Anda di halaman 1dari 22

I.

Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk
mahasiswa keperawatan (Edisi 3)).
.

Sumberbeljar.belajar.kemdikbud.go.id

A. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai
vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih
rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson,
2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm
dan beratnya antara 120-150 gram (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk
mahasiswa keperawatan (Edisi 3)).
Fungsi vital ginjal yaitu :
a. Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.
b. Sebagai homeostasis.
c. Pengeluaran zat-zat toksin/racun
d. Memperlakukan suasana keseimbangan air,
e. Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tube
f. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.

1
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun
dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional
ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya
pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan
endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi
membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian :
tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla
renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal (Syaifuddin. 2012.
Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan (Edisi 3)).

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat


glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan
darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan
dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam
aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat” (Syaifuddin. 2012.
Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan (Edisi 3)).

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai
sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan
plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul
kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi
ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat
ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan
dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang
mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan
diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam

2
urin (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan
(Edisi 3)).

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi


aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke
dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum,
kreatinin, serta asam urat.

Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.


Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus
pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk
pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa
panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai
pipa untuk menyalurkan urin.

B. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan (Edisi 3)).

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5


menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria) (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan (Edisi 3)).

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus


psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat

3
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

C. Kandung kemih (vesika urinaria)


Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah
anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah
sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih
tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini
terutama berfungsi mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil
(urinari). Uretra muncul dari kandung kemih; pada laki-laki, uretra berjalan
lewat penis dan pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada
laki-laki kelenjar prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih
mengelilingi uretra di sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis
eksterna merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses
awal urinasi (Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan (Edisi 3)).
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit
fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti
halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-
lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu
sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian :
tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla
renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal antibody
(sarwadi,2014 Buku pintar anatomi tubuh manusia).
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan
darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan

4
dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam
aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa
dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan
molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif
diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke
dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan
dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian
menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa,
normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan
terlihat dalam urin antibody (sarwadi,2014 Buku pintar anatomi tubuh
manusia).
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi
secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium,
glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

D. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar (Diastutik.2009 Biologi untuk
SMA/MA kelas XI). Pada laki-laki terdiri dari :
1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi
sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).

5
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus
dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan
uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi (Diastutik.2009 Biologi untuk
SMA/MA kelas XI).

6
II. Definisi ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2011).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 2010).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi
dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian
tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia
coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 2014).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam
cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada
pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

III. Etiologi ISK


Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang
simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus
mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 %
pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat
juga sebagai penyebab. Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO)
yang Paling Sering Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E., 2014).
Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus),
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada
uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering
ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering
ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas. (Lumbanbatu, S.M., 2013).

7
IV. Manisfestasi Klinis ISK
Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas
reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada
anak umur sekolah, terutama anak perempuan dan biasanya ditemukan pada uji tapis
(screening programs). ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi
pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik.
Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia,
ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum, oliguria,
iritabel, atau distensi abdomen. Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak
terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit keabu-
abuan (grayish colour).
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan
berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare,
ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam
yang tinggi dapat disertai kejang. Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat
terjadi demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan
dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan
lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,
disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit pinggang,
atau pireksia lebih jarang ditemukan.
Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala
saluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih
normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan
kejang. Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentuk pielonefritis, yang
merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu dikenal sebagai nefropenia lobar.
Pada sistitis, demam jarang melebihi 380C, biasanya ditandai dengan nyeri
pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin, dan
enuresis.

8
V. Klasifikasi ISK
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran
Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU (European
Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of America) terbagi
kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non komplikata akut, ISK
komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis dan urosepsis (Naber KG
et al). Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih
dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang
spesifik. (Sukandar, E., 2004).
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan ISK
complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan tidak
menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh sempurna
sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah infeksi yang
disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke bagian tubuh
yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun bersifat resisten
terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK complicated lebih sukar
diobati.

VI. Patofisiologi ISK

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:

1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi


dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

9
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
3) Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. System imunnitas yng menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang
sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif

10
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

VII. Pemeriksaan Penunjang ISK


a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik

11
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

VIII. Penatalaksanaan ISK


A. Prinsip umum penatalaksanaan farmakologi ISK adalah :
1. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
2. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran
kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang
dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :
a. Pengobatan dosis tunggal
b. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
c. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
d. Pengobatan profilaksis dosis rendah
e. Pengobatan supresif.
(Sukandar: 2006 )

B. Penatalaksanaan NonFarmakologi
a. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga
meningkat (merangsang diuresis).
b. Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin
naik ke uretra.
c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing agar
bakteri tidak mudah berkembang biak.
d. Diet rendah garam untuk membantu menurunkan tekanan darah.
e. Mengkonsumsi jus anggur atau cranberry untuk mencegah infeksi saluran kemih
berulang.
f. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-buahan, daging
tanpa lemak dan kacang-kacangan.
g. Tidak menahan bila ingin berkemih.

