Jbptitbpp GDL Anggrainir 22694 4 2011ta 3 PDF
Jbptitbpp GDL Anggrainir 22694 4 2011ta 3 PDF
3.1 GEOMORFOLOGI
Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal, di
ketinggian di daerah penelitian berkisar antara -185 mdpl sampai 985 mdpl.
Daerah penelitian terdiri dari perbukitan, dataran buatan yang berupa timbunan
hasil galian tambang (stockpile), lembah atau depresi buatan yang diakibatkan
karena hasil penambangan (Foto 3.1) (Lampiran D). Morfologi daerah tersebut
menunjukkan komposisi litologi batuan yang resisten. Litologi daerah ini disusun
oleh batuan volkanik yaitu tuf kristal dan intrusi yaitu diorit, tonalit dan tonalit
porfiritik. Daerah penelitian telah mengalami proses ubahan yang intensif, hal ini
dicirikan dengan singkapan yang umumnya telah terubahkan.
Foto 3.1 Morfologi umum daerah penelitian. Foto diambil dari bagian barat area penambangan.
3.1.1 Pola Aliran Sungai
15
Gambar 3.1 Peta Daerah Aliran Sungai
16
(a) (b)
Foto 3.2 (a) sungai berlembah V yang menandakan tahapan erosi sungai muda pada sungai Brang
Belo, (b) air terjun pada anak sungai ini yang menandakan kontrol struktur
3.2 STRATIGRAFI
(a)
19
(b)
Foto 3.4 (a) Singkapan Tuf Kristal yang telah mengalami ubahan, (b) contoh hand specimen yang
diambil dari singkapan tersebut.
20
3.2.2 Satuan Intrusi Diorit
Satuan Intrusi Diorit meliputi 33% daerah penelitian. Satuan ini hadir
sebagai intrusi terbesar yang terletak di bagian timur area pertambangan. Secara
megaskopis, diorit berwarna abu-abu, holokristalin, bertekstur sub-porfiritik
dengan fenokrisnya tersusun atas plagioklas, horblenda, biotit dan kuarsa tertanam
dalam masadasar yang lebih halus dengan kandungan mineral yang sama. Satuan
ini telah mengalami ubahan (Foto 3.5).
TUF KRISTAL
DIORIT
(a)
(b)
Foto 3.5 (a) Singkapan yang menunjukkan kontak antara diorit dengan tuf kristal.
(b) contoh hand specimen diorit.
3.2.2.2 Umur dan Mekanisme Pembentukan
Penulis tidak melakukan penentuan umur pada satuan ini. Satuan ini
menerobos Satuan Tuf Kristal sehingga satuan ini dapat dikategorikan sebagai
dyke dan menunjukkan bahwa umur satuan ini lebih muda dari Satuan Tuf Kristal.
Dengan mengacu pada Garwin (2000), Satuan Intrusi Diorit ini berumur Awal
Pliosen Awal.
Satuan ini terdiri dari 7% daerah penelitian. Satuan ini hadir sebagai
intrusi yang terletak di bagian tengah area pertambangan. Secara megaskopis
batuan tonalit berwarna abu-abu terang, holokristalin, tekstur sub-porfiritik
dengan fenokris berupa plagioklas (60%) berbentuk euhedral, equigranular,
hornblenda (19%) dan sedikit kuarsa (21%), terdapat urat kuarsa (Foto 3.6 a & b).
Satuan ini telah mengalami ubahan.
22
TUF KRISTAL
TONALIT
(a)
(b)
Foto 3.6 (a) singkapan yang menunjukkan kontak antara Satuan Intrusi Tonalit dengan Satuan Tuf
Kristal, (b) contoh hand specimen tonalit.
Satuan ini terdiri dari 3% daerah penelitian. Satuan ini hadir sebagai
intrusi yang terletak di bagian tengah area pertambangan. Secara megaskopis
batuan tonalit porfiritik berwarna abu-abu terang, holokristalin, tekstur porfiritik
dengan fenokris kuarsa (23%) yang melimpah, plagioklas (60%) berbentuk
euhedral, hornblenda (17%) yang sedikit terubah menjadi biotit sekunder dan
mengumpul dalam masadasar yg lebih halus (Foto 3.7 a & b). Dalam
membedakan tonalit dengan tonalit porfiritik dilihat dari masadasarnya yang
relatif lebih kasar dan kehadiran mineral mafik lebih sedikit. Satuan ini telah
mengalami ubahan.
(a)
24
(b)
Foto 3.7 (a) Singkapan yang menunjukkan kontak antara Satuan Tonalit Porfir dengan Satuan Tuf
Kristal, (b) contoh hand specimen tonalit porfiritik.
25
3.3 STRUKTUR GEOLOGI
Gambar 3.3 (kiri) pola kelurusan dari SRTM daerah penelitian sebelum ditambang,
(kanan) diagram roset pola kelurusan daerah penelitian.
26
Penentuan arah tegasan yang bekerja pada daerah penelitian ditentukan
dengan melakukan analisis kekar berpasangan menggunakan perangkat lunak
Dips dan Rockwork sehingga didapat arah tegasan (σ1, σ2, σ3). Penamaan dan
kinematik sesar dapat dilakukan dengan memasukkan arah breksiasi yang
diinterpretasikan sebagai jurus sesar, sementara kemiringan bidang sesar didapat
dari bidang yang dibentuk dari arah breksiasi terhadap σ2. Kemudian setelah itu
dapat ditentukan netslip dan pitch, sehingga dapat ditentukan pergerakan sesar.
Gambar 3.4 Determinasi penentuan jenis sesar translasi berdasarkan pitch dan netslip terhadap
bidang sesar
(Ragan, 1973).
27
strike-slip fault, sedangkan sesar dengan pitch 45 º - 90 º digolongkan sebagai dip-
slip fault (Ragan, 1973). Jenis sesar di daerah penelitian digolongkan berdasarkan
jalur pergeseran relatifnya, dengan menggunakan diagram klasifikasi untuk sesar-
sesar translasi.
Gambar 3.5 Klasifikasi jenis pergeseran relatif dari pensesaran (Ragan, 1973).
28
3.3.2.2 Struktur Sesar
Berdasarkan pendekatan dan metoda di atas, penulis menemukan adanya 8
buah struktur mendatar (Gambar 3.6) (Lampiran C dan D). Sesar-sesar tersebut
adalah:
29
3.3.2.2.1 Sesar Tongoloka
Sesar Tongoloka memanjang baratlaut-tenggara. Sesar ini berada di bagian tengah
daerah penelitian. Penentuan sesar ini berdasarkan data berupa kekar gerus dan breksiasi. Dari
data tersebut, dapat diketahui kedudukan bidang sesar ini N163ºE/50ºSW, nilai pitch sebesar
28º, serta net slip 70º, N269ºE. Arah tegasan utama sesar ini berarah 46º, N217ºE.
berdasarkan data pitch dan kemiringan sesar, Sesar Tongoloka adalah sesar menganan naik.
30
13º, serta net slip 77º, N245ºE. Arah tegasan utama sesar ini berarah 71º, N215ºE.
berdasarkan data pitch dan kemiringan sesar, Sesar Sekongkang adalah sesar menganan naik.
31
Akibat dari kompresi berarah akibat subduksi dari selatan Sumbawa terbentuk sesar
berarah timurlaut-baratdaya (Bambu dan Santong) lalu kompresi tersebut terus berlanjut
sehingga pada daerah penelitian terbentuk sesar berarah baratlaut-tenggara yang memotong
sesar berarah timurlaut-baratdaya (Tongoloka, Katala, Uka, Air Merah, Sekongkang,
Jereweh).
32