Anda di halaman 1dari 142

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Industri Skripsi Sarjana

2018

Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan


Metode Grafik dan Differential Evolution
di PT. XYZ

Sihotang, Sarwedy
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9593
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DENGAN METODE

GRAFIK DAN DIFFERENTIAL EVOLUTION DI

PT. XYZ

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SARWEDY SIHOTANG
140403095

DEPART EMEN TEKNIK INDUSTRI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2018

Universitas Sumatera Utara


PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DENGAN METODE

GRAFIK DAN DIFFERENTIAL EVOLUTION DI

PT. XYZ

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari


Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SARWEDY SIHOTANG
140403095

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I

( Ir. Ukurta Tarigan, MT )

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2018

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana

ini..

Pembuatan laporan tugas sarjana ini ditujukan untuk memenuhi syarat-

syarat dan ketentuan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan tugas sarjana ini terdiri dari struktur pengerjaan dari penelitian

yang dilakukan di PT. XYZ. Laporan tugas sarjana ini berjudul “Perbaikan Tata

Letak Pabrik dengan Metode Grafik dan Differential Evolution di PT.

XYZ”.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan tugas

sarjana ini. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS

Agustus, 2018

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah

membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST., MT. selaku Ketua Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Buchari, ST., M.Kes., selaku sekretaris Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Ir. Mangara Tambuanan, M.Sc., selaku kordinator tugas sarjana, yang

telah memberikan izin topik tugas sarjana.

4. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan laporan

ini.

5. Kedua Orang tua yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril

maupun materil dan mendoakan penulis selama penulisan laporan ini.

6. Kedua saudara penulis yang memberikan dukungan kepada penulis untuk

menyelelesaikan laporan ini.

7. Sahabat penulis di kos mandolin 34.

8. Asisten-asisten Laboratorium Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan yaitu:

Yahya, Arif, Christine, Vivi, Glaret, dan Mentari yang telah memberikan

dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Laporan ini.

9. Sahabat-sahabat penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU

khususnya teman-teman angkatan 2014 “ELASTIS” yang tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis

dalam penyelesaian Laporan ini.

10. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu penulis.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di proses produksi


paku. Terdapat 6 departemen pada lantai produksi perusahaan ini antara lain
departemen pencucian, departemen penarikan kawat, departemen pemeriksaan,
departemen pembentukan paku, departemen polishing dan departemen packaging.
Aliran bahan yang terdapat pada proses produksi paku di perusahaan ini dimulai
dari mengambil bahan baku di gudang bahan kemudian bahan baku dialirkan ke
departemen pencucian, departemen penarikan kawat, departemen pemeriksaan,
departemen pembentukan paku, departemen polishing, departemen packaging dan
kemudian produk di simpan di gudang produk. Permasalahan pada PT. XYZ
adalah adanya cross movement dan by-passing pada aliran bahan antar
departemen. Untuk menyelesaikan permasalahan ini metode yang dapat
digunakan adalah metode Differential Evolution dan Metode Grafik. Differential
Evolution adalah metode optimasi yang dikembangkan oleh Price dan Storm
yang didasari oleh teori evolusi Darwin. Metode lain yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan ini adalah metode grafik. Metode grafik adalah
metode perancangan tataletak fasilitas yang mempertimbangkan keterkaitan
aktivitas. Perbaikan tata letak pabrik dengan Metode Grafik membentuk pola
aliran tidak beraturan. Jumlah layout yang dihasilkan dengan metode grafik
adalah 3 alternatif dengan Total momen perpindahan layout usulan dengan
metode grafik untuk masing-masing alternatif adalah 217519,68m,. 218219,5m
dan 238072,32m. Perbaikan tata letak pabrik dengan Metode Differential
Evolution membentuk pola aliran bentuk U (U-Shape). Total momen perpindahan
layout usulan dengan metode Differential Evolution adalah sebesar 158550,7m.
Total momen perpindahan layout metode Differntial Evolution adalah yang
terkecil.

Kata Kunci: Differential Evolution, Metode Grafik, Tata Letak Pabrik Total
Momen Perpindahan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................ v

ABSTRAK ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ......................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................ xix

I PENDAHULUAN ................................................................. I-1

1.1. Latar Belakang .............................................................. I-1

1.2. Perumusan Masalah....................................................... I-5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... I-6

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah ........................................ I-7

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir............................... I-8

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. II-1

2.1. Proses produksi ............................................................. II-1

2.1.1. Bahan yang digunakan ...................................... II-3

2.1.2. Uraian proses produksi ...................................... II-4

2.2. Mesin dan Peralatan ...................................................... II-7

2.2.1 Mesin produksi .................................................. II-7

2.2.2. Peralatan ............................................................ II-10

2.2.3 Utilitas ............................................................... II-11

2.2.4. Waste treatment ................................................. II-12

2.3. Orgaisasi dan Manajemen ............................................. II-13

2.3.1 Struktur Organisasi ............................................ II-13

2.3.2. Jam Kerja............................................................. II-15

III LANDASAN TEORI ............................................................ III-1

3.1. Tata letak Pabrik............................................................ III-1

3.2. Tujuan Tata Letak ......................................................... III-3

3.3. Jenis-jenis Persoalan Tataletak...................................... III-5

3.4. Jenis-jenis Tata Letak .................................................... III-8

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5. Pola Aliran Bahan ......................................................... III-12

3.6. Ukuran Jarak ................................................................. III-15

3.7. Peta Dari-Ke (Front To Chart)...................................... III-19

3.8. Parancangan Tata Letak dengan Metode Grafik ........... III-19

3.9. Differential Evolution.................................................... III-24

3.9.1. Ide Dasar DE ..................................................... III-24

3.9.2. Inisialisasi .......................................................... III-25

3.9.3. Mutasi ................................................................ III-26

3.9.4. Crossover........................................................... III-27

3.9.5. Seleksi ............................................................... III-27

3.9.6. Tahap Iterasi DEA ............................................. III-28

3.10. Flexible Bay Structure ................................................... III-29

IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................... IV-1

4.1. Jenis Penelitian .............................................................. IV-1

4.2. Objek Penelitian ............................................................ IV-1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Variabel Penelitian ........................................................ IV-1

4.4. Kerangka Konseptual .................................................... IV-2

4.5. Rancangan Penelitian .................................................... IV-3

4.6. Pengumpulan Data ........................................................ IV-5

4.7. Pengolahan Data ............................................................ IV-5

4.8. Analaisis dan Pembahasan ............................................ IV-6

4.9. Kesimpulan dan Saran ................................................... IV-6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............. IV-1

5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data .............................. V-1

5.2. Pengolahan Data ............................................................ V-5

5.2.1. Perhitungan Frekuensi Perpindahan .................. V-5

5.2.2. Perhitungan Total Momen Perpindahan

Antar Departemen Lantai Produksi Aktual ...... V-12

5.2.3. Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Metode

Grafik................................................................ V-14

5.2.4. Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan

Differential Evolution ........................................ V-41

5.2.5. Rekapitulasi Total Momen Perpindahan ........... V-53

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................... VI-1

6.1. Analisis Tata Letak Pabrik Aktual ............................... VI-1

6.2. Analisis Tata Letak Pabrik Usulan Metode Grafik ....... VI-2

6.3. Analisis Tata Letak Pabrik Usulan Metode Differential

Evolution ....................................................................... VI-4

6.4. Analisis Line Efficiency Rate (LER) ............................ VI-6

VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. VII-1

7.1. Kesimpulan ................................................................... VII-1

7.2. Saran ........................................................................... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Perbandingan Jarak Euclidean dan Aisle Usulan ................... I-3

3.1. Peta Dari-Ke........................................................................... III-20

3.2. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Ketiga ................ III-21

3.3. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Keempat............. III-22

3.4. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Kelima ............... III-23

5.1. Luas Area Produksi ................................................................ V-1

5.2. Jarak Antar Departemen Layout Aktual ................................ V-4

5.3. Efisiensi Mesin yang Digunakan ........................................... V-5

5.4. Frekuensi Perpindahan Per Hari ............................................ V-7

5.5. Perbandingan Kapasitas Departemen dengan Bahan yang

Diolah..................................................................................... V-7

5.6. From To Chart Frekuensi Perpindahan per Hari ................... V-9

5.7. From To Chart Frekuensi Perpindahan per Bulan ................. V-11

5.9. From to Chart Frekuensi Metode Grafik ............................... V-15

5.10. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga ...... V-16

5.11. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Keempat ... V-17

5.12. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Kelima ..... V-18

5.13. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Keenam .... V-19

5.14. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga ...... V-20

5.15. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga ...... V-22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.16. Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 1 .................. V-27

5.17.Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode

Grafik Alternatif 1.................................................................. V-29

5.18. . Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 2 ................ V-33

5.19. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode

Grafik Alternatif 2.................................................................. V-35

5.20. Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 3 .................. V-38

5.21. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode

Grafik Alternatif 3.................................................................. V-40

5.22. Luas Area Input Software Differential Evolution .................. V-41

5.23. From to Chart Frekuensi Software Differential Evolution .... V-42

5.24. Jarak Layout Usulan Differential Evolution .......................... V-50

5.25. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode

Differential Evolution ............................................................ V-52

5.26. Rekapitulasi Total Momen Perpindahan ................................ V-53

6.1. Rekapitulasi Total Momen Perpindahan ................................ VI-5

6.2. Perbandingan Jarak Terpendek Dan Aktual .......................... VI-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Block Layout Aktual Produksi Paku PT. XYZ................. I-3

2.1. Mesin Tarik Kawat ............................................................ II-7

2.2. Mesin MTGB .................................................................... II-8

2.3. Mesin Polish...................................................................... II-9

2.4. Mesin Packaging............................................................... II-9

3.1. Siklus Perbaikan Perancangan Fasilitas Berkelanjutan..... III-2

3.2. Hirarki Perancangan Fasilitas ........................................... III-3

3.3. Process Layout ................................................................. III-9

3.4. Grup Teknologi ................................................................. III-11

3.5. Hybrid Layout ................................................................... III-12

3.6. Pola Aliran Bahan Garis Lurus ......................................... III-12

3.7. Pola Aliran Bahan Ular atau Zig-zag ................................ III-13

3.8. Pola Aliran Bahan Bentuk U ............................................. III-13

3.9. Pola Aliran Bahan Melingkar............................................ III-14

3.10. Pola Aliran Bahan Tak Beraturan .................................... III-14

3.11. Perhitungan Jarak Berdasarkan Beberapa Pendekatan ..... III-16

3.12. Adjacency .......................................................................... III-18

3.13. Grafik Kedekatan Departemen 1 dan 3 ............................. III-20

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

3.14. Grafik Kedekatan Departemen 1, 3, dan 4 ........................ III-21

3.15. Grafik Kedekatan Departemen 1, 2, 3, dan 4 .................... III-22

3.16. Grafik Kedekatan Semua Departemen .............................. III-23

3.17. Block Layout dengan Grafik Kedekatan ........................... III-24

3.18. Proses Defferential Evolution ........................................... III-25

3.19. Inisialisasi DE ................................................................... III-26

3.20. Mutasi DE ......................................................................... III-27

3.21. Alokasi Tata Letak dengan Flexible Bay Structure .......... III-30

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................... IV-3

4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ............................... IV-4

5.1. Layout Aktual PT. XYZ................................................... V-2

5.2. Contoh Perhitungan Jarak dengan Metode Aisle

Distance Layout Aktual..................................................... V-3

5.3. Grafik Kedekatan Departemen 5 Dan 6 ............................ V-16

5.4. Grafik Kedekatan Departemen Alokasi Ke 2.................... V-17

5.5. Grafik Kedekatan Departemen Alokasi Ke 3.................... V-18

5.6. Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 4.................... V-19

5.7. Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 5.................... V-20

5.8. Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 6.................... V-21

5.9. Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 7.................... V-22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.10. Block Layout dengan Grafik Kedekatan ........................... V-23

5.11. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 1 ............. V-24

5.12. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle

Distance Layout Metode Grafik Alternatif 1 .................... V-25

5.13. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 2 ............ V-30

5.14. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle

Distance Layout Metode Grafik Alternatif 2 .................... V-31

5.15. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 3 ............ V-36

5.16. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle

Distance Layout Metode Grafik Alternatif 3 .................. V-37

5.17. Icon Software Differential Evolution ................................ V-43

5.18. Input Panjang, Lebar Area dan Jumlah Departemen ....... V-43

5.19. Input Spesifikasi Departemen .......................................... V-43

5.20. Input Spesifikasi Departemen .......................................... V-44

5.21. Tekan Tombol Run............................................................ V-44

5.22. Hasil Iterasi Perbaikan Layout .......................................... V-45

5.23. Hasil Perhitungan Best Solution ........................................ V-45

5.24. Layout Hasil Software Differential Evolution ................. V-46

5.25. Block Layout Usulan Differential Evolution ..................... V-47

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.26. Contoh Pehitungan Jarak Metode Differential

Evolution dengan Metode Aisle Distance ........................ V-48

5.27. Layout Usulan Terbaik ...................................................... V-54

6.1. Block Layout Aktual Produksi Paku PT. XYZ................. VI-1

6.2. Block Layout Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 1 VI-2

6.3. Block Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 2 ............. VI-3

6.4. Block Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 3 ............. VI-2

6.5. Block Layout Usulan Metode Differential Evolution ........ VI-4

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tata letak pabrik merupakan suatu susunan fasilitas fisik yang terdiri atas

perlengkapan, tenaga, bangunan dan sarana lain yang harus mempunyai tujuan

mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran

informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif,

efisien, ekonomis dan aman. Aliran barang yang direncanakan dengan baik dan

cermat mempunyai beberapa keuntungan, antara lain meningkatkan efisiensi dan

produktivitas, pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih efisien, mengurangi waktu

dalam proses serta meminimumkan gerakan balik dan silang (back tracking dan

cross movement) (Apple, 1990). Tujuan utama perancangan tata letak ini adalah

optimasi pengaturan fasilitas – fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan

oleh sistem produksi akan maksimal (Purnomo, 2004).

PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di proses produksi

paku. Terdapat 6 departemen pada lantai produksi perusahaan ini antara lain

departemen pencucian, departemen penarikan kawat, departemen pemeriksaan,

departemen pembentukan paku, departemen polishing dan departemen packaging.

Aliran bahan yang terdapat pada proses produksi paku di perusahaan ini dimulai

dari mengambil bahan baku di gudang bahan kemudian bahan baku dialirkan ke

departemen pencucian, departemen penarikan kawat, departemen pemeriksaan,

Universitas Sumatera Utara


departemen pembentukan paku, departemen polishing, departemen packaging dan

kemudian produk di simpan di gudang produk.

