Anda di halaman 1dari 39

“ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA MASA KEHAMILAN ”

OLEH

FitriaNingsih 1820332007

SilmiAuliaGusti 1820332008

RinaOktaviana 18420332013

PROGRAM PASCA SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa. Karenaatas berkat dan

rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Adaptasi Psikososial Pada

Masa Kehamilan”. Penulisan makalah ini, dilakukan dalam rangka menambah wawasan

mahasiswa dalam matakuliah Psikososial Kebidanan .

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan –

kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan

makalah kami. Semoga makalah ini nantinyabermanfaat bagi pengembangan ilmu. Akhir

kata kami ucapkan terimakasih.

Padang, September 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI.. ........................................................................................................... ii

BAB I

A. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
B. TUJUAN ....................................................................................................... 2

BAB II

A. ADAPTASI PSIKOSOSIAL ........................................................................ 3


1. Adaptasi ................................................................................................... 3
2. Psikososial ............................................................................................... 6
B. PERUBAHAN ADAPTASI PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN .............. 7
1. Trimester I ............................................................................................... 8
2. Trimester II.............................................................................................. 11
3. Trimester III ............................................................................................ 13
C. TEORI PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU HAMIL .......................... 14
1. Teori Reva Rubin .................................................................................... 14
2. Teori Ramona Mercer .............................................................................
................................................................................................................. 23
D. HUBUNGAN EPISODE KEHAMILAN REAKSI PSIKOLOGI ................ 26
E. DUKUNGAN PSIKOSOSIAL IBU HAMIL ............................................... 27
1. Dukungan Suami ..................................................................................... 28
2. Dukungan Keluarga ................................................................................ 30
3. Dukungan Lingkungan Sosial ................................................................. 33
4. Dukungan Tenaga Kesehatan .................................................................. 34

BAB III...................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 36

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kehamilan merupakan periode perubahan, penyesuaian, tantangan dan titik balik


dari kehidupan keluarga, serta berpengaruh secara mendalam pada setiap aspek kehidupan
perempuan. Dalam masakehamilan terjadi banyak perubahan, baik secara fisik maupun
psikologis. Perubahan yang bermakna terjadi secara psikologis dalam diri ibu dan
pasangan selama proses kehamilan (Baston, 2012, Budi, Wibowo&Sofiati,2000, Taufik,
2011).
Pada fase kehamilan sering terjadi penurunan kesejahteraan, peningkatan kecemasan
dan stress(Walsh,McGowan,Mahony,Foley & McAuliffe, 2012, Lancaster, Gold, Flynn,
YooH, Marcus & Davis,2010). Peningkatan beban psikologis dapat menimbulkan
permasalahan terhadap kualitas janin yang dikandung dan komplikasi yang menyertai
proses persalinan ibu .Developmental Originsof Healt hand Diseaseor Fetal
Programming memprediksi bahwa paparan kondisi buruk selama periode perkembangan
kritis memiliki konsekuensi seumur hidup yang berimplikasi bagi kesehatan dan
kesejahteraan (Buss,Davis,Hobel&Sandman, 2011).
Adaptasi psikososia ladalah penyesuaian jiwa sebagai interaksi manusia secara
kontinu dengan diri sendiri, orang lain dan dunia luar. Perubahan dan permasalahan yang
terja diselama kehamilan menuntun manusia harus belajar menghadapi masalah dengan
efektif sebagai mekanisme adaptasi.
Kehamilan merupakan tantangan perkembangan yang harus dihadapi seluruh
keluarga, dari pasangan suami-istri hingga anggota keluarga yang lain. Masa kehamilan
banyak disertai tekanan dana ncaman, khususnya bagi calon ibu.,seperti perubahan citra
tubuh, perubahan hormonal, bahkan ketidaknyamanan di berbagai aspek fisiologis dan
psikologis. Selain itu kehamilan juga merupakan saat–saat krisis bagi keluarga dimana
terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya
Oleh karenaitu, seluruh anggota keluarga harus dapat beradap tasi terhadap

5
kehamilan ini dan menginterpretasikannya berdasarkan kebutuhan masing-masing. Pada
makalah ini akan dibahas. Adaptasi psikosoaial wanita pada masa kehamilan.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mengetahuia daptasi psikososial pada masa kehamilan.
2. TujuanKhusus
1. Mengetahui konsep adaptasi psikososial
2. Mengetahui konsep kehamilan
3. Mengetahui adaptasi psikososial pada masa kehamilan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ADAPTASI PSIKOSOSIAL
1. ADAPTASI
a. Pengertian Adaptasi
Adaptasi sosial merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri dalam

lingkungan sosial. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap

lingkungan. Penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan

keadaan lingkungan, jadi dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan

keadaan pribadi (Gerungan,1991). Menurut Suparlan, adaptasi itu sendiri pada

hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap

melangsungkan kehidupan.

Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu

tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan

dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dan lingkungan ini mempunyai aturan

dan norma-norma yang membatasi tingkah laku individu tersebut.

Penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik sering disebut dengan istilah

adaptasi, dan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial disebut dengan

adjustment. Adaptasi lebih bersifat fisik, dimana orang berusaha menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekitarnya, karena hal ini lebih banyak berhubungan

dengan diri orang tersebut. tingkah lakunya tidak saja harus menyesuaikan diri

dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosialnya (adjustment).

7
b. Tahap proses adaptasi

1) Adaptif

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk

dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang

aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya,

yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon

dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan

yang dapat muncul yaitu: bimbang/ ragu, gelisah, cemas, kecewa,

frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang

dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

jenis kelamin, umur, motivasi, pengalaman, serta kemampuan dalam

mengatasi masalah

2) Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidak-

seimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: Seseorang

dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau

beberapa diantaranya. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak

segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku.

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang

hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis

setiap stimulus sehinggga dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis

dapat dilakukan secara bertahap, dengan demikian akan ditemukan

keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran.

Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara,

salah satu nya trial and error. Berbagai macam mekanisme


8
penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu:

a) Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan

kepuasan.

b) Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

c) Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan

berkhayal.

d) Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada

anak-anak.

e) Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa

disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak

diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet

lemon, kambing hitam.

f) Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah, ketakutan, dll.

Lebih baik dilupakan.

g) Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan

diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada

kelompok/ lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat

juga di sekolah-sekolah.

h) Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

i) Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan

dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya

mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll

3) Maladaptif

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

maladaptif:
9
a) Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bisa merespon secara positif

terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

b) Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan

kawan yang jelas dapat dikalahkan

2. PSIKOSOSIAL

a. Pengertian

Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan

antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari

katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Contohnya,

hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap

bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya.

Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam

banyak situasi.

b. Kebutuhan Psikososial

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik, terbuka serta saling

berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan

hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut dengan sehat. Sedangkan

seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan

diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan

dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .

c. Status Emosi

Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk

kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan

dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai


10
kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan

tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang

tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan

Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan ebelum memiliki anak yang

berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara umum emosi yang

dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ia dapat memiliki reaksi yang ekstrim dan suasana

hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi

berlebihan.

Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman

dengan orang lain. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh, sangat takut akan

kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun bayinya.

1. Trimester I

a. Rasa cemas bercampur bahagia

Perubahan psikologis yang menonjol pada usia kehamilan trimester pertama

ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka cemas akan hal-

hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan

tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses

yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian wanita menjadii

tergantung dan menjadi lebih menuntut.Munculnya rasa ragu dan khawatir

sangat berkaitan dengan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan

mengasuh bayi kandungnya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa

sudah sempurna sebagai wanitan yang dapat hamil.

11
b. Sikap Ambivalen

Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat

stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau kondisi

(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005).Sebagian besar wanita merasa sedih dan

ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. 80% wanita mengalami

kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Jika Ia tidak dibantu

memahami dan menerima ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai

suatu hal yang normal maka ia akan merasa sangat bersalah bila bayi yang

dikandung meninggal atau lahir cacat, Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia

miliki selama trimester I dan merasa ia menjadi penyebab tragedi tersebut.

Penyebab ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman

hamil yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru, rasa cemas atas

kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap penerimaan keluarga

terdekatnya. Perasaan ambivalen ini berakhir dengan sendirinya seiring ia

menerima kehamilanya.

c. Fokus padaa Diri Sendiri

Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri ini timbul

ambivalensi mengenai kehamilanya seiring usaha menghadapi pengalaman

kehamilan yang buruk yang pernah dialami sebelumnya, efek kehamilan

terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier), tanggung jawabnya yang

baru atau tambahan yang ditanggung, kecemasan yang berhubungan dengan

untuk menjadi ibu, masalah keuangan dan rumah tangga dan peneriman orang

terdekat terhadap kehamilanya.

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus

kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin.Meskipun, demikian bukan


12
berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya.Kini ibu lebih merasa bahwa

janin yang dikandungnya menjadi bagian tubuhnya yang tidak terpisahkan.Hal

ini mendorong ibu untuk menghentikan rutinitasnya, terutama yang berkaitan

dengan tuntutan sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu

kosong tanpa beban.

d. Perubahan Seksual

Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita dan

wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual tetapi

secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal

ini merupakan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan. Banyak

wanita yang merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih

tanpa seks. Libido secara umun sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,

depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan

masalah-masalah lain yang merupakan normal terjadi pada trimester I.

e. Perubahan Emosional

Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya

penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan

suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahterannya dan bayinya,

kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan

sebagainya.

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa dia

sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi

dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama

kehamilan.
13
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan difasilitasi

oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai mengungkapkan

perasaan-perasaan yang menimbulka konflik yang ia alami. Sementara ini

ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan

nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan

depresi yang ia alami pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat

tentang kehamilan.

Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil atau

yang telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya

bahwa dirinya hamil, dan mencari bukti kehamilan pad setiap jengkal tubuhnya.

Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyanangkan untuk

melihat apakah kehamilan akan berkembang dengan baik validasi kehamilan

dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap

perubahan tubuh, yang merupakan bukti kehamilan. Bukti yang paling kuat

adalah berhentinya menstruasi. Selama trimester I, kehamilan seorang wanita

menjadi rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang dikehendaki.

Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya, tubuhnya, dan

kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih dianggap sebagai

mahluk yang terpisah dari dirinya.

2. Trimester II

Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik yakni

periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang

normal dialami saat hamil, trimester II juga merupakan fase ketika wanita

menelusur kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester II

terbagi dalam dua fase yaitu : Pra Quickening (sebelum da gerakan janin yang
14
dirasakan ibu) dan pasca Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan

ibu).

Fase Quickening

Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah yang

menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utama yaitu :

mengembangkan identitas sebagai ibu bagi drinya sendiri yang berbeda dari

ibunya.

Menjelang akhir timester pertama dan selama fase pra Quickening

berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus sekalian mengevaluasi

kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Semua

masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami hingga kini dianalisis.

Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita tersebut mulai

dari menjadi penerima kasih sayang dan perhatian kemudian menjadi pemberi

kasih sayang dan perjatian (persiapan menjadi ibu). Ia akan mengalami konflik

berupa kompetisi dengan ibunya agar telihat sebagai ibu yang “baik”.

Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi

dilahirkan, tetapi perhatian wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang

berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas

dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang, pada saat yang sama ia juga

menjadi penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih.

Dengan timbulnya Quickening muncul sejumlah perubahan karena

kehamilan telah menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosial berubah ia lebih

banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu baru lainya yang minat serta

aktifitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak dan persiapan unuk

menerima peran baru.


15
Quickening memudahkan wanita mengkonseptualisasi bayinya sebagai

individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam

fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia kandung.

Pada saat ini jelas kelamin bayi bukan hal yang penting, perhatian ibu pada

kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota keluarga.

Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang lebih 80%

wanta mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka

dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.

Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran

perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak, kecemasan

kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi

mulai mereda dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih

sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasanganya

dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan

seksual.

3. Trimester III

Trimester III disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada

periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah

sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayinya.

Trimester III merupakan waktu perpisahan yang aktif terlihat dan memanti

kelahiran bayi dan dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita

terfokus pada yang akan dilahirkan.

Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan kehidupan

bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir abnormal, terkait

persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).


16
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya

perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan ia dengan

bayinya yang tidak dapat dihindari, persaan kehilangan uterus yang penuh secara

tiba-tiba mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakn

hal yang umum terjadi dan wanita menjadi lebih tergantung dan lebih menutup

diri karena perasaan rentanya.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan semakin kuat

menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung, jelek, berantakan dan

memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangan.

Pada pertenghan trimester III peningkatan hasrat seksual yang terjadi

sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar. Alternatif posisi

dalam hubungan seksual untuk mencapai kepuasan dapat membantu. Berbagi

perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi dengan bidan atau dokter

menjadi sangat penting.

C. Teori Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil

1. TEORI REVA RUBIN

Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan

penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin.

Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih dari 20, tahun dengan lebih dari

6000 responden. Dia membedakan antara konsep dari posisi yaitu suatu status

sosial yang diberikan kepada seseorang (misal guru atau ibu) dan konsep dari peran

yang dilukiskan sebagai aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh individu

tersebut yang menentukan bahwa dalam dia mempunyai posisi tertentu. Seseorang

mempunyai posisi berbeda dalam tahapan hidupnya yang berbeda dan juga dapat

mempunyai posisi ganda pada waktu yang bersamaan sebagai seorang anak
17
perempuan, istri dan ibu juga sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan.

“Tindakan-tindakan yang diatur sekitar posisi, terdiri dari peran”(Rubin,1967).

Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut

mampu mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat membantu atau

menghambat atau memberi efek negatif terhadap proses pencapaian peran tersebut.

Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan

proses belajar berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan mampu

mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu memngambil peran seorang

ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran yang akan

dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan dalam

kehamilan dan setelah menikah.

Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data

dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang berlangsung

selama 1-4 jam. Subjek penelitian di dapatkan di klinik antenatal dan postnatal.

Data-data berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran

menjadi ibu diberi kode kemudian dianalisis.

Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran

ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau

latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari

peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan

perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psiko-sosial dalam

kehamilan dan setelah persalinan.

Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-

harapan, antara lain:

a. Kesejahteraan ibu dan bayinya


18
b. Penerimaan dari masyarakat

c. Penentuan identitas diri

d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima

Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah

a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat

berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan janinnya.

b. Ibu memerlukan sosialisasi

Arti dan efek kehamilan pada pasangan:

1) Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan

sampai 3 bulan setelah melahirkan.

2) Pria juga bisa mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya

hamil.

3) Anak yang dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada, yaitu :

a) Hubungan Ibu dengan pasangan

b) Hubungan ibu dengan janin yang berkembang

c) Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak

4) Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri

5) Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :

a) Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.

b) Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.

c) Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi

untuk mempersiapkan fungsi keluarga.

Dalam penelitiannya dan observasinya lebih dari 20 tahun Rubin

menyimpulkan bahwa tujuan dari usaha ibu selama kehamilan adalah :

19
a. Meyakinkan adanya keamanan bagi diri dan bayinya selama kehamilan dan

persalinan.

b. Meyakinkan adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya.

c. Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam kontruksi dari image dan identitas

dari saya dan anda.

d. Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan menerima.

Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan puerperium

digambarkan lebih ringkas oleh Josen (1981) sebagai berikut:

a. Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya.

b. Penerimaan sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berati berarti

bagi mereka.

c. Keterikatan kepada si bayi.

d. Pemahaman dan kerumitan menjadi seorang ibu.

Dari data itu Rubin mengidentifikasikan 3 aspek yang meliputi : Reaksi umum

pada kehamilan, biasanya sebagai berikut :

a. Trimester I

Ambiven, takut, fantasi, khawatir.

b. Trimester II

Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang

perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert,

kadang egosentrik dan self centered.

c. Trimester III

Berperasaan aneh, semberono, jelek. Menjadi lebih introvert, merefleksikan

terhadap pengalaman masa kecil.

Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil :


20
a. Gambaran tentang idaman (Image idea)

Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan yang berhasil

melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan

mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya

menjadi seorang ibu.

b. Gambaran tentang Diri (image diri)

Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman.

Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan

adalah bagaimana seorang perempuan tersebut memandang dirinya, sebagai

bagian dari pengalaman diri, terkait dengan peran ibu yang akan dilakukan.

c. Gambaran tubuh (body image)

Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama proses kehamilan dan

perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah melahirkan.

Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai

perannya :

a. Anticipatory stage

Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan

anak yang lain.

b. Honeymoon stage

Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninnya. Pada tahap

ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.

c. Plateu stage

Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Tahap ini

memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan

sendiri.
21
d. Disengangement

Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir.

Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu.

a. Taking On (tahapan meniru)

Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya

dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu. Dalam tahap taking on

terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu perempuan meniru perilaku

perempuan lain yang pernah hamil dengan cara melihat, mendengar dan

melaksanakan pengalaman menjadi seorang ibu.

b. Taking in

Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak hanya

meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan dimasa yang

akan datang, misalnya: akan seperti apa proses persalinannya nanti atau baju

yang akan dikenakan bayinya nanti. Dan kegiatan introjections, projection,

dan rejection yang merupakan tahap dimana perempuan menirukan model-

model yang ada sesuai dengan pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi

proses penerimaan dan penolakan.

c. Letting go

Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali proses dan aktivitas

yang sudah dilaksanakannya. Perempuan tersebut mengevaluasi hasil

tindakannya di masa lalu dan menghilang tindakan yang dia anggap sudah

tidak tepat lagi.

Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 yaitu :

a. Periode Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

1) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain


22
2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya

3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan

4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikkan keadaan tubuh

ke kondisi normal.

5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan

nutrisi.

b. Periode Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan

kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan

bayinya.

2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB,

dan daya tubuh.

3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.

4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.

5) Kemungkinan ibu meengalami depresi post partum karena merasa tidak

mampu membesarkan bayinya.

c. Periode letting go

1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta

perhatian keluarga.

2) Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bayi dan memahami

kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan

hubungan sosial.

Langkah-langkah proses pelaksanaan peran seorang ibu menurut Reva Rubin,

melalui tahap :
23
1) Mimicry (peniruan). Wanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah hamil)

dengan melihat, mendengar, dan merasakan pengalaman menjadi seorang ibu.

Misalnya, apa yang dilakukan saat persalinan, bagaimana pertumbuhan bayi

pada hari-hari pertama, dan sebagainya.

2) Role play (mencoba bermain peran). Menciptakan kondisi di masa yang akan

datang dengan sengaja. Misalnya, berlatih merawat bayi dengan menjadi

babysitter (pengasuh anak) untuk anak temannya, mencoba menyuapi anak

kecil, dan sebagainya.

3) Fantasy (menghayal). Wanita menghayalkan dirinya di masa yang akan datang.

Misalnya, akan seperti apa proses persalinannya nanti, baju apa yang akan

dikenakan bayinya nanti, dan sebagainya.

4) Introjection-Projection-Rejection (pengolahan pesan). Wanita mencoba

mengolah pesan dan membandingkan gambaran ideal tentang seorang ibu

dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam fase ini dapat terjadi proses penerimaan

dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya di rumah berdasarkan

apa yang di pelajarinya di rumah sakit atau di tempat lainnya.

5) Grief-work (evaluasi). Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa

lalu dan menghilangkan tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.

2. TEORI RAMONA MERCER

Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap proses

persalinan. Dia adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah menghasilkan

banyak karya ilmiah. Sepanjang karirnya selama 30 tahun, Mercer melakukan 2

penelitian penting yaitu efek stress antepartum pada keluarga dan pelaksanaan ibu.

Teori Mercer lebih menekan pada stress antepartum dan mencapai peran ibu. Ia

mengidentifikasi seorang perempuan pada awal postpartum, yang menunjukkan


24
bahwa perempuan akan lebih mendekatkan diri pada bayinya di banding dengan

melakukan tugas sebagai seorang ibu pada umumnya.

