Anda di halaman 1dari 11

PREDIKSI SCORE ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DITINJAU DARI TANDA

GEJALA PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD)

Agus Santosa1, Dwi Listiono1


1
Departemen Keperawatan Medical Bedah, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: agussantosa@ump.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang: Penderita Diabetes Melitus (DM) akan berisiko mengalami komplikasi berupa
Peripheral Arterial Disease (PAD) yang biasanya terjadi pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan
penunjang yang paling dapat dilakukan untuk mendeteksi PAD adalah dengan menilai Score
Ankle Brachial Index (ABI). Alat yang digunakan untuk mengukur score ABI yaitu vascular
doppler. Alat untuk mengukur score ABI merupakan alat yang cukup mahal, di samping mahal
tidak semua orang dapat melakukan pemeriksaan ABI, oleh karena itu diperlukan metode
untuk mengetahui penderita DM mengalami PAD selain dengan alat vascular doppler.
Tujuan: Memprediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) dengan melihat gejala Peripheral
Arterial Disease (PAD).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Analitis Korelatif dengan metode survey.
Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM di Puskesmas II Cilongok. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 31 responden, dengan teknik pengambilan sampel secara simple random
sampling. Instrument pengambilan data menggunakan Tensimeter Aneroid dan Portable
Vascular Doppler, sedangkan variabel PAD di ukur diukur dengan wawancara dan observasi
terhadap 10 tanda gejala PAD yang dirangkum dari berbagai sumber. Analisis data
menggunakan Pearson Correlation Product Moment dan dilanjutkan dengan menghitung
persamaan regresinya dengan rumus regresi linear sederhana
Hasil: Terdapat hubungan antara gejala klinis Peripheral Arterial Disease (PAD) terhadap
Score Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien DM dengan nilai r − 0,952. Hasil analisis regresi
linear menunjukkan nilai konstanta 1,106 dan koefisien regresi − 0,081.
Kesimpulan: Semakin banyak gejala PAD yang dikeluhkan, maka score ABI akan semakin
menurun.

Kata Kunci: Ankle Brachial Index, Diabetes Melitus, Peripheral Arterial Disease

PENDAHULUAN mengenai hampir setiap sistem organ, salah

Indonesia menempati peringkat ke satunya aterosklerotik. Insiden aterosklerotik

tujuh dunia penderita Diabetes Mellitus (DM) pada pembuluh darah besar di ekstremitas

tertinggi di dunia setelah China, India, meningkat 2-3 kali (Smeltzer dan Bare, 2003).

Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko Hal itu dikarenakan gula darah yang tinggi

dengan jumlah estimasi sekitar 10 kasus pada akan mempengaruhi fungsi platelet darah

Tahun 2015 (IDF, 2015). Prevalensi orang yang meningkatkan pembekuan darah,

dengan diabetes di Indonesia menunjukkan sehingga penderita DM akan berisiko

kecenderungan meningkat yaitu dari 5,7% mengalami komplikasi berupa Peripheral

pada tahun 2007 menjadi 6,9% ditahun 2016 Arterial Disease (PAD) yang biasanya terjadi

(RisKesDas, 2016). pada ekstremitas bawah (Kohlman-Trigoboff,

Kondisi hyperglikemia kronis pada 2013). Penelitian menemukan bahwa

penderita DM menyebabkan komplikasi yang seseorang yang menderita DM memiliki resiko

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 118
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Ditinjau dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