Permasalahan pada PT. XYZ adalah adanya cross movement dan by-

passing pada aliran bahan antar departemen. Cross movement adalah perpotongan

aliran bahan pada saat proses produksi (Merry Siska, 2012) sementara by-passing

adalah aliran bahan yang melewati satu atau lebih departemen sebelum sampai di

departemen yang dituju (Hasan, dkk., 2017). Permasalahan ini mempengaruhi

total momen perpindahan yang terdapat pada lantai produksi. Total momen

perpindahan dapat ditentukan dengan mengalikan frekuensi perpindahan material

dari satu departemen ke departemen lainnya dengan jarak antar departemen yang

berkaitan (Rizaldi, dkk., 2015). Aliran bahan pada saat proses produksi di PT.

XYZ dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Sumber: Pengumpulan Data


Gambar. 1.1. Block Layout Aktual Produksi Paku PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi 3 cross movement yakni

perpotongan aliran dari departemen 1 ke departemen 2, departemen 6 ke

departemen 7 dan departemen 3 ke departemen 4, sementara by-passing terjadi

dari departemen 1 ke departemen 2, departemen 2 ke departemen 3, departemen 3

ke departemen 4.

Line Efficiency Rate (LER) adalah nilai yang menunjukkan efisiensi aliran

bahan yang terdapat pada lantai produksi. LER dapat dihitung dengan

membandingkan jarak terdekat (jarak Euclidean) dengan jarak aktual (jarak Aisle)

pada layout (Wulansari, 2010). Batas nilai ambang baik untuk LER adalah lebih

besar dari 75% (Sunderesh, 1997). Perbandingan jarak Euclidean dengan jarak

Aisle pada lantai produksi PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1. Perbandingan Jarak Euclidean dan Aisle Usulan

Departemen Departemen Aisle


Euclidean Usulan
Asal Tujuan Usulan
1 2 61,01 42,746
2 3 38,94 26,048
3 4 39,63 30,786
4 5 13,5 6,222
5 6 33,1 22,02
6 7 34,06 23,308
7 8 8,77 4,1
Total 229,01l 155,23
Sumber: PT. XYZ

jarakaisle  jarakeuclidean
LER  1  x100 %
jarakeuclidean

229,011  155,23
LER  1  x100%  52,47%
155,23

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan perhitugan nilai LER diperoleh nilai efisiensi lintasan sebesar

52,47%. Nilai ini lebih kecil dari 75% maka dapat dikatakan bahwa efisiensi

lintasan di lantai produksi PT. XYZ tidak baik.

Untuk menyelesaikan masalah tata letak fasilitas diperlukan metode

optimasi yang efektif. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah

Differential Evolution yang dipadukan dengan flexible bay structure (M. Bisyrul

Jawwad, 2014).

Differential Evolution adalah adalah metode optimasi yang dikembangkan

oleh Price dan Storm yang didasari oleh teori evolusi Darwin. Differential

evolution dirancang untuk metode pencarian stokastik langsung sehingga mudah

diaplikasikan pada kasus-kasus optimasi. Kelebihan metode Differential Evolution

secara komputasi membutuhkan waktu yang lebih singkat dan tetap

mempertahankan konvergensi permasalahan (Storn dan Price, 1996). Selain itu,

metode ini adalah algoritma berbasis populasi (population-based algorithm).

Terdapat populasi dengan individu sebanyak Np dan setiap individu di dalam

populasi mewakili solusi yang layak untuk permasalahan (Miguel Leon, 2016).

Sementara metode flexible bay structure (FBS) merupakan cara penempatan

fasilitas pada suatu area dengan membagi area menjadi kolom-kolom vertikal

ataupun horizontal. Setelah area dibagi dalam bentuk kolom-kolom, selanjutnya

menempatkan fasilitas pada kolom tersebut. Jumlah kolom yang terbentuk juga

flekisbel (Komarudin, 2010).

Metode Differential Evolution dan Flexible Bay Structure banyak digunakan

untuk menyelesaikan masalah optimasi karena efektif dan efisien termasuk

Universitas Sumatera Utara


masalah tata letak fasilitas (Jing Tao,2013). Metode ini telah diaplikasikan untuk

mengurangi total jarak pemindahan material (Prapto, dkk., 2014), menyelesaikan

permasalahan tataletak fasilitas dengan luas area berbeda (Bisyrul,dkk., 2014) dan

menyelesaikan permasalahan peletakan kapasitor berukuran besar (Chiou dan

Chang, 2004).

Metode lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini

adalah metode grafik. Metode grafik adalah metode perancangan tataletak fasilitas

yang mempertimbangkan keterkaitan aktivitas. Metode grafik merupakan metode

perancangan tata letak yang menggunakan grafik kedekatan (adjacency graph)

sebagai penghubung antara departemen- departemen atau fasilitas- fasilitas yang

ada dengan tujuan memperoleh bobot terbesar (Hari Purnomo, 2004).

Metode grafik telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tataletak

akibat aliran backward dan jarak yang terlalu jauh untuk meminimasi ongkos

material handling (Ningtyas, dkk., 2013) dan menyelesaikan permasalahan

tataletak dengan area departemen yang tidak sama besar (unequal-area

department) (Bozer dan Wang, 2012).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah adanya cross movement, by-passing pada

proses pemindahan bahan, dan efisiensi rendah. cross movement dan by-passing

pada aliran bahan mempengaruhi total momen perpindahan di pabrik. Sehingga

Universitas Sumatera Utara


diperlukan perbaikan tata letak pabrik untuk mengeliminasi cross movement dan

by-passing.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian adalah merancang perbaikan tata letak pabrik

PT. XYZ dengan mempertimbangkan aliran bahan.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Evaluasi tata letak pabrik aktual PT. XYZ

2. Merancang perbaikan tataletak pabrik PT. XYZ dengan metode grafik.

3. Merancang perbaikan tata letak pabrik PT. XYZ dengan metode Differential

Evolution.

4. Memilih perbaikan tata letak pabrik PT. XYZ yang terbaik berdasarkan total

momen perpindahan, performansi dan efisiensi.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan untuk mengatasi penumpukan bahan

pada stasiun kerja, menyeimbangkan beban kerja pada setiap stasiun dan

bahan pertimbangan untuk perbaikan tataletak.

2. Bagi peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dan mengaplikasikan teori

tataletak pabrik pada kehidupan nyata.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara


Untuk meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan departemen, dan

menambah referensi tentang tata letak pabrik.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Perbaikan tataletak pabrik dilakukan di lantai produksi PT. XYZ.

2. Metode perbaikan tataletak yang digunakan adalah metode Differential

Evolution dan Metode Grafik.

3. Penelitian ini tidak membahas biaya yang harus dikeluarkan saat melakukan

perbaikan layout dan ongkos material handling.

4. Jarak antar departemen dihitung dengan metode aisle distance.

Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Tidak terjadi perubahan tata letak selama penelitian.

2. Jumlah departemen yang terdapat pada lantai produksi diasumsikan tidak

berubah.

3. Frekuensi perpindahan bahan sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan

diasumsikan sama.

4. Tidak terjadi perhentian produksi akibat mesin rusak pada lantai produksi.

Universitas Sumatera Utara


1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Dalam penulisan tugas akhir sistematika disusun berdasarkan bab yang

telah ditentukan, adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menjelasakan tentang latar belakang pemasalahan, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, dan

sistematika penulisan Tugas Akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelasakan tentang gambaran umum perusahaan sebagai objek

penelitian seperti sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi dan

manajemen perusahaan, jenis produk dan uraian mengenai bahan baku, bahan

tambahan dan bahan penolong, proses produksi, safety and fire protection, serta

mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Pada bab memuat tinjauan kepustakaan yang digunakan oleh peneliti, tinjauan

kepustakaan yang digunakan sebagai teori untuk penyelesaian masalah pada

penelitian. Teori yang digunakan adalah tentang penyeimbangan lintasan produksi

dan tataletak pabrik.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode penyelesaian masalah dalam penelitian, dan kerangka

konseptual untuk penyelesaian masalah yang dihadapi oleh peneliti.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk menyelesaikan

permasalahan. Pada bab ini juga dilakukan pemecahan masalah dengan mengolah

data yang dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan analisa terhadap data termasuk pengoperasian konsep ilmiah

yang digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang dijadikan

landasan dalam pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab kesimpulan dan saran dimuat hasil yang diperoleh oleh peneliti selama

proses penelitian berlangsung, serta saran yang dapat diberikan kepada

perusahaan berdasarkan hasil pemecahan masalah yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Proses Produksi

2.1.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu bahan baku, bahan tambahan

dan bahan penolong:

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi,

dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimiawi

dalam proses produksi sampai menjadi barang jadi. Bahan baku yang

digunakan untuk pembuatan produk paku adalah wire rod.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk

membantu/mempermudah proses produksi, tetapi tidak terlihat di bagian akhir

produk. Bahan penolong yang digunakan pada pembuatan produk paku adalah

sebagai berikut:

a. Larutan H2SO4

Digunakan untuk menghilangkan asam pada Wire Rod dengan pH sebesar

2,6, agar kawat tidah berkarat, larutan ini digunakan pada proses pencucian.

b. Air (H2O)

Universitas Sumatera Utara


Digunakan untuk membilas kawat setelah proses pencucian kawat, juga dapat

digunakan untuk pendingin pada mesin- mesin yang digunakan.

c. Larutan Kapur tohor

Digunakan untuk melunakkan dan melicinkan wire rod dengan pH sebesar 9.

d. Sekam padi

Digunakan untuk memoles paku agar paku tidak kotor dan bersih, sekam ini

dibuat pada mesin polish.

e. Parafin

Digunakan untuk melapisi paku agar paku tidak cepat berkarat.

f. Tepung (campuran kaolin dan kalsium)

Digunakan untuk melicinkan permukaan kawat pada proses tarik kawat agar

kawat tidak mudah putus dan menjaga agar die tidak langsung bersentuhan

dengan kawat.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan digunakan pada pembuatan paku ditambahkan pada proses

packaging, bahan tambahan berguna unuk menjaga kualitas produk, dan

memberikan nilai tambah produk. Bahan tambahan yang digunakan pada

produk paku ini adalah:

a. Kotak paku sebagai kemasan untuk melindungi paku.

b. Band tape, digunakan untuk mengikat kotak paku yang telah berisi paku.

c. Label, digunakan untuk menandai jenis dan ukuran paku yang telah

diproduksi.

2.1.2. Uraian Proses Produksi

Universitas Sumatera Utara


Uraian proses produksi yang dilakukan pada PT. XYZ pada proses

pembuatan paku atas 5 tahapan proses yaitu : pencucian kawat, penarikan kawat,

pembuatan paku, polish dan pengepakan.

Secara umum proses produksi pembuatan paku pada PT. XYZ adalah:

1. Perendaman wirerod di bak H2SO4

Proses perendaman wire rod dengan menggunakan Hoist Crane, dengan

cara mencelupkan bahan ke bak yang berisi H2SO4 yang berguna untuk

membersihakan kawat dari minayak debu dan karat. Proses ini dilakukan

selama kurang lebih 1 menit

2. Perendaman wirerod di bak air

Proses ini berguna untuk membersihakan kawat dari sisa asam yang ada pada

produk, proses perandaman ini menggunakan air untuk membilas kawat dari

sisa asam H2SO4

3. Perendaman wirerod di bak CaCO3

Dilakukan untuk menetralisir wirerod agar tidak terjadi proses oksidasi yang

dapat menyebabkan pelapukan dan perkaratan logam. Setelah direndam di

bak air, wirerod dibawa ke bak yang berisi larutan CaCO3 (kapur tohor) dan

dipasang pemanas gas untuk memanaskan campuran serta kipas pengaduk

untuk memutar larutan kapur agar tidak mengendap.

4. Pengeringan dengan bak dryer

Dilakukan untuk mengeringkan wirerod. Wirerod yang sudah bersih dari

karat dikeringkan dalam bak dryer dengan mengalirkan udara panas ke dalam

bak dengan menggunakan 2 buah blower.

Universitas Sumatera Utara


5. Proses penarikan wirerod

Proses ini dilakukan untuk memperoleh kawat dengan diameter yang

diinginkan. Proses ini dilakukan pada mesin tarik Pada mesin ini dilengkapi

dengan dies box yang terdiri dari dua buah dies berbentuk cincin dengan ukuran

diameter yang berbeda. Diameter tempat masuknya kawat lebih besar dari

diameter untuk keluar. Sehingga dengan adanya perbedaan diameter yang

semakin kecil.

6. Proses pembentukan paku

Pada nails making machine atau mesin pembuat paku, terdapat empat working

tools yang sangat mempengaruhi mutu paku, yaitu feeding rollers (chucks), die

grip, punch dan cutter. Keempat working tools ini disusun sedemikian rupa

sesuai dengan jenis paku yang akan dibuat agar sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan..

7. Proses polish paku pada mesin polish

Proses polish merupaka proses pembersihan paku dari kotoran- kotoran yang

menempel pada paku, waktu proses ini tergantung pada jumlah paku yang

dimasukkan kedalam mesin polish.

8. Proses tiup paku dengan blower.

Proses ini dilakukan untuk membersihkan paku dari debu sisa polish, dimana

paku yang telah selesai dipolish, di tiup dengan menggunakan mesin blower,

agar kualitas paku terjamin

9. Proses packing

Paku yang telah selesai di bersihkan dari debu di bawa kemesin packing, pada

proses ini paku dimasukkan kedalam bak mesin, kemudian paku akan

Universitas Sumatera Utara


berjatuhan kedalam kotak dus sesuai dengan timbangan yang telah

ditentukan, setelah itu kotak tersebut di lem dengan band tape.

2.2. Mesin dan Peralatan

2.2.1. Mesin Produksi

Mesin produksi yang terdapat di PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Mesin Tarik Kawat

Mesin ini digunakan untuk memperkecil diameter kawat yang diinginkan

sesuai dengan jenis paku yang akan diproduksi dan untuk memperlicin

permukaan kawat.

Model : TNOD 600 Z

Nomor : N-6075168

Tahun : 1984

Kecepatan : 600 rpm

Jumlah : 4 unit

Sumber: PT. XYZ

Gambar 2.1. Mesin Tarik Kawat

2. Mesin Paku

Universitas Sumatera Utara


Mesin ini digunakan untuk pembuatan paku adalah mesin Tanisaka buatan

Jepang dan Nail Making buatan tiongkok.

