Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN MAJAS

MACAM – MACAM MAJAS


CONTOH KALIMAT BERMAJAS

DISUSUN OLEH :
Gusti Salwa Shafa Balela

KELAS :
X IPA 1

GURU PENGAJAR :
Dra. Nirmala

DIKIRIMKAN KE :
alyadhaniariadyni@gmail.com

SMAN 1 BANJARMASIN
2019 – 2020
Pengertian Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara
imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya
bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya
alias kias ataupun konotasi.

Gaya bahasa / majas ialah penggunaan kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk
mengungkapkan sesuatu maksud agar membentuk pemilihan bahasa yang tepat. Biasanya
masing-masing pengarang memiliki cara pemilihan gaya bahasa sendiri-sendiri.
Selain itu, ada pengertian lain yang menggambarkan tentang majas, yakni pemanfaatan gaya
bahasa untuk memperoleh nuansa tertentu sehingga menciptakan kesan kata kata yang lebih
berimajinasi.

Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu
majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.

Majas Perbandingan
Majas perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk
meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan,
ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa
subjenisnya.

1. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda benda tak bernyawa seolah-olah
mempunyai sifat seperti manusia.
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya
manusia.

Contoh :

 Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera
bermain di pantai.

 Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.

 Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.

 Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.

2. Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan
analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung
dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara,
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan
dalam bentuk ungkapan.

Contoh :

 Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut.

 Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

 Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)

 Raja siang keluar dari ufuk timur.

 Jonathan adalah bintang kelas dunia.

 Harta karunku (sangat berharga)

 Dia dianggap anak emas majikannya.

 Perpustakaan adalah gudang ilmu

3. Asosiasi atau Perumpamaan


Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai,
bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian
kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.

Contoh:

 Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah
yang sangat mirip.

 Semangatnya keras bagaikan baja.

 Mukanya pucat bagai mayat.

 Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama.

4. Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan
maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh:

 Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.

 Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

 Suaranya menggelegar membelah angkasa

 Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang

5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang
lebih halus.

Contoh:

 Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel


menggantikan frasa “orang cacat”.

 Kita semua harus berteman dengan siapa saja walaupun dirinya kurang sempurna.
(dirinya kurang sempurna menggantikan frasa orang cacat)

6. Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk
menggantikan benda tersebut. Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda
lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.

Contoh:

 Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air
mineral.

 Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)

 Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)

 Ayah pulang dari luar negeri naik garuda. (maksudnya pesawat)

7. Simile
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, bak, bagai.
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak,
bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda,
melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh:

 Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

 Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.

8. Alegori
Alegori adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Majas
perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Alegori
biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh:

 Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang
dimaksud berarti pemimpin keluarga.

 Suami sebagai nakhoda, istri sebagai juru mudi

9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur
untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte
adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada
sebagian benda atau situasi.

Contoh:

 Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

 Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali
berturut-turut.

10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam
ungkapan.

Contoh:

 Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.


 Ia terkenal sebagai buaya darat

 Rumah itu hangus dilalap si jago merah

 Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian

 Melati, lambang kesucian

 Teratai, lambang pengabdian

Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini
dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan
untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh:

 Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

 Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja

 Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya ini ?

2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.

Contoh:

 Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

 Aku merasa sendirian si tengah kota Jakarta yang ramai ini

 Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini

3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh:

 Film tersebut disukai oleh tua-muda.


 Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu

 Miskin kaya, cantik jelek sama saja di mata Tuhan

4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti
dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.

Contoh:

 Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

 Tugas kelompok mereka selesai dengan tepat waktu, hanya saja tidak semua yang
mengerjakannya

Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang
ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh:

 Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.

 Bersih sekali ruanganmu sampai aku melihat beberapa sampah disini

2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh:

 Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit

 Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh pelajar sepertimu

 Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu

3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh:
 Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

 Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!

 Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh
kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi
menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun
memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh:

 Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

 Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah

 Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukkan pesawat tempur

2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh:

 Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

 Dialag yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap

 Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita
sambut putra bangsa

3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh:

 Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari
raya?

 Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?

 Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan?


4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh:

 Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki
asuransi kesehatan.

 Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orangtua ikut antri minyak

 Ketua Rt,Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak
mencampuiri urusan pribadi seseorang

5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh:

 Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.

 Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu

 Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke-62

6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam
berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora.
Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh majas:

 Kasih itu sabar.

 Kasih itu lemah lembut.

 Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh:
 Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.

 Bukan,bukan,bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja

 Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur,dan bersaudara

Anda mungkin juga menyukai