Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat yang membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya : memaki-maki orang disekitarnya, membanting–banting barang,
mencederai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda motor.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif
dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian
dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah
laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan
pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang
timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan
memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah
sampai tinggi, yaitu agresif yang memperlihatkan permusuhan keras dan
menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman
tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera,
terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi
secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam
penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan
dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan
perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi
perilaku marah yang konstruktif.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apakah pengertian dari perilaku kekerasan?
b. Apakah etiologi dari perilaku kekerasan?
c. Bagaimanakah tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
d. Bagaimanakah pohon masalah dari perilaku kekerasan?
e. Bagaimanakah penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan?
f. Bagaimanakah pengkajian dari perilaku kekerasan?
g. Apakah diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku kekerasan?
h. Apa sajakah intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa perilaku
kekerasan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
b. Untuk mengetahui etiologi dari perilaku kekerasan
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
d. Untuk mengetahui pohon masalah dari perilaku kekerasan
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan
f. Untuk mengetahui pengkajian dari perilaku kekerasan
g. Untuk mengetahui diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku kekerasan
h. Untuk mengetahui intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa
perilaku kekerasan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi
struktur masyarakat. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart dan Sundeen, 1999).
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive
behaviour) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-
benda.

B. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif / amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, di hina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah / diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial Budaya

3
Budaya tertutup dan membalas secara diam (positif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
d. Bio Neurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadi perilaku kekerasan.
2) Faktor Presipitasi
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan
b. Lingkungan
Situasi yang ribut, padat
c. Orang lain
Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan, interaksi sosial
propokatif, konflik (Keliat, 1999).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien
dan didukung dengan hasil observasi.
1) Data Subjektif :
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul / melukai
2) Data Objektif :
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Mengatup rahang dengan kuat
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

4
h. Berdebat
i. Mondar-mandir
j. Memaksakan kehendak
k. Memukul jika tidak senang
l. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit
m. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua
pasien berada pada risiko tinggi
n. Memperlihatkan permusuhan
o. Melempar atau memukul benda atau orang lain.

Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda-tanda marah adalah sebagai berikut :


a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam),
jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan / kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat
e. Social : menarik diri, pengasingan , penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Asertif Prustasi Pasif Agresif Kekerasan


(Ngamuk)

5
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang
dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan, sedangkan respon
maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma social dan budaya lingkungannya.
Asertif Mengungkapkan marah Karakter assertif sebagai berikut :
tanpa menyakiti, melukai 1. Moto dan Kepercayaan : yakni
perasaan orang lain, tanpa bahwa diri sendiri berharga
merendahkan harga diri demikian juga orang lain. Assertif
orang lain bukan berarti selalu menang,
melainkan dapat menangani
situasi secara efektif. Aku punya
hak, demikian juga orang lain.
2. Pola komunikasi : efektif,
pendengar yang aktif.
Menetapkan batasan dan harapan.
Mengatakan pendapat sebagai
hasil observasi bukan penilaian.
Mengungkapkan diri secara
langsung dan jujur.
Memperhatikan perasaan orang
lain.
3. Karakteristik : tidak menghakimi.
Mengamati sikap daripada
menilainya. Mempercayai diri
sendiri dan orang lain. Percaya
diri, memiliki kesadaran diri,
terbuka, fleksibel, dan
akomodatif. Selera humor yang
baik, mantap, proaktif, inisiatif.
Berorientasi pada tindakan.
Realistis dengan cita-cita mereka.

6
4. Isyarat bahasa tubuh (non-verbal
cues), terbuka, dan gerak-gerik
alami. Atentif , ekspresi wajah
yang menarik, kontak mata yang
langsung, percaya diri. Volume
suara yang sesuai. Kecepatan
bicara yang beragam.
5. Isyarat Bahasa (Verbal Cues)
a. “Aku memilih untuk...”
b. “Alternatif apa yang kita
miliki?”
6. Konfrontasi dan Pemecahan
Masalah
a. Bernegosiasi, menawar,
menukar, dan kompromi
b. Mengkonfrontir, masalah pada
saat terjadi
c. Tidak ada perasaan negatif
yang muncul.
7. Perasaan yang dimiliki, yaitu :
antusiame, mantap, percaya diri
dan harkat diri, terus termotivasi,
tahu dimana mereka berdiri
(Keliat, 1996)
Gaya komunikasi dengan
Pendekatan yang harus dilakukan
orang assertif terhadap orang-orang dengan karakter
assertif ini adalah :
1. Hargai mereka dengan
mengatakan bahwa pandangan
yang akan kita sampaikan
barangkali telah pernah dimiliki