Sumber: PT. XYZ

Gambar 2.2. Mesin MTGB

Spesifikasi:

a. Mesin MTGB

Model : MTG

Kecepatan : 135 rpm

Jumlah : 4 unit

Daya : 7,5 KVA

3. Mesin Polish

Mesin ini digunakan untuk membersihakan paku dari sisa produksi, serta

mengkilatkannya adapun mesin yang digunakan adalah mesin polish model

MTG.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: PT. XYZ

Gambar 2.3. Mesin Polish

Spesifikasi:

Model : MTG

Kecepatan : 120 rpm

Jumlah : 4 unit

Daya : 9 KW

4. Mesin Packing

Mesin ini digunakan untukmembantu mengemas produk, agar lebih cepat dan

mudah, model mesin yang digunakan adalah mesin TDP-2,5.K.

Sumber: PT. XYZ

Gambar 2.4. Mesin Packaging

Universitas Sumatera Utara


Spesifikasi:

Model : TDP-2,5.K

Kecepatan : 430 rpm

Jumlah : 1 unit

2.2.2. Peralatan

Sarana dan perkakas yang digunakan pada pabrik paku adalah :

1. Forklift

Forklift digunakan untuk mengangkut gulungan-gulungan, wirerod kawat-

kawat dari bagian drawning machine, mengangkut paku-paku yang telah

dipacking ke gudang juga mengangkut peti dan pallet ke truk dan container.

2. Hoist crane

Hoist crane berfungsi untuk memudahkan pemindahan bahan yang berat

pada lantai produksi misalnya memindahkan gulungan wirerod dari lantai

penumpukan ke bak pencucian dan selama proses pencucian,

Memindahkan kawat – kawat pada bagian drawing machine,

mengangkut tong-tong polish, digunakan juga untuk mengangkat gulungan

kawat ke mesin pembuatan paku

3. Lory atau Kereta Sorong

Digunakan untuk memindahkan paku dari mesin pembuat paku ke mesin polish

dan memindahakan paku dari mesin polish ke bagian pengepakan.

Universitas Sumatera Utara


4. Trado

Trado digunakan untuk mengangkut wirerod dari gudang bahan baku ke daerah

penumpukan sementara dekat stasiun pencucian kawat, alat ini digunakan

untuk bahan- bahan yang bervolume besar.

5. Sekop

Untuk memudahkan pemindahan paku dari box penampungan paku pada mesin

pembentukan paku, dan memindahkan paku dari lory ke mesin polish,

kapasitas angkut maksimum sekop adalah 4 Kg

6. Tampungan paku

Untuk menampung paku yang dihasilkan oleh mesin pembuat paku, alat ini

digunakan sebagai mesin penampung sementara.

7. Tong polish

Tong ini digunakan untuk menampung paku dari proses pembuatan paku yang

kemudian di bawa ke bagian polish dan bagian pengepakan.

2.2.3. Utilitas

Utilitas adalah sarana penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik.

Utilitas yang dimiliki oleh PT. XYZ untuk mendukung kegiatan produksinya

yaitu:

1. Pengolahan Air (Water Treatment)

Untuk mendukung proses produksi air yang digunakan oleh PT. XYZ

diperoleh dari sungai yang terdapat di dekat lokasi produksi, air sungai tidak

langsung digunakan, namun memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Untuk

Universitas Sumatera Utara


air minum, dan air kamar mandi, perusahaan menggunakan air dari

perusahaan air minum daerah. Adapun kegunaan air untuk PT. XYZ adalah

a. Untuk mendinginkan mesin produksi dan mendiginkan genset

b. Digunakan untuk melarutkan zat kimia pada proses pencucian

c. Digunakan untuk membilas kawat

d. Digunakan untuk menunjang kebutuhan pribadi karyawan

2. Tenaga Listrik

Energi listrik yang digunkan oleh perusahaan diperoleh dari PLN dan Gesset

perusahaan

a. Tenaga Listrik dari PLN

Surber utama energi listrik pabrik di peroleh dari PLN dengan kapsitas

1500 KVA, dan tengangan 380 V, listrik ini digunakan untuk

mengoperasikan mesin mesin pabrik yang digerakkan oleh motor listrik

b. Mesin Genset

Untuk mengatasi berhentinya operasi karena pemadaman listrik

perusahaan menggunakan Genset bermesin diesel.

2.6.4. Waste Treatment

Pabrik memiliki limbah cair dan limbah padat, limbah cair berupa sisa dari

bak pencucian, limbah cair ini berupa senyawa kimia yang berbahaya bagi

lingkungan apabila langsung dibuang, sebelum dibuang kelingkungan perusahaan

melakukan pengolahan lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


Limbah padat dari hasil proses produksi berupa sisa kawat dan potongan

paku dikumpulkan dan dijual ke pihak ketiga.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT. XYZ adalah lini (garis) dan fungsional.

Bentuk atau hubungan lini (garis) ditunjukkan dengan adanya spesialisasi atau

pembagian tugas setiap unit organisasi (departemen) sehingga pelimpahan

wewenang dari pimpinan dalam bidang pekerjaan tertentu dapat langsung

dilimpahkan kepada departeman yang menangani pekerjaan tersebut. Bentuk atau

hubungan fungsional ditunjukkan dengan adanya pengelompokan aktivitas dan

tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja seperti produksi. Struktur

organisasi PT. XYZ dapat dilihat pada gambar 2.8

Universitas Sumatera Utara


Dewan Komisaris

Direktur

Wakil Direktur

Factory Manager

Kabag Kabag Kabag


Administrasi Kepala Produksi Personalia Kabag Gudang Sales
Pengangkutan Perlengkapan Perawatan

Pengawas
Kasir Delivery Order Pembukuan Kabag Stock Langsir Keamanan Kebersihan Foreman Mekanik
Produksi

Foreman Foreman Ass. Foreman

Keterangan
Ass. Foreman Ass. Foreman Opeator
Fungsional

Lini
Opeator Opeator

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.5. Struktur Organisasi PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Jam Kerja

Pada PT. XYZ terdapat dua jenis jam kerja yaitu jam kerja regular dan

shift.

1. Jam kerja regular

a. Hari Senin s/d Jumat pukul 08.30 s/d 16.30

Istirahat pukul 12.00 s/d 13.00

b. Hari Sabtu pukul. 08.00 s/d 14.00

Istirahat pukul 12.00 s/d 13.00

Jam kerja regular berlaku bagi karyawan di luar bagian produksi seperti di

kantor pemasaran, manajer pabrik, pengawas produksi, administrasi pabrik

dan bengkel.

2. Jam kerja shift

a. Shift pagi

Jam kerja pukul 06.00 s/d 14.00

Istirahat pukul 12.00 s/d 13.00

b. Shift siang

Jam kerja pukul 14.00 s/d 22.00

Istirahat pukul 18.00 s/d 19.00

c. Shift malam

Jam kerja pukul 22.00 s/d 06.00

Istirahat pukul 24.00 s/d 01.00

Jam kerja ini berlaku untuk untuk bagian-bagian produksi seperti bagian tarik

kawat, cuci kawat, produksi paku, polish, serta bagian-bagian yang

Universitas Sumatera Utara


membantu kelancaran produksi seperti bagian lansir, operator genset,

mekanik dan bagian listrik. Pergantian shift dilakukan sekali seminggu

Universitas Sumatera Utara


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Tata letak Pabrik

Salah satu kegiatan rekayasa industri yang tertua adalah tata letak pabrik

dan pemindahan bahan. Tata letak pabrik dan pemindahan bahan adalah kegiatan

yang berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan

selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur. Tataletak yang baik selalu

melibatkan tatacara pemindahan bahan di pabrik sehingga kemudian disebut

tataletak pabrik dan pemindahan bahan. Untuk menyusun fasilitas fisik, maka

digunakanlah metodologi dalam perancangan fasilitas. Tujuannya secara

keseluruhan adalah untuk mempertimbangkan masukan dan dapat membuat

pemindahan masukan dengan efisien, melalui fasilitas yang telah dirancang

(Apple,1990).

Perancangan fasilitas mempunyai aplikasi yang luas. Sebagai contoh,

perancangan fasilitas dapat digunakan untuk rumah sakit, departemen assembly

pergudangan, atau bandara. Perbaikan tata letak berkelanjutan harus terintegrasi

dengan elemen dari siklus perancangan fasilitas (Tompkins, 2010). Siklus

perancangan fasilitas berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Spesifiksi/ update
aktivitas yang
berhubungan untuk
melengkapi tujuan

Tentukan area yang


dibutuhkan untuk setiap
aktivitas

Apakah yang layak digunakan


Pelihara dan perbaiki membuat operasi baru atau tetap pada Tentukan lokasi
terus menerus fasilitas yang telah ada fasiiitas

Kembangkan alternatif dan


evaluasi

Pilih fasilitas

Implementasikan

Sumber: Tompkins. 2010. Facility Planning

Gambar 3.1 Siklus Perbaikan Perancangan Fasilitas Berkelanjutan

Dari gambar dijelaskan tentang membuat rancangan fasilitas yang baru

atau memperbaharui layout yang telah ada. Perancangan fasilitas menjelaskan

bagaimana aktivitas dan aset mendukung untuk pencapaian tujuan.

Fasilitas untuk mendukung pencapaian tujuan ditentukan oleh lokasi

fasilitas. Penentuan bagaimana perancangan komponen fasilitas untuk mendukung

pencapaian tujuan tergantung pada perancangan. Oleh karena itu, perancangan

Universitas Sumatera Utara


fasilitas dapat dibagi menjadi beberapa subjek dari lokasi fasilitas dan

perancangan fasilitas. Lokasi penentuan fasilitas merupakan masalah makro dan

perancangan fasilitas merupakan elemen mikro.

Lokasi fasilitas

Perencanan fasilitas Pengancangna sistem fasilitas

Penrancangna fasilitas Penrancangan tataletak faslitas

Pegnancangan sistem
penganganan material

Sumber: Tompkins. 2010. Facility Planning.

Gambar 3.2. Hierarki Perancangan Fasilitas

Dalam tata letak pabrik, perlu dilakukan pengaturan sebagai berikut yaitu

(Wignjosoebroto, 1996):

1. Pengaturan mesin (Machine Layout)

Pengaturan dari semua mesin dan fasilitas yang diperlukan untuk proses

produksi di dalam tiap-tiap departemen yang ada di dalam pabrik.

2. Pengaturan departemen yang ada dalam pabrik

Pengaturan bagan/departemen serta hubungannya satu dengan lainnya di dalam

sebuah pabrik.

3.2. Tujuan Tata Letak

Pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi

pengaturan fasilitas – fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem

Universitas Sumatera Utara


produksi akan maksimal. Adapun secara rinci tujuan tataletak fasilitas diantaranya

adalah (Purnomo, 2004):

1. Memanfaatkan area yang ada

Perancangan tataletak yang optimal akan memberikan solusi dlam

penghematan penggunakan area (space) yang ada, baik area untuk produksi,

gudang, service, dan untuk departemen lainnya.

2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja dan fasilitas produksi lebih

besar.

Pengaturan yang tepat akan dapat mengurangi investasi peralatan dan

perlengkapan produksi. Peralatan-peralatan dan perlengkapan dalam proses

produksi dapat dipergunakan didalam tingkat efisiensi produksi yang cukup

tinggi.

3. Meminimumkan material handling

Selama proses produksi/ operasi perusahaan akan selalu terjadi aktivitas

perpindahan baik itu bahan baku, tenaga kerja, mesin ataupun peralatan

produksi lainnya, proses perpindahan ini memerlukan biaya yang relatif

cukup besar.

4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran

Waktu tunggu dalam proses produksi (production delays) yang berlebihan

akan dapat dikurangi dengan pengaturan tata letak yang terkoordinasi dengan

baik.

Universitas Sumatera Utara


5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi tenaga

kerja

Para tenaga kerja tentu saja menginginkan bekerja dalam lingkungan yang

aman, nyaman dan menyenangkan. Hal-hal yang mengakibatkan bahaya

dihindarkan

6. Mempersingkat proses manufaktur

Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan yang lain, maka

waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari satu stasiun kerja

lainnya yang dapar dipersingkat pula. Dengan demikian total waktu produksi

juga dapat dipersingkat.

7. Mengurangi persediaan setengah jadi

Persediaan setengah jadi (work in process inventoy) terjadi karena belum

selesainya proses produksi dari produk yang bersangkutan. Persediaan barang

setengah jadi yang tinggi tidak menguntungkan perusahaan karena dana yang

tertanam tersebut sangat besar.

8. Mempermudah aktivitas supervisi

Penempatan ruangan supervisor yang tepat akan memberikan keleluasaan bagi

supervisor untuk mengawasi aktivitas yang sedang berlangsung di area kerja.

3.3. Jenis-jenis Persoalan Tataletak

Rancang fasilitas atau proyek tata letak tidaklah seluruhnya dilakukan

untuk perancangan fasilitas yang baru. Ada beberapa masalah yang dihadapi

melibatkan penataletakkan ulang dari satu proses yang telah ada atau perubahan

Universitas Sumatera Utara


beberapa bagian dari susunan peralatan ataupun departemen tertentu. Jenis

masalah tata letak antara lain adalah:

1. Perubahan rancangan

Perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau operasi yang

diperlukan. Perubahan ini ada, atau berbentuk perancangan ulang tataletak,

bergantung pada perubahan-perubahan yang dialami perusahaan.

2. Perluasan Departemen

Perubahan tataletak dapat terjadi apabila adanya perluasan departemen, hal

ini mungkin hanya merupakan penambahan sejumlah mesin yang dengan

mudah dapat diatasi dengan membuat ruangan atau diperlukan perubahan

seluruh tataletak jika penambahan produksi menuntut perubahan proses.

Misalnya, jika selama ini dibuat kompresor dalam jumlah seratus, dapat

digunakan ruang peralatan biasa. Apabila jadwal diubah menjadi ribuan,

maka diperlukan pemasangan sekelompok mesin yang dapat multifungsi.

3. Pengurangan Departemen

Masalah ini merupakan kebalikan dari masalah perluasan departemen. Jika

jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu

dipertimbangkan pemakaian proses berbeda dari proses sebelumnya yang

digunakan untuk produksi tinggi. Perubahan seperti ini dapat menuntut

disingkirkannya peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan

peralatan lain.

Universitas Sumatera Utara


4. Penambahan Produk Baru

Penambahan produk baru atau produk yang serupa dengan produk yang

sedang dikerjakan pada lintasan produksi. Masalah yang akan timbul dari hal

ini adalah perluasan departemen yang dibutuhkan untuk menampung produk

yang ditambahkan. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan

menambahkan beberapa mesin baru didalam departemen tersebut dengan

menyusun ulang tataletak yang dapat meminimumkan biaya.