terkena PAD 11,6 kali lebih besar dibanding puskesmas. Jarang sekali ditemukan alat
yang tidak menderita DM (Rahman, 2012). vascular doppler untuk mengukur score ABI
Gejala utama PAD adalah claudication disamping merupakan alat yang cukup mahal
intermitten yaitu sensasi nyeri, pegal, kram, selain itu banyak yang belum tau cara
baal, atau tidak nyaman pada otot yang terjadi melakukan pemeriksaannya, sehingga
saat beraktivitas dan menghilang dengan diperlukan metode untuk mengetahui score
istirahat. Nyeri timbul karena suplai darah ABI penderita DM yang bertujuan untuk
tidak dapat mencukupi kebutuhan jaringan mengetahui apakah pasien mengalami PAD
yang meningkat pada saat beraktivitas atau belum selain menggunakan alat vascular
(Sudoyo AW, 2009). Rasa nyeri biasanya doppler.
muncul pada sekelompok otot yang terletak
distal dari obstruksi arteri. Nyeri pada pantat, METODE
pinggul dan paha merujuk kelainan pada Penelitian ini merupakan penelitian
segmen aorto-iliaka sementara nyeri pada Analitis Korelatif dengan metode survey.
betis menunjukkan kelainan segmen femoral Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM
dan popliteal (Antono D, 2009). Intermittent di Puskesmas II Cilongok, dengan kriteria
claudication dapat terjadi pada satu kaki saja inklusi pasien DM Tipe 2, usia min 40 tahun
(40%) atau mengenai kedua kaki (60%) dan kriteria eksklusi penderita DM dengan
(Crager and Joseph, 2012). ulkus kaki/gangren, amputasi ekstremitas dan
Pemeriksaan penunjang yang paling tidak dijumpai arteri tibia posterior/dorsalis
sederhana yang dapat dilakukan untuk pedis. Jumlah sampel yang digunakan
mendeteksi PAD adalah dengan menilai sebanyak 31 responden yang dihitung
Score Ankle Brachial Index (ABI) (Roza, menggunakan rumus besar sampel analitis
2015). Ankle Brachial Index (ABI) adalah tes numerik (Dahlan, 2013), dengan teknik
noninvasif untuk mengidentifikasi insufisiensi pengambilan sampel simple random sampling
arteri dengan cara membandingkan rasio (Suyanto, 2011).
tekanan darah sistolik kaki (ankle) dan Variabel ABI diukur dengan
tekanan darah sistolik lengan (brachial) menggunakan Tensimeter Aneroid dan
(Lippincott Williams and Wilkins, 2012). ABI Portable Vascular Doppler, sedangkan
dapat mendeteksi lesi stenosis minimal 50% variabel PAD di ukur diukur dengan
pada pembuluh darah tungkai (Cacoub P et al, wawancara dan observasi terhadap 10 tanda
2009). Pemeriksaan ABI memiliki sensitivitas gejala PAD yang dirangkum dari berbagai
79% dan spesifisitas 96% dalam sumber. Analisis data menggunakan Pearson
mendiagnosis penyakit arteri perifer (Antono Correlation Product Moment dan dilanjutkan
dan Hamonanganl, 2014). dengan menghitung persamaan regresinya
Alat untuk mengukur score ABI dengan rumus regresi linear sederhana
merupakan alat yang cukup mahal, (Sugiyono, 2013).
pemeriksaan ABI jarang dijumpai pada tempat
pelayanan kesehetan umum seperti

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 119
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Dilihat dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

HASIL score ABI pada responden, dimana Y = Nilai

Karakteristik responden paling banyak yang diprediksikan Score ABI, a = Konstanta

berusia 46-65 tahun 71,0%. Pada karakteristik (1,106), b = Koefisien regresi (-0,081) dan x =

jenis kelamin, sebagian besar berjenis gejala PAD (1;2;3;4;5........12) (Tabel 1).

kelamin Perempuan yaitu 77,4%. Pada Dengan memasukkan ke persamaan

variabel ABI diperoleh rata-rata score ABI regresi liner maka diperoleh hasil bila

kanan sebesar 1,01±0,15 sedangkan score responden tidak mengeluhkan gejala PAD

ABI kiri memiliki nilai rata-rata 0,98±0,18. dapat diprediksi score ABI sebesar 1,18

Distribusi frekuensi score ABI dari 31 sedangkan bila responden mengeluhkan satu

bervariasi antara ABI kanan dan ABI kiri gejala PAD maka prediksi score ABI sebesar

terlihat pada (Gambar 1). Pada variabel PAD 1,025 atau status perfusi ekstremitasnya

setiap responden mengalami gejala masih normal. Responden yang merasakan 2

Peripheral Arterial Disease (PAD) yang gejala PAD, prediksi score ABI sebesar 0,94

berbeda-beda antara satu dengan yang lain hal itu menandakan bahwa status perfusi

terlihat pada (Gambar 2). pada ekstremitasnya mengalami LEAD

Hasil penelitian diperoleh, gejala PAD (Lower Extremity Arterial Disease).

yang dirasakan oleh responden sebagian Pada responden dengan 3-5 gejala

besar terjadi pada kaki kiri dengan gejala yang PAD maka prediksi score ABI sebesar 0,86-

lebih banyak dibandingkan dengan kaki 0,7 yang berarti status perfusi ekstremitasnya

kanan. Hasil analisis menggunakan uji mengalami PAD ringan. Responden dengan

Pearson Correlation didapatkan nilai korelasi 6-8 gejala PAD, mempunyai prediksi score

yang bernilai negatif (-0,952) dan nilai p value ABI sebesar 0,62-0,45 yang artinya status