12
Asuhan Keperawatan Teori

1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas
Infeksi saluran kemih (ISK) relatif sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
Menurut kepustakaan demam dengan sebab yang tidak jelas pada anak berusia 2
bulan - 2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK dan prevalensi ISK anak
perempuan pada usia ini dua kali lebih tinggi dari pada anak laki - laki. Gejala
klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan
lokasi infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita
ISK perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas,
cara mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar untuk
terjadinya kerusakan ginjal. (Miesien , dkk, 2016)
B. Keluhan utama
Badan mudah lelah ketika melakukan aktivitas
C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Awalnya anak-anak biasanya demam, adanya rasa sakit pada saat buang air
kecil. Namun pada anak yang berusia lebih muda, hal tersebut tidak begitu
terlihat. Jika infeksi memburuk, anak dapat mengeluarkan urin yang keruh
maupun berdarah, bau urin yang menyengat, frekuensi buang air kecil yang
meningkat, dan sakit pada area pinggang belakang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal Care
Berisi Pemeriksaan kehamilan , Keluhan selama hamil ,Riwayat ,Kenaikan
BB selama hamil ,Imunisasi TT , Golongan darah ibu dan ayah.
2) natal
tanyakan pada keluarga pasien : Tempat melahirkan,Lama dan jenis
persalinan (spontan/SC), Penolong persalinan ,Cara untuk memudahkan
persalinan, Komplikasi waktu lahir
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), Apakah anak mengalami penyakit ,
Problem menyusui, riwayat penyakit sebelumnya:

13
 Penyakit yang pernah dialami
 Kecelakaan yang dialami
 Pernah makan obat–obatan ,zat/subtansi kimia
 Komsumsi obat-obatan bebas
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat penyakit kongenital, adakah saudara yang memiliki riwayat
ISK, anggota keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, DM, dan batu ginjal.
d. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah
pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
e. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan Fisik :
Berat badan
Tinggi badan
Waktu tumbuh gigi : …bulan, Tanggal gigi: ….
2) Perkembangan tiap tahap usia anaksaat
1. Berguling :
2. Duduk:
3.Merangkap:
4.Berdiri:
5.berjalan:
6. Senyum kepada orang orang lain pertama kali :
7.bicarapertamakali:
8. Berpakaian tanpa bantuan:
f. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui:

14
b. Cara pemberian:
c. Lama pemberian:
d. Asi diberikan sampai umur:
2. Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah yang
diberikan tiap kali pemberian, adanya riwayat alergi dll.
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak tinggal di rumah
sendiri atau dirumah saudara, di lingkungan perdesaan atau daerah perkotaan.
Hubungan anak dengan keluarga dan pengasuh anak (apakah di asuh oleh
orang tua sendiri atau orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan keagamaan yang
sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang: Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap dan
pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena klien tidak sadar).
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan, menu
makan, frekuensi makan, makanan pantangan, pembatasan pola makan,
cairan makan, dan ritual saat makan baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan, frekuensi
minum, kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan (pemenuhan dengan air
putih, the, atau susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi, warga dan
bau. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
l. Istirahat
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur, pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
m. Personal Hygiene

15
Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit. Meliputu, mandi,
cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi.
n. Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-hari,
pengaturan jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas, kesulitan
pergerakan tubuh bermain.
o. Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan saat
sekolah, waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu senggang keluarga,
kegiatan hari libur saat belum sekolah.

D. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai
pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

16
2. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermia (00007) b/d penyakit
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) b/d factor biologis
3) Intoleransi aktivitas (00092) b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4) resiko infeksi b/d gangguan intekritas kulit
5) nyeri akut b/d agen cedera fisik

3. Intervensi keperawatan
1) Hipertermia (00007) b/d penyakit
 Batasan Karakterisrik
 Kulit memerah
 Gelisah
 Kulit terasa hangat
 Faktor yang berhubungan
 Dehidrasi
 Aktivitas berlebihan
 Kondisi terkait : penyakit
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi

NOC NIC
Kode Termogulasi  Perawatan demam
(564)  Pantau suhu dan tanda-tanda vital
080010 Berkeringat saat lainnya
panas  Beri obat atau cairan IV
080001 Peningkatan  Dorong konsumsi cairan
suhu kulit  Fasilitasi istirahat
080019 Hipertermia
080003 Sakit kepala
080006 mengantuk
Kode Monitor tanda  Monitor tanda tanda vital
tanda vitasl  Monitor tekanan darah,nadi,dan
(0802) rrespiratori

17
080201 Suhu tubuh  Laporkan hipertermia dan
Tingkat hipotermia
080204 pernafasan  Monitor warna kulit, suhu kulit
080205 Tekanan Darah dan kelembapan
sistolik
080206 Tekanan Darah
diastolic
080209 Tekanan nadi
Kode Tingkat  Manajemen nutrisi
ketidaknyamanan  Tentukan status gizi pasien
(2105)  Indentifikasi adanya alergi
210901 Nyeri  Anjurkan untuk keluarga bawa
210925 Kehilangan nafsu makanan favorit
makan
201926 Mengigil
210928 Mual
210932 konstipasi

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d


ketidakmampuan mengabsorsi nutrient (00002)
 Batasan karakteristik
 Nyeri abdomen
 Gangguan sensasi rasa
 Enggan makan
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Faktor yang berhubungan
 Asupan diet kurang
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi

NOC NIC

18
Kode Status Nutrisi  Manajemen nutrisi
(551)  Tentukan status gizi pasien
100401 Asupan gizi  Indentifikasi adanya alergi
100402 Asupan makanan  Anjurkan untuk keluarga bawa
100403 Asupan cairan makanan favorit
100408 Energy  Bantu pasien terkait dengan
100411 Hidrasi perawatan mulut

Kode Nafsu makan (319)  Monitor nutrisi


101401 Keinginanuntuk  Monitor tugor kulit dan mobilitas
makan  Monitor adanya mual muntah
101402 Mencari makanan  Tentukan pola makan
101403 Menyenangi
makanan
101404 Merasakan makanan
101405 Energi untuk makan

Kode Keparahan mual  Manajemen Diare


muntah  Anjurkan menghindari makanan
210701 Frekuensi mual pedas
210702 Intensitas mual  ajari pasien cara menurunkan stress
210704 Frekuensi muntah
210705 Intensitas muntah

3) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen


(00092)
 Batasan karakteristik
 Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
 Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
 keletihan
 Kelemaham umum
 Faktor yang berhubungan
 Ketidakseimbangan suplai dan kebuthan oksigen

19
 Imobilitas
 Fisik tidak bugar
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirumah sakit, pasien
diharapkan dapat melakukan aktivitas kembali

NOC NIC

Kode Toleransi  Terapi aktivitas (4310)


aktivitas  Bantu dengan aktivitas fisik secara
(0005) teratus (mis:ambulasi, kebersihan
000501 Saturasi diri)
oksigen ketika  Bantu pasien untuk meningkatkan
beraktivitas motivasi diri dan penguatan
000502 Frekuensi nadi  Monitor respon emosi, fisik, social
ketika dan spiritual terhadap aktivitas
beraktivitas
000504 Tekanan darah
diastolic ketika
beraktivitas
Kode Istirahat  Managemen energy (0180)
(0003)  Kaji status pasien yang
000301 Jumlah menyebabkan kelelahan
istirahat sesuaidengan konteks usia dan
000302 Pola istirahat perkembangan
000303 Kualitas  Monitor intake/asupan untuk
istirahat mengetahui sumber energy
 Anjurkan tidur siang bila
diperlukan
Kode Tingkat  Bantuan perawatan diri (1800)
kelelahan  Monitor perawatan diri secara
(0007) mandiri
000701 Kelelahan  Berikan lingkungan terapeutik
000702 Kelesuhan dengen memastikan lingkungan

20
000703 Kehilangan yang hangat, santai dan tertutup
selera makan  Ciptakan rutinitas perawatan diri

21
DAFTAR PUSTAKA

Linangkung Erfanto, S,ST. Sarwawadi. 2014. Buku Pintar Anatomi Tube Manusia.
Dunia Cerdas : Cipayung-Jakarta.

Budiyono, Setiadi. 2009. Anatomi Tube Manusia, Cetakan III. Laskar : Jakarta

Diastuti, Reni.2009. Biologi Untuk SMA/MA kelas XI. Pusat Pembukaan Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta

Erika K.A, Hariati S, Seniwati T, 2011. Buku Ajar Keperawatan Anak, Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unhas, Makassar.

Widjanarko, A. 2010. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, H, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Edisi revisi, Jilid 1. Media
Action : Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai