Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Sanitasi menurut kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ‘pemeliharaan kesehatan’.


Menurut WHO, sanitasi lingkungan (enviromental sanitation) adalah upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan
biologik dirumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun masyarakay sekitar rs.

LINGKUP SANITASI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

1. Kontruksi Bangunan dan Ruangan Bangunan Rumah Sakit


Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan ruang bangun
yang bertujuan menciptakan pengaturaan yang nyaman, bersih dan sehat sehingga tidak
memberikan dampak yang negatif kepada passien, pengunjung, dan nakes rs.
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, warna terang dan
mudah dibersihkan. Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang, menggunakan
cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat. Luas
ventilasi alamiah minimal 15% dari luas lantai, bila ventilassi alamiah tidak menjamin adanya
pergantian udara yang baik, kamar atau ruangan harus dilengkapi dengan penghawaaan
buatan/mekanis.
Penataan ruangan bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta
memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan
tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan risiko rendah
Zona risiko rendah meliputi ruangan administrasi, ruang komputer, ruangan
pertemuan, ruangan perpustakaan, ruangan resepsionis, dan ruangan
pendidikan/pelatihan.
b. Zona dengan risiko sedang
Meliputi ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti
pakaian dan tunggu pasien.
c. Zona risiko tinggi
Meliputi ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang
pengideraaan medis(medical imaging), ruang bedah mayat, dan ruang jenazah.
d. Zona risiko sangat tinggi
Meliputi ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat
darurat, ruang bersalin dan patologi.
2. Kualitas Udara Ruangan
a. Tidak berbau
b. Kadar debu berdiameter kurang dari 10 micron, tidak mengandung debu asbes
c. Indeks angka kuman
d. Indeks kadar gas dan bahan berbahaya
3. Pencahyaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya tidak boleh melebihi tabel berikut
No Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya Keterangan
1. Ruangan pasien
- Saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya sedang
- Saat tidur
2. R operasi umum 300-500
3. Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya
sejuk/sedang tanpa
bayangan
4. Anastesi, pemulihan 300-500
5. Endoscopy, lab 75-100
6. Sinar X minim 60
7. Koridor minim 100
8. Tangga Minim 100 Malam hari
9. Administrasi Minim 100
10. Gudang Minim 200
11. Farmasi Minim 200
12. Dapur Minim 200
13. Ruang cuci Minim 100
14. Toilet Minim 100
15. Ruang issolasi khusus tetanus 0,1-0,5 Warna cahaya biru
16. Ruang luka bakar 100-200
4. Penghawaan
a. Memberikan perhatian khusus kepada ruangan operas, ruang perawatan bayi dan
laboratorium
b. Ventiasi ruang operasi dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
c. Memperhatikan siistem kelembaban dan suhu ruangan
d. Penggunaan AC sentral harus meemperhatikan cooling tower agar tidak menjadi
perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus
dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur
e. Penghawaan menkanis dengan menggunakan exchaust fan/AC dipasang diketinggian 2
meterdiatas lantai
f. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) satu kali ssebulan harus
didisinfeksi dengan menggunakan aerosol atau disaring dengan electron presipitor atau
menggunakan penyinaran uktraviolet.

Anda mungkin juga menyukai