Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN TINGKAT

ANSIETAS, TINGKAT DEPRESI DAN


TINGKAT NYERI PADA PASIEN KANKER PARU
Mariati Br Gurning

Divisi Psikosomatik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan

Pendahuluan
Insidensi penyakit kanker terus meningkat di seluruh dunia. Kanker paru adalah salah satu
jenis kanker yang paling sering dan menyebabkan 17,6% dari total kematian terkait kanker.1
Kanker paru memiliki survival rate 5 tahun hanya 15% walaupun terdapat kemajuan pengobatan.
Tingkat keparahan kanker paru mempengaruhi kondisi fisik dan emosional pasien.2
Defisiensi nutrisi sering terjadi pada pasien dengan kanker paru, khususnya pada penyakit
yang lanjut atau metastasis. Status nutrisi mempengaruhi faktor prognosis dan kualitas hidup
pasien. Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker mencapai 40-80%. Etiologi malnutrisi pada
pasien kanker adalah kompleks dan multifaktor karena dipengaruhi oleh lokasi dan tipe tumor,
stadium penyakit, efek samping pengobatan, status fungsional dan lainnya.3,4
Gangguan subjektif seperti kehilangan nafsu makan (anoreksia) dan kondisi kehilangan
massa otot dan jaringan lemak secara progresif (kaheksia) sering terjadi bersamaan.4 Kondisi ini
disebut cancer anorexia-cachexia syndrome (CACS) yang didiagnosa pada 80% pada mereka
dengan stadium terminal.5,6 Skrining status nutrisi penting dilakukan untuk mengidentifikasi
pasien yang beresiko malnutrisi sehingga dapat segera dilakukan suatu intervensi yang tepat untuk
mencegah perburukan.7
Gangguan psikologis seperti ansietas dan depresi sering terjadi pada pasien kanker.
Beberapa penyebab yang berperan adalah status ekonomi, nyeri, efek samping pengobatan dan
gangguan nutrisi.8 Penelitian bertujuan untuk menilai hubungan status nutrisi dengan tingkat
ansietas, depresi dan nyeri pada pasien kanker paru.

1
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
(RSUP HAM). Sampel penelitian ini adalah pasien dengan kanker paru yang menjalani perawatan
di departemen pulmonologi di RSUP HAM. Pengumpulan data dilakukan pada Februari 2019.
Kriteria inklusi adalah penderita kanker paru berusia minimal 18 tahun. Kriteria eksklusi yaitu
sudah mendapat obat kemoterapi.
Untuk menilai status nutrisi, kuesioner Mini-Nutritional Assesment (MNA) digunakan.
Sistem MNA dibuat oleh Guigoz dan saat ini digunakan di USA dan Eropa. Terdiri dari
pertanyaan yang berhubungan dengan parameter antropometrik seperti indeks massa tubuh (IMT),
diameter lingkar lengan atas, diameter lingkar betis, penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir,
pola hidup, pola makan (jumlah kalori; protein, buah, sayuran dan cairan), derajat mobilitas,
penilaian diri sendiri mengenai status nutrisi dan status kesehatan. Nilai maksimum 30 poin. Nilai
normal 24-30, resiko malnutrisi 17-23.5 dan nilai dibawah 17 mengindikasikan malnutrisi.9
Ansietas dan depresi dinilai dengan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale
(HADS). Kuesioner ini dibuat untuk mengidentifikasi gejala depresi non-somatik. Skala ini
banyak digunakan pada pasien kanker yang menjalani perawatan paliatif. Penelitian ini
menggunakan masing-masing 7 kuesioner HADS untuk menilai depresi dan ansietas. Setiap
pertanyaan bernilai 0-3, sehingga total skor adalah 21. Skor dibawah 8 berarti normal; skor 8-10
berarti borderline; skor di atas 10 berarti ansietas/depresi.9
Untuk menilai nyeri, digunakan Visual Analog Scale (VAS). Skala ini sangat mudah
digunakan dengan nilai skor 0-10. Nilai 1-3 merupakan nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang dan 7-10
nyeri berat.9

Statistik
Seluruh data dianalisa menggunakan perangkat lunak SPSS 22. Data demografi dianalisa
dengan statistik deskriptif, dalam jumlah dan persentase, selanjutnya bila distribusi data normal
akan dilaporkan dalam mean ± standar deviasi sedangkan bila distribusi data tidak normal akan
dilaporkan dengan nilai median (minimal-maksimal). Hubungan antara status nutrisi dengan
tingkat ansietas, tingkat depresi dan tingkat nyeri menggunakan uji korelasi Pearson atau uji
korelasi Spearman. Nilai P < 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

2
Hasil
Tabel 1 adalah data demografi 28 pasien kanker paru, laki-laki 24 orang ( 85,7%) dan
wanita 4 orang (14,3%). Median usia pasien adalah 55,5 (24 - 71) tahun. Sebagian besar
berprofesi sebagai petani (50%).