7
oleh mereka sebelumnya.
2. Sampaikan topik dengan rinci dan
jelas karena mereka adalah
pendengar yang baik.
3. Jangan membicarakan sesuatu
yang bersifat penghakiman karena
mereka adalah orang yang sangat
menghargai setiap pendapat orang
lain.
4. Berikan mereka kesempatan
untuk meyampaikan pokok-pokok
pikiran dengan tenang dan runtun.
5. Gunakan intonasi suara variatif
karena mereka menyukai hal ini.
6. Berikan beberapa alternatif jika
menawarkan sesuatu karena
mereka tidak suka sesuatu yang
berifat kaku.
7. Berbicaralah dengan penuh
percaya diri agar dapat
mengimbangi mereka.
Frutasi Adalah respon yang Frustasi dapat dialami sebagai suatu
timbul akibat gagal ancaman dan kecemasan. Akibat dari
mencapai tujuan atau ancaman tersebut dapat menimbulkan
keinginan. kemarahan.
Pasif Sikap permisif / pasif Salah satu alasan orang melakukan
adalah respon dimana permisif / pasif adalah karena takut /
individu tidak mampu malas / tidak mau terjadi konflik.
mengungkapkan perasaan
yang dialami , sifat tidak

8
berani mengemukakan
keinginan dan pendapat
sendiri, tidak ingin terjadi
konflik karena takut akan
tidak disukai atau
menyakiti perasaan orang
lain.
Agresif Sikap agresif adalah sikap Perilaku agresif sering bersifat
membela diri sendiri menghukum, kasar, menyalahkan,
dengan melanggar hak atau menuntut. Hal ini termasuk
orang lain mengancam, melakukan kontak fisik,
berkata-kata kasar, komentar
menyakitkan dan juga menjelek -
jelekkan orang lain dibelakang. Sikap
agresif merupakan perilaku yang
menyertai marah namun masih dapat
dikontrol. Orang agresif biasanya
tidak mau mengetahui hak orang lain.
Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan
kepentingan sendiri. Agresif
memperlihatkan permusuhan, keras
dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata
ancaman tanpa niat
melukai.Umumnya klien masih dapat
mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain.
Kekerasan Disebut sebagai gaduh Perilaku kekerasan ditandai dengan
gelisah atau amuk menyentuh orang lain secara

9
menakutkan, memberi kata-kata
ancaman melukai disertai melukai di
tingkat ringan dan yang paling berat
adalah melukai merusak secara
serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri . Mengamuk
adalah rasa marah dan bermusuhan
yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini, individu dapat
merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Keliat, 2002).

2.2 Rencana Tindakan Keperawatan


TUM : Klien tidak melakukan tindakan kekerasan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi : Klien mau membalas salam, menjabat tangan,
menyebutkan nama, tersenyum, kontak mata.
Rencana Tindakan : 1. Beri salam /panggil nama
2. Sebutkan nama perawat.
3. Jelaskan maksud hubungan interaksi
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK 2 : Klien dapat mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan,
Kriteria evaluasi : Klien mengungkapkan perasaannya,
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari
diri sendiri, lingkungan /orang lain).
Rencana Tindakan : 1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel/kesal.
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,

10
Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel,
menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.
RencanaTindakan : 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal
2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami klien.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan,
Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, bermain peran dengan perilaku kekerasan dan
dapat dilakukan cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak.
Rencana Tindakan : 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien.
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
3. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai.
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan,
Kriteria evaluasi : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
klien
Rencana Tindakan : 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan.
3. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara
baru yang sehat”