= 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, perfusi pada ekstremitasnya mengalami PAD

artinya terdapat hubungan yang signifikan sedang.

antara gejala PAD terhadap Score ABI. Responden dengan 9 atau lebih gejala

Korelasi bernilai negatif (-0,952), artinya PAD maka prediksi score ABI sebesar 0,37-

bahwa semakin banyak gejala PAD maka 0,29 yang artinya status perfusi pada

score ABI akan semakin menurun (Tabel 1). ekstremitasnya masuk dalam kategori PAD

Analisis regresi linear sederhana berat karena mempunyai prediksi score ABI

memperoleh nilai Konstanta a = 1,106 dan <0,4. PAD berat dapat mengancam

Koefisien regresi b = -0,081, (tabel 1). Dengan ekstremitas bahkan bisa terjadi amputasi

memasukaan ke persama regresi linier Y = a pada kaki.

– b(x) maka akan diperoleh nilai prediksi dari

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 120
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Ditinjau dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

Score ABI
31
29
27
25
23
21 Keterangan :
19 Normal >1,0-1,3
LEAD > 0,9
17 PAD ringan >0,6-0,9
Responden PAD sedang >0,4-0,6
15 PAD berat <0,4
13
11 Kiri Kanan
9
7
5
3
1
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3

Gambar 1. Score Ankle Brachial Index (ABI)

Gejala PAD kaki kanan Gejala PAD kaki kiri

Nyeri Nyeri
22% Tidak ada 21%
Tidak ada
gejala
gejala
24%
31% Luka
Luka
pada pada
kaki Ketidaknya kaki Ketidaknya
yang tak manan yang tak manan
kunjung (kram,ngilu kunjung (kram,ngilu
sembuh ) sembuh )
0% 22% 8%
Kulit pada 21%
Kulit pada
kaki kaki
mengering mengering
Mudah Mati rasa 6% Mati rasa
7% Kuku
terasa 0% Mudah 1%
menebal Kuku
lelah terasa
2% menebal
9% lelah
2% Berat pada
8%
Kulit betis otot
Kulit betis Perubahan 5%
sampai sampai
kaki dingin Berat pada warna kulit
otot kaki dingin (sianosis)
3% 3%
Perubahan 2% 1%
warna kulit
(sianosis)
2%

Gambar 2. Gejala Peripheral Arterial Disease (PAD) Kaki Kanan dan Kiri

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 121
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Dilihat dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

Tabel 1. Korelasi dan Regresi Gejala PAD terhadap Score ABI (Kanan & Kiri)
Variabel n r a (konstanta) b (koefisien p-value
regresi)
Gejala PAD – Score 62 –0,952 1,106 -0,081 0,000
ABI

Tabel 2. Prediksi Score ABI ditinjau dari Gejala PAD


Koefisien X Koefisien Y (Y = a - bx)
(Gejala PAD) Score ABI
0 (tidak ada gejala) 1,10
1 gejala 1,02
2 gejala 0,94
3 gejala 0,86
4 gejala 0,78
5 gejala 0,7
6 gejala 0,62
7 gejala 0,53
8 gejala 0,45
9 gejala 0,37
10 gejala 0,29

Keterangan Score ABI : Normal = >1,0-1,3; LEAD= >0,9; PAD ringan= >0,6-0,9; PAD sedang=
>0,4-0,6; PAD berat = <0,4. Keterangan Gejala PAD: 1) Nyeri saat berjalan dan membaik
dengan istirahat; 2) Nyeri atau rasa ketidaknyamanan seperti kram, rasa terikat, ngilu, pegal; 3)
Terasa mati rasa pada kaki; 4) Kelemahan atau merasa berat pada otot; 5) Perubahan warna
kulit (menjadi pucat atau sianosis); 6) Mudah terasa lelah ketika berjalan; 7) Kuku pada kaki
menebal; 8) Kulit mengering pada daerah kaki; 9) Jika terdapat luka pada kaki, lukanya tak
kunjung sembuh; 10) Terjadi penurunan nadi atau hilangnya perabaan nadi.

