Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN

1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi (Videbeck, 2008).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai

berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi

sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer,

2005).

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara

subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal terhadap

sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian

tersebut.(Stuart, 2006).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu

adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di

komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan di

hubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Kaplan dan

sadock, 2010).

1
2. Tanda-tanda Ansietas (Kecemasan)

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas

(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

3. Rentang Respon

Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respons adaptif dan maladaftif

Respon Adaftif Respon Maladaftif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

4. Tingkatan Ansietas

Tingkatan ansietas menurut Stuart (2006) di bagi menjadi 4 yaitu :

a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

2
lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah.

c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

d. Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan,

dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, orang yang mengalami panic tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi

kepribadian. Dengan panic, terjadi peningkatan aktiviitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat

ansietas in tidak sejalan dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus

dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan

kematian.

5. Faktor Predisposisi

a. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili

3
dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma

budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

b. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas

juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga

diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

c. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal

yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA)

juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis

berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorphin.

Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai

akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas (Stuart, 2006).

4
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

a. Respon fisiologis terhadap ansietas

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan*
Pingsan*
Tekanan darah menurun*
Denyut nadi menurun

Pernapasan Napas cepat


Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkat


Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal

Kehilangan nafsu makan


Gastrointestinal Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen*
Mual*
Rasa terbakar pada jantung*

5
Diare*

Tidak dapat menahan kencing*


Traktur urinarius Sering berkemih

Wajah kemerahan
Kulit
Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

b. Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif

Sistem Respons

Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal

Menghalangi
Kognitif
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi

Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir

6
Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun

Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Afektif Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan control
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian

Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah

7. Faktor – faktor yang memperberat ansietas

a. Ancaman terhadap integritas fisik.

Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem

imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :

hamil).

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya

tempat tinggal.

7
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah

dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai

ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

8. Perbedaan pada tingkat usia

a. Bayi / Anak

1) Berhubungan dengan perpisahan

2) Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing

3) Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya

b. Remaja

1) Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :

a) Perkembangan seksual

b) Perubahan hubungan dengan teman sebaya

c. Dewasa

1) Berhubungan dengan konsep diri :

a) Kehamilan

b) Menjadi orang tua

c) Perubahan karir

d) Efek penuaan

d. Lansia

1) Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :

8
a) Kehilangan sensori

b) Kehilangan motorik

c) Masalah finansial

d) Perubahan pensiun

9. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak.

Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,

mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola

koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan

adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,

olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada

orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik

membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping

yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan

yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba

menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif

ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi

kebutuhan.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi

hambatan pemenuhan kebutuhan.

9
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik

untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek

kebutuhan personal seseorang.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak

selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali

digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan

ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah

secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu

apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme

pertahanan klien.

2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa

pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan

kesehatan klien.

4) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

10

Anda mungkin juga menyukai