Teori ini lebih menekankan pada stress ante partum dalam pencapaian

peran ibu. Mercer membagi teorinya menjadi 2 pokok bahasan :

a. Efek stress ante partum

Stress ante partum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan atau

kondisi beresiko tingi dan peristiwa atau pengalaman atau pandangan negatif

tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan sebagai satu system yang

dinamik yang meliputi subsistem-individu (bapak, ibu, janin atau bayi) dan

pasangan (ibu-bapak, ibu-janin atau bayi) dalam sistem keluarga secara

keseluruhan.

Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stress antepartum terhadap

fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan individual (hubungan

timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dalam keluarga, dan status

kesehatan sebagai variabel dependen dan depresi.

Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen diatas, yaitu :

a) Hubungan stress antepartum dengan individu

b) Hubungan stress antepartum dengan pasangan individual

c) Hubungan stress antepartum dengan fungsi keluarga

Tahun 1988 Mercer mengemukakan hasil risetnya tentang efek stress

antepartum fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel mempunyai efek

negatif atau positif terhadap fungsi keluarga, yang dapat diuraikan sebagai

berikut : stress dari peristiwa kehidupan yang negatif dan resiko atau

komplikasi kehamilan diprediksi harga diri dan status kesehatan. Harga diri
25
dan status kesehatan, dan support sosial diprediksi mempunyai efek positif

langsung terhadap rasa penguasaan (sense of mastery). Sense of mastery

diperkirakan mempunyai efek negatif langsung terhadap kecemasan, yang pada

akhirnya mempunyai efek negatif langsung terhadap keluarga.

Mercer kemudian menguji coba model efek stress antepartum terhadap

fungsi keluarga pada para wanita yang dirawat di RS dengan resiko atau

komplikasi kehamilan resiko rendah. Hasilnya ternyata bahwa wanita dengan

kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang optimal daripada

keluarga para wanita dengan kehamilan resiko rendah.

Stress ante partum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman

negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang di berikan adalah

memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan diri

ibu. Penelitian Mercer menunjukkan ada 6 faktor yang berhubungan dengan

status kesehatan ibu, yaitu :

a) Hubungan interpersonal

b) Peran keluarga

c) Stress antepartum

d) Dukungan sosial

e) Rasa percaya diri

f) Penguasaan rasa takut, ragu, dan depresi

Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu memperoleh

identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap

tentang dirinya sendiri.

26
b. Pencapaian peran ibu

Salah satu dari penekanan dari karya Mercer adalah pencapaian Peran Ibu

“menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas baru. Mengambil suatu

identitas baru mencakup suatu pemikiran kembali secara menyeluruh dan

mendefinisikan kembali mengenai dirinya sendiri.

Bidan di Amerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu karena

menurut Mencer minat peran ini adalah penting karena beberapa orang

mengalami kesulitan datang memikul peran ini dimana menurut Mencer ada

konsekuensinya untuk anak-anak mereka.

Mencer seperti rubin mengambil pendekatan saling mempengaruhi

(interactionist) dalam memahami proses di mana seseorang mengambil suatu

peran baru. Pandangan dari interactionist adalah bahwa cara seseorang

berperan dan bertindak dalam suatu peran tergantung dari reaksi dan interaksi

yang mereka alami dengan orang-orang disekitarnya, misalnya suaminya,

keluarganya, dan orang lain.

Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk

mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih lanjut Mercer

menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi keluarga baik yang

positif maupun negatif. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat

mengatasi stress antepartum. Stress antepartum karena resiko kehamilan dapat

mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga

dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidaak percaya

dirinya selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.

Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat

menimbulkan stress antepartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan


27
kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secaraa fisiologis

(normal), perubahan yang dialami oleh ibu antara lain adalah :

a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga

dapat berperan sebagai calon Ibu dan dapat memperhatikan perkembangan

bayinya.

b. Ibu memerlukan sosialisasi.

c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjkadi pada

tubuhnya.

d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa

menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer:

a. Anticipatory

Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan

penyesuaian sosial dan psikologi dengan mempelajari segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.

b. Formal

Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan

sesuai dengan kondisi sistem sosial.

c. Informal

Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam

melaksanakan perannya.

d. Personal

Merupakan tahap terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan perannya

sebagai ibu.

Wanita dalam mencapai peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor :


28
a. Faktor ibu :

a) Umur ibu pada waktu melahirkan

b) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali

c) Stress sosial

d) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya

e) Dukungan sosial

f) Konsep diri

g) Sifat pribadi

h) Sikap terhadap membesarkan anak

i) Status kesehatan ibu

b. Faktor bayi

a) Temperamen

b) Kesehatan bayi

c. Faktor-faktor lainnya

a) Latar belakang etnik

b) Status perkawinan

c) Status ekonomi

Dari faktor sosial support, mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor

pendukung :

a. Emotional support, yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya

dan mengerti.

b. Informational support, yaitu memberikan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya

sendiri.

29
c. Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan

memberikan tambahan dana.

d. Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi

dirinya sendiri dalam pencapai peran ibu.

Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai sejak

ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mencer

mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir (3-7 bulan setelah melahirkan).

Peran bidan diharapkan oleh Mencer dalam teorinya adalah membantu

wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran dan mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari

stress antepartum.

Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko

membawa akibat negatif secara langsung pada penghargaan diri dan status

kesehatannya: penghargaan diri, status kesehatan, dan dukungan sosial

membawa akibat positif secara langsung oada penguasaan perasaan dan

kemampuan orang tua : penguasaan membawa perasaan akibat negatif secara

langsung pada kegelisahan dan kehilangan di mana akhirnya juga membawa

akibat negatif secara langsung pada fungsi keluarga.

D. Hubungan Episode Kehamilan dengan Reaksi Psikologi

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:

1. Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosionalsehingga periode ini

mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak

nyaman.

2. Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian

wanita hamil lebih berfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi
30
selama kehamilan, kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah dengan

bayi yang dikandungnya.

3. Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses

persalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya

mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.

Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa yang

penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat – saat krisis bagi keluarga di

mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya.

Tugas ibu pada masa kehamilan :

1. Menerima kehamilannya

2. Membina hubungan dengan janin

3. Menyesuaikan perubahan fisik

4. Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri

5. Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua

E. Dukungan Psikososial terhadap Ibuhamil

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem

terbuka serta saling berinteraksi.Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan

keseimbangan hidupnya.Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan

sehat.Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan

keseimbangan diri dan lingkungannya.

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori

perkembangan psiko-sosial.Teori perkembangan psikososial iniadalah salah satu teori

kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa

kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori
31
tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego.Persamaan ego

adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,

perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita

dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan

memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah

alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembanganpsikososial.Dukungan

psikologi yang diberikan pada ibu hamil yaitu:

1. DukunganSuami

Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang hamil akan memberikan

dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesehatan fisik dan

psikologis ibu. Bentuk dukungan suami tidak cukup dari sisi finansial semata, tetapi

berkaitan dengan cinta kasih, menanamkan rasa percaya diri, komunikasi terbuka dan

jujur, sikap peduli, perhatian, tanggap dan kesiapan menjadi ayah.Suami adalah pasangan

hidup istri.Suami mempunyai tanggung jawab yang besar sebagai kepala keluarga.Selain

sebagai pencari nafkah, suami juga berperan sebagai motivator dalam menghadapi

berbagai situasi dalam kehidupan rumah tangga, termasuk menjadi motivator pada saat

istri sedang hamil.Suami berperan sebagai pendukung utama (main supporter).Dukungan

yang diberikan suami sangat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi yang

dikandungnya.Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti

meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan,

bahkan juga memicu produksi ASI.

Berdasarkan penelitian, bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan suami

kepada istri antara lain :

a) Suami turut bahagia saat mengetahui bahwa sang istri hamil. Kebahagiaan

32
tersebut dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah, tindakan, sikap, perilaku

maupun pernyataan langsung kepada istri bahwa suami merasa bahagia

mendapatkan momogan, bahwa suami sangat mendambakan bayi dalam

kandunganistri.

b) Suami memahami dan bersikap sabar dalam menghadapi sikap dan

perilakuistri. Selama masa kehamilan, istri biasanya mengalami hal yang

dinamakan “ngidam” yaitu suatu kondisi dimana istri meminta sesuatu yang

aneh-aneh bahkan mustahil. Oleh sebab itu, kesabaran dan sikap positif suami

sangat diperlukan dalm menghadapi keadaan semacamitu.

c) Suami memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan istri dan anak yang

dikandungnya. Misal suami turut serta mengantar istri memeriksakan

kandungannya, ikut memperhatikan makanan bergizi serta suplemen yang

dikonsumsi istri, serta mengingatkan waktu makanistri.

d) Suami tidak membebani istri dengan pekerjaan rumah tangga yang berat,

karena dikhawatirkan dapat mengganggu kehamilannya. Walaupun pekerjaan

rumah tangga tersebut sudah biasa dilakukan oleh istri, sebaiknya suami turut

membantu istri menyelesaikan pekerjaan tersebut. Misalnya suami membantu

menyapu atau membereskan rumah sebelum berangkatbekerja.

e) Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capekbekerja.

f) Suami tidak mengucapkan kata-kata yang dapat menyinggung ataupun

menyakiti hati dan perasaanistri.

g) Suami tidak melakukan kekerasan fisik kepada istri. Contohnya memukul,

menampar bahkanmenendang.

h) Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapiistri.

i) Membangun rasa percaya diri ibu hamil. Kendati tubuh ibu hamil mengalami
33
perubahan berat badan, timbul flek pada wajah, dan perubahan bentuk perut

yang makinm membesar. Sebaiknya suami meyakinkan istri bahwa ia tetap

menarik dancantik.

j) Suami berusaha menciptakan kondisi yang harmonis dan menghindari

konflik atau perselisihan dengan istri. Misalnya dengan mengajak istri jalan-

jalan, makan malam bersama ataupun mencipkatakan situasi romantislainnya.

k) Mempersiapkan keuangan secara matang untuk proses persalinan.Kesiapan

ini akan memberikan rasa tenang bagi seorang istri.Pemilihan tempat

persalinan juga sebaiknya dibicarakanberdua.