PEMBAHASAN dilakukan oleh Wahyuni, bahwa setelah usia

Berdasarkan dari data penelitian 30 tahun perempuan memiliki risiko lebih

sebagian responden adalah perempuan tinggi dibanding laki-laki. Berdasarkan hasil

(77,4%). Jenis kelamin perempuan lebih penelitian pada perempuan sebesar 5,1% dan

berisiko terkena DM dibandingkan laki-laki pada laki-laki sebesar 3,7% (Wahyuni, 2010).

karena perempuan lebih banyak mengalami Aktivitas fisik juga dapat berpengaruh

obesitas. Secara fisik perempuan memiliki terhadap risiko terjadinya DM. Perempuan

peluang peningkatan indeks masa tubuh yang cenderung melakukan aktivitas fisik yang

lebih besar. Sindroma siklus bulanan lebih ringan dibandingkan laki-laki. Aktivitas

(premenstrual syndrome), pasca-menopouse fisik dapat mengontrol gula darah, glukosa

yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi akan diubah menjadi energi pada saat

mudah terakumulasi akibat proses hormonal beraktivitas fisik. Sehingga kadar gula dalam

tersebut sehingga wanita berisiko menderita darah akan berkurang. Pada orang yang

diabetes melitus (Irawan, 2010). Pernyataan jarang berolahraga, zat makanan yang masuk

tersebut didukung oleh penelitian yang ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 122
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Ditinjau dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika Penuaan menyebabkan perubahan
insulin tidak mencukupi untuk mengubah dalam potensi poliferasi sel, proses apoptosis
glukosa menjadi energi makan akan timbul dan kerusakan DNA. Jumlah NO dan respon
DM (Kemenkes, 2010). vaskular terhadap NO menurun seiring
Rata-rata usia responden adalah 59 bertambahnya usia. Penurunan NO
tahun. Dari data tersebut sesuai dengan studi menyebabkan gangguan relaksasi pada
penelitian Framingham bahwa prevalensi dari pembuluh darah (Al-Shaer et al, 2006). Sel
PAD meningkat 10 kali dari laki-laki usia 30- endotel dan sel otot pembuluh darah pada
40 tahun hingga 65-74 tahun dan hampir 20 orang tua mensekresi sitokin proinflamasi
kali lipat pada wanita pada kelompok umur yang menyebabkan inflamasi persisten pada
yang sama (AHA, 2012). pembuluh darah. Lapisan intima dan media
Menurut penelitian yang dilakukan oleh pembuluh darah pada proses penuaan terus
Eshcol et al, bahwa 15,3% dari perempuan mengalami remodeling berupa peningkatan
dibandingkan dengan 8,7% dari laki-laki deposisi kolagen dan degenerasi elastin
berisiko terkena PAD (Eshcol et al, 2014). sehingga pembuluh darah kehilangan
Hasil berbeda didapatkan pada penelitian elastisitasnya dan menjadi kaku (Wang and
yang dilakukan oleh Thendria dkk, hasil Martin, 2012).
penelitian menunjukkan perbedaan bahwa Individu yang terkena DM mudah terjadi
jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita penyakit yang berhubungan dengan
PAD (27%) dibandingkan dengan wanita aterosklerosis, dan diyakini bahwa lebih dari
(12%) (Eshcol et al, 2014). dua pertiga kematian pasien DM akibat
Hal tersebut didukung oleh Vascular penyakit arterial. Mekanisme yang mungkin
Disease Foundation yang menyebutkan adalah berhubungan dengan abnormalitas
bahwa usia tua adalah faktor risiko utama metabolisme lipid yang dapat meningkatkan
menderita PAD. Risiko PAD meningkat aterogenesis, dan advanced glycation
bertambahnya usia, 3% pada usia 40-59 endproducts (AGE) yang menggambarkan
tahun, 8% pada usia 60-69 tahun dan 19% metabolisme abnormal pada seseorang
pada usia >70 tahun. Hubungan usia dan PAD dengan DM yang berdampak pada injuri
mencerminkan lebih panjangnya lama endotelium. Menurut penelitian yang
paparan terhadap faktor-faktor aterogenik dilakukan oleh Rahman, didapatkan hasil
disertai efek-efek kumulatif penuaan pada bahwa terjadinya kejadian PAD untuk faktor
pembuluh darah (Hirsch et al, 2001). Proses risiko diabetes mellitus memiliki risiko 11,6 kali
penuaan secara alami menyebabkan (95% CI 4,411 – 30,735) (Rahman, 2012).
pembuluh darah orang tua lebih rentan Pada pasien DM kondisi hiperglikemia
mengalami aterosklerosis. Sel-sel radang, sel akan mengakibatkan secara langsung
endotel dan sel otot polos pembuluh darah maupun tidak langsung terhadap kerusakan
pada orang tua berbeda dibandingkan sel-sel endotel pembuluh darah, gangguan fungsi
pada orang dengan usia lebih muda (Wang platelet, gangguan sistem koagulasi, dan
and Martin, 2012). gangguan pada otot polos membran basalis

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 123
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Dilihat dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

pembuluh darah, sebagai penyebab darah yang normal, sel-sel endotel


terjadinya gangguan makrovaskuler (Joshua, mensintesis NO, vasodilator kuat yang
2012). Jika terjadi gangguan makrovaskuler menghambat aktivasi trombosit dan migrasi
salah satunya yang akan terjadi adalah PAD. sel otot polos pembuluh darah. Diabetes
American Heart Association (AHA) mengganggu NO-dimediasi vasodilatasi.
menetapkan bahwa ABI merupakan salah Sejumlah mekanisme yang berkontribusi
satu scrining yang cukup sensitif untuk terhadap bioavailabilitas penurunan NO
mendeteksi adanya PAD (AHA, 2012). melalui endotelium pada pasien dengan
Pada umumnya, PAD disebabkan diabetes, termasuk hiperglikemia, asam
karena aterosklerosis. Pada seseorang lemak bebas yang berlebihan, dan resistensi
dengan DM, keadaan metabolik abnormal insulin. Efek dari disfungsi sel endotel
yang menyertai diabetes berkontribusi secara meningkatkan kerentanan arteri yang
langsung terhadap perkembangan menyebabkan aterosklerosis (Marso and
aterosklerosis; Perubahan proatherogenic Hiatt, 2006).
termasuk peningkatan peradangan pembuluh Selain mengurangi konsentrasi NO,
darah dan perubahan dalam beberapa jenis diabetes meningkatkan produksi
sel (Marso and Hiatt, 2006). vasokonstriktor, seperti endotelin-1, yang
Peradangan merupakan faktor risiko meningkatkan tonus pembuluh darah dan
untuk perkembangan aterosklerosis. pertumbuhan sel otot polos. Diabetes juga
Peningkatan kadar C-reactive protein (CRP) merangsang jalur aterogenik lainnya dalam
yang sangat terkait dengan perkembangan sel otot polos pembuluh darah. Misalnya,
PAD. Selain itu, tingkat CRP yang normal hiperglikemia mengaktifkan protein kinase C,
meningkat pada pasien dengan gangguan dan faktor Kappa-β, meningkatkan produksi
toleransi glukosa. Selain menjadi penyebab oksigen reaktif yang menyebabkan
aterosklerosis, peningkatan kadar CRP pembentukan lesi aterosklerosis. Sel-sel otot
mungkin juga menjadi faktor risiko untuk PAD. polos pembuluh darah dari seseorang dengan
protein C-reaktif memiliki efek prokoagulan diabetes menunjukkan migrasi, hal tersebut
terkait dengan kemampuannya untuk mendorong dalam perkembangan
meningkatkan ekspresi faktor jaringan. protein pembentukan plak. Sel-sel ini memperkuat
C-reaktif juga menghambat endotel nitrat ateroma, sehingga cenderung pecah dan
oksida sel (NO) synthase, sehingga regulasi menyebabkan trombosis (Marso and Hiatt,
abnormal tonus pembuluh darah, dan 2006).
meningkatkan produksi plasminogen activator ABI adalah perbandingan tekanan
inhibitor-1, yang menghambat pembentukan darah sistolik yang diukur pada arteri
plasmin fibrinolitik dari plasminogen (Marso pergelangan kaki (dorsalis pedis dan tibia
and Hiatt, 2006). posterior) dan arteri brachial. ABI juga disebut
Kebanyakan pasien dengan diabetes dengan ankle arm index, ankle brachial blood
dan PAD secara umum menunjukkan pressure index, ankle arm ratio atau Winsor
disfungsi sel endotel. Dalam sistem pembuluh index (AHA, 2012). Dari hasil penelitian

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 124
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Ditinjau dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

didapatkan rata-rata score ABI pada pasien metabolit pada sel endotel. Aktivasi dan
Diabetes Melitus adalah 0,99±0,167. Score sistem akan memperburuk sel endotel,
ABI terendah adalah 0,60 dan Score Ankle memperhebat vasokontriksi, meningkatkan
ABI tertinggi adalah 1,20. Hasil ini peradangan dan cenderung terjadi thrombosis
menunjukkan bahwa telah terjadi PAD pada (Joshua, 2012).
responden yang menderita DM. Disfungsi endotel dan kondisi
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil aterosklerosis yang terjadi akibat
yang didapatkan oleh anggraini dan hidayat, hiperglikemia menyebabkan penyempitan
dalam hasil penelitiannya didapatkan rata-rata lumen pembuluh darah sampai ke perifer
score ABI 0,95 pada pasien Diabetes Melitus. (Joshua, 2012). Pengecilan lumen
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi diabetes mengakibatkan sirkulasi sampai ke perifer
melitus dapat mempengaruhi score ABI menurun, defisit sirkulasi ini menyebabkan
pasien (Anggraini dan Hidayat, 2014). penurunan dari Score ABI sampai dibawah
Pada gambar 1 pengukuran score ABI 0,9. Menurut American Heart Association
dari 31 responden, sebagian besar (AHA), kecilnya score ABI menandakan
menunjukkan perbedaan antara score ABI terjadinya defisit sirkulasi perifer sehingga
kanan dan kiri. Dari 31 responden dengan terjadi PAD pada pasien tersebut (AHA,
score ABI <0,9 sebanyak 16 responden, dari 2012).
16 responden tersebut yang mengalami PAD Keterbatasan aliran darah pada arteri
pada kaki kanan 7 orang dan yang mengalami dapat menimbulkan kondisi iskemia karena
PAD pada kaki kiri 9 orang. Hal ini terdapat ketidakseimbangan antara suplai
dikarenakan bahwa aterosklerosis akan lebih dengan kebutuhan. Sementara itu, adanya
cepat muncul pada arteri yang ukuran relative stenosis atau sumbatan pada arteri
lebih besar, lebih sering terjadi pada menyebabkan ketidakmampuan kebutuhan
pembuluh darah yang shear stress lebih tersebut terpenuhi. Pada PAD, arteri yang
sedikit (Sihombing, 2008). Seperti yang terganggu tidak dapat berespon terhadap
diketahui bahwa beban ataupun mobilitas kaki stimulus untuk vasodilatasi. Selain itu, endotel
kanan dan kiri adalah hampir sama, sehingga yang mengalami disfungsi pada
kemungkinan terjadi PAD akan sama aterosklerosis tidak dapat melepaskan
kemungkinannya terjadi. substansi vasodilator seperti adenosin serta
Pada pasien DM terjadi kondisi stres NO dalam jumlah yang normal. Jika
oksidatif yang menyebabkan progresifitas aterosklerosis atau stenosis terjadi
disfungsi endotel yang dan terjadinya sedemikian parah hingga tidak menyebabkan
aterosklerosis semakin meningkat, hal inilah tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen
yang menyebabkan terjadinya PAD. bahkan pada saat istirahat, akan terjadi
Hiperglikemia akan menyebabkan kelebihan kegawatan pada tungkai karena berpotensi
pembebasan dari asam lemak bebas, dan besar terjadi nekrosis jaringan dan gangren
insulin resisten. Semua ini akan (Lilly LS, 2011).
membahayakan dengan kejadian efek-efek

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 125
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Dilihat dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

Menurut International Diabetes juga mengalami abnormalitas metabolisme


Foundation, ada tiga/ triad disease gangguan oksidatif pada mitokondria (Lilly LS, 2011).
makrovaskuler pada penderita DM, Pada penelitian yang dilakukan
diantaranya coronary heart disease, Framingham (kohort) dikatakan bahwa
cerebrovascular disease, dan peripheral perkembangan Intermitten Claudication akan
vascular disease (PVD) termasuk didalamnya lebih sering atau lebih tinggi dijumpai pada
peripheral arterial disease (PAD) (IDF, 2014). perempuan dari pada laki-laki, kehadiran DM
Pasien yang mengalami PAD secara akan lebih meningkatkan Intermitten
umum akan mengalami Intermitten Claudication sebanyak 3,5 kali pada laki-laki
Claudication (IC) adalah rasa nyeri yang dan 8,6 kali pada perempuan. Hasil berbeda
dirasakan pada tungkai saat berjalan akibat didapatkan pada penelitian yang dilakukan
insufisiensi arteri (Douglas et al, 2014). Pada oleh Thendria dkk, menyebutkan bahwa
penelitian ini, dari 31 responden 15 (22%) di perbandingan rasio PAD pada perempuan
antaranya mengalami gejala Intermitten dan laki-laki adalah 46% berbanding 54% (p =
Claudication yaitu nyeri saat berjalan dan 0,0001) (Thendria dkk, 2014).
merasakan ketidaknyamanan seperti kram, Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
ngilu, dan pegal. Intermitten Claudication responden merasakan gejala-gejala seperti
terjadi karena lesi segmental yang terjadi perubahan warana kulit pada kaki
menyebabkan stenosis atau oklusi biasanya menjadi pucat sebanyak 2 responden (2%),
terjadi pada pembuluh darah berukuran besar terasa berat pada otot 3 responden (5%) dan
atau sedang. Pada lesi tersebut terjadi plak pernah mengalami luka pada kaki yang tidak
aterosklerotik dengan penumpukan kalsium, kunjung sembuh 5 responden (7%).
penipisan tunika media, destruksi otot dan Gangguan aliran darah akan menyebabkan
serat elastis di sana-sini, fragmentasi lamina berkurang atau bahkan hilangnya pulsasi
elastika interna, dan dapat terjadi trombus pada bagian distal dari arteri yang mengalami
yang terdiri dari trombosit dan fibrin. Lokasi stenosis. Pada stenosis arteri abdominal,
yang terkena terutama pada aorta abdominal femoral atau subklavia dapat terdengar bruit.
dan arteri iliaka (30% dari pasien yang Pada kasus dengan iskemia berat yang terjadi
simptomatik), arteri femoralis dan poplitea secara kronis, dapat ditemukan otot-otot yang
(80-90%), termasuk arteri tibialis dan peroneal atropi, pucat, perubahan warna sianosis,
(40-50%) (Antono dan Hamonanganl, 2014). rambut-rambut halus hilang, bahkan gangren
Iskemia yang terjadi secara Intermitten dan nekrosis pada kaki maupun jari. Ulkus
Claudication lama kelamaan dapat yang terjadi pada PAD seringkali berawal dari
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi luka traumatik yang kecil pada area dengan
otos denervasi dan drop-out. Hilangnya serat- tekanan yang besar atau yang rentan terjadi
serat otot dapat menyebabkan penurunan cedera seperti ujung ibu jari dan maleolus
kekuatan serta atropi otot. Selain itu, serat- lateral (mata kaki sisi luar) (Lilly LS, 2011).
serat otot yang masih dapat digunakan dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak memiliki

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 126
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Ditinjau dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

gejala PAD dengan presentase 24% pada menggunkan hasil penelitian ini sebagai dasar
kaki kanan dan 31% pada kaki kiri. Menurut untuk pemeriksaan PAD pada pasien DM
Scottish Intercollegiate Guidelines Network,
penyakit arteri perifer sering tidak DAFTAR PUSTAKA
menimbulkan gejala. Kurang dari 50% pasien American Heart Association. 2012.
Measurement and Interpretation of the
PAD yang mengalami gejalanya, pasien yang Ankle Brachial Index: A Scientific
tidak memiliki gejala (asimtomatik) dalam Statement from the American Heart
Association, Circulation. [cited 2016 Juli
klasifikasi PAD menurut Fontaine merupakan 30]. Available from:
stadium I (Scottish Intercollegiate Guidelines Http://circ.ahajournals.org
Anggraini, Dian., Hidayat, Wahyu. 2014.
Network, 2006). Hasil yang sama didapatkan Korelasi Kadar Gula Darah Dengan
pada penelitian yang dilakukan oleh Nilai Angkle Brachial Index (ABI) Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Ruang
Sihombing bahwa prevalensi PAD pada Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu
seseorang yang tidak mengalami gejala Sina Bukittinggi Tahun 2013. Afiyah.
Volume 1 No.1 Tahun 2014
(asimptomatik) lebih tinggi atau lebih sering Antono D, Ismail D. 2009. Penyakit arteri
daripada kelompok yang simptomatik perifer. Editors: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
(Sihombing, 2008). Seseorang dengan Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi
diabetes akan meningkatkan risiko terjadinya kelima. Jakarta: Interna publishing
Antono dan Hamonanganl. 2014. Dalam Buku
PAD baik PAD asimtomatik maupun PAD Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI
simtomatik sebesar 1,5-4 kali lipat Editor: Siti Setiati dkk Hal.1516.
Jakarta: InternaPublishing
(Simatupang dkk, 2013). Cacoub P, Cambou JP, Kownator S, et al.
Pengaruh obat kemungkinan dapat 2009. Prevalence of Peripheral Arterial
Disease in High Risk Patients Using
mempengaruhi pengukuran ABI. Sebagian Ankle-Brachial Index in General
besar responden rutin mengkonsumsi obat Practice. J Clin Pract. 63(1):63-70
Crager, MA and Joseph L. 2012. Vascular
glimepiride dan metformin. Kedua obat disease of the extrimities. In: editors.
tersebut merupakan obat anti lipid yang Harrison’s principles of internal
medicine, Vol.2. 18th ed. New York:
secara farmakologis merupakan obat yang McGraw-Hill Companies
diandalkan dalam pengobatan DM Tipe 2. Dahlan, Sopiyudin .M. 2013. Besar Sampel
dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Glimepiride adalah obat anti diabetes oral Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
golongan sulfonilurea generasi ketiga, yang Jakarta: Salemba Medika
International Diabetes Federatiaon (IDF).
memiliki khasiat ganda: sebagai insulin 2015. IDF Diabetes Atlas. [cited 2016
secretagogue sekaligus diunggulkan dalam Juli 30]. Available from:
https://www.idf.org/our-
mengatasi resistensi. network/regions-members/western-
pacific/members/104-indonesia.html
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor
KESIMPULAN DAN SARAN Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
di Daerah Urban Indonesia (Analisa
Semakin banyak gejala PAD yang Data Sekunder Riskesdas 2007).
dikeluhkan oleh responden, maka score ABI Thesis Universitas Indonesia
Joshua, A. Beckman., Mark A. Creager., Peter
responden akan semakin menurun. Libby. 2012. Diabetes and
Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat Aterosclerosis Epidemiology,

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 127
A Santosa│Prediksi Score Ankle Brachial Index (ABI) Dilihat dari Tanda Gejala Peripheral Arterial
Disease (PAD)

Patophysiology, and Management. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,


JAMA, vol 287, No 19. Jilid III, edisi kelima. Jakarta: Interna
Kementrian Kesehatan. 2010. Petunjuk Publishing.
Teknis Pengukuran Faktor Risiko Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Diabetes Melitus. Jakarta. Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
Kohlman-Trigoboff. 2013. Management of (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Lower Extremity Peripheral Arterial Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi
Disease: Interpreting the Latest Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Guidelines for Nurse Practitioners. The NuhMed
Journal for Nurse Practitioner-JNP Vol Tendera M, Aboyans V, Bartelink M-L,
9 Issue 10 p653-660 Baumgartner I, Clement D, Collet J-P,
Lilly, L.S. 2011. Pathophysiology of Heart et al. 2011. The Diagnosis and
Disease: Disease of Peripheral Treatment of Peripheral Arterial
Vasculature. Philadelphia : Lippicont Disease. ESC Guidelines: European
Williams & Wilkins Vol 5 P.346-9 Heart Journal
Lippincott Williams & Wilkins. Wound Ostomy Wahyuni, Sri. 2010. Faktor-Faktor Yang
Continence Nurses Society. 2012. Berhubungan Dengan Penyakit
Ankle Brachial Index: quick reference Diabetes Melitus (DM) Daerah
guide for clinicans. J Wound Ostomy Perkotaan Di Indonesia Tahun 2007.
Continence Nurs: 39(2S):S21-S29. [cited 2016 Juli 30]. Available from:
Marso, Steven P and Hiatt, William R. 2006. http://repository.uinjkt.ac.id
Peripheral Arterial Disease in Patients
with Diabetes. Elsevier Inc : Journal of
the American College of Cardiology
Vol. 47, No. 5, 2006.
Rahman, Arif. 2012. Faktor-Faktor Risiko
Mayor Aterosklerosis Pada Berbagai
Penyakit Aterosklerosis Di RSUP DR.
Kariadi Semarang. Semarang :
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Diponegoro
Riset Kesehatan Dasar. 2016. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
[cited 2016 Juli 30]. Available from:
www.depkes.go.id/resources/download
/pusdatin/.../profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf
Roza.R., Afriant.R., Edward.Z. 2015. Faktor
Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum
pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M.
Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas: FK
Universitas Andalas
Simatupang.M., Pandelaki.K., Panda.A. 2013.
Hubungan antara Penyakit Arteri
Perifer dengan Faktor Risiko
Kardiovaskular pada Pasien DM Tipe 2.
Jurnal e-Clinic Volume 1 Nomor 1
Smeltzer.S.C & Bare. B. 2003. Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing (10th edition).
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Sudoyo, .A.W., Setiyohadi .B., Alwi .I.,
Simadibrata, .M., Setiati, .S. Editors

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2, AGUSTUS 2017 | Halaman 128

Anda mungkin juga menyukai