5. Memindahkan Satu Departemen

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah tataletak yang

besar. Jika tataletak aktual masih memenuhi, hanya diperlukan pemindahan

ke lokasi lain. Apabila tataletak tidak memenuhi, maka hal ini dapat

menimbulkan permasalahan untuk penyusunan ulang tataletak untuk

keseluruhan departemen.

6. Penambahan Departemen Baru

Masalah ini dapat timbul apabila adanya penambahan pekerjaan yang belum

ada dari sebelumnya. Hal ini juga dapat timbul jika keinginan perusahaan

untuk memperbesar kapasitas produksi dan menambahkan fasilitas-fasilitas

untuk memenuhi kapasitas yang diinginkan.

7. Perubahan Metode Produksi

Setiap perubahan kecil dalam satu tempat kerja seringkali mempunyai

pengaruh terhadap tempat kerja yang berhampiran atau wilayah yang

berhampiran. Hal ini dapat menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang

terlibat.

Universitas Sumatera Utara


8. Perancangan Fasilitas Baru

Persoalan ini merupakan persoalan tataletak terbesar. Dalam hal ini

rekayasawan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada.

Rekayasawan bebas merencanakan tataletak yang paling baik yang dapat

dipakai untuk peletakkan fasilitas baru.

3.4. Jenis-jenis Tata Letak

Menentukan bentuk tata letak adalah langkah pertama dalam

mengembangkan layout. Perancang harus mampu menentukan jenis layout yang

akan digunakan. 5 jenis umum layout adalah product layout, process layout, fixed

pocition layout, group technology, hybrid layout (Heragu, 2006).

1. Tata Letak Produk (Product Layout)

Tata letak produk sering juga dikenal dengan flow line layout, production line

layout, assembly line layout, dan layout by product. Pada tataletak produk

mesin dan stasiun kerja disusun sesuai dangan urutan operasi pembuatan

produk. Tipe tataletak jenis ini digunakan perusahaan untuk membuat

prouduk dengan sedikit jenis item dan dalam kuantitas yang banyak.

Keuntungan tataletak produk adalah mengurangi waktu material handling,

mengurangi waktu proses dan lebih mudah dalam perencanaan dan

pengontrolan. Sementara kelemahan tataletak ini adalah fleksibilitas yang

rendah. Untuk pembuatan produk dengan variasi yang tinggi, tataletak produk

tidak cocok digunakan karena akan membuat cost yang tinggi untuk membuat

perubahan.

Universitas Sumatera Utara


2. Tata Letak Proses (Process Layout)

Seperti namanya, mesin dan stasiun kerja pada tata letak proses disusun

berdasarkan proses yang dilakukan. Contohnya, semua mesin milling di

tempatkan pada satu departemen, semua mesin bubut ditempatkan pada

departemen yang sama dan begitu seterusnya. Jenis tataletak proses semua

mesin bubut ditempatkan pada sudut kiri atas departemen, mesin drill pada

sudut kanan atas, mesin bor dan vertical milling machine pada kanan bawah

dan kiri bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.

TM TM

DM DM

TM TM

VMM VMM BM BM

Sumber : Heragu. 2006. Facilities Design

Gambar 3.3. Process Layout

Tataletak proses sangat cocok digunakan oleh perusahaan yang memproduksi

produk dengan variasi yang tinggi dan jumlah dalam jumlah yang sedikit.

Kelemahan tataletak proses adalah biaya material handling yang tinggi,

waktu siklus yang tinggi, antrian yang panjang, perencanaan dan pengawasan

yang kompleks.

Universitas Sumatera Utara


3. Tata Letak Posisi Tetap (Fixed Position Layout)

Pada tataletak posisi tetap produk tidak bergerak dari satu lokasi ke lokasi

lain. Peralatan dibawa kelokasi produk untuk melakukan proses. Layout ini

digunakan ketika produk yang diproduksi sangat besar dan tidak mudah untuk

dipidahakan seperti pembuatan kapal dan perbaikan, pembuatan pesawat

terbang dan perawatan, jalan, dan pembangunan rumah. Keuntungan

penggunaan fixed position layout adalah produk yang besar dan mahal tidak

bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sebab itu kemungkinan untuk

kerusakan produk dan biaya perpindahan dapat diminimalisir. Sebaliknya,

peningkatan yang signifikan pada biaya perpindahan peralatan dari satu area

kearea lainnya sehingga utilisasi peralatan rendah. Misalnya kita sering

melihat ada peralatan yang menganggur pada area konstruksi.

4. Grup teknologi (Group Technology based layout)

Sejak tahun 60-an dan pada 2 dekade terakhir dan dikenal bahwa manajer dari

level bawah ke level atas dapat melakukan pengawasan yang lebih baik dan

perencananaan dengan membagi sistem yang lebih besar menjadi 2 atau lebih

sisstem yang lebih kecil. Di beberapa perusahaan jumlah part yang besar

diproduksi dengan jumlah mesin yang banyak, untuk membagi sistem yang

besar menjadi subsistem yang lebih kecil. Perancang harus menyesuaikan

dengan satu set mesin yang digunakan untuk membuat produk. Keunggulan

penggunaan layout jenis ini adalah kemudahan dalam perencanaan dan

pengawasan.

Universitas Sumatera Utara


TM DM VMM
DM

TM BM BM
TM

VMM
TM DM

Sumber : Heragu. 2006. Facilities Design

Gambar 3.4. Grup Teknologi

5. Hybrid Layout

Tidak semua perusahaan dapat menggunakan satu jenis layout. Perusahaan

yang mengembangkan produk dan jumlah produksinya, tidak menemukan

jens layout yang cocok untuk produknya. Oleh sebab itu beberapa

perusahaan menggunakan hybrid layout, kombinasi dari layout yang

tersebut. Contoh hybrid layout yang menggabungkan antara grup

teknologi dan assembly line ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Perusahaan ini

menggunakan kombinasi antara grup teknologi dan tataletak produk dalam

penggabungan produknya pada permesinan dan finishing-nya.

Universitas Sumatera Utara


TM TM VMM
DM

TM TM BM

Sumber : Heragu. 2006. Facilities Design

Gambar 3.5. Hybrid Layout

3.5. Pola Aliran Bahan

Sebuah pola aliran bahan yang direncanakan dengan baik dan cermat

mempunyai beberapa keuntungan dan pola aliran yang baik akan menuju

pencapaian beberapa tujuan rancangan fasilitas. Tipe dari pola aliran bahan yaitu

(Apple, 1990):

1. Garis lurus

Dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif sederhana dan hanya

mengandung sedikit komponen atau beberapa peralatan produksi.

1 2 3 4 5 6

Sumber : James M. Apple. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Gambar 3.6. Pola Aliran Bahan Garis Lurus

Universitas Sumatera Utara


2. Seperti ular atau zig-zag

Dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari ruangan yang dapat

digunakan untuk ditempatinya, dan karenanya berbelok-belok dengan

sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam

bangunan dengan luas, bentuk, ukuran yang lebih ekonomis.

1 4 5

2 3 6

Sumber : James M. Apple. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Gambar 3.7. Pola Aliran Bahan Ular atau Zig-Zag

3. Bentuk U (U-Shaped)

Dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri proses pada

tempat yang relatif sama dengan awal proses.

1 2 3

6 5 4

Sumber : James M. Apple. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Gambar 3.8. Pola Aliran Bahan Bentuk U

Universitas Sumatera Utara


4. Melingkar (Circulair)

Dapat diterapkan jika diharapkan produk kembali ke tempat awal waktu

memulai.

2 4

1 5

Sumber : James M. Apple. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Gambar 3.9. Pola Aliran Bahan Melingkar

5. Pola Tak Tentu/Tak beraturan (Odd-Angle)

Tujuan memperpendek lintasan aliran antar kelompok, pemindahan mekanis,

dll.

2 6
3

1 5
4

Sumber : James M. Apple. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Gambar 3.10. Pola Aliran Bahan Tak Beraturan

Universitas Sumatera Utara


3.6. Ukuran Jarak

Terdapat beberapa metode pengukuran jarak. Metode yang dapat

digunakan antara lain adalah euclidean, squared euclidean, rectilinier, tchbychev,

aisle distance, adjacency, shortest path. Pengukuran jarak pada tergantung pada

personalia yang terkualifikasi, data yang terkumpul, dan sistem material handling

yang digunakan, sebagai contoh untuk jarak perpindahan material handling yang

bergerak tegak lurus, maka pengukuran rectilinier cocok digunakan, pengukuran

jarak diambil dari pusat satu departemen ke departemen lainnya. Untuk lebih

akuratnya lagi, mengukur dari jarak antara titik angkut dan titik menurunkan pada

dua departemen yan berhubungan. Pengukuran antara pusat departemen

memungkinkan peneliti untuk menggunakan model matematika yang lebih

sederhana (Heragu, 2006).

1. Jarak Euclidean

Euclidean menghitung jarak garis lurus antara pusat departemen. Meskipun

hal itu bukan merupakan jarak sebenarnya, cara ini merupakan yang paling

banyak digunakan (merupakan jarak terdekat antara 2 titik). Euclidean

digunakan pada conveyor dan transportasi serta jaringan distribusi. Pada

umumnya, pengukuran ini banyak digunakan pada permasalahan penataan

fasilitas daripada tata letak layout. Euclidean cocok digunakan untuk

mengukur jarak antar departemen, sebaliknya, pengukuran ini tidak cocok

digunakan untuk mengukur jarak yang ditempuh dengan menggunakan crane.

Adapun persamaan yang digunakan adalah :

d ij  [( Xi  Xj) 2  (Yi  Yj ) 2 ]

Universitas Sumatera Utara


Xi,Yi

|Yi-Yj|

Xj,Yj
|Xi-Xj|

Sumber : Heragu. 2006. Facilities Design

Gambar 3.11 Perhitungan Jarak Berdasarkan Beberapa Pendekatan

2. Squared Euclidean

Jarak diukur dengan mengkuadratkan bobot terbesar suatu jarak antar dua

fasilitas yang berdekatan relatif untuk beberapa persoalan terutama

menyangkut persoalan lokasi fasilitas diselesaikan dengan penerapan square

euclidean. Formula yang digunakan adalah:

dij = (Xi-Xj)2 + (Yi-Yj)2

3. Jarak Rectilinear

Perhitungan rectilinier juga disebut dengan manhattan, right angle, atau

rectangular. Perhitungan ini sering digunakan karena sangat mudah, cocok

digunakan untuk masalah praktis (jarak antar dua titik di kota, jarak antara

departemen pelayanan yang menggunakan material handling dan hanya

dapat bergerak dengan rectilinier). Perhitungan jarak rectilinier

direpresentasikan dengan garis horizontal dan vertikal dari pusat departemen

dan dinyatakan sebagai berikut:

dij = |Xi-Xj| + |Yi-Yj|

Universitas Sumatera Utara


4. Jarak Tchebychev

Berdasarkan perpindahan bahan pada pabrik yang menggunakan mesin berat,

yang biasanya dipindahkan dengan menggunakan crane, waktu untuk

mencapai pusat departemen j dari pusat departemen i tergantung pada jarak

yang lebih besar antara x dan y. Jadi jarak Tchebychev adalah jarak terbesar

antara 2 nilai, maka

dij= max(|Xi-Xj|,|Yi-Yj|)

Jika kita asusmsikan bahwa jarak horizontal antara departemen i dan j lebih

besar daripadajarak vertical, maka jarak Tchebychev adalah jarak horizontal.

Jika crane dipengaruhi oleh 3 independent motor yang menunjukkan

perpindahan pada x,y dan z maka jarak Tchebychev adalah

dij= max (|Xi-Xj|,|Yi-Yj|,,|Zi-Zj| )

5. Aisle distance

Aisle distance berbeda dengan perhitungan lainnya karena perhitungan

dengan metode ini merupakan jarak aktual yang dilalui oleh material

handling. Metode perhitungan aisle distance digunakan untuk aplikasi pada

masalah layout manufaktur. Karena alur yang dilalui oleh material handling

tidak digunakan pada desain awal, metode perhitungan aisle distance hanya

digunakan untuk evaluasi dan perencananan.

6. Adjacency

Pengukuran ini digunakan untuk menunjukkan apakah departemen tertentu

berdekatan dengan departemen lain. Kekurangan dari pengukuran ini adalah

tidak membedakan antara departemen yang tidak adjacent. Sebagai contoh,

Universitas Sumatera Utara


departemen i dan j berjarak 5 kaki dan tidak adjacent dan departemen i dan k

berjarak 100 kaki dan juga hubungannya tidak adjacent, pengukuran

adjacency memberikan nilai 0 untuk dij. Seperti pada gambar 3.12 dik = djk

=1 dan dij = 0 karena hubungan antara departemen i, k dan j,k adalah

adjacent, dan i,j tidak. Pengukuran ini digunakan pada SLP untuk

menghitung score layout.

Facility j

Facility k

Facility i

Sumber : Heragu. 2006. Facilities Design

Gambar 3.12. Adjacency

7. Shortest Path

Pada masalah lokasi jaringan Shortest Path digunakan untuk menentukan

jarak antara 2 nodes. Sebuah jaringan terdiri dari nodes dan arcs, dengan

nodes merepresentasikan departemen dan arc, merepresentasikan jalur antara

departemen yang berhubungan. Pada setiap arc dibuat bobot untuk

merepresentasikan jarak atau waktu atau biaya untuk perpindahan antara

nodes yang dihubungkan oleh arc, dan shortest path pertimbangan yang

palaing penting. Lokasi dan distribusi dapan direpesentasikan pada jaringan,

dna pengukuran shortest path sering digunakan.

Universitas Sumatera Utara


3.7. Peta Dari- Ke ( From To Chart )

From to chart disebut juga dengan trip frequency chart adalah metode

yang sering digunakan tata letak. Metode yang sering digunakan untuk

perencanaan tata letak. Metode ini sangat berguna untuk perencanaan apabila

barang yang mengalir pada suatu lokasi berjumlah banyak seperti pada bengkel-

bengkel mesin umum, kantor atau fasilitas-fasilitas lainnya. Peta dari –ke dibuat

dengan cara mengubah data dasar menjadi data siap pakai pada peta dari- ke

dilanjutkan dengan membuat matriks data yang sesuai dengan kegiatan tersebut.

(Hari Purnomo, 2004).

