Anda di halaman 1dari 10

Anti Kanker

A. Anti Mitosis

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan
berkembang secara abnormal, diluar kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal
berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak
berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap bagian tubuh.

Sel kanker mengganggu sel inang yang normal karena menyebabkan:

Desakan akibat pertumbuhan sel tumor,

Penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis; dan

Gangguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker.

Karateristik sel kanker ialah sebagai berikut :

Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor

Gangguan deferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan mudigah

Bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan sekitarnya (perbedaan pokok dengan jaringan normal)

Bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru

Memiliki hereditas bawaan (acquired heredity) yaitu turunan sel kanker yang juga dapat menimbulkan

kanker

Penggeseran metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta

peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel.

Jenis-jenis kanker

Beberapa jenis kanker yang telah kita kenal sampai saat ini:

Karsinoma

Karsinoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan
saluran tubuh, misalnya jaringan epitel seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mukus, sel melanin,
payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan esofagus.

Limfoma
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe,
lakteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan sumsum tulang belakang.

Leukemia

Leukemia tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembulu darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal.

Sarkoma

Sarkoma merupakan kanker jaringan penunjang yang berada dibawah permukaan tubuh seperti jaringan
ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.

Giloma

Giloma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel glia (jaringan penunjang) disusunan saraf pusat.

Karsinoma in situ

Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas didaerah
tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif ( kelainan/luka yang belum menyebar ).

Tinjauan Tentang Pembelahan Sel

Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel. Sebenarnya fase mitotik (M), yang mencakup
mitosis dan sitokinesis, biasanya merupakan bagian tersingkat dari siklus sel tersebut. Pembelahan sel
miotik yang berurutan bergantian interfase yang jauh lebih lama, yang seringkali meliputi 90% dari siklus
ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menyalin kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel.
Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase G1 (”gap pertama”), fase S, dan fase G2 (“gap kedua”).
Selama ketiga subfase ini sel tumbuh dengan menghasilkan protein dan organel dalam sitoplasma.
Kromosom diduplikasi hanya selama fase S (S singkatan untuk sintesa DNA). Dengan demikian, suatu sel
tumbuh (G1), terus tumbuh begitu sel tersebut sudah menyalin kromosomnya (S), dan tumbuh lagi
sampai sel tersebut menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2), dan membelah (M). Sel
anak kemudian dapat mengulangi siklus ini (Campbell, 1999).

Dalam beberapa hal, sel kanker mirip sel embrio misalnya dari proses pembelahan sel. Pada
pembelahan mitosis sama sama memulai pada periode tumbuh (G1), kemudian fase S ( sintesa DNA)
lalu ke fase tumbuh kedua (G2) sebelum terjadi mitosis berikutnya. Hal ini, bahwa sel kanker
sebagaimana sel dideferesnsiasi ialah sel kanker sering memperlihatkan protein yang khas juga terdapat
pada perkembangan sel normal alfa fetoprotein (AFP) dan antigen karsinoembrio (CFA).
Adapun siklus pembelahan sel terdiri atas:

Interfase, dari fase G1, fase S, dan fase G2

a. Pada fase G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif. Semua komponen disintesis dan sel tumbuh
dengan cepat. Dalam nukleus, setiap kromosom merupakan dobel heliks DNA tunggal protein belum
tereplikasi yang terikat dengan histon dan protein kromosom lain. Sel yang tidak membelah pada
umumnya tetap berada dalam fase G1 disepanjang rentang kehidupan.

b. Pada fase S ( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA serta protein kromosom ( histon )
direplikasi. Setiap kromosom kemudian berisi dua dobel heliks DNA identik yang disebut kromatid yang
menyatu pada sentromer.

c. Fase G2 (gap 2) merupakan periode penting dalam metabolisme dan pertumbuhan sel sebelum
mitosis.

- Kromosom belum menebal dan masih dalam bentuk benang panjang.

- Sentriol membelah, dan spidel mitosis, dihasilkan dari serat mikrotobulus sel, mulai terbetuk untuk
persiapan pembelahan nuklear selanjutnya.

Mitosis

terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis, pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk
dua sel anak. Meskipun pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi
empat subfase : profase, metafase, anafase, dan telofase.

1. Profase

a. Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar, serta menjadi terlihat. Setiap kromosom
berisi dua kromatid yang disatukan oleh sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi
sel berikutnya.

b. Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan
perpanjangan mikotubulus yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol
membentuk benang spidel mitosis polar.

c. Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang. Sehingga memungkinkan spindel memasuki
nukleus. Mikrotubulus pendek yang muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang dapat
berinteraksi dengan benangspindel polar, menyebabkan kromosom bergerak dengan cepat.

d. Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk membentuk aster.

2. Metafase
a. Kromosom ( pasangan kromatid ) berbaris pada bidang metafase atau bidang ekuator sel, disebut
demikian karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya pada spindel.

b. Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.

c. Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.

3. Anafase

a. Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya, pasangan kromatid ( sekarang


dianggap sebagai satu kromosom ) bergerak dari bidang ekuator kesetiap kutub.

b. Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kutub sel.
Organel sitoplasma, yang sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub.

4.Telofase

a. Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom kemudian terurai dan melebur.
Membran nuklear dan nukleolus terbentuk kembali.

b. Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang berada tepat dipertengahan antara
kedua masa kromosom, mulai membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut
menjadi dua sel yang terpisah.

Terdapat perbedaan penting antara sel normal dan sel kanker yang mencerminkan kekacauan siklus sel.
Sel normal dalam pertumbuhan dan perkembangannya diatur dan terkontrol secara genetik, sedangkan
sel kanker tidak. Sel kanker bersifat metastatik (menyebar ke tempat lain dan menimbulkan
pertumbuhan baru) sedangkan sel normal tidak (Campbell, 1999).

Obat-obat anti kanker

1. Antimetabolit

a) Sitarabin,

b) Fludarabin

c) 5 – flourourasil

d) 6- merkaptopurin

e) Metrotreksat

f) 6-toiguanin
2. Antibiotik

a) Bleomisin

b) Daktinomisin

c) Dauksorubisin

d) Idarubisin

e) Pilkamisin

3. Alkali

a) Karmustin dan lomustin

b) Siklofosfamid dan ifosfamid

c) Mekloretamin

d) Streptozotocin

4. Inhibitor mikrotubulus

a) Navelbin

b) Pacilatex

c) Vinblasttin

d) Vinkristin

5. Hormon steroid

a) Aminoglutetamid

b) estrogen

c) flutamid

d) goserelin

e) leuprolid

f) prednison

g) tamoksifen

6. lain-lain
a) aspraginesa

b) cisplatin

c) etoposid

d) interfenon

e) prokarbazin

Mekanisme kerja obat

a) Antimetabolit

Antimetabolit adalah persenyawaan yang mempunyai struktur hampir sama dengan substrat suatu
enzim, sehingga antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut. Kompleks enzim-antimetabolit
itu menyebabkan enzim tidak menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga
sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker adalah antimetabolit yang
menghambat pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA
dan RNA. Dengan demikian sel itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel
itu akhirnya mati. Diantara antimetabolit yang dipakai adalah: 6-mercaptopurine, 6-thioguanine,
metrotraxate, 5-fluorouracil, hydroxyurea dan arabinosylcytosine.

b) Antibiotika

Antibiotika ialah persenyawaan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau sel.
Caranya ialah dengan mengikat kepada DNA, sehingga DNA itu tidak dapatberfungsi untuk membuat
RNA. Tanpa produksi RNA, maka sintesa protein/enzim tidak dapat terjadi. Antibiotika yang dipakai
sebagai obat kanker diantaranya ialah: adriamycin, dactinomycin, daunorubicin, mythramycin dan
bleomycin.

c) Persenyawaan steroid

Pemberian hormon steroid dalam dosis yang tidak fisiologis menimbulkan ketidak-seimbangan
hormonhormon didalam badan. Ternyata hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel kanker.
dalam jaringanjaringan yang peka kepada hormon. Mekanisme kerja hormon itu uniuk mempengaruhi
pertumbuhan selsel belumlah jelas . Ada yang berpendapat bahwa pengaruh hormon itu pada membran
sel yang mempunyai receptor-receptor untuk stimulasi pertumbuhan. Hormon-hormon yang dipakai
dalam pengobatan kanker ialah: androgen (testosteron propionat, fluoxymesterone), estrogen
(diethylstilbestrol, ethynil estradiol), progestin (hydroxyprogesteron caproate, 6-
methylhydroxyprogesteron), persenyawaan adrenal cortex (cortisone acetate, prednisone,
dexamethasone, methylprednisolone, hydrocortisone).
d) Zat Pengalkil (alkylating agents)

Zat pengalkil mempunyai gugus alkil yang dapat menggantikan tempat atom H pada suatu molekul atau
gugus alkil itu dapat ditambahkan kepada suatu atom dalam keadaan valensi rendah misalnya amine
tertiair dengan gugus alkil menjadi amine quartenair. Bila zat pengalkil itu bereaksi dengan DNA, maka
struktur DNA itu akan berubah, sehingga fungsinya akan terganggu. lnilah dasar kerja biokimia dari zat-
zat pengalkil yang dipakai sebagai obat kanker. Diantaranya adalah: Methylbis (β – chlorethyl) Amine
HCI (Mustargen), Chlorambucil (Leukeran), Melphalan (Alkeran), Cyclophosphamide (Endoxan, Cytoxan),
Triethylenethiophosphamide (TSPA, Thio-TEPA) dan Bussulfan (Myleran).

e) Inhibitor Mikrotubulus Gelendong mitotik merupakan bagian tulang rangka intraseluler yang lebih
besar (sitoskeleton) yang perlu untuk gerakan internal dalam sitoplasma sel-sel eukariotik. Gelendong ini
terdiri dari kromatin dan suatu sistim mikrotubulus dari tubulin protein. Gelendong mitotik perlu untuk
pembelahan DNA menjadi dua sel anak yang dibentuk ketika sel eukariotik membelah.

B. Uji Toksikologi

Pada awal mulanya toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang racun. Pada saat itu pengertian racun
masih dipisahkan dengan makanan. Bahan pangan atau zat kimia yang dengan jelas berbahaya bagi
tubuh disebut racun, sedangkan yang bermanfaat bagi tubuh disebut makanan.

Untuk meneliti berbagai macam efek, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1.Uji Toksisitas Akut.

Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan
dengan waktu yang singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji ini dilakukan dengan cara
pemberian konsentrasi tunggal senyawa uji pada hewan uji. Takaran konsentrasi yang dianjurkan paling
tidak empat peringkat konsentrasi, berkisar dari\ konsentrasi terndah yang tidak atau hampir tidak
mematikan seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau
hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu
selama 7-14 hari.

2.Uji Toksisitas Subkronis atau Subakut,

dilakukan dengan memberiakn zat kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-ulang terhadap
hewan uji selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik
senyawa uji, serta untuk Xviii melihatkan apakah spectrum toksik itu berkaitan dengan takaran
konsentrasi.
3.Uji Toksisitas Kronis,

dilakukan dengan memberikan zat kimia secara berulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan
atau sebagian besar dari hidupnya. Meskipun pada penelitian digunakan waktu lebih pendek, tetapi
tetap lebih lambat dibandingkan Uji Toksisitas Akut maupun Uji Toksisitas Sub Akut.

Belakangan ini telah banyak pengujian tentang toksisitas yang dikembangkan untuk pencarian produk
alam yang potensial sebagai bahan antineoplastik, metode pengujian tersebut antara lain simple
brench-Top Bioassay (terdiri dari Brine Shrimp lethality Test, Lemna Minor Bioassay dan Crown-Gall
Potato Disc Bioassay) dan pengujian pada sel telur Bulu Babi.

1. Dengan berdasarkan pemikiran bahwa efek farmakologi adalah toksikologi sederhana pada dosis yang
rendah dan sebagian besar senyawa antitumor adalah sitotoksik, maka Brine Shrimp Lethality Test dapat
digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa antitumor. Senyawa yang mempunyai kemampuan
membunuh sel kanker dalam kultur sel. Pengujian ini adalah pengujian letalitas yang sederhana dan
tidak spesifik untuk aktifitas tumor, tetapi merupakan indikator toksisitas yang baik dan menunjukan
korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor lainnya seperti uji sitotoksitas dan uji leukemia tikus.
Karena kesederhanaan prosedur pengerjaan, biaya yang rendah serta korelasinya terhadap pengujian
toksisitas dan pengujian antitumor menjadikan Brine Shrimp Lethality Test sebagai uji hayati
pendahuluan untuk aktifitas antitumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di Laboratorium
dengan fasilitas sederhana. Uji toksisitas sebagai skrining awal dapat dilakukan dengan berbagai metode
antara lain adalah metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Metode BST adalah suatu metode uji guna
untuk menentukan toksisitas suatu senyawa bahan alam dengan cepat, murah dan cukup akurat untuk
penapisan ekstrak bahan aktif dengan menggunakan hewan uji Artemia Salina Leach yang berumur 48
jam.

2. Metode BST juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam proses isolasi
senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menetukan harga LC50 dari senyawa aktif.
Metode BST dapat digunakan dari berbagai system uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan,
anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta
senyawa racun dari tumbuhan darat.

3. Lemna Minor Bioassay terutama digunakan sebagai uji pendahuluan terdapat bahan yang dapat
menghambat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pengujian ini dapat diamati bahwa
senyawa antitumor alami juga dapat menghambat pertumbuhan Lemna, walaupun korelasinya dengan
pengujian antitumor lainnya kurang baik. Oleh karena itu pengujian ini lebih diarahkan untuk mencari
herbisida dan stimulant pertumbuhan tanaman baru.
4. Crown-Gall Potato Bioassay merupakan metode pengujian toksisitas yang relative cepat pengerjaannya,
tidak mahal, tidak memerlukan hewan percobaan serta menunjukkan korelasi yang sangat baik dengan
uji antitumor lainnya. Crown-Gall merupakan suatu penyakit neoplastik pada tumbuhan yang disebabkan
bakteri gram negative Agrobacterium tumefaciens yang selanjutnya menyebabkan pertumbuhan jaringan
tumor secara otonom dan tidak dipengaruhi oleh mekanisme kontrol normal tumbuhan. Pengujian
dilakukan dengan mengukur kemampuan suatu senyawa menghambat pertumbuhan tumor Crown-Gall
pada umbi kentang yang diinfeksikan dengan bakteri Agrobacterium tumefaciens.

Brine Shimp Lethality Test

Brine Shrimp Lethality test (BST) merupakan salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat
sitotoksik. Metode ini menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas dengan
metode BST ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam
waktu singkat setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya

dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina
Leach. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BST jika harga LC < 1000 μg/
ml. Penelitian Carballo dkk menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara sitotoksisitas dan
letalitas Brine shrimp pada ekstrak tanaman. Metode BST dapat dipercaya untuk menguji aktivitas
toksikologi dari bahan-bahan alami.

Tumbuhan Sebagai Obat Kanker Alami

Sarang Semut (Myrmecodia pendans) adalah tanaman yang berasal dari Papua dan secara tradisional
telah digunakan oleh penduduk asli untuk mengobati berbagai penyakit secara turun-temurun. Hasil
penelitian modern menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung senyawa aktif penting seperti
flavonoid, tokoferol, fenolik, dan kaya akan berbagai mineral yang berguna sebagai antioksidan dan anti-
kanker sehingga tepat digunakan untuk pengobatan kanker, tumor, dan benjolan-benjolan abnormal
lainnya.

Tumbuhan seperti benalu (Macrosolen cochinchinesis), buah makasar (Bruea javanica (L.) Merr.), dan
tapak dara (Catharanthus roseus) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder jenis alkaloid yang
memiliki potensi sebagai antikanker.Senyawa alkaloid yang berpotensi sebagai anti kanker pada
tumbuhan benalu yaitu β-amyrin, yang berfungsi menghambat S180 dan sel kanker JTC-26. Sedangkan
pada buah makasar, alkaloid yang berpotensi sebagai antikanker yaitu jenis brucamarinedan yatamine,
dimana alkaloid jenis ini dapat mengobati kanker saluran pencernaan,kanker payudara, dan kanker leher
rahim. Sementara pada tumbuhan tapak daramengandung 70 jenis alkaloid, dimana ada beberapa jenis
yang berpotensi sebagai antikanker yaitu vinblastine dan vincristine yang dapat digunakan untuk
mengobati leukimia limfostik akut (LLA), leukimia monositik akut (LMA), kanker kelenjar getah bening.
Bioteknologi

Pengujian Fitoaktivitas

Kimia Bahan Alam

Alkaloid

Terpenoid

Steroid

Ekstraksi dan isolasi

Kromatografi

Anti Kanker

Antimikroba

Minyak Atsiri

Antioksidan

Anda mungkin juga menyukai