2. DukunganKeluarga

Seorang wanita yang sedang hamil biasanya juga perlu mendapatkan

dukungan dari anggota keluarga lain, seperti dukungan dari orang tua dan

mertua. Anggota keluarga lainnya juga mempengaruhi tingkat stres ibu

hamil.Meskipun suami mendukung penuh kehamilan istri, namun ibu hamil

dapat merasa tertekan jika kehamilannya tidak diterima oleh angota keluarga

lainnya.Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lainnya mendukung penuh

atas kehamilan istri.

Bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan hampir mirip dengan

dukungan dari suami.Yang pertama dukungan dari orang tua kandung, misalnya

ibu kandung bisa menceritakan pengalamannya pada saat hamil dan memberikan

informasi-informasi seputar kehamilan berdasarkan pengalaman pribadi ibu.

Ayah kandung juga dapat memberikan dukungan berupa perhatian dan kasih

sayang, ataupun hanya berupa ekspresi bahagia.

Yang kedua dukungan dari ayah dan ibu mertua.Bentuk dukungan yang

diberikan misalnya menanyakan keadaan janin yang sedang dikandung,


34
kesehatan dan memastikan bahwa istri benar-benar menjaga kehamilannya

ataupun sering berkunjung untuk melihat kondisi kehamilan menantunya.

Bentuk dukungan tersebut menunjukkan bahwa mertua bahagia, peduli dan

mengharapkan kehadiran cucu nya.Selain itu, seluruh keluarga bisa memberikan

dukungannya dalam bentuk doa untuk keselamatan ibu dan bayi yang

dikandungnya. Terkadang terdapat ritual adat istiadat yang memberikan arti

tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan.

Kahamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran dari seluruh

anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota baru tergantung dari dukungan

dari seluruh anggota keluarga, tidak hanya dari suamis aja. Ayahdan ibu kandung

maupun mertua, juga saudara kandung maupun saudaradari suami juga perlu

memperhatikan. Dengan sering berkunjung, menanyakan keadaan kehamilan,

bisa juga lewat sms atautelpon dapat menambah dukungan dari keluarga.

Upacara adatistiadat yang tidak mengganggu kehamilan juga mempunyai arti

tersendiri bagi sebagian ibu hamil sehingga hal ini tidak boleh diabaikan

(Tyastuti, 2016).

a. Hubungan wanita dengan ibunya

Menurut Rubin,1976, hubungan antara wanita dan ibunya terbukti

signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan. Ledermen mencatat empat

komponen penting hubungan antara seorang wanita hamil dan ibunya: kesediaan

ibu (pada masalalu dan saat ini ) ,reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya,

penghargaan terhadap otonomi anak perempuannya dan kesediaan ibu untuk

menceritakan kenangannya(Bobak, 2005).

Kesediaan ibu disamping anak perempuan nya sejak kanak-kanak seringkali

berarti ibu akan hadir dan mendukung selama anakny ahamil. Dengan ikatan
35
keibuan yang sama akan memfasilitasi perkembangan kedua individu. Sedangkan

reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya yang menandakan penerimaannya dan

dukungan dapat memberikan anak kesempatan untuk menceritakan kehamilan dan

rencana persalinannya. Keinginan ibu untuk menceritakan pengalamannya dimasa

lalu juga merupakan komponen yang penting sehingga wanita yang

mempersiapkan perannya sebagai seorang ibu dapat belajar dari pengalamannya

saat masih kecil yang diasuh oleh ibunya. Begitupun dengan penghargaan

terhadap otonomi anak perempuannya, hal tersebut dapat menumbuhkan dan

meningkatkan kepercayaan diri anakperempuannya untuk menjadi orangtua

b. Hubungan wanita dengan pasangan

Walaupun hubungan wanita hamil dan ibunya penting,orang yang lebih

penting bagi wanita hamil biasanya adalah pasangannya atau bapak dari anaknya.

Menurut Richardson,1983, ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan oleh wanit

ahamil. Kebutuhan pertama adalah menerima tanda-tanda bahwa ia dincitai dan

dihargai (Lowdermik,2013). Semakin banyak bukti yang menunjukan ia

diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya akan menimbulakan lebih sedikit

gejala emosi dan fisik, serta mudah melakukan penyesuaian selama nifas.

Kebutuhan kedua adalah pengakuan pasangan akan anaknya. Bertambahnya

seorang anak dapat mempererat hubungan suami istri.

Ekspresi seksual selama masa kehamilan bergantung pada individual.

Pasangan perlu merasa bebas mendiskusikan respon seksualnya selama

kehamilan satu sama lain dan dengan petugas kesehatan. Pasangan yang tidak

memahami perubahan fisik dan emosional yang sangat cepat selama kehamilan

dapat menjadi bingung dengan perilaku terhadap pasangannya. Oleh karena itu,

pasangan harus berbicara satu sama lain untuk menentukan permasalahannya


36
dan memberikan dukungan yang diperlukan.

3. Dukungan dari lingkungansosial

Dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal memang tidak terlalu

berpengaruh terhadap kehamilan. Bentuk dukungan dari lingkungan sosial

antaralain:

a) Berdoa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu-ibu pengajian,

perkumpulan atau kegiatan sosiallainnya.

b) Memberikan informasi serta pengalaman hamil dan melahirkan yang pernah

mereka alami. Namun pengalaman dan informasi antara satu orang dengan

orang lainnya berbeda-beda. Banyak informasi seputar kehamilan yang

kurang tepat bahkan salah, informasi tersebut kebanyakan berdasarkan atas

adat istiadat masyarakat setempat, bahkan ada yang bersifat mistis. Untuk

itu seorang ibu hamil harus bisa memilah mana informasi yang tepat dan

baik untuk kehamilannya serta mana informasi yang tidak baik

untukkehamilannya.

c) Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk

memeriksakan kandungannya. Bahkan tak jarang mereka memberikan

rekomendasi mengenai bidan, rumah bersalin atau rumah sakit yang

dianggap berkualitas, tentu saja rekomendasi dari satu orang dengan orang

lain dapat berbeda-beda. Hal ini pun juga sesuai dengan pengalaman dari

masing-masingindividu.

4. Dukungan Dari TenagaKesehatan

Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berperan dalam memberikan

dukungan pada ibu hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan

37
kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan harus

mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil. Hubungan yang baik,

saling mempercayai dapat memudahkan bidan/tenaga kesehatan dalam memberikan

pendidikan kesehatan.Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannnya melalui

dukungan :

a. Aktif, melalui kelasantenatal

b. Pasif, dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami

masalah untuk berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi

perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernahdirasakan.

38
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan merupakan tantangan perkembangan yang harus dihadapi seluruh

keluarga, dari pasangan suami-istri hingga anggota keluarga yang lain. Masa kehamilan

banyak disertai tekanan dan ancaman, khususnya bagi calon ibu. Selain itu kehamilan juga

merupakan saat–saat krisis bagi keluarga dimana terjadi perubahan identitas dan peran ibu,

ayah, serta anggota keluarga lainnya.

Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode kehamilan,

kelahiran bayi, dan periode pascapartum. Stres psikologis dan fisik yang terkait dengan

kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga mengakibatkan krisis emosional

(affonso,1984). Perubahan yang dialami oleh ibu selama kehamilan terkadang dapat

menimbulkan stress anterpartum sehingga bidan harus memberikan asuhank epada ibu

hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal).

B. Saran

Diharapkan bidan dapat memahami berbagai perubahan psikososial yang terjadi pada

ibu hamil padatiap trimester agar asuhan yang diberikan tepat sesuai kebutuhan ibu. Hal ini

diperlukan ketelitian dan kehati-hatian bidan untuk mengkaji sehingga diperoleh data yang

lengkap untuk menentukan diagnosa dankebutuhansegera, sehinggaasuhan yang

diberikanbenar-benar dapat mengurangi ketidaknyamanan ibu baik akibat perubahan

fisiologis maupun psikologis selama kehamilan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.(1995/2005).BukuAjarKeperawatanMaternitas. (Maria A. Wijayarini,


dkk.Penerjemah.). Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary, et al. 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Vol 1.Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2007. PedomanPelayanan Antenatal.

Hadisaputro, Hartono. 2010. IlmuKebidananSarwonoPrawirohardjo. Jakarta: PT


BinaPustaka.

Kusmiyati, Yunidkk. 2009. PerawatanIbuHamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Ladewig,P.W.,London,M.L.,Moberly,S.M&Olds,S.B.(2002).ContemporaryMaternal-
NewbornNursing Care.New Jersey: Pearson Education,Inc.

Lowdermilk,D.Leonard,Perry,S.,Cashion,Kitty.(2013).KeperawatanMaternitasBuku1 (Felicia
Sidartha, Penerjemah.).Jakarta: SalembaMedika.

Manuaba, IBG. 2010. IlmuKebidanan, PenyakitKandungandanKeluargaBerencana.Jakarta


:Saifuddin, AB. 2010. IlmuKebidanan. Jakarta :BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.

Ricci,SusanScot.(2007).EssentialsofMaternity,Newborn,andWomen’sHealthNursing.Philadel
phia:LippincotWilliam &Wilkins

Saminem. 2009. Kehamilan normal. Jakarta: EGC.

Siswosudarmo, R. Emilia, O. 2008. ObstetriFisiologi. Yogyakarta: PustakaCendekia Press.

Sofian, Amru. 2011. RustamMochtarSinopsisObstetri¸ Jakarta: EGC.

Sulin, Djusar. 2010. IlmuKebidananSarwonoPrawirohardjo. Jakarta: PT BinaPustaka.

Susanti, Ni Nengah. (2008).PsikologiKehamilan.Jakarta: EGC

Tyastuti, Siti. 2016. ModulBahan Ajar CetakKebidananAsuhanKebidananKehamilan. Jakarta


Kemenkes

Varney, Helen. 2007. BukuAjarAsuhanKebidanan. Edisi 4.Alihbahasa: LailyMufidahdan Gita


Trisetyati. Jakarta: EGC.

Yeyeh, Ai, dkk. 2009. AsuhanKebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media

40

Anda mungkin juga menyukai