3.8. Perancangan Tata Letak dengan Metode Grafik

Perancangan tata letak dengan menggunakan metode grafik pada

dasarnya hampir sama denga metode Systematic Layout Planning, sebagai dasar

pembuatan rancangan tata letak ini seperti halnya Systematic Layout Planning

digunakan pula peta keterkaitan aktivitas atau peta dari-ke (From to Chart).

Dalam metode grafik ini ada beberapa lambang atau simbol yang digunakan

antara lain. Untuk departemen atau aktivitas dilambangkan oleh sebuah node,

untuk menghubungkan antara departemen satu dengan yang lainnya digunakan

suatu busur, sedang untuk tingkat kedekatan (closeness) digunakan angka-angka

untuk menggantikan huruf- huruf yang dipakai di Systematic Layout Planning.

(Hari Purnomo, 2004)

Metode grafik merupakan metode perancangan tata letak yang

menggunakan grafik kedekatan (adjacency graph) sebagai penghubung antara

Universitas Sumatera Utara


departemen-departemen atau fasilitas-fasilitas yang ada dengan tujuan

memperoleh bobot terbesar.

Prosedur metode grafik yang sering digunakan dalam membangun metode

grafik adalah dengan membuat metode grafik kedekatan yang dilakukan secara

tahap demi tahap dengan mendahulukan pasangan departemen yang mempunyai

bobot kedekatan terbesar. Langkah-langkah dalam metode grafik yaitu:

a. Dari peta dari-ke pada Tabel 2.1, dipilih pasangan departemen yang

mempunyai bobot terbesar.

Tabel 3.1. Peta Dari-Ke

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.

Bobot terbesar adalah departemen 1 dan departemen 3, yaitu sebesar 100.

Buat garis penghubung antara node 1 dan node 3.

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.


Gambar 3.13. Grafik Kedekatan Departemen 1 dan 3

b. Langkah selanjutnya adalah memilih departemen yang akan masuk ke dalam

grafik. Dengan cara menjumlahkan bobot masing-masing departemen yang

Universitas Sumatera Utara


belum terpilih dengan departemen 1 dan departemen 3. Kemudian dipilih

pasangan departemen yang mempunyai bobot terbesar.

Tabel 3.2. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Ketiga

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.

Nilai terbesar adalah pasangan departemen 4 dengan 1 dan 3 yaitu sebesar

130, maka departemen 4 dipilih untuk masuk ke dalam grafik. Dari Gambar

3.3, tarik garis untuk dihubungkan dengan node 4 sehingga terbentuk grafik

berbentuk bidang segitiga.

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.


Gambar 3.14. Grafik Kedekatan Departemen 1, 3, dan 4

c. Dari langkah kedua di atas terbentuk suatu bidang segitiga yang dibatasi oleh

busur-busur pembatas 1-3, 3-4 dan 4-1. Kita menamai bidang segitiga

tersebut sebagai bidang 1-3-4. Berikutnya adalah memilih departemen yang

Universitas Sumatera Utara


akan dimasukkan dalam bidang grafik tersebut, dengan menambahkan bobot

departemen yang belum terpilih, yaitu departemen 2 dan 5.

Tabel 3.3. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Keempat

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.

Departemen 2 terpilih untuk dimasukkan ke dalam bidang 1-3-4 karena

mempunyai nilai yang lebih besar yaitu 165. Penempatan departemen 2 pada

bidang segitiga ditempatkan di tengah bidang segitiga untuk menghindari

perpotongan busur.

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.


Gambar 3.15. Grafik Kedekatan Departemen 1, 2, 3, dan 4

d. Karena tinggal 1 departemen yang tersisa (departemen 5) yang belum masuk

ke dalam grafik, maka tugas selanjutnya adalah menentukan bidang yang

akan dijadikan tempat untuk memasukkan departemen 5 tersebut. Terdapat 4

bidang segitiga yang terbentuk yaitu bidang 1-2-3, 1-2-4, 1-3-4, dan 2-3-4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4. Pembobotan untuk Memilih Stasiun Kerja Kelima

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.

Terdapat dua bidang dengan nilai yang sama, yaitu bidang 1-2-4 dan bidang

2-3-4. Kita pilih bidang 1-2-4 maka gambar grafik akhir adalah sebagai

berikut.

Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.


Gambar 3.16. Grafik Kedekatan Semua Departemen

e. Langkah terakhir adalah menyusun ulang block layout yang sesuai. Cara yang

dilakukan untuk menyusun block layout dianalogikan seperti metode SLP.

Suatu rancangan block layout yang didasarkan atas grafik kedekatan dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Hari Purnomo. Perencanaan & Perancangan Fasilitas.
Gambar 3.17. Block Layout dengan Grafik Kedekatan

3.9. Differential Evolution

Differential evolution adalah salah satu metaheuristik yang pemakainya

cukup luas dalam bidang rekayasa. DE mempunyai kesamaan dengan evolutiory

algoritms yang lain, tetapi berbeda dalam hal informasi jarak dan arah dari

populasi sekarang digunakan untuk memandu proses pencarian solusi yang lebih

baik. (Budi Santoso, 2017)

3.9.1. Ide Dasar DE

Seperti halnya keluarga evolutionary algoritm (EA), DE juga didasarkan

pada pembangkitan populasi titik –titik untuk mencapai minimum suatu fungsi.

DE agak berbeda dengan algoritma EA dalam hal

a. Mutasi diterapkan dulu untuk membangkitkan vektor percobaan (trial

vector), yang kemudian akan digunakan dalam proses crossover untuk

menghasilkansatu turunan.

b. Step size dalam mutasi tidak disampel dari distribusi populasi yang

sudah diketahui.

Universitas Sumatera Utara


Dalam DE, step size dalam mutasi dipengaruhi oleh perbedaan diantara

individu dalam polupasi sekarang. Titik–titik ini akan di-sampling secara random

sebagai titik awal. Kemudian perlu dilakukan perbatasan nilai-nilai (batas atas

maupun batas bawah) dimana kita-kira nilai variabel yang dicari akan berbeda.

DE membangkitkan titik baru berdasarkan titik yang ada dan selisih antara dua

titik dalam populasi. Ini berada dengan metode direct search, seperti Nelder Mead

yang membangkitkan titik baru dengan cara refleksi atau melakukan sampling

dari suatu distribusi tertentu seperti ES (Budi Santoso, 2017). Berikut adalah

langkah – langkah DE: inisialisasi, mutasi, crossover, seleksi (Miguel, 2016).

Miguel.2016. Enhancing Differential Evolution Algorithm For Solving Continuous.

Gambar 3.18 Proses Defferential Evolution

3.9.2. Inisialisasi

Sebelum dilakukan inisialisasi vektor variabel dicari, perlu dilakukan

penenuan batas atas (ub) dan batas bawah (lb). Batas bawah dan batas atas akan

digunakan sebagai langkah awal pembangkitan nilai variabel yang dicari. Untuk

pembangkitan nilai awal variabel generasi ke-0, variabel ke j dan vektor ke i bisa

diwakili degann notasi berikut

Xj,i,0 = lbj + rand (0,1)(ubj-lbj)

Universitas Sumatera Utara


Bilangan random dibangkitkan dengan fungsi random, dimana bilangan

yang dihasilkan terletak diantara (0,1). Indeks j menunjukkan variabel ke-j. Dalam

kasus ini minimasi fungsi dengan 2 variabel, maka j akan bernilai 1 dan 2.

Penentuan batas atas dan bawah yang sangat tergantung pada masalahnya dan

pertimbangan user. Jika nilai yang dicari sulit ditentukan maka posisinya rentang

batas atas dan bawah dapat di perlebar.

Sumber : Vladimir. 2012. Differential Evolution Approach And Parameter Estimation Of Chaotic

Dynamics.

Gambar 3.19. Inisialisasi DE

3.9.3. Mutasi

Seteleh diinisialisasi, DE akan memutasi dan mengkombinasi, populasi

awal untuk menghasilkan populasi dengan ukuran N vektor percobaan. Dalam

DE, mutasi dilakukan dengan cara menambahakan perbedaan 2 vektor ketiga

seperti yang ditunjukkan oleh rumus berikut.

Vig = Xr0,g + F(Xr1,g – Xr2,g)

Universitas Sumatera Utara


Kita lihat bahwa perbedaan dua vektor yang dipilih secara random perlu

diskala dulu sebelum ditambahkan ke vektor ke tiga, Xr0,g, faktor skala F Є

(0,1+) bernilai rill positif untuk mengendalikan tingkat pertumbuhan populasi.

Nilai F berupa bilangan rill positif berapapun, menurut pengalaman nilai

(0,1) menghasilkan kinerja kinerja bagus (Rainer,1996). Nilai F yang baik

digunakan untuk inisial adalah 0,5. Indeks vektor basis, r0, random yang berbeda

indeks untuk vektor target.

Sumber : Vladimir. 2012. Differential Evolution Approach And Parameter Estimation Of Chaotic

Dynamics.

Gambar 3.20. Mutasi DE

3.9.4. Crossover

Crossover yang dimaksud di sini berbeda dengan crossover dalam genetic

algoritm. Pada tahap ini DE menyilangkan setiap vektor, Xig, dengan vektor mutan

Vig, untuk membentuk vektor hasil persilangan Uig dengan formula. Probabilitas

crossover mengendalikan fraksi nilai variabel yang disalin mutan (Rainer, 1996).

Nilai CR untuk pilihan pertama yang baik digunakan adalah 0,1 tetapi karena nilai

Universitas Sumatera Utara


CR yang besar mampu memperoleh tiitik temu dengan cepat, sehingga percobaan

pertama menggunakan CR=0,9 atau 1 cocok digunakan untuk melihat solusi yang

cepat.

3.9.5. Seleksi

Seleksi disini adalah seleksi antara 2 vektor. Jika trial vektor, Uig,

mempunyai nilai fungsi tujuan yang lebih kecil dari fungsi tujuan vektor

targetnya, Xig, maka Uig akan menggantikan posisi Xig dalam populasi pada

generasi berikutnya. Jika terjadi sebaliknya, vektor target akan tetap pada

posisinya dalam populasi. (Budi Santoso, 2017).

3.9.6. Tahap iterasi DEA

Pada tahap ini terjadi looping utama dari DEA. Tahap ini dimulai dengan

mencari vektor uji melalui proses mutasi dan rekombinasi. Kemudian

membandingkan nilai fitness dari vektor uji (daya aktif) dengan vektor terbaik

(daya aktif) sebelumnya sebagai landasan untuk menetukan vektor terbaik yang

baru. Simulasi akan mendapatkan solusi akhir setelah mencapai konvergensi atau

mencapai iterasi maksimum (Tamin, 2018).

3.10. Flexible Bay Structure

Flexible Bay Structure (FBS) menyusun fasilitas, menyesuaikan panjang

dan lebar untuk area yang dibutuhkan untuk mengalokasikan departemen, flexible

bay structure telah banyak digunakan untuk mengevaluasi performansi layout.

Universitas Sumatera Utara


frexible bay structure memungkinkan untuk memutar fasilitas secara horizontal

atau vertikal untuk melakukan perbaikan pada layout agar mendapatkan nilai yang

optimal. (Dale, 2010)

Pada FBS, setiap solusi yang dihasilkan dari teknik optimasi mempunyai

dua segmen, segmen yang pertama menunjukan urutan dari fasilitas sebanyak n,

sedangkan segmen yang kedua menunjukan kapan fasilitas yang disusun tersebut

berpindah kolom sebanyak n-1. Gambar 3.16 merupakan ilustrasi flexible bay

structure.

Berikut adalah contoh alokasi tata letak fasilitas dengan menggunakan

Flexible Bay Structure, yang dapat dilihat pada gambar 3.16.

Langkah- langkah Flexible Bay Structure

1. Menentukan urutan penyusunan fasilitas

2. Menentukan perpindahan kolom

3. Merancang susunan fasilitas sesuai dengan urutan penyusunan dan

perpindahan kolom. (M. Bisyrul Jawwad, 2014).

Sumber : Bisyrul.2014. Pengembangan Algoritma Differential Evolution (De) Untuk

Menyelesaikan Permasalahan Tata Letak Fasilitas Dengan Luas Area Berbeda (Unequal Area

Facility Layout Problem).

Gambar 3.21. Alokasi Tata Letak dengan Flexible Bay Structure

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat descriptive research, yaitu suatu jenis penelitian

yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat

tentang fakta–fakta dan sifat–sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga,

2014).

4.2. Objek Penelitian

Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah layout lantai produksi

pembuatan PT. XYZ.

4.3. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen ataupun variabel terikat adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel dependen dalam

penelitian ini rancangan perbaikan tata letak pabrik di PT. XYZ.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) baik secara positif

Universitas Sumatera Utara


maupun secara negatif. Variabel independen yang berpengaruh terhadap

perancangan penelitian adalah:

a. Frekuensi perpindahan antar departemen di lantai produksi PT. XYZ.

b. Luas departemen di lantai produksi PT. XYZ.

c. Aliran proses produksi

d. Jarak antar departemen

4.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ialah suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah. Biasanya kerangka

penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan

antar variabel dalam proses analisisnya.

Suatu penelitian dapat dilaksanakan jika perancangan kerangka konseptual

yang baik telah tersedia sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.

Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan

penelitian. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Jarak Antar
Departemen

Frekuensi
Tata letak
Usulan
Aliran Proses
produksi
Luas
Departemen

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.5. Rancangan Penelitian

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melakukan pengukuran

jarak perpindahan antar departemen, menghitung jumlah frekuensi perpindahan,

membuat layout dengan metode grafik dan metode Differential Evolution,

kemudian menghitung total momen perpindahan layout aktual dan layout usulan

perbaikan.

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Studi
Studi Literatur
Pendahuluan

Pengumpulan Data
1. Pengukuran dimensi masing -masing departemen
2. Pengukuran Jarak masing- masing departemen
3. Penggambaran layout Aktual
4. Pengumpulan data frekuensi perpindahan antar departemen

Pengolahan data
1. Menghitung Total Momen Perpindahan Aktual
2.Merancang tata letak dengan Metode Grafik
3.Merancang tata letak dengan Differential Evolution
4. Menghitung Total Momen perpindahan Metode Grafik
5. Menghitung Total Momen perpindahan differential evolution
6. Perbandingan Total Momen perpindahan dan efisiensi layout

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.6. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data yang didapat berdasarkan data primer dan

data sekunder, dimana data berupa kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Primer

Data wawancara dengan pihak perusahaan, data frekuensi perpindahan antar

departemen dan ukuran departemen.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan berupa data proses

produksi, layout keseluruhan.

4.7. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Merancang layout usulan dengan metode differential evolution

Perancangan tata letak dengan menggunakan metode differential evolution

menggunakan software differential evolution for facility layout planning

(DEFLP). Data yang digunakan adalah data frekuensi perpindahan antar

departemen, ukuran setiap departemen, dan ukuran area yang dibutuhkan

untuk setiap departemen

2. Merancang layout usulan dengan metode grafik,

Data input yang digunakan untuk merancang layout dengan metode grafik

adalah frekuensi perpindahan antar departemen yang dibuat dalam from to

chart. Dalam metode grafik ini ada beberapa lambang atau simbol yang

digunakan antara lain. Untuk departemen atau aktivitas dilambangkan oleh

Universitas Sumatera Utara


sebuah node, untuk menghubungkan antara departemen satu dengan yang

lainnya digunakan suatu busur, sedang untuk tingkat kedekatan (closeness)

digunakan angka-angka untuk menggantikan huruf- huruf yang dipakai di

Systematic Layout Planning. (Hari Purnomo, 2004)

3. Menghitung total momen perpindahan dari layout aktual dan perbaikan.

Menghitung total momen perpindahan aktual dan usulan dengan

menggunakan From to Chart, layout usulan yang terpilih adalah layout

dengan total momen perpindahan paling kecil

4.8. Analisis dan Pembahasan

Analisis hasil dan pembahasan dilakukan terhadap hasil pemecahan

masalah perbaikan keseimbangan lintasan dan tataletak pabrik :

1. Analisis layout aktual

2. Analisis hasil perbaikan layout usulan dengan metode grafik

3. Analisis hasil perbaikan layout usulan dengan metode Differential Evolution

for Facility Layout

4. Analisis perbandingan total momen perpindahan layout aktual, layout usulan

Differential Evolution, dan layout usulan metode grafik.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan memuat hasil penelitian merujuk kepada tujuan penelian dan

manfaat penelitan. Saran yang diberikan ditujukan untuk implementasi

perusahaan dan pengembangan penelitian kedepannya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah luas area departemen produksi, luas area

pendukung proses produksi, dan gambar layout aktual departemen pada lantai

produksi. Adapun luas lantai produksi setiap departemen serta area pendukung

proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Luas Area Produksi


No Departemen Panjang Lebar Luas
1 Gudang Bahan 7,5 12,5 93,75
2 Departemen Pencucian 16 6 96
3 Departemen Penarikan 20 8,5 170
4 Departemen 7,4 7,5 55,5
Pemeriksaan
5 Departemen 7,5 14,5 108,75
Pembentukan paku
6 Departemen Polish 7,5 16,5 123,75
7 Departemen Packaging 20 4 80
8 Gudang produk 6 12 92
Total 799,75
Sumber : Pengumpulan Data

Susunan layout PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar 5.1

Universitas Sumatera Utara


U

Sumber : Pengumpulan Data

Gambar 5.1. Layout Aktual PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghitung jarak masing-masing departemen digunakan metode

aisle distance. Aisle distance adalah mengukur panjang lintasan yang dilalui

material handling. Berikut contoh perhitungan jarak gudang bahan dengan

Departemen Pencucian.

Sumber : Pengumpulan Data

Gambar 5.2. Contoh Perhitungan Jarak dengan Metode Aisle Distance

Layout Aktual

Dari Gambar 5.2 dapat dihitung jarak gudang bahan dengan Departemen

pencucian adalah 7,98m + 7,69m + 10,78m + 24,43m + 9,13m = 61,01m.

Perhitungan yang sama dilakukan terhadap departemen yang lain, hasil

rekapitulasi perhitungan jarak untuk departemen yang lain dapat dilihat pada

Tabel 5.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Jarak Antar Departemen Layout Aktual
Gudang Pembentukan Gudang
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
Gudang Bahan 0 61,01 23,9 26,9 23,3 43,2 55,3 58,6
Pencucian 61,01 0 38,94 72 44,3 33 32,3 24,4
Penarikan 23,9 38,94 0 39,63 37,2 28 34,6 31,8
Pemeriksaan 26,9 72 39,63 0 13,5 42,7 64,7 67,5
Pembentukan
paku 23,3 44,3 37,2 13,5 0 33,1 43,5 46,3
Polishing 43,2 33 28 42,7 33,1 0 34,06 36,4
Packaging 55,3 32,3 34,6 64,7 43,5 34,06 0 8,77
Gudang Produk 58,6 24,4 31,8 67,5 46,3 36,4 8,77 0
Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Perhitungan Frekuensi Perpindahan

Setelah diperoleh jarak antar Departemen kerja kemudian dilakukan

perhitungan jumlah bahan untuk memperoleh frekuensi perpindahan antar

Departemen. Adapun urutan proses permesinan pada pembuatan paku adalah

proses penarikan, pembentukan paku dan polishing. Adapun data efisiensi mesin

yang digunakan pada PT. XYZ adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3. Efisiensi Mesin yang Digunakan


Mesin Efisiensi(%) Scrap(%)
Mesin polish 99 0,5
Mesin paku 99 1
Mesin tarik kawat 99 0
Sumber: PT. XYZ

Berikut adalah perhitungan jumlah bahan yang dibutuhkan.

Diketahui

1. Mesin polish

Jumlah produk : 11.000 Kg

Efisiensi mesin : 99%

Scrap : 0,5%

Output
Input 
Efisiensi( 1 - scrap)

11000
Input 
99%(1 - 0,05%)

= 11166,95 kg

Universitas Sumatera Utara


2. Mesin pembentukan paku

Jumlah output : 11166,95 kg

Efisiensi mesin : 99%

Scrap : 1%

11166,95 kg
Input 
99%(1 - 1%)

= 11393,68 kg

3. Mesin penarikan kawat

Jumlah produk : 11393,68 kg

Efisiensi mesin : 99%

Scrap : 0%

11393,68 kg
Input 
99%(1 - 0%)

= 11508,77

Kapasitas angkut yang digunakan adalah

Lory : 100 Kg

Trado : 2000 Kg

Forklift : 1500 Kg

Berikut tabel perpindahan setiap departemen dan pendukung frekuensi

perpindahan material handling dalam 1 hari kerja dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Frekuensi Perpindahan Per Hari
Kapasitas
Jumlah Bahan yang
Departemen Departemen Alat Alat
No Dipindahkan per Frekuensi
Asal Tujuan Angkut Angkut
Hari
(Kg)
1 Gudang bahan Pencucian 11508,77 Trado 2000 6
Penarikan
2 Pencucian Trado 2000 6
kawat 11508,77
Penarikan
3 Pemeriksaan Forklift 1500 8
kawat 11393,68
Pembentukan
4 Pemeriksaan Lory 100 112
paku 11393,68
Pembentukan
5 Polish Lory 100 112
paku 11166,95
6 Polish Pengemasan 11000 Lory 100 112
Gudang
7 Pengemasan Forklift 1500 8
produk 11000
Sumber : Pengolahan Data

Setelah dilakukan perhitungan bahan kemudian dibandingkan kapasitas

departemen dengan jumlah bahan yang diolah. Perbandingan kapasitas

departemen dengan jumlah bahan yang diolah dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Perbandingan Kapasitas Departemen dengan Bahan yang Diolah


Kapasitas
Departemen Jumlah Jumlah Kapasitas Kapasitas
No Mesin Keterangan
Bahan(Kg) mesin (Kg/jam) per hari
(Kg/jam)
1 Pencucian 11508,77 - - 2500 35000 Cukup
Penarikan 300 Cukup
2 4 1200
kawat 11508,77 16800
3 Pemeriksaan 11508,77 - - 3000 42000 Cukup
Pembentukan 300 Cukup
4 4 1200
paku 11393,68 16800
5 Polish 11393,68 4 250 1000 14000 Cukup
6 Packaging 11166,95 1 6000 6000 840000 Cukup
Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


From to chart disebut juga dengan trip frequency chart adalah metode

yang sering digunakan tata letak. Metode yang sering digunakan untuk

perencanaan tata letak. Metode ini sangat berguna untuk perencanaan apabila

barang yang mengalir pada suatu lokasi berjumlah banyak seperti pada bengkel-

bengkel mesin umum, kantor atau fasilitas-fasilitas lainnya From to Chart

frekuensi perpindahan pada area lantai produksi antar departemen di PT. XYZ

perhari hari ditunjukkan pada Tabel 5.6.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. From To Chart Frekuensi Perpindahan per Hari
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
Gudang Bahan 0 6
Pencucian 0 6
Penarikan 0 8
Pemeriksaan 0 8
Pembentukan
paku 0 112
Polishing 0 112
Packaging 0 8
Gudang Produk 0
Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Kemudian dilakukan perhitungan frekuesnsi per bulan pada area lantai

produksi selama 24 hari kerja per bulan di PT. XYZ. Contoh perhitungan

frekuesnsi per bulan ditunjukkan sebagai berikut.

Frekuensi per bulan = 6x 2 x 24 = 288

Tabel from to chart frekuensi perpindahan pada area lantai produksi di

PT. XYZ ditunjukkan pada Tabel 5.7.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.7. From To Chart Frekuensi Perpindahan per Bulan
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
Gudang Bahan 0 288
Pencucian 0 288
Penarikan 0 384
Pemeriksaan 0 384
Pembentukan paku 0 5376
Polishing 0 5376
Packaging 0 384
Gudang Produk 0
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2.2. Perhitungan Total Momen Perpindahan Antar Departemen Lantai

Produksi Aktual

Perhitungan Total Momen Perpindahan awal dapat dihitung dengan

rumus:

Total Momen Perpindahan =

Dimana: = frekuensi perpindahan dari Departemen i ke Departemen j

= jarak perpindahan dari Departemen i ke departemen j

Contoh perhitungan momen perpindahan untuk komponen K1 pada

Departemen I ke Departemen II dapat dihitung sebagai berikut :

Frekuensi perpindahan material dari I ke II = 144 kali

Jarak dari Departemen I ke Departemen II = 61,01 meter

Maka momen perpindahan pada dari gudang ke Departemen pencucian adalah

sebagai beikut:

MI-II = xI-II x dI-II

= 144 x 61,01

= 8785,44 m/bulan

Perhitungan total momen perpindahan untuk tiap Departemen dapat dilihat

pada Tabel 5.8.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.8. Total Momen Perpindahan Aktual
Total
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging momen
Bahan paku Produk
perpindahan
Gudang Bahan 0 17570,88 17570,88
Pencucian 0 11214,72 11214,72
Penarikan 0 15217,92 15217,92
Pemeriksaan 0 5184 5184
Pembentukan paku 0 177945,6 177945,6
Polishing 0 183106,6 183106,6
Packaging 0 3367,68 3367,68
Gudang Produk 0 0
Total 413607,36
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2.3. Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Metode Grafik

Metode grafik merupakan metode perancangan tata letak yang

menggunakan grafik kedekatan (adjacency graph) sebagai pendukung antara

departemen–departemen yang ada dengan tujuan memperoleh bobot terbesar.

Data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tata letak pabrik dengan metode

grafik adalah frekuensi perpindahan antara departemen. Berikut adalah frekuensi

perpindahan normalisasi antar departemen yang dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.9 From to Chart Frekuensi Metode Grafik
Gudang Pembentukan Gudang
Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Departemen Bahan paku Produk
(2) (3) (4) (6) (7)
(1) (5) (8)
Gudang Bahan (1) 0 288
Pencucian (2) 0 288
Penarikan (3) 0 384
Pemeriksaan (3) 0 384
Pembentukan paku (4) 0 5376
Polishing (5) 0 5376
Packaging (6) 0 384
Gudang Produk (7) 0
Sumber: Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Dari peta From to Chart pada Tabel 5.9, dipilih pasangan departemen

yang mempunyai bobot terbesar, bobot terbesar adalah pembentukan paku dan

polishing, kemudian polishing dan packaging dengan bobot 5376, maka dipilih

pembentukan paku dan polishing. Kemudian buat garis penghubung antara node 5

dan 6 yang dapat dilihat pada Gambar 5.3.

5 6

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.3. Grafik Kedekatan Departemen 5 Dan 6

Langkah selanjutnya memilih departemen ketiga yang akan masuk

kedalam grafik. Dengan cara menjumlahkan bobot masing -masing departemen

yang belum terpilih dengan departemen 5 dan 6. Kemudian dipilih pasangan

departemen yang mempunyai bobot terbesar. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel

5.10.

Tabel 5.10 Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga


Departemen 5-6 Bobot Keterangan
1 0+0 0 -
2 0+0 0 -
3 0+0 0 -
4 384+0 384 -
7 0+5376 5376 Terbaik
8 0+0 0 -
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.10 maka yang dialokasikan ketiga adalah

Departemen uji packaging, dengan bobot 5376. Dari gambar 5.5 tarik garis untuk

menghubungkan node 4 dengan dengan grafik 5-6 sehingga terbentuk bidang

segitiga, yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Universitas Sumatera Utara


7

5 6

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.4 Grafik Kedekatan Departemen Alokasi Ke 2

Dari langkah kedua diatas terbentuk bidang segitiga yang dibatasi busur

pembatas 5-6, 5-7, 6-7. Kemudian bidang tersebut diberi nama 5-6-7, berikutnya

adalah memilih departemen yang akan dimasukkan kedalam bidang grafik

tersebut, dengan menambahakan bobot departemen yang belum terpillih yaitu

departemen 1, 2, 3, 4, dan 8. Perhitungan bobot untuk departemen ke 4 adalah

sebagai berikut.

Tabel 5.11. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Keempat


Departemen 5-6-7 Keterangan
1 0+0+0=0 -
2 0+0+0=0 -
3 0+0+0=0 -
4 384+0=384 Terbaik
8 0+0+384=384 Terbaik
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.11 departemen 4 dan 8 mempunyai nilai bobot yang

sama, sehingga dipilih salah satu departemen yang akan dialokasikan, maka yang

dipilih untuk dialokasikan adalah Departemen Pemeriksaan dengan bobot 384.

Dari gambar 5.6 tarik garis untuk menghubungkan node 4 dengan dengan bidang

segitiga 5-6-7, sehingga terbentuk 3 bidang segitiga, yang dapat dilihat pada

Gambar 5.5.

Universitas Sumatera Utara


7

5 6

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.5 Grafik Kedekatan Departemen Alokasi Ke 3

Dari langkah ketiga diatas terbentuk 3 bidang segitiga yaitu 4-5-7, 4-5-6,

dan 4-6-7. Berikutnya adalah memilih departemen yang akan dimasukkan

kedalam bidang grafik tersebut, dengan menambahakan bobot departemen yang

belum terpillih yaitu departemen 1, 2, 3, dan 8. Perhitungan bobot untuk

departemen ke 4 ditunjukkan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Kelima


Departemen 4-5-7 4-5-6 4-6-7
1 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
2 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
384+0+0=384 384+0+0=384 384+0+0=384
3
Terbaik Terbaik Terbaik
0+0+384=384 0+0+384=384
8 0+0+0=0
Terbaik Terbaik
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.12 terdapat 5 nilai bobot yang sama yaitu:

departemen 3 dengan bidang 4-5-7, 4-5-6, dan 4-6-7, kemudian departemen 8

dengan dengan bidang 4-5-7, dan 4-6-7. Sehingga dipilih salah satu departemen

yang akan dialokasikan, maka yang dipilih untuk dialokasikan adalah Departemen

8 yaitu gudang produk dengan bidang 4-6-7 dengan bobot 384. Dari Gambar 5.6

Universitas Sumatera Utara


tarik garis untuk menghubungkan node 8 dengan dengan bidang segitiga 4-6-7,

sehingga terbentuk 5 bidang segitiga, yang dapat dilihat pada Gambar 5.6.

5 6

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.6 Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 4

Dari langkah keempat diatas terbentuk 5 bidang segitiga yaitu 4-5-7,

4-5-6, 4-7-8, 4-6-8 dan 6-7-8. Berikutnya adalah memilih departemen yang akan

dimasukkan kedalam bidang grafik tersebut dengan menambahkan bobot

departemen yang belum terpillih yaitu departemen 1, 2, dan 3. Perhitungan bobot

untuk departemen ke 5 ditunjukkan pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Keenam


Departemen 4-5-7 4-5-6 4-6-8 4-7-8 6-7-8
1 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
2 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
384+0+0=384 384+0+0=384 384+0+0=384 384+0+0=384
3 0+0+0=0
Terbaik Terbaik Terbaik Terbaik
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.13 terdapat 4 nilai bobot yang sama yaitu:

departemen 3 dengan bidang 4-5-7, 4-5-6, dan 4-6-8, dan 4-7-8 sehingga dipilih

lokasi bidang unuk penempatan departemen 3, maka yang dipilih untuk

Universitas Sumatera Utara


dialokasikan adalah Departemen 3 yaitu Penarikan kawat dengan bidang 4-5-6

dengan bobot 384. Dari gambar 5.6 tarik garis untuk menghubungkan node 3

dengan dengan bidang segitiga 4-5-6, sehingga terbentuk 7 bidang segitiga, yang

dapat dilihat pada Gambar 5.7.

5 6

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.7 Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 5

Dari langkah keempat diatas terbentuk 5 bidang segitiga yaitu 3-4-5, 3-

4-6, 3-5-6, 4-5-7, 4-7-8, 4-6-8 dan 6-7-8. Berikutnya adalah memilih departemen

yang akan dimasukkan kedalam bidang grafik tersebut dengan menambahakan

bobot departemen yang belum terpillih yaitu departemen 1, 2. Perhitungan bobot

untuk departemen ke 7 ditunjukkan Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga


Departemen 3-4-5 3-4-6 3-5-6 4-5-7 4-7-8
1 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
288+0+0=288 288+0+0=288 288+0+0=288
2 0+0+0=0 0+0+0=0
Terbaik Terbaik Terbaik
Departemen 4-6-8 6-7-8
1 0+0+0=0 0+0+0=0
2 0+0+0=0 0+0+0=0
Sumber :Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel 5.14 terdapat 3 nilai bobot yang sama yaitu:

departemen 2 dengan bidang 3-4-5, 3-4-6 dan 3-5-6. Sehingga dipilih lokasi

bidang unuk penempatan departemen 3, maka yang dipilih untuk dialokasikan

adalah Departemen 2 yaitu Pencucian dengan bidang 3-4-5 dengan bobot 288 .

Dari Gambar 5.9 tarik garis untuk menghubungkan node 2 dengan dengan bidang

segitiga 3-4-5, sehingga terbentuk 9 bidang segitiga, yang dapat dilihat pada

Gambar 5.8.

5 3

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.8 Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 6

Dari langkah keenam diatas terbentuk 9 bidang segitiga yaitu 2-3-4, 2-3-

5, 2-4-5, 3-4-6, 3-5-6, 4-5-7, 4-7-8, 4-6-8 dan 6-7-8 . Berikutnya adalah memilih

departemen yang akan dimasukkan kedalam bidang grafik tersebut, dengan

menambahkan bobot departemen yang belum terpillih yaitu departemen 1.

Perhitungan bobot untuk departemen ke 8 ditunjukkan pada Tabel 5.15.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15. Perhitungan Bobot Untuk Memilih Departemen Ketiga
Departemen 3-4-6 3-5-6 4-5-7 4-7-8
1 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0 0+0+0=0
Departemen 2-3-4 2-3-5 2-4-5 4-6-8 6-7-8
288+0+0=288 288+0+0=288 288+0+0=288
1 0+0+0=0 0+0+0=0
Terbaik Terbaik Terbaik
Sumber :Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.15 terdapat 3 nilai bobot yang sama yaitu:

departemen 2 dengan bidang 2-3-4, 2-3-5, dan 2-4-5. Sehingga dipilih lokasi

bidang untuk penempatan departemen 3, maka yang dipilih untuk dialokasikan

adalah Departemen 2 yaitu Pencucian dengan bidang 2-3-4 dengan bobot 288 .

Dari Gambar 5.10 tarik garis untuk menghubungkan node 1 dengan dengan

bidang segitiga 2-3-4, sehingga terbentuk 11 bidang segitiga, yang dapat dilihat

pada Gambar 5.9.

5 3

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.9 Grafik Kedekatan Depatermen Alokasi Ke 7

Setelah diperoleh grafik kedekataan kemudian digambar block layout

yang sesuai atas kedekatan grafik. Berikut block layout yang sesuai atas

kedekatan grafik, dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.10 Block Layout dengan Grafik Kedekatan

Kemudian layout yang diperoleh dari dengan metode grafik digambar 3

alternatif dalam bentuk block layout. adapun block layout usulan dari Metode

Grafik untuk alternatif 1 Dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.11. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 1

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghitung jarak masing-masing departemen menggunakan

metode aisle distance. Aisle distance mengukur panjang lintasan yang dilalui

material handling. Contoh perhitungan jarak gudang bahan dengan departemen

pencucian ditunjukkan pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle Distance

Layout Metode Grafik Alternatif 1

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan jarak antar departemen dihitung dengan metode aisle

distance. Contoh perhitungan jarak dengan metode Aisle distance dari gudang

bahan ke pencucian yaitu 6,77 m + 10,23 = 17 m. Berikut adalah ukuran jarak

antar departemen pada layout usulan dengan metode Grafik yang dapat dilihat di

Tabel 5.16.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16. Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 1
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
Gudang Bahan 0 17 15,97 48,63 59,91 54,28 56,9 78,88
Pencucian 17 0 9,25 22,85 34,35 40,78 54,36 59,05
Penarikan 15,97 9,25 0 14,22 34,8 39,64 64,2 64,06
Pemeriksaan 48,63 22,85 14,22 0 10,93 24,49 46,67 51,42
Pembentukan
paku 59,91 34,35 34,8 10,93 0 15,84 36,34 48,25
Polishing 54,28 40,78 39,64 24,49 15,84 0 19,94 34,48
Packaging 56,9 54,36 64,2 46,67 36,34 19,94 0 20,7
Gudang Produk 78,88 59,05 64,06 51,42 48,25 34,48 20,7 0
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perhitungan jarak kemudian dilakukan perhitungan

momen perpindahan. Berikut ini adalah momen perpindahan pada layout usualan

yang dapat dilihat pada Tabel 5.17. Contoh perhitungan momen perpindahan

gudangbahan ke pencucian adalah sebagai berikut:

Momen Perpindahan = Jarak x Frekuensi

= 17 x 288 = 4896

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.17. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 1
Gudang Pembentukan Gudang Total
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Bahan paku Produk Momen
Gudang Bahan 0 4896 4896
Pencucian 0 2664 2664
Penarikan 0 5460,48 5460,48
Pemeriksaan 0 4197,12 4197,12
Pembentukan
paku 0 85155,84 85155,84
Polishing 0 107197,4 107197,4
Packaging 0 7948,8 7948,8
Gudang Produk 0
217519,68
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahwa jumlah momen

perpindahannya adalah 217519,68 per bulan.

Adapun block layout usulan dari Metode Grafik untuk alternatif 2 dapat

dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.13.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.13. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 2

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghitung jarak masing- masing Departemen menggunakan

metode aisle distance, aisle distance adalah mengukur panjang lintasan yang

dilalui material handling. Contoh perhitungan jarak pencucian dengan departemen

penarikan kawat ditunjukkan pada Gambar 5.14.

Gambar 5.14. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle Distance

Layout Metode Grafik Alternatif 2

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan jarak antar departemen dihitung dengan metode aisle

distance. Ukuran jarak antar departemen pada layout usulan dengan metode

Grafik yang dapat dilihat di Tabel 5.18.Contoh perhitungan metode Aisle distance

jarak dari departemen 2 ke departemen 3

=8,13 +12,1 = 20,24

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.18. Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 2
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Bahan paku Produk
Gudang Bahan 0 15,2 15,97 48,63 59,91 54,28 56,9 78,88
Pencucian 15,2 0 20,24 22,85 34,35 40,78 54,36 59,05
Penarikan 15,97 20,24 0 9,43 34,8 39,64 64,2 64,06
Pemeriksaan 48,63 22,85 9,43 0 13,1 24,49 46,67 51,42
Pembentukan
paku 59,91 34,35 34,8 13,1 0 16,23 36,34 48,25
Polishing 54,28 40,78 39,64 24,49 16,23 0 19,62 34,48
Packaging 56,9 54,36 64,2 46,67 36,34 19,62 0 17,27
Gudang Produk 78,88 59,05 64,06 51,42 48,25 34,48 17,27 0
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perhitungan jarak kemudian dilakukan perhitungan

momen perpindahan, berikut adalah momen perpindahan pada layout usulan yang

dapat dilihat pada Tabel 5.19, contoh perhitungan momen perpindahan gudang

bahan ke pencucian adalah sebagai berikut:

Momen Perpindahan = Jarak x Frekuensi

= 15,2 x 288 = 4377,6

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.19. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 2
Gudang Pembentukan Gudang Total
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Bahan paku Produk Momen
Gudang Bahan 0 4377,6 4377,6
Pencucian 0 5538,24 5829,12
Penarikan 0 3621,12 3621,12
Pemeriksaan 0 5030,4 5030,4
Pembentukan
paku 0 124723,2 87252,48
Polishing 0 105477,1 105477,1
Packaging 0 6631,68 6631,68
Gudang Produk 0 4377,6
218216,64
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahwa jumlah momen

perpindahannya adalah 218216,64m per bulan. adapun block layout usulan dari

Metode Grafik untuk alternatif 3 dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.15.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.15. Block Layout dengan Metode Grafik Alternatif 3

Untuk menghitung jarak masing- masing Departemen menggunakan

metode aisle distance, aisle distance adalah mengukur panjang lintasan yang

dilalui material handling. Contoh perhitungan jarak pemeriksaan dengan

departemen pembentukan paku ditunjukkan pada Gambar 5.16.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.16. Contoh Pehitungan Jarak dengan Metode Aisle Distance

Layout Metode Grafik Alternatif 3

Perhitungan jarak antar dpartemen dihitung dengan metode aisle distance,

berikut adalah ukuran jarak antar departemen pada layout usulan dengan metode

Grafik alternatif 3 yang dapat dilihat di Tabel 5.20.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.20. Jarak Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 3
Gudang Pembentukan Gudang
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Bahan paku Produk
Gudang Bahan 0 9,24 30,08 32,7 60,25 82,69 55,9 47,96
Pencucian 9,24 0 19,2 23,5 28,4 46,04 80,6 41,11
Penarikan 30,08 19,2 0 34,2 17,5 33,18 80,6 44,81
Pemeriksaan 32,7 23,5 34,2 0 30,12 37,25 37,54 29,01
Pembentukan
paku 60,25 28,4 17,5 30,12 0 15,43 40,2 38,46
Polishing 82,69 46,04 33,18 37,25 15,43 0 21,22 38,81
Packaging 55,9 80,6 80,6 37,54 40,2 21,22 0 21,23
Gudang Produk 47,96 41,11 44,81 29,01 38,46 38,81 21,23 0
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perhitungan jarak kemudian dilakukan perhitungan

momen perpindahan. Momen perpindahan pada layout usualan yang dapat dilihat

pada Tabel 5.21.

Contoh perhitungan momen perpindahan gudang bahan ke pencucian

adalah sebagai berikut:

Momen Perpindahan = Jarak x Frekuensi

= 9,24 x 288 = 2661,12

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.21. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 3
Gudang Pembentukan Gudang Total
Departemen Pencucian Penarikan Pemeriksaan Polishing Packaging
Bahan paku Produk Momen
Gudang Bahan 0 2661,12 2661,12
Pencucian 0 5529,6 5529,6
Penarikan 0 13132,8 13132,8
Pemeriksaan 0 11566,08 11566,08
Pembentukan
paku 0 82951,68 82951,68
Polishing 0 114078,7 114078,7
Packaging 0 8152,32 8152,32
Gudang Produk 0 2661,12
238072,32
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2.4 Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Differential Evolution

Prinsip kerja dari software ini adalah melakukan iterasi dengan

mempertimbangkan aliran bahan dan frekuensi perpindahan. Adapun yang

diinput ke sofware adalah jumlah Departemen, data from to chart, dan luas area.

Tabel 5.22. Luas Area Input Software Differential Evolution


No Departemen Panjang Lebar Luas
1 Gudang Bahan 7,5 12,5 93,75
2 Departemen Pencucian 16 6 96
3 Departemen Penarikan 20 8,5 170
4 Departemen 7,4 7,5 55,5
Pemeriksaan
5 Departemen 7,5 14,5 108,75
Pembentukan paku
6 Departemen Polish 7,5 16,5 123,75
7 Departemen Packaging 20 4 80
8 Gudang produk 6 12 92
Total 799,75
Sumber : Pengumpulan Data

Selain luas area, data yang di input kedalam software adalah data from to

chart setiap departemen.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.23 From to Chart Frekuensi Software Differential Evolution
Gudang Pembentukan Gudang
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Gudang Bahan (1) 0 288
Pencucian (2) 0 288
Penarikan (3) 0 384
Pemeriksaan (3) 0 384
Pembentukan paku (4) 0 5376
Polishing (5) 0 5376
Packaging (6) 0 384
Gudang Produk (7) 0
Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Langkah langkah penggunaan sofware differerential evolution adalah
1. Double click pada DEFLP.EXE pada desktop

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.17. Icon Software Differential Evolution

2. Input panjang, lebar area yang dibutuhkan dan jumlah departemen yang

akan disusun

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.18. Input Panjang, Lebar Area dan Jumlah Departemen

3. Input data spesifikasi departemen pada softwere differential evolution

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.19. Input Spesifikasi Departemen

Universitas Sumatera Utara


4. Input aliran pada setiap departemen. Data yang diinput adalah data From

To Chart

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.20. Input Spesifikasi Departemen

5. Tekan tombol run untuk melihat layout hasil dari software

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.21. Tekan Tombol Run

Universitas Sumatera Utara


6. Berikut adalah hasil dari software

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.22. Hasil Iterasi Perbaikan Layout

7. Dari hasil software differential evolution dilihat best solution yang

diberikan software, untuk dijadikan layout usulan.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.23. Hasil Perhitungan Best solution

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah gambar layout hasil dari differential evolution.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.24. Layout Hasil Software Differential Evolution

Kemudian layout yang diperoleh dari softwere tersebut digambar kedalam

bentuk block layout. adapun block layout usulan dari differential evolution dapat

dilihat pada Gambar 5.20.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.25. Block Layout Usulan Differential Evolution

Untuk menghitung jarak masing- masing departemen menggunakan

metode aisle distance, aisle distance adalah mengukur panjang lintasan yang

dilalui material handling. Berikut contoh perhitungan jarak gudang bahan dengan

departemen pencucian.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.26. Contoh Pehitungan Jarak Metode Differential Evolution

dengan Metode Aisle Distance

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan jarak antar departemen dihitung dengan metode aisle

distance, berikut adalah berikut ukuran jarak antar departemen pada layout usulan

dengan metode differential evolution yang dapat dilihat di Tabel 5.22.

Contoh perhitungan jarak pada departemen pencucian ke departemen

penarikan adalah sebagai berikut.

Jarak departemen pencucian ke departemen penarikan = 7,6 + 11,4 = 18,56

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.24. Jarak Layout Usulan Differential Evolution
Gudang Pembentukan Gudang
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk
Gudang Bahan 0 16,03 32,96 46,4 47,7 34,4 72,3 21,8
Pencucian 16,03 0 18,56 30,1 29,1 28,2 31,5 36,6
Penarikan 32,96 18,56 0 14,28 25,7 32,9 36,5 41,5
Pemeriksaan 46,4 30,1 14,28 0 11,67 14,7 28 44
Pembentukan paku 47,7 29,1 25,7 11,67 0 14,45 23,9 41,9
Polishing 34,4 28,2 32,9 14,7 14,45 0 8,1 8,2
Packaging 72,3 31,5 36,5 28 23,9 8,1 0 7,84
Gudang Produk 21,8 36,6 41,5 44 41,9 8,2 7,84 0
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perhitungan jarak kemudian dilakukan perhitungan

momen perpindahan. Berikut adalah momen perpindahan pada layout usualan

yang dapat dilihat pada Tabel 5.23.

Total Momen Perpindahan = Jarak x Frekuensi

= 16,03 x 288 = 4616,64 m/bulan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.25. Total Momen Perpindahan Layout Usulan Metode Differential Evolution
Total
Gudang Pembentukan Gudang momen
Bahan Pencucian Penarikan Pemeriksaan paku Polishing Packaging Produk Perpindahan
Gudang Bahan 0 4616,64 4616,64
Pencucian 0 5345,28 5345,28
Penarikan 0 5483,52 5483,52
Pemeriksaan 0 4481,28 4481,28
Pembentukan
paku 0 87091,2 87091,2
Polishing 0 48384 48384
Packaging 0 3148,8 3148,8
Gudang Produk 0 0
Total 158550,72
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2.5 Rekapitulasi Total Momen Perpindahan

Setelah perhitungan total momen perpindahan aktual dan usulan maka

diperoleh total momen perpindahan untuk masing masing layout. Berikut adalah

rekapitulasi total momen perpindahan setiap layout yang dapat dilihat pada Tabel

5.26.

Tabel 5.26. Rekapitulasi Total Momen Perpindahan


No Layout Total Momen Perpindahan
1 Layout Aktual 413607,36
2 Layout Metode Grafik Alternatif 1 217519,68
3 Layout Metode Grafik Alternatif 2 218219,52
4 Layout Metode Grafik Alternatif 3 238072,32
5 Layout Metode Differential Evolution 158550,72
Sumber : Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


U

Gambar 5.27. Layout Usulan Terbaik

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Tata Letak Pabrik Aktual

Layout bahan keadaan aktual PT. XYZ ditunjukkan pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Block Layout Aktual Produksi Paku PT. XYZ

Tata letak pabrik lantai produksi di PT. XYZ tidak teratur sehingga

mengakibatkan adanya cross movement pada saat proses pemindahan bahan antar

stasiun, pada layout aktual, cross movement, dapat dilihat pada aliran bahan dari

departemen 1 ke departemen 2, departemen 6 ke departemen 7 dan departemen 3

ke departemen 4. Cross movement terjadi karena penyusunan tata letak pabrik

tidak memperhatikan aliran bahan. sementara by-passing terjadi dari departemen 1

ke departemen 2, departemen 2 ke departemen 3, departemen 3 ke departemen 4.

Universitas Sumatera Utara


6.2. Analisis Tata Letak Pabrik Usulan Metode Grafik

Berikut adalah gambar layout usualan metode grafik alternatif 1 yang

dapat dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2. Block Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 1

Berikut adalah gambar layout usualan metode grafik alternatif 2 yang

dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.3. Block Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 2

Berikut adalah gambar layout usualan Metode Grafik alternatif 2 yang

dapat dilihat pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4. Block Layout Usulan Metode Grafik Alternatif 3

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perbaikan tata letak dengan menggunakan metode grafik

pola aliran berubah dan tidak ditemukan lagi adanya cross movement dan by-

passing pada proses pemindahan bahan. Pada metode grafik diperoleh 3 altenatif

layout dengan total momen perpindahan 217519,68m, 218219,52m, dan

238072,32m .

6.3. Analisis Tata Letak Pabrik Usulan Metode Differential Evolution

Layout usulan perbaikan tata letak pabrik dengan metode Differential

Evolution ditunjukkan pada Gambar 6.5.

Gambar 6.5. Block Layout Usulan Metode Differential Evolution

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan perbaikan tata letak pola aliran berubah dan tidak

ditemukan lagi adanya cross movement dan by-passing pada proses pemindahan

bahan. Pola aliran bahan membentuk pola U (U-Shape). dengan total momen

perpindahan sebesar 158550,72.

6.4. Analisis Total Momen Perpindahan

Total momen perpindahan adalah jarak yang ditempuh oleh material

handling pada saat proses pemindahan bahan. Setelah melakukan perhitungan

total momen perpindahan aktual dan usulan maka diperoleh total momen

perpindahan untuk masing masing layout, berikut adalah rekapitulasi total momen

perpindahan setiap layout yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Rekapitulasi Total Momen Perpindahan

No Layout Total Momen Perpindahan


1 Layout Aktual 413607,36
2 Layout Metode Grafik Alternatif 1 217519,68
3 Layout Metode Grafik Alternatif 2 218219,52
4 Layout Metode Grafik Alternatif 3 238072,32
5 Layout Metode Differntial Evolution 158550,72
Sumber : Pengolahan Data

= 61,67%

Berdasarkan Tabel 6.1 dapat dilihat bahwa nilai total momen perpindahan

paling minimum terdapat pada layout usulan metode Differential Evolution,

dengan nilai 158550,72m. Jika dibandingakan dengan total momen perpindahan

Universitas Sumatera Utara


aktual maka total momen perpindahan dengan metode Differential Evolution,

memberikan penurunan total momen perpindahan sebesar 61,67%. Artinya jarak

yang ditempuh oleh material handling untuk memindahkan bahan pada sebulan

kerja berkurang 61,67%.

6.4. Analisis Line Efficiency Rate (LER)

Setelah dilakukan analisis terhadap total momen perpindahan kemudian

dilakukan perhitungan dengan membandingakan jarak yang euclidean dengan

jarak yang dilalui oleh material handling (Aisle Distance).

Tabel 6.2. Perbandingan Jarak Terpendek Dan Aktual

No Aisle Usulan Euclidean Usulan


1 16,03 14,296
2 18,56 14,48
3 14,28 13,554
4 11,67 9,166
5 16,2 8,632
6 9 7,704
7 8,2 8,16
Total 93,94 75,992

jarakaisle  jarakeuclidean
LER  1  x100 %
jarakeuclidean

93,94  79,99
LER  1  x100%  76,38%
79,99

Berdasarkan perhitugan nilai LER diperoleh nilai efisiensi lintasan sebesar

76,38%. Nilai ini lebih besar dari 75% maka dapat dikatakan bahwa efisiensi

Universitas Sumatera Utara


lintasan di lantai produksi layout usulan dengan metode Differential Evolution

baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analis dan pembahasan dapat

disimpulkan.

1. Aliran bahan lantai produksi di PT. XYZ tidak teratur sehingga

mengakibatkan adanya cross movement dan by-passing pada saat proses

pemindahan bahan antar departemen. Cross movement terjadi dari

departemen 1 ke departemen 2, departemen 6 ke departemen 7 dan

departemen 3 ke departemen 4, sementara by-passing terjadi dari

departemen 1 ke departemen 2, departemen 2 ke departemen 3, departemen

3 ke departemen 4. Total Momen Perpindahan layout aktual sebesar

413607,36m, dan Line Efficiency Rate (LER) sebesar 52,47%.

2. Perbaikan tata letak pabrik dengan Metode Grafik membentuk pola aliran

tidak beraturan . Jumlah layout yang dihasilkan dengan metode grafik

adalah 3 alternatif. Total momen perpindahan layout usulan dengan metode

grafik untuk masing-masing alternatif adalah 217519,68m, 218219,52m,

dan 238072,32m .

3. Perbaikan tata letak pabrik dengan Metode Differential Evolution

membentuk pola aliran bentuk U (U-Shape). Total momen perpindahan

layout usulan dengan metode Differential Evolution adalah sebesar

158550,72m.

Universitas Sumatera Utara


4. Layout usulan terbaik ditentukan dengan membandingkan nilai total momen

perpindahan layout usulan dengan layout aktual dan memilih total momen

perpindahan terkecil alternatif solusi. Total momen perpindahan layout

metode Differntial Evolution adalah yang terkecil dengan jarak yang

ditempuh oleh material handling untuk memindahkan bahan pada sebulan

kerja berkurang 61,67%. Berdasarkan perhitugan nilai Line Efficiency Rate

diperoleh nilai efisiensi lintasan sebesar 76,38%, lebih besar dari ambang

baik 75% maka dapat dikatakan bahwa metode Differential Evolution

merupakan alternatif solusi terbaik.

7.1. Saran

Saran yang diberikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut

1. Perusahaan hendaknya mempertimbangkan aliran produksi untuk

menentukan lokasi departemen kerja

2. Perusahaan sebaiknya menerapkan tata letak usulan metode differential

evolution pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Apple, James.1997. Tata letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB

Bozer, Yuvuz A. Wang, Chi-Tai. 2012. A graph-pair representation and MIP

model-based heuristic for the unequal-area facility layout problem: USA:

Elsevier

Darmawan, Rizaldi. 2015. Perbaikan Tata Letak Fasilitas Produksi Menggunakan

Algoritma CRAFT. Bandung: telkom University

Heragu, Sunderesh.2006. Facilities Design. United States of America:Lincoln:Ne

Hosseina-Nasab.Hasan.dkk. 2017. Classification of facility layout problems: a

review study. London: Springer

Jawwad, M Bisyrul.2014. Pengembangan Algoritma Differential Evolution (De)

Untuk Menyelesaikan Permasalahan Tata Letak Fasilitas Dengan Luas

Area Berbeda (Unequal Area Facility Layout Problem).Surabaya: ITS

J. P. Chiou, C. F.Chang and C. T. Su, “Ant direction hybrid differential evolution

for solving large capacit or placement problems,” IEEE T. Power Syst.,

vol. 19, no. 4, pp. 1794–1800, 2004

Leon, Miguel.2016. Enhancing Differential Evolution Algorithm For Solving

Continuous Optimization Problems. Västerås:Arkitektkopia

Massel, Dale. Dean, Marincheck. Non-Traditional Aisle Design For A

Manufacturing Facility Layout. USA: Ohio University

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Ningtyas, Dkk. 2015. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan

Metode Grafik Dan Craft Untuk Minimasi Ongkos Material Handling.

Malang:Brawijaya

Purnomo, Hari.2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas.Yogyakarta

Rahardjo,Prapto. 2014. Perancangan Ulang Tata Letak Stasiun Kerja Dengan

Metode Systematic Lay Out Planning (Studi Kasus Di Pt. Infineon

Technologies Batam). Batam: Universitas Riau Kepulauan Batam

Santoso, Budi. 2017.Pengantar Metaheurstik Implementasi dengan Matlab.

Surabaya. ITS Tekno Sains

Shemyakin,Vladimir.2012. Differential Evolution approach and parameter

estimation of chaotic dynamics. Faculty of Technology Department of

Mathematics and Physics Laboratory of Applied Mathematics

Sinulingga, Sukaria.2014.Metodologi Penelitian.Medan:USU Press

Siska, Merry. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik Tahu Dan

Penerapan Metode 5s. Pekan Baru: Uin Sultan Syarif Kasim

Storn,reiner.1997. Differential Evolution – A Simple and Efficient Heuristic for

Global Optimization over Continuous Spaces.Netherlands: Kluwer

Academic Publishers.

Tomkins, James. Dkk.2010. Facilities Planning. United States Of America: John

Wiley and Sons.Inc

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Tamin ,Achmad Faizal. 2018. Optimisasi Penjadwalan Ekonomis Pada Unit

Pembangkit Pltg Di Pltgu Pt Indonesia Power Tambak Lorok

Menggunakan Metode Differential Evolution Algorithm. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Tao, Jing. 2013. Facility Layouts Based on Differential Evolution Algorithm.

Shenzhen: ROBIO

Wong, Kwan Yew. Komarudin. Applying Ant System for solving Unequal Area

Facility Layout Problems. Malaysia: UTM

Wignjoesoebroto. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.Surabaya:

Guna widya

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai