Disusun oleh:
Nama : Ridwan Kurniawan
Kelas : A2019
NIM : 191217277
Fakultas /Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum
Mata Kuliah : Ilmu Negara
Alhamdulillah, saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Negara
Hukum di Indonesia”.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun saya
berharap agar makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik oleh semua
kalangan.
Dalam melaksanakan makalah ini banyak pihak yang terlibat dan membantu
sehingga dapat menjadi satu makalah yang dapat dibaca dan dimanfaatkan.
Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para pembaca
umumnya. Sekian dari saya mengucapkan banyak terimakasih.
Penyusun
Ridwan Kurniawan
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cita-cita bernegara yang penting yang diwariskan oleh ‘the
founding leaders’ Indonesia itu kepada generasi kita sekarang ialah cita negara
hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam bernegara,
umat manusia memang tidak mengenal adanya konsep Negara Ekonomi atau pun
Negara Politik. Yang ada adalah doktrin mengenai Negara Hukum. Negara kita
diimpikan oleh ‘the founding leaders’ sebagai Negara Hukum atau ‘Rechtsstaat’
menurut tradisi Eropah Kontinental atau pun ‘The Rule of Law’, menurut tradisi
Anglo-Amerika. Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’ (negara
kekuasaan) atau pun korporatokrasi. Namun demikian, yang menjadi masalah
pokok kita sekarang ini adalah bahwa perwujudan cita Negara Hukum itu sendiri
masih sangat jauh dari kenyataan. Bahkan, dari waktu ke waktu, ciri-ciri negara
hukum ideal itu sendiri dalam kenyataannya juga belum kunjung mendekati yang
harapan.
Sejak reformasi pada tahun 1998, kita telah melakukan perubahan mendasar
di politik yang semakin terbuka dan demokratis. Demikian pula di bidang ekonomi,
reformasi juga telah dijalankan secara besar-besaran. Reformasi politik telah
diarahkan untuk membuka ruang kebebasan yang luas bagi segenap warga negara,
sedangkan reformasi ekonomi dikembangkan secara sungguh-sungguh untuk
memenuhi tuntutan ekonomi pasar yang semakin terbuka dalam rangka
memberikan jaminan bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun
demikian, yang menjadi masalah kita ialah bahwa pembangunan demokrasi politik
dan pembangunan ekonomi kesejahteraan itu memerlukan dukungan hukum.
Demokrasi politik tanpa diimbangi oleh ‘the rule of law’ akan menghasilkan
kebebasan yang tidak teratur dan terkendali. Tanpa dukungan hukum,
pembangunan ekonomi pasar juga tidak akan menghasilkan pertumbuhan yang
merata atau yang berkualitas. Sebaliknya, hukum juga memerlukan dukungan
politik yang sehat dan bertanggung-jawab serta perkembangan ekonomi
masyarakat yang menjadi basis sosial untuk terbentuknya lapisan masyarakat
hukum yang teratur.
1
Negara hukum Indonesia sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh tahun
lamanya. Kualifikasinya sebagai Negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalam
Penjelasan Undang-Undang Dasar. Dalam penjelasan mengenai “Sistem
Pemerintahan Negara” dikatakan “Indonesia ialah Negara yang Berdasar atas
Hukum (Rechtsstaat)” . Selanjutnya di bawahnya dijelaskan , “Negara Indonesia
berdasar atas hukum (Rechtsstaat) ,tidak berdasar kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.
Sekian puluh tahun kemudian ia lebih dipertegas melalui amandemen keempat dan
dimasukkan ke dalam batang tubuh konstitusi ,yaitu Bab I tentang “Bentuk dan
Kedaulatan”. Dalam Pasal 1 ayat 3 ditulis “ Negara Indonesia adalah Negara
hukum” .
Negara hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki oleh
bangsa-bangsa di dunia dewasa ini. Ia meninggalkan tipe negara yang memerintah
berdasarkan kemauan sang penguasa. Sejak perubahan tersebut, maka negara
diperintah berdasarkan hukum yang sudah dibuat dan disediakan sebelumnya dan
penguasa pun tunduk kepada hukum tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Negara hukum?
2. Apa Unsur-unsur, Ciri-ciri, dan Tujuan Hukum?
3. Bagaimana Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia?
4. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
International Comission of Jurists pada konfrensinya di Bangkok (1965)
juga menekankan prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya dianut oleh
sebuah negara hukum, yaitu:
1. Perlindungan konstitusional, artinya, selain menjamin hak-hak individu,
konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2. Badan-badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Kebebasan menyatakan pendapat;
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The
International Commission of Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Muhammad Tahir Azhary, dengan mengambil inspirasi dari sistem hukum
Islam, mengajukan pandangan bahwa ciri-ciri nomokrasi atau Negara Hukum yang
baik itu mengandung 9 (sembilan) prinsip, yaitu:
1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah;
2. Prinsip musyawarah;
3. Prinsip keadilan;
4. Prinsip persamaan;
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
6. Prinsip peradilan yang bebas;
7. Prinsip perdamaian;
8. Prinsip kesejahteraan;
9. Prinsip ketaatan rakyat.
4
Jimly Ashshiddiqie menuliskan kembali prinsip-prinsip negara hukum
dengan menggabungkan pendapat dari sarjana-sarjana Anglo-Saxon dengan
sarjana-sarjana Eropa Kontinental. Menurutnya dalam negara hukum pada arti
yang sebenarnya, harus memuat dua belas prinsip, yakni:
1. Supremasi Hukum (Suprermacy of Law).
Dalam perspektif supremasi hukum, pada hakekatnya pemimpin
tertinggi negara yang sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang
mencerminkan hukum yang tertinggi, The Rule of Law and not of man.
2. Persamaan dalam hukum (Equality before the Law).
Setiap orang berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan.
Sikap diskrimatif dilarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan
sementara yang disebut affirmative action, yakni tindakan yang mendorong dan
mempercepat kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan,
sehingga mencapai perkembangan yang lebih maju dan setara dengan
kelompok masyarakat kebanyakan yang telah lebih maju.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law).
Segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang sah dan tertulis. Setiap perbuatan administrasi harus
didasarkan atas aturan atau rules and procedurs (regels). Namun, disamping
prinsip ini ada asas frijsermessen yang memungkinkan para pejabat
administrasi negara mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid-regels atau
policy rules yang berlaku secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan
tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.
4. Pembatasan kekuasaan.
Adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-organ negara dengan
cara menerapkan prinsip pembagian secara vertikal atau pemisahan kekuasaan
secara horizontal. Kekuasaan harus selalu dibatasi dengan cara memisahkan
kekuasaan ke cabang-cabang yang bersifat checks and balances dalam
kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi serta mengendalikan satu
sama lain.
5
5. Organ-organ eksekutif independen.
Independensi lembaga atau organ-organ dianggap penting untuk
menjamin demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh pemerintah
untuk melanggengkan kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar
fungsinya sebagai pemegang senjata tidak disalahgunakan untuk menumpas
aspirasi pro-demokrasi.
6. Peradilan bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary).
Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi
oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun
kepentingan uang (ekonomi). Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak
diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses pengambilan putusan
keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif
maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa. Namun
demikian, hakim harus tetap terbuka dalam pemeriksaan perkara dan
menghayati nilai-nilai keadilan dalam menjatuhkan putusan.
7. Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam setiap negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap
warga negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi negara dan
dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh
pejabat administrasi negara. Pengadilan administrasi negara ini juga menjadi
penjamin bagi rakyat agar tidak di zalimi oleh negara melalui keputusan pejabat
administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court).
Pentingnya Constitutional Court adalah dalam upaya untuk memperkuat
sistem checks and balances antara cabang-cabang kekuasaan yang sengaja
dipisahkan untuk menjamin demokrasi.
9. Perlindungan hak asasi manusia.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dimasyarakatkan secara luas
dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang
demokratis.
6
10. Bersifat demokratis (democratische rechtsstaat).
Negara hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya
demokrasi, sebagaimana di dalam setiap negara demokratis harus dijamin
penyelenggaraannya berdasar atas hukum. Jadi negara hukum (rechtsstaat)
yang dikembangkan bukanlah negara hukum yang absolut (absolute rechtsstaat)
melainkan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).
11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Welfare Rechtsstaat).
Sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam
pembukaan UUD 1945, tujuan bernegara Indonesia dalam rangka melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
12. Transparansi dan kontrol sosial.
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap
proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan
yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara
komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung.
7
Disamping perumusan ciri-ciri Negara hokum diatas ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Montesquieu Negara yang paling baik adalah Negara hukum karena didalam
konstitusi dibanyak Negara yang mengandung tiga inti pokok yaitu:
1. Perlindungan HAM
2. Ditetapkanya ketatanegaraan suatu Negara dan
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara
Prof. sudargo Gautama mengemukakan ada 3 ciri atau unsur dari Negara
hkum yaitu:
1. Terdapat pembatasan kakuasaan Negara terhadap perorangan, maksudnya
Negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
2. Asas legalitas yaitu setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu
3. Pemisahan kekuasaan yaitu agar hak-hak asasi itu benar-benar terlindungi maka
diadakan pemisahan kekuasaan.
8
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pemebagian yang merata
sumber daya yang diperluakan bagi kemakmuran warga negara.
9
3. Bab X Pasal 27 ayat (1) disebutkan segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
itu dengan dengan tidak ada kecualinya;
4. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah dihapus disebutkan dalam
Sistem Pemerintahan Negara, yang maknanya tetap bisa dipakai, yaitu
Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka (Machtstaat);
5. Sumpah/janji Presiden/Wakil Presiden ada kata-kata ”memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya”;
6. Bab XA Hak Asasi Manusia Pasal 28i ayat (5), disebutkan bahwa ”Untuk
penegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur
dan dituangkan dalam Peraturan Perundang Undangan;
7. Sistem hukum yang bersifat nasional;
8. Hukum dasar yang tertulis (konstitusi), hukum dasar tak tertulis (konvensi);
9. Tap MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan; UU No.10 tahun 2004
10. Adanya peradilan bebas.
11. Checks and Balances
Dasar lain yang dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah Negara hukum
dalam arti materil terdapat dalam bagian pasal-pasal UUD 1945 sebagai berikut;
1. Pada bab XIV tentang perekonomian Negara dan kesejahteraan social, pasal 33
dan 34 UUD 1945 yang menegaskan bahwa Negara turut aktif dan bertanggung
jawab atas perekonomian Negara dan kesejahteraan rakyat.
2. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok-pokok pikiran dalam pembukaan
juga dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraanbrakyat.
10
3. Ketiga jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27, 28, 29, 31)
4. Pembagian kekuasaan (Pasal 2, 4, 16, 19)
5. Pengawasan peradilan (Pasal 24)
6. Partisipasi warga negara (Pasal 28)
7. Sistem perekonomian (Pasal 33)
11
5. Perda
12
hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara dimana
negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara juga sering
disebut HTN dalam arti sempit.
4. Hukum Acara Perdata Indonesia
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang
tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum
perdata. Dalam hukum acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai peraturan
Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).
5. Hukum Acara Pidana Indonesia
Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang
tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana.
Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.
6. Asas dalam Hukum Acara Pidana
Asas di dalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:
a. Asas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan
berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan
UU.
b. Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak memihak,
yaitu serangkaian proses peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan
putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil (pasal 50 KUHAP).
c. Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya kesempatan,
bahkan wajib memperoleh bantuan hukum guna pembelaan atas dirinya
(pasal 54 KUHAP).
d. Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka
untuk umum (pasal 64 KUHAP).
e. Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian (pasal 66 KUHAP), kecuali diatur lain oleh UU.
7. Hukum Antar Tata Hukum
Hukum antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara
dua golongan atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.
8. Hukum Adat di Indonesia
Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di
suatu wilayah.
13
9. Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh,
karena belum adanya dukungan yang penuh dari segenap lapisan masyarakat
secara demokratis baik melalui pemilu atau referendum maupun amandemen
terhadap UUD 1945 secara tegas dan konsisten. Aceh merupakan satu-satunya
provinsi yang banyak menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama,
sesuai pasal 15 ayat 2 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yaitu : Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe
Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan
agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama,
dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum
sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa Negara Indonesia telah memenuhi syarat sebaga negara hukum.
Bisa dilihat pada unsur-unsur, karakteristik, dan ciri-ciri negara hukum secara
umum sebagian besar telah dimuat juga dalam konsep negara hukum Indonesia.
Selain itu, konsep negara hukum yang menerapkan prinsip menghargai Hak Asasi
Manusi (HAM) itu sama dengan prinsip yang diterapkan pada konsep negara
hukum Indonesia.
Selain prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Indonesia, landasan bahwa
Indonesia negara hukum juga jelas terwujud dalam undang-undang atau aturan lain
seperti janji Presiden. Bahkan dalam implementasi pelaksanaan hukum telah
terwujud juga, seperti adanya aturan-aturan yang jelas yang telah dibuat melalui
kesepakatan bersama, seperti halnya adanya asas-asas yang melandasi hukum
pidana atau hukum-hukum lainnya. Jadi, Indonesia telah benar-benar menerapkan
konsep negara hukum dengan jelas dan terwujud.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=36028816&url=e29f1b78141fe8caa7208ceecd2cadb
1 diakses pada tanggal 21 Januari 2020
http://hukum.kompasiana.com/2012/10/04/supremasi-hukum-dalam-konsep-negara-
hukum-%E2%80%9Cpancasila%E2%80%9D-493035.html diakses pada tanggal
22 Januari 2020
http://wandyhasyim.blogspot.com/2012/04/konsep-negara-hukum-republik-indonesia.html
diakses pada tanggal 22 Januari 2020