melawan keinginan untuk menggunakan narkoba
kembali,dengan rehabilitasi selama 3 bulan dengan 8 kali
pertemuan.”(Hasil wawancara dengan klien S,1 Desember 2018 pukul
08.00)
Sama hal nya yang diungkapkan oleh klien B dan I ia merasa
kondisinya sangat lebih baik dibandingkan sebelumnya setelah
mendapatkan pelaksanaan rehabilitasi serta konseling individu yang
diberikan petugas rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota
Cirebon.

“ Setelah dilakukannya pelaksanaan rehabilitasi dan konseling


individu selama 2 kali dalam sebulan saya sudah bisa bersosialisasi
kembali dengan orang sekitar serta tidak pernah mengurung diri lagi
dikamar”(Hasil wawancara dengan klien B, 30 November 2018,pukul
21.00)

“ Setelah proses rehabilitasi,saya jadi bisa tidur nyenyak, tidak


banyak pikiran lagi,tidak gelisah lagi,memiliki motivasi serta lebih
dekat dengan keluarga serta tidak menggunakan narkoba itu
kembali” ( Hasil wawancara dengan klien I, 12 Desember 2018,pukul
11.00)

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti analisis bahwa pelaksanaan


rehabilitasi maupun konseling individu yang yang diberikan petugas
rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon bisa
dikatakan sudah baik, hal tersebut terlihat dari sikap klien yang lebih
baik dibandingkan sebelum mendapatkan pelaksanaan rehabilitasi
maupun konseling individu yang yang diberikan petugas rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon.
2. Penilaian dan manfaat

Ketika klien sudah melakukan proses rehabilitasi mereka


berpendapat bahawa, mereka merasa terbaantu dengan proses
rehabilitasi yang diberikan petugas rehabilitasi di Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Cirebon. Hal tersebut diungkapkan oleh
klien S,

” Saya merasa terbantu karena adanya rehabilitasi ini. Saya dapat


merubah kebiasaan saya untuk belajar melawan rasa sakit saat
sakau serta belajar untuk tidak menggunakan narkoba itu lagi”(
Hasil wawancara dengan klien S, 1 Desember 2018,pukul 13.00)

Seperti halnya yang diungkapkan oleh klien B dan I yang berpendapat


bahwa ia sangat terbantu oleh proses rehabilitasi yang diberikan oleh
petugas rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon

“ Saya merasa terbantu dengan adanya rehabilitasi di Badan


Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon dan konseling individu ,
saya juga terbantu karena disana biaya untuk rehabilitasi gratis serta
hidup saya lebih ke arah yang positif” ( Hasil wawancara dengan
klien B, 2 Desember 2018,pukul 10.00)

“ Saya sangat terbantu karena saya telah menggunakan narkoba


sejak tahun 2014,dan saat ini saya telah terbebas dari narkoba. Hidup
saya menjadi tenang dan memiliki motibvasi untuk hidup yang lebih
baik lagi” ( Hasil Wawancara dengan Klien I, 14 Desember
2018,pukul 10.00)

Dari penjelasan di atas maka dapat peneliti analisa bahwa efektivitas


pelaksanaan rehabiitasi bagi pecandu narkoba di Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Cirebon dapat dikatakan sudah efektif,hal
tersebut dapat dilihat dari aspek-aspek efektivitas suatu program
pelaksanaan rehabilitasi yang telah dicapai diantaranya,aspek tugas
atau fungsi, aspek rencana atau program,aspek ketentuan dan
peraturan,serta aspek tujuan atau fungsi kondisional ideal.
Aspek tugas atau fungsi seperti tenaga profesi seperti konselor,serta
tim medis yang menjadi Tim di rehabilitasi di Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Cirebon yang memiliki tanggung jawab
dibidangnya masing-masing dan melasanakan tugas dan fungsi nya
dengan baik, memberikan proses rehabilitasi yang terprogram,hal
tersebut dapat dilihat dari proses rehabilitasi secara medis,psikologis
dan konseling individu yang diberikan kepada klien terjadwal,dalam
proses konseling klien dijadwalkan untuk konseling selama 8 kali
dalam 3 bulan, serta dilakukannya evaluasi tiap pertemuan dengan
klien dan dengan tim,juga dilihat dari berfungsi tidaknya aturan yang
telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan.
Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan sikap klien pertama, kedua,
maupun ketiga. Ketiga klien menunjukkan sikap yang lebih baik dari
sebelumnya seperti, klien yang sudah bisa bersosialisasi,tidur menjadi
nyenyak, tidak mudah gelisah,serta memiliki motivasi untuk hidup
dan sudah tidak menggunakan narkoba. perubahan sikap tersebut
terjadi setelah dilakukan nya proses rehabilitasi dan konseling
individu yang petugas berikan. Pada saat datang ke rehabilitasi di
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon,perubahan sikap
tersebut terjadi setelah dilakukannya proses rehabilitasi dan konseling
individu yang petugas berikan.

Anda mungkin juga menyukai