Tabel 1. Karakteristik demografi pasien kanker paru di RSUP HAM


Variabel n = 28 pasien
Jenis kelamin
Laki-laki 24 ( 85,7%)a
Perempuan 4 (14,3%)
Usia (tahun) 55 (24-71)b
Pekerjaan
Wiraswasta 6 (21,4%)a
Pegawai 4 (14,3%)
Petani 14 (50%)
Ibu rumah tangga 4 (14,3%)
Pendidikan
SD 9 (32,1%)a
SMP 4 (14,3%)
SMU 12 (42,9%)
Perguruan Tinggi 3 (10,7%)
IMT
Underweight 4 (14,3%)a
Normal 19 (67,9%)
Overweight-Obese 5 (17,9%)
a
data kategorik : n(%)
b
data numerik, distribusi tidak normal : median (nilai minimum-nilai maksimum)

Tabel 2 adalah data mengenai status nutrisi, tingkat ansietas, tingkat depresi dan tingkat
nyeri. Berdasarkan skor MNA, sebanyak 92% mengalami masalah malnutrisi. Berdasarkan Skor
HADS-ansietas, didapatkan 53,6% mengalami gangguan ansietas. Berdasarkan Skor HADS-
depresi, didapatkani 82,2% mengalami gangguan depresi. Berdasarkan Skor VAS, 53,6%
memiliki persepsi nyeri yang ringan.

Tabel 2. Status nutrisi, tingkat ansietas, tingkat depresi dan tingkat nyeri

3
Skala Grup Range skor N (%)
MNA
Malnutrisi 0-16.5 10 (35,7%)
Beresiko malnutrisi 17-23.5 16 (57,1%)
Normal 24-30 2 (7,1%)
HADS-A
Normal 0-7 13 (46,4%)
Borderline 8-10 10 (35,7%)
Ansietas 11-21 5 (17,9%)
HADS-D
Normal 0-7 5 (17,9%)
Borderline 8-10 8 (28,6%)
Depresi 11-21 15 (53,6%)
VAS
Ringan 1-3 15 (53,6%)
Sedang 4-6 8 (28,6%)
Berat 7-10 5 (17,9%)
HADS-A, Hospital Anxiety and Depression Scale for anxiety; HADS-D, Hospital Anxiety and
Depression Scale for depression; MNA, Mini- Nutritional Assessment

Tabel 3 menunjukkan perbedaan tingkat ansietas, depresi dan nyeri berdasarkan status
nutrisi. Pasien dengan status nutrisi yang normal menunjukkan tingkat ansietas dan tingkat depresi
yang lebih rendah.
Tabel 3. Perbandingan tingkat ansietas, depresi dan nyeri berdasarkan status nutrisi
MNA N Mean Median
HADS-A
Malnutrisi 10 9 (2,45) 9,5 (5-12)
Beresiko malnutrisi 16 6,88 (1,99) 7 (4-11)
Normal 2 6 (1,41) 6 (5-7)
HADS-D
Malnutrisi 10 13,9 (2,18) 14 (11-18)
Beresiko malnutrisi 16 11,38 (2,8) 11 (7-16)
Normal 2 8,5 (2,12) 8,5 (7-10)
VAS
Malnutrisi 10 4.6 (2,01) 3,5 (3-8)
Beresiko malnutrisi 16 4,06 (1,98) 3,5 (1-8)
Normal 2 3 3
HADS-A, Hospital Anxiety and Depression Scale for anxiety; HADS-D, Hospital Anxiety and
Depression Scale for depression; MNA, Mini- Nutritional Assessment

4
Gambar 1 menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara status nutrisi dengan
tingkat ansietas (r= - 0,562; p <0,001), status nutrisi dan tingkat depresi (r= - 0,677; p < 0,001).
Sedangkan hubungan antara status nutrisi dengan tingkat nyeri didapatkan tidak signifikan (r = -
0,092; p =0,643).

r = - 0,562
p < 0,001

r = - 0,677
p < 0,001

5
r = - 0,092
p =0,643

Gambar 1. Korelasi antara skor MNA, skor HADS dan VAS

Diskusi
Penelitian ini mendapatkan gangguan nutrisi, gangguan cemas dan depresi sering terjadi
pada pasien kanker. Status nutrisi yang buruk dapat meningkatkan morbiditas. Penilaian status
nutrisi sangat penting. The Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) mendapatkan bahwa
frekuensi penurunan berat badan pada pasien kanker tergantung pada subtipe kanker (30% - 87%).
Kanker paru digolongkan dengan frekuensi intermediat.9,10
Gioulbasanis et al, meneliti status nutrisi pada pasien kanker paru dan mendapatkan 46,2%
beresiko malnutrisi dan 26,0% yang mengalami malnutrisi. Penelitian ini mendapatkan pasien
dengan resiko malnutrisi sebanyak 57,1% dan pasien dengan malnutrisi sebanyak 35,7%.11
Penelitian Chabowski et al mendapatkan pasien dengan resiko malnutrisi 33,33% dan pasien
dengan malnutrisi 23,02%.9
Giannousi et al mendapatkan korelasi yang signifikan antara skor MNA dengan skor
depresi (r= -0.275; P= 0.002), tetapi korelasi antara skor MNA dengan skor ansietas didapatkan
tidak signifikan.12 Chabowski et al juga mendapatkan korelasi yang signifikan antara skor MNA
dengan skor depresi (r= -0.604; p<0.001). Chabowski et al juga mendapatkan korelasi yang
signifikan antara skor MNA dengan skor ansietas (r= -0.675; p<0.001) dan skor VAS (r= -0.646;
p < 0,001).9 Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian – penelitian sebelumnya yaitu
didapatkan korelasi negatif yang signifikan antara skor MNA dengan tingkat ansietas (r= - 0,562;
p <0,001), tingkat depresi (r= -0,677; p< 0.001). Perburukan status nutrisi berhubungan dengan

6
perburukan gangguan cemas dan depresi. Sedangkan hubungan antara status nutrisi dengan tingkat
nyeri didapatkan tidak signifikan (r = - 0,092; p =0,643).

Limitasi Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pasien yang heterogen berdasarkan
usia, komorbiditas, tipe histologi, status ekonomi dan sebagainya. Keterbatasan lainnya adalah
tidak dilakukan pemantauan selanjutnya mengenai penyakit pasien, yang dapat menerangkan
perjalanan alamiah status nutrisi dengan morbiditas dan mortalitas.

Kesimpulan
Prevalensi yang tinggi dari gangguan nutrisi, gejala somatik dan gangguan psikologis pada
pasien dengan kanker paru. Korelasi yang signifikan antara level depresi, level ansietas dengan
status nutrisi. Diperlukan intervensi psikoterapi dan farmakologi yang lebih awal untuk mencegah
perburukan

7
Daftar Pustaka

1. Dela Cruz CS, Tanoue LT, Matthay RA. Lung cancer: epidemiology, etiology, and
prevention. Clin Chest Med. 2011;32:605-44.
2. Didkowska J, Wojciechowska U, Mańczuk M, et al. Lung cancer epidemiology:
contemporary and future challenges worldwide. Ann Transl Med. 2016;4:150.
3. Pressoir M, Desne S, Berchery D, et al. Prevalence, risk factors and clinical implications of
malnutrition in french comprehensive cancer centres. Br J Cancer.2010;102(6):966-971.
4. Wu BW, Yin T, Cao WX, et al. Clinical application of subjective global assessment in
Chinese patients with gastrointestinal cancer. World J Gastroenterol. 2009;15(28):3542-
3549.
5. Fearon K, Strasser F, Anker SD, et al. Definition and classification of cancer cachexia: An
international consensus. Lancet Oncol. 2011;12(5):489-495.
6. Del Ferraro C, Grant M, Koczywas M, et al. Management of Anorexia-Cachexia in Late
Stage Lung Cancer Patients. J Hosp Palliat Nurs. 2012;14.
7. Moreland SS. Nutrition screening and counseling in adults with lung cancer: a systematic
review of the evidence. Clin J Oncol Nurs. 2010;14:609-14.
8. Jadoon NA, et al. Assessment of depression and anxiety in adult cancer outpatients: a cross-
sectional study. BMC Cancer. 2010;10:594.
9. Chabowski M, Polański J, Polańska BJ, Janczak D, Rosińczuk J. Is nutritional status associated
with the level of anxiety, depression and pain in patients with lung cancer? J Thorac Dis.
2018;10(4):2303-2310.
10. Dewys WD, Begg C, Lavin PT, et al. Prognostic effect of weight loss prior to chemotherapy
in cancer patients. Eastern Cooperative Oncology Group. Am J Med.1980;69:491-7.
11. Gioulbasanis I, Baracos VE, Giannousi Z, et al. Baseline nutritional evaluation in metastatic
lung cancer patients: Mini Nutritional Assessment versus weight loss history. Ann Oncol
2011;22:835-41.
12. Giannousi Z, Gioulbasanis I, Pallis AG, et al. Nutritional status, acute phase response and
depression in metastatic lung cancer patients: correlations and association

Anda mungkin juga menyukai