Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien luka bakar di Amerika Serikat sekitar 2,5 juta orang setiap tahunnya dan sekitar
12.000 pasien meninggal setiap tahunnya. Anak kecil dan orang tua merupakan kelompok
yang beresiko tinggi mengalami luka bakar pada kelompok remaja laki-laki dan wanita juga
lebih sering menderita luka bakar. Begitu juga pasien dengan usia lebih dari 70 tahun
beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2002
terdapat 17.237 anak dibawah usia 5 tahun mendapat perawatan di instalasi gawat darurat di
seratus rumah sakit di Amerika Serikat (Smeltzer dan Bare, 2001).
Di Indonesia belum ada laporan tertulis. Rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta
pada tahun 1998 melaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka
kematian 37,8%, sedangkan di rumah sakit Dr.Sutomo Surabaya terdapat 106 kasus. Kasus
luka bakar yang menjalani perawatan di instalasi rawat inap pada tahun 2000, dengan angka
kematian 26,41%. Selanjutnya di RS. Pusat Pertamina pada tahun 2007, terdapat pasien luka
bakar rata-rata sebanyak 40 penderita per tahun yang dirawat di unit luka bakar. Dari jumlah
tersebu yang masuk kealam kategori luka bakar berat ekitar 21%, dengan angka kematian
berkisar 40-50%.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka
bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh
api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang
sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar ?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari luka bakar ?

1.3 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medikal Bedah mengenai luka bakar serta
mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya.
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari luka bakar.
2. Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari luka bakar.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar.
6. Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari luka bakar.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari luka bakar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Luka Bakar


Beberapa para ahli memberikan definisi tentang luka bakar dengan berbagai konsep
dan pandangan:

Luka Bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai keorgan dalam,yang disebabkan
kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia radiasi,arus
listrik dan suhu sangat dingin. Smeltzer dan Bare (2001).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Sedangkan pendapat
lainnya, luka bakar adalah luka yang di sebabkan oleh kontak dengan suhu sperti api, air
panas, bahan kimia, radiasi, juga oleh kontak dengan suhu rendah (frost bite), Moenajat
(2001).

Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh auma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,sengatan listrik atau
gigitan hewan. Syamsulhidayat (2005).

Luka bakar itu adalah luka yang di sebabkan oleh kontak dengan suhu tingggi seperti
api, air panas, listrik,bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakan
jaringan. Basbeth Karen (2004).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal),
atau radiasi (radiation).

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan
kimia, serta sengatan matahari (sunburn).
2.2 Etiologi Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).
2.3 Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar
yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan
lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan
pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka
bakar derajat tiga.

Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam. (Wim De Jong, 2004)
Penderita syok atau terancam syok
- Anak : luasnya luka >10%
- Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- Perineum
Terancam udem laring
- Tertutup asap atau udara hangat

Bagan 2.1 indikasi rawat inap


Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan
jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang
berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan
bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk
beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh
mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine
(diuresis). (Black & Hawk, 2009).

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim
De Jong, 2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera
terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi
25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]), tanggapan
tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan
sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi
(hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ.
(Black & Hawk, 2009).

 Respons Sistemik

Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan
hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta
elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.
 Respons Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada


volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya


tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama
sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.

Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu
sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar.
Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang masif.
karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstermitas
distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.

 Respons Pulmonal

Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila klien
ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil peningkatan baik
laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil hipermetabolisme yang
terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut memuncak pada minggu
kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali ke normal seiring
menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tandur kulit.
 Cedera Inhalasi

Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering mortalitas


dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang paling sering
ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu bara) terbakar. Ia
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang memiliki
afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan
oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser, dan CO berikatan
dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia
jaringan terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara
keseluruhan.

 Depresi Miokardium

Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor depresi


miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada periode
pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-merta terjadi,
bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan respons
neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan curah jantung ini sering
berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasma telah kembali dan
keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan
hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah
cedera.

 Berubahnya Integritas Kulit

Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang disebabkan


akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah permukaannya. Kulit, ujung
saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang cedera akibat terbakar kehilangan
fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh
dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan
tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan
tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat
terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air
akibat penguapan meningkat.

 Imunosupresi

Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas
limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi
neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi.
sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-
kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan risiko
infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.

 Respons Psikologis

Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar telah
dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban dipengaruhi
usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi cedera, dampak
pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai tambahan, pemisahan
dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah sakit dan perubahan pada
peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi reaksi terhadap trauma luka
bakar.

2.4 Manifestasi Klinik Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai
luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah
deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.
Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermi Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): s hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan


(partial- dan hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): bagian sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air dermis udara yang dingin retak, permukaan pembentukan
mendidih, luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan
(full- , nyeri, syok, berwarna putih eskar,
thickness): keseluruh hematuria seperti bahan kulit diperlukan
terbakar nyala an dermis (adanya darah atau gosong, kulit pencangkokan
api, terkena dan dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan
cairan mendidih kadang- kemungkinan lemak yang tampak, parut dan
dalam waktu kadang pula hemolisis terdapat edema hilangnya
yang lama, jaringan (destruksi sel kontur serta
tersengat arus subkutan darah merah), fungsi kulit,
listrik kemungkinan hilangnya jari
terdapat luka tangan atau
masuk dan keluar ekstrenitas
(pada luka bakar dapat terjadi
listrik)
 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :
1. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian seluler.
2. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.

 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor


berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

gambar klasifikasi luka bakar


 Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan
Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung
luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan
sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
Rumus “Rule of Nine” pada orang dewasa :
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai masing-masing 18% : 36%
5. Genitalia atau perineum : 100%
Total : 100%
Rumus “Rule of Nine” pada anak :
1) Kepala dan leher : 18%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 13,5% : 27%
5) Genitalia atau perineum : 1%
Total : 100%

b. Metode Lund and Browder


Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar
adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar
pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan berubah
menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat
kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian
tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang
terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method).
Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya.
Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

 Hitung darah lengkap

Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan


peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

 Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

 GDA (Gas Darah Arteri)

 Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen


(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.

 Elektrolit Serum

Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan
fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi
dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

 Natrium Urin

Lebih besar dari 20 mEq L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan.

 Alkali Fosfat

Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau


gangguan pompa, natrium.

 Glukosa Serum

Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

 Albumin Serum

Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

 BUN atau Kreatinin

Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.

 Loop aliran volume

Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.


 EKG

Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

 Fotografi luka bakar

Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.


2.6 Penatalaksanaan Luka Bakar

a. Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal
ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena
itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api
segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah
untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau
benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber
listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan
terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar
dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan
penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai
penggunaan morfin oleh tenaga medis

b. Hospital

1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax,
dan fraktur costae
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran
plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim
dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu :
a) cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
· 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua.
Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.

b) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar

Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar;
kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat
resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.

 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi cairan
selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang mengancam
nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan terjadinya
hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap
berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga
sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.
 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis
sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam
setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor,
fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga
penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam pemulihan


luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai pemulangan dan
setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi perawatan harus
mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan rehabilitasi harus
dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya, program rehabilitasi luka
bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan emosional maksimal. Cara-cara
untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan meminimalkan deformitas
dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan
dukungan emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari fase
rehabilitasi yang berlangsung.

Fase Durasi Prioritas



Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga Pertolongan pertama
atau segera selesainya resusitasi cairan Pencegahan syok
 Pencegahan gangguan
pernapasan
 Deteksi dan penanganan cedera
yang menyertai
 Penilaian luka dan perawatan
pendahuluan
Fase akut 
Dari dimulainya diuresis Perawatan dan penutupan luka

hingga hampir selesainya Pencegahan atau penanganan
proses penutupan luka komplikasi, termasuk infeksi
 Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi 
Dari penutupan luka yang Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur

kepada tingkat penyesuaian Rehabilitasi fisik, oksupasional
fisik dan psikososial yang dan vokasional
optimal  Rekonstruksi fungsional dan
kosmetik
 Konseling psikososial

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar


1. Pengkajian
a. Aktifitas istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok ansietas nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus tak
ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas peristaltik gastrik.

e. Makanan cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan
refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn
parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan
dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j. Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui
rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit jaringan; pembentukan edema. Manifulasi
jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan interupsi aliran darah arterial vena, contoh luka bakar
seputar ekstremitas dengan edema.
7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial luka bakar dalam).
10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
c. Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata
Kriteria Intervensi Rasional
n
Hasil
Resiko Bersihan Kaji refleks gangguan Dugaan cedera inhalasi
bersihan jalan nafas menelan; perhatikan
jalan nafas tetap efektif. pengaliran air liur,
tidak efektif Kriteria ketidakmampuan Takipnea, penggunaan
berhubungan Hasil : menelan, serak, batuk otot bantu, sianosis dan
dengan obstr Bunyi nafas mengi. perubahan sputum
uksi vesikuler, Awasi frekuensi, irama, menunjukkan terjadi
trakheobronk RR dalam kedalaman pernafasan ; distress pernafasan
hial; oedema batas perhatikan adanya pucat edema paru dan
mukosa; normal, sianosis dan sputum kebutuhan intervensi
kompressi bebas mengandung karbon atau medik.
jalan nafas . dispnoe merah muda.
cyanosis. Obstruksi jalan nafas
Auskultasi paru, distres pernafasan dapat
perhatikan stridor, mengi terjadi sangat cepat atau
gemericik, penurunan lambat contoh sampai
bunyi nafas, batuk rejan. 48 jam setelah terbakar.

Perhatikan adanya pucat Dugaan adanya


atau warna buah ceri hipoksemia atau karbon
merah pada kulit yang monoksida.
cidera Meningkatkan ekspansi
Tinggikan kepala tempat paru optimal fungsi
tidur. Hindari pernafasan. Bilakepala
penggunaan bantal di leher terbakar, bantal
bawah kepala, sesuai dapat menghambat
indikasi pernafasan,
menyebabkan nekrosis
pada kartilago telinga
Dorong batuk latihan yang terbakar dan
nafas dalam dan meningkatkan
perubahan posisi sering. konstriktur leher.
Hisapan (bila perlu) pada Meningkatkan ekspansi
perawatan ekstrem, paru, memobilisasi dan
pertahankan teknik steril. drainase sekret.
Membantu
mempertahankan jalan
Tingkatkan istirahat nafas bersih, tetapi harus
suara tetapi kaji dilakukan kewaspadaan
kemampuan untuk bicara karena edema mukosa
dan atau menelan sekret dan inflamasi. Teknik
oral secara periodik. steril menurunkan risiko
infeksi.
Selidiki perubahan Peningkatan sekret
perilaku mental contoh penurunan kemampuan
gelisah, agitasi, kacau untuk menelan
mental. menunjukkan
peningkatan edema
Awasi 24 jam trakeal dan dapat
keseimbngan cairan, mengindikasikan
perhatikan variasi kebutuhan untuk
perubahan. intubasi.
Meskipun sering
berhubungan dengan
nyeri, perubahan
Lakukan program kesadaran dapat
kolaborasi meliputi : menunjukkan terjadinya
Berikan pelembab O2 memburuknya hipoksia.
melalui cara yang tepat, Perpindahan cairan atau
contoh masker wajah kelebihan penggantian
Awasi gambaran seri cairan meningkatkan
GDA risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih
Kaji ulang seri rontgen karena edema.
O2 memperbaiki
hipoksemia asidosis.
Berikan bantu fisioterapi Pelembaban
dada spirometri intensif. menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan viskositas
Siapkan bantu intubasi sputum.
atau trakeostomi sesuai Data dasar penting
indikasi. untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50,
PaCO2lebih besar dari
50 dan penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
Intubasi dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume asikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
cairan cairan dan respon kardiovaskuler.
berhubungan biokimia Awasi pengeluaran urine
dengan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Kehilangan Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk
cairan evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
melalui rute ada indikasi. pengeluaran urine 30-50
abnormal. manifestasi cc jam pada orang
Peningkatan dehidrasi, dewasa. Urine berwarna
kebutuhan : resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan
status oedema, dan kehilangan yang otot masif karena
hypermetabo elektrolit tampak adanyadarah dan
lik, ketidak serum dalam keluarnya mioglobin.
cukupan batas Peningkatan
pemasukan. normal, Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
Kehilangan haluaran setiap hari perpindahan protein,
perdarahan. urine di atas proses inflamasi dan
30 ml jam. Ukur lingkar ekstremitas kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
Observasi distensi perubahan selanjutnya
abdomen,hematomesis,fe Memperkirakan luasnya
ces hitam. oedema perpindahan
Hemates drainase NG cairan yang
dan feces secara periodik. mempengaruhi volume
Lakukan program sirkulasi dan
kolaborasi meliputi : pengeluaran urine.
Pasang pertahankan Penyimpangan pada
kateter urine tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
Pasang pertahankan ketidak adequatnya
ukuran kateter IV. volume sirkulasi
Berikan penggantian penurunan perfusi
cairan IV yang dihitung, serebral
elektrolit, plasma, Stres (Curling) ulcus
albumin. terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
Awasi hasil pemeriksaan luka bakar berat(dapat
laboratorium ( Hb, terjadi pada awal
elektrolit, natrium ). minggu pertama).

Berikan obat sesuai


idikasi : Observasi ketat fungsi
- Diuretika contohnya ginjal dan mencegah
Manitol (Osmitrol) stasis atau refleks urine.
Memungkinkan infus
cairan cepat.
- Kalium Resusitasi cairan
menggantikan
- Antasida kehilangan cairan
elektrolit dan membantu
mencegah komplikasi.
Pantau: Mengidentifikasi
- Tanda-tanda vital setiap kehilangan darah
jam selama periode kerusakan SDM dan
darurat, setiap 2 jam kebutuhan
selama periode akut, dan penggantian cairan dan
setiap 4 jam selama elektrolit.
periode rehabilitasi.
- Warna urine. Meningkatkan
- Masukan dan haluaran pengeluaran urine dan
setiap jam selama membersihkan tubulus
periode darurat, setiap 4 dari debris mencegah
jam selama periode akut, nekrosis.
setiap 8 jam selama Penggantian lanjut
periode rehabilitasi. karena kehilangan urine
- Hasil-hasil JDL dan dalam jumlah besar
laporan elektrolit. Menurunkan keasaman
- Berat badan setiap hari. gastrik sedangkan
- CVP (tekanan vena inhibitor histamin
sentral) setiap jam bial menurunkan produksi
diperlukan. asam hidroklorida untuk
- Status umum setiap 8 menurunkan produksi
jam. asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi
Pada penerimaan rumah gaster.
sakit, lepaskan semua Mengidentifikasi
pakaian dan perhiasan penyimpangan indikasi
dari area luka bakar. kemajuan atau
Mulai terapi IV yang penyimpangan dari hasil
ditentukan dengan jarum yang diharapkan.
lubang besar (18G), lebih Periode darurat (awal 48
disukai melalui kulit jam pasca luka bakar)
yang telah terluka bakar. adalah periode kritis
Bila pasien menaglami yang ditandai oleh
luka bakar luas dan hipovolemia yang
menunjukkan gejala- mencetuskan individu
gejala syok hipovolemik, pada perfusi ginjal dan
bantu dokter dengan jarinagn tak adekuat.
pemasangan kateter vena
sentral untuk pemantauan
CVP.
Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30 ml
jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di
bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah Inspeksi adekuat dari
rentang normal, urine luka bakar.
gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila Penggantian cairan


manifestasi kelebihan cepat penting untuk
cairan terjadi. mencegah gagal ginjal.
Kehilangan cairan
bermakna terjadi
Tes guaiak muntahan melalui jarinagn yang
warna kopi atau feses ter terbakar dengan luka
hitam. Laporkan temuan- bakar luas. Pengukuran
temuan positif. tekanan vena sentral
memberikan data
Berikan antasida yag tentang status volume
diresepkan atau antagonis cairan intravaskular.
reseptor histamin seperti
simetidin
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.

Pasien rentan pada


kelebihan beban volume
intravaskular selama
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi
kerusakan mendemonst kadar karbon monoksida kemajuan dan
pertukaran rasikan serum. penyimpangan dari hasil
gas oksigenasi yang diharapkan.
berhubungan adekuat. Inhalasi asap dapat
dengan Kriteroia Beriakan suplemen merusak alveoli,
cedera evaluasi: RR oksigen pada tingkat mempengaruhi
inhalasi asap 12-24 x mnt, yang ditentukan. Pasang pertukaran gas pada
atau sindrom warna kulit atau bantu dengan selang membran kapiler
komparteme normal, endotrakeal dan alveoli.
n torakal GDA dalam temaptkan pasien pada Suplemen oksigen
sekunder renatng ventilator mekanis sesuai meningkatkan jumlah
terhadap luka normal, pesanan bila terjadi oksigen yang tersedia
bakar bunyi nafas insufisiensi pernafasan untuk jaringan. Ventilasi
sirkumfisial bersih, tak (dibuktikan dnegna mekanik diperlukan
dari dada ada hipoksia, hiperkapnia, untuk pernafasan
atau leher. kesulitan rales, takipnea dan dukungan sampai pasie
bernafas. perubahan sensorium). dapat dilakukan secara
Anjurkan pernafasan mandiri.
dalam dengan
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam Pernafasan dalam
selama tirah baring. mengembangkan
Pertahankan posisi semi alveoli, menurunkan
fowler, bila hipotensi tak resiko atelektasis.
ada.
Memudahkan ventilasi
Untuk luka bakar sekitar dengan menurunkan
torakal, beritahu dokter tekanan abdomen
bila terjadi dispnea terhadap diafragma.
disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk Luka bakar sekitar
pembedahan eskarotomi torakal dapat membatasi
sesuai pesanan. ekspansi adda.
Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan ekspansi
dada.
Resiko tinggi Pasien bebas Pantau:
infeksi dari infeksi.- Penampilan luka bakar Mengidentifikasi
berhubungan Kriteria (area luka bakar, sisi indikasi-indikasi
dengan evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan atau
Pertahanan ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil
primer tidak pembentuka tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.
adekuat; n jaringan setiap 8 jam.
kerusakan granulasi - Suhu setiap 4 jam.
perlinduinga baik. - Jumlah makanan yang
n kulit; dikonsumsi setiap kali
jaringan makan.
traumatik. Bersihkan area luka Pembersihan dan
Pertahanan bakar setiap hari dan pelepasan jaringan
sekunder lepaskan jarinagn nekrotik meningkatkan
tidak nekrotik (debridemen) pembentukan granulasi.
adekuat; sesuai pesanan. Berikan
penurunan mandi kolam sesuai
Hb, pesanan,
penekanan implementasikan
respons perawatan yang Antimikroba topikal
inflamasi ditentukan untuk sisi membantu mencegah
donor, yang dapat ditutup infeksi. Mengikuti
dengan balutan vaseline prinsip aseptik
atau op site. melindungi pasien dari
Lepaskan krim lama dari infeksi. Kulit yang
luka sebelum pemberian gundul menjadi media
krim baru. Gunakan yang baik untuk kultur
sarung tangan steril dan pertumbuhan baketri.
beriakn krim antibiotika
topikal yang diresepkan Temuan-temuan ini
pada area luka bakar mennadakan infeksi.
dengan ujung jari. Kultur membantu
Berikan krim secara mengidentifikasi
menyeluruh di atas luka. patogen penyebab
Beritahu dokter bila sehingga terapi
demam drainase purulen antibiotika yang tepat
atau bau busuk dari area dapat diresepkan.
luka bakar, sisi donor Karena balutan siis
atau balutan sisi tandur. tandur hanya diganti
Dapatkan kultur luka dan setiap 5-10 hari, sisi ini
berikan antibiotika IV memberiakn media
sesuai ketentuan. kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Tempatkan pasien pada Kulit adalah lapisan
ruangan khusus dan pertama tubuh untuk
lakukan kewaspadaan pertahanan terhadap
untuk luka bakar luas infeksi. Teknik steril
yang mengenai area luas dan tindakan perawatan
tubuh. Gunakan linen perlindungan
tempat tidur steril, lainmelindungi pasien
handuk dan skort untuk terhadap infeksi.
pasien. Gunakan skort Kurangnya berbagai
steril, sarung tangan dan rangsang ekstrenal dan
penutup kepala dengan kebebasan bergerak
masker bila memberikan mencetuskan pasien
perawatan pada pasien. pada kebosanan.
Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan
pasien untuk Melindungi terhadap
menghilangkan tetanus.
kebosanan.
Bila riwayat imunisasi
tak adekuat, berikan Ahli diet adalah
globulin imun tetanus spesialis nutrisi yang
manusia (hyper-tet) dapat mengevaluasi
sesuai pesanan. paling baik status nutrisi
Mulai rujukan pada ahli pasien dan
diet, beriakn protein merencanakan diet
tinggi, diet tinggi kalori. untuk emmenuhi
Berikan suplemen nutrisi kebuuthan nutrisi
seperti ensure atau penderita. Nutrisi
sustacal dengan atau adekuat memabntu
antara makan bila penyembuhan luka dan
masukan makanan memenuhi kebutuhan
kurang dari 50%. energi.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonst yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan rasikan sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan hilang dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
jaringan; anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
pembentukan Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
edema. evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
Manipulasi menyangkal perpindahan interstitial
jaringan nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
cidera contoh melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
debridemen perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
luka. nyaman, selimut ekstra untuk Panas dan air hilang
ekspresi memberikan kehangatan. melalui jaringan luka
wajah dan bakar, menyebabkan
postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. Tindakan
rileks. temapt tidur bila eksternal ini membantu
diperlukan. menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri
Bantu dengan dengan
pengubahan posisi setiap mempertahankan berat
2 jam bila diperlukan. badan jauh dari linen
Dapatkan bantuan temapat tidur terhadap
tambahan sesuai luka dan menuurnkan
kebutuhan, khususnya pemajanan ujung saraf
bila pasien tak dapat pada aliran udara.
membantu membalikkan Menghilangkan tekanan
badan sendiri. pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
kerusakan menunjukka mengitari ekstermitas indikasi-indikasi
perfusi n sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan atau
jaringan, tetap pantau status penyimpangan dari hasil
perubahan adekuat. neurovaskular dari yang diharapkan.
disfungsi Kriteria ekstermitas setaip 2 jam.
neurovaskule evaluasi: Pertahankan ekstermitas Meningkatkan aliran
r perifer warna kulit bengkak ditinggikan. balik vena dan
berhubungan normal, menurunkan
dengan menyangkal Beritahu dokter dengan pembengkakan.
Penurunan kebas dan segera bila terjadi nadi
interupsi kesemutan, berkurang, pengisian Temuan-temuan ini
aliran darah nadi perifer kapiler buruk, atau menandakan keruskana
arterial vena, dapat diraba. penurunan sensasi. sirkualsi distal. Dokter
contoh luka Siapkan untuk dapat mengkaji tekanan
bakar seputar pembedahan eskarotomi jaringan untuk
ekstremitas sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan
dengan terhadap intervensi
edema. bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukk Kaji catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas an kedalaman luka, dasar tentang kebutuhan
kulit b d regenerasi perhatikan jaringan penanaman kulit dan
kerusakan jaringan nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
permukaan Kriteria sekitar luka. tentang sirkulasi pada
kulit hasil: aera graft.
sekunder Mencapai Lakukan perawatan luka
destruksi penyembuha bakar yang tepat dan Menyiapkan jaringan
lapisan kulit. n tepat tindakan kontrol infeksi. untuk penanaman dan
waktu pada menurunkan resiko
area luka Pertahankan penutupan infeksi kegagalan kulit.
bakar. luka sesuai indikasi.
Kain nilon membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
Tinggikan area graft bila yang melekat pada
mungkin tepat. permukaan luka sampai
Pertahankan posisi yang lepasnya atau
diinginkan dan mengelupas secara
imobilisasi area bila spontan kulit
diindikasikan. repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan balutan pembengkakan
diatas area graft baru dan membatasi resiko
atau sisi donor sesuai pemisahan graft.
indikasi. Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang
ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi
dengan krim, beberapa penyembuhan optimal.
waktu dalam sehari, Area mungkin ditutupi
setelah balutan dilepas oleh bahan dengan
dan penyembuhan permukaan tembus
selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan bantu donor yang sembuh
prosedur bedah balutan memerlukan perawatan
biologis. khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil dari


kulit orang itu sendiri
orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari
berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar,
kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang
luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien
dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
makin berkembang pula teknik cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai
medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan
luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada
dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Majid,Abdul.2013.Buku Pintar Perawatan Pasien Luka Bakar.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa
indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian

Anda mungkin juga menyukai