TUK 6 : Klien dapat mendefinisikan cara konstruktif dalam berespon


terhadap kemarahan

11
Kriteria evaluasi : Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan
secara konstruktif.
Rencana Tindakan : 1. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara
baru yang sehat”.
2. Berikanpujianjikaklienmengetahuicara lain yang sehat.
3. Diskusikandengankliencara lain sehat :
a. Secara fisik : tarik nafas dalam, jika sedang kesal /
memukul bantal / kasur atau olahraga atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal /
tersinggung / jekel (saya kesal anda berkata seperti itu)
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen
perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang berdoa /
ibadah : meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan tentang kejengkelan.
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan,
Kriteria evaluasi : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan : fisik (tarik nafas dalam, olahraga, pukul kasur /
bantal), verbal (mengatakan secara langsung dengan tidak
menyakiti), spiritual (sembahyang, berdoa).
Rencana Tindakan : 1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah
dipilih.
3. Bantu klien menstimulasikan tersebut (role play).
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut.
5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah
dipelajari saat jengkel / marah

12
6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari
TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar,
Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan
kegunaannya, klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan
Rencana Tindakan : 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa seizing dokter.
3. Jelaskan prinsip benar minum obat.
4. Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang
diperhatikan.
5. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
6. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan.
7. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
TUK 9 : Klien mendapat dukungan keluarga mengontrol perilaku
kekerasan,
Kriteria evaluasi : Keluarga klien dapat : menyebutkan cara merawat klien yang
berperilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam
merawat klien.
Rencana Tindakan : 1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien
selama ini.
2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3. Jelaskancara-caramerawatklien :
a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif.
b. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
c. Membantu klien mengenal penyebab marah
4. Bantu keluarga mendemostrasikan cara merawat klien.

13
5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi.
TUK 10 : Klien mendapat perlidungan dari lingkungan untuk
mengontrol perilaku kekerasan
Rencana Tindakan : 1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara
rendah, tunjukkan kepedulian.
2. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan
lingkungan.
3. Jika tidak dapat diatasi lakukan : pembatasan gerak atau
pengekangan.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Inisial : TN.P
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Alamat Lengkap : Muaro Bongo
Tanggal Pekerjaan : 23 Mei 2008
No. Rekam Medik : 60731
Informan : Keluarga (orang tua)

2) Alasan Masuk
Klien sudah mulai bicara ngawur dan mengamuk sejak seminggu yang
lalu, klien gelisah, banyak bicara dan ketawa sendiri, marah tanpa sebab, klien
tidak mau makan dan minum, klien juga merusak peralatan rumah tangga dan
pernah memukul tetangganya , klien langsung di bawah ke rumah sakit Jiwa (
RSJ) oleh keluarganya.

3) Faktor – Faktor Predisposisi


1) Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien pernah dirawat
di RSJ Prof. Dr. HB Saanin Padang sebanyak 1 kali pada tahun 2005 , saat
pulang klien dalam keadaan tenang , emosi terkontrol.
2) Waktu pulang dari RSJ Prof. Dr. HB Saanin Padang, klien tidak minum
obat secara teratur, bahkan 5 bulan belakangan ini, klien benar – benar
berhenti minum obat.
3) Klien melakukan PK dalam keluarga yaitu hanya merusak peralatan rumah
tangga kemudian klien juga memukul tetangga.
4) Masalah keperawatan
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan : PK
- Ketidak efektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik

15
5) Tidak ada keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.

4) Pemeriksaan fisik
1) Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 130 / 90 NNHG Nadi : 80 X / i
Suhu : 36 o C Pernafasan : 20 x / i
2) Ukuran
TB : 160 Cm BB : 50 Kg
3) Keluhan Fisik : Tidak ada keluhan fisik

5) Psikososial
1) Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Serumah

16
Klien merupakan anak pertama dari 5 orang bersaudara. Klien mempunyai
2 orang saudara laki-laki dan 2 orang saudara perempuan, klien tinggal serumah
dengan orang tua dan adik laki-lakinya. Pola komunikasi dalam keluarga cukup
baik. Di mana semua masalah selalu dibicarakan, yang dominan mengambil
keputusan adalah ayah klien, klien dibesarkan dalam keluarga sendiri.

2) Konsep diri
a. Citra diri
Klien mengatakan ia menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien anak pertama dari 5 orang bersaudara, klien mengatakan ia merasa
puas sebagai seorang laki-laki.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai seorang anak laki-laki yang harus membantu
orang tuanya dalam menafkahi adik-adiknya.
d. Ideal diri
Ia berharap setelah sembuh nanti, dapat bekerja lagi sebagai buruh untuk
membantu kehidupan orang tuanya, klien berharap cepat sembuh dari
penyakitnya dan berkumpul dengan keluarga serta dapat diterima
kembali oleh masyarakat.
e. Harga diri
Klien merasa malu berada di rumah sakit jiwa. Dia ingin segera pulang
kerumahnya. Tapi klien mengatakan, ia pasti nanti akan malu dengan
masyarakat tempat tinggalnya jika ia pulang nanti.
MK : Harga diri rendah

3) Hubungan sosial
Orang tua terdekat dengan klien adalah ibu klien. Klien tidak pernah
mengikuti kegiatan dalam masyarakat. Namun terkadang, klien pernah
berkumpul-kumpul dan berbincang-bincang dengan kelompok pemuda
yang ada di tempat tinggalnya.

17
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan yakin dengan kekuasaan Tuhan.
b. Kegiatan Ibadah
Selama sehat klien memang jarang sholat, dan setelah sakit klien tetap
jarang sholat tapi bagi klien tidak ada masalah.

5) Status moral
a. Penampilan
Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
dipasang, baju kotor dan tidak diganti-ganti.
MK : Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
b. Pembicaraan
Klien berbicara cepat dan keras dan dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan hal yang ditanyakan.
c. Aktivitas Motorik
Klien gelisah, jalan mondar-mandir dan suka mengepalkan tinju dan
menendang dinding jika marah.
MK : Perilaku kekerasan
d. Alam Perasaan
Klien merasa sedih jika ingat pada orang tuanya, klien juga sedih
dibawa oleh orang tuanya ke RSJ.
MK : Ketidakberdayaan
e. Afek
Afek klien labil, emosi klien cepat berubah-ubah, klien terkadang
menunjukkan ekspresi sedih dan marah dalam waktu yang tidak
berselang lama.
MK : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada tapi kurang, klien mudah tersinggung dan selama
interaksi terkadang klien menatap dengan tajam, kalau ada yang tidak

18
disukainya klien langsung mengepalkan tangannya. Apabila saat
wawancara ada teman klien yang mengganggu terkadang klien
menendang perut temannya.
MK : Perilaku kekerasan
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah melihat hal-hal atau bayangan yang
menakutkan, klien juga mengatakan tidak pernah mendengarkan suara-
suara.
h. Proses Pikir
Pembicaraan tidak berbelit-belit dan jawaban yang diberikan klien
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
i. Isi Pikir
Klien tidak mengalami, obsesi, phobia, hipokandria, depersonalisasi,
pikiran magis dan waham terbukti selama interaksi, klien tidak pernah
mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang tidak logis.
j. Tingkat Kesadaran
Klien compos mentis, orientasi klien terhadap waktu tempat dan orang,
baik. Di mana klien dapat menjawab dia sedang berada di RSJ, saat
ditanya klien juga bisa menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun
dengan benar, klien dapat mengenali beberapa perawat yang ada di
ruangan.
k. Memori
Memori jangka panjang, klien ingat kapan ia pernah masuk RSJ HB.
Saanin Padang memori jangka pendek klien, klien mampu mengingat
nama perawat yang berkenalan dengannya.
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien dapat berhitung dengan baik, klien mampu berhitung sederhana
dari 1- 20.
m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu melakukan penilaian dengan baik, klien dapat
memutuskan makan pagi dulu atau mandi dulu, klien memutuskan

19
untuk mandi dulu.
n. Daya Tilik Diri
Klien menyadari kalau ia mengalami gangguan jiwa, klien mengatakan
tidak menyalahkan siapa-siapa atas gangguan jiwa yang dialami klien.

6) Aspek medis
Diagnosa medis : Skizofernia
Terapi medik :
1. Diazepam 10 mg
2. HLP 3 x 2,5 mg
3. CPZ 1 x 100 mg
4. KBZ 3 x 200 mg

3.2 Analisa Data


No. Data Masalah
1. DO : Penatalaksanaan regimen terapi
- Klien tampak bicara ngawur inefektif
- Klien berbicara keras
DS :
- Klien pernah dirawat sebelumnya di
isi tahun 2005
- Klien tidak minum obat secara
teratur
- Klien putus obat sejak 5 bulan
yang lalu
2. DS : Koping individu inefektif
- Klien mengatakan lebih suka
memendamnya masalah sendiri
- Jika ada masalah, klien tidak
menceritakannya kepada orang lain

20
3. DS : Resiko mencederai diri sendiri,
- Klien mengatakan pernah memukul orang lain dan lingkungan
tetangganya saat lagi marah
- Klien mengatakan pernah
membandingkan alat saat dia marah
- Klien mengatakan untuk
melampiaskan amarahnya dia sering
memukul dinding
4. DO : Harga diri rendah
- Klien pernah memukul tetangganya
DS :
- Klien tampak sering marah-marah
dan mengatakan ingin pulang
5. DO : Defisit perawatan diri
- Pakaian klien tampak kotor, acak-
acakan dan kencing baju tidak
dipasang
- Bau badan klien busuk
6. DO : Perilaku kekerasan
- Kontak mata ada tapi kurang dan
selama interaksi terkadang klien
tampak menatap dengan tajam
- Klien sering mengepalkan
tangannya pada orang lain
- Klien pernah tampak menendang
perut temannya
DS :
- Klien mengatakan pernah memukul
tetangganya

21
7. DO : Ketidakberdayaan
- Klien tampak sedih
DS :
- Klien mengatakan merasa sedih jika
mengingat orang tuanya
- Klien mengatakan merasa sedih
dibawa oleh orang tuanya ke RSJ

3.3 Pohon Masalah


Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Resiko Kekerasan Care problem

Gangguan konsep diri Defisit perawatan


harga diri rendah diri mandi dan berhias

Koping individu interaktif

Ketidakberdayaan

Ketidak efektifan penatalaksanaan


program terapeutik

3.4 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d perilaku
kekerasan.
b. Perilaku kekerasan b/d harga diri rendah.
c. Gangguan konsep diri, harga diri rendah b/d koping individu inefektif.
d. Gangguan konsep diri, harga diri rendah b/d defisit perawatan diri, mandiri
e. Perilaku kekerasan b/d penatalaksanaan regimen terapi inefektif
f. Ketidak efektifan koping individu b/d ketidak berdayaan

22
3.5 Implementasi
Tgl/jam No. Implementasi Evaluasi
DX
1. TUK I S : Klien memperkenalkan
Membina hubungan saling percaya dirinya dan mau objek
antara perawat dengan klien diskusi klien mengatakan
dengan mengucapkan salam - Pagi suster, nama saya P
terapeutik - Saya mau berbicara
- Menyapa klien dengan ramah dengan suster
“pagi pak” O : Kontak mata singkat
- Memperkenalkan diri dengan tapi sering
sopan dan ramah “saya - Bicara keras dan cepat
mahasiswa Akper Kesdam A : Hubungan saling
yang praktek di sini selama 10 percaya masih belum
hari. Nama bapak siapa ? terbina dengan baik
(sambil mengulurkan tangan) P : Intervensi dilanjutkan
- Memperhatikan kontak mata
selama interaksi berlangsung
- Menunjukkan sikap empati
dengan penuh perhatian dan
berdiri atau duduk dihadapan
klien
- Mengakhiri kontrak pertama
dan menetapkan kontrak
selanjutnya

TUK II S : Klien mengatakan dia


Mengidentifikasi penyebab sering memukul orang
perilaku kekerasan kalau sedang marah
- Membantu klien untuk O : Klien tampak sering
mengidentifikasi penyebab marah-marah

23
perilaku kekerasan A: Masalah teratasi
- Memberi kesempatan untuk sebagian
mengungkapkan perasaan P: Intervensi dipertahankan
- Membantu klien untuk dan dilanjutkan
mengungkapkan perasaan
jengkel / kesal

TUK III S : Klien mengatakan kalau


Mengidentifikasi tanda dan gejala marah, jantungnya
perilaku kekerasan berdenyut kencang dan
- Membantu klien untuk mukanya merah
mengidentifikasi tanda dan O : Klien tampak sering
gejala perilaku kekerasan memukul pasien lain
- Menganjurkan klien A : Masalah belum teratasi
mengungkapkan apa yang dipertahankan
dialami dan dirasakannya saat P: Intervensi dipertahankan
jengkel dan dilanjutkan
- Mengobservasi tanda dan
gejala jengkel / kesal yang\
dialami klien.

TUK IV S : Klien mengatakan dia


Mengidentifikasi perilaku paling sering memukul dan
kekerasan yang biasa dilakukan : mencaci orang kalau
- Menganjurkan klien untuk sedang marah
mengungkapkan PK yang O : Klien tampak sering
biasa dilakukan klien / verbal memukul dan sering
- Membantu klien bermain peran terdengar berkata kasar
sesuai perilaku kekerasan yang A : Masalah belum teratasi
biasa dilakukan. P : Intervensi
- Membicarakan dengan klien dipertahankan dan

24
apakah gangguan cara yang dilanjutkan
klien lakukan maraknya
selesai.

TUK V S : Klien mengatakan


Mengidentifikasi akibat perilaku akibat perilaku
kekerasan kekerasannya adalah
- Membicarakan akibat dari cara melukai dan menyakiti
yang dilakukan klien orang lain.
- Bersama dengan klien O : Klien tampak
menyimpulkan akibat dari cara menganggukan kepala
yang dilakukan oleh klien setelah perawat
- Menanyakan pada klien apakah memberitahunya.
ia ingin mempelajari cara yang A : Masalah teratasi
dilakukan oleh klien sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

TUK VI S : Klien mengulang apa


Mendemontrasikan cara fisik yang dikatakan perawat
untuk mencegah perilaku O : Klien tampak
kekerasan mendemontrasikan kembali
- Memberi pujian atas kegiatan tindakan yang dilakukan
fisik yang biasa dilakukan oleh perawat
klien A : Masalah teratasi
- Mendiskusikan cara fisik yang sebagian
paling mudah dilakukan untuk P : Intervensi dilanjutkan
mencegah perilaku kekerasan

TUK VII S : Klien mengulang apa


Mendemontrasikan cara sosial yang dikatakan perawat
untuk mencegah perilaku O : Klien tampak

25
kekerasan mendemontrasikan kembali
- Memberi contoh cara bicara tindakan yang dilakukan
yang baik perawat
- Meminta dengan baik A : Masalah teratasi
- Menolak dengan baik sebagian
- Mengungkapkan perasaan P : Intervensi dilanjutkan
dengan baik

TUK VIII S : Klien mengatakan ia


- Mendemontrasikan kepatuhan tidak mau minum obat
minum obat untuk mencegah O : Klien tampak tidak
perilaku kekerasan. senang kalau disuruh
- Mendiskusikan dengan klien minum
tentang jenis obat A : Masalah teratasi
- Mendiskusikan tentang proses sebagian
minum obat P : Intervensi
dipertahankan Dilanjutkan

TUK IX S : Klien mengatakan ia


Mendemonstrasikan spritual untuk jarang sholat
mencegah perilaku kekerasan O : Klien tampaknya
- Mendiskusikan dengan klien mengerti akan pentingnya
kegiatan ibadah yang pernah kegiatan ibadah setelah
dilakukan diberitahukan
- Membantu klien menilai A : Masalah teratasi
kegiatan ibadah yang pernah sebagian
dilakukan P : Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan

26
TUK X S : Klien mengatakan TAK
Mengikuti TAK membuatnya sedikit senang
- Menganjurkan klien untuk ikut O : Klien tampak sering
TAK mengikuti TAK
- Klien mengikuti TAK A : Masalah teratasi
- Mendiskusikan dengan klien sebagian
tentang jadwal TAK P : Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan

TUK XI S : Keluarga klien


Mendapatkan dukungan keluarga mengatakan mau
dalam melakukan cara pencegahan memberikan dukungan
perilaku kekerasan kepada klien
- Mengidentifikasi kemampuan O : Keluarga klien tampak
klien sangat memperhatikan
- Menjelaskan keuntungan klien.
keluarga dalam merawat klien P : Intervensi
- Menjelaskan cara merawat dipertahankan dan
klien dilanjutkan.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, ungkapan
perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas), serta perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang
rentang adaptif dan maladaptif.
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan, sedangkan respon
maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.

4.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku
kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan,
intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan
mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat
meredam kemarahannya.

28
DAFTAR PUSTAKA
Candra, I Wayan, dkk. 2017. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V Prodi
D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar : Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Andi
Pello, Agnes. 2017. Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018 dari:
https://www.academia.edu/35272180/TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPO
K_TAK_PADA_PASIEN_DENGAN_RESIKO_PERILAKU_KEKERAS
AN
Stuart, GW dan SJ Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St Louis : Mosby Year Book
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Yusuf, Ah. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diunduh pada
tanggal 13 September 2018 dari :
https://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan%
20kesehatan%20jiwa.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai