Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengertian
Menurut World Health Organization dalam Winkel (1991) disebutkan : Sehat adalah
suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,mental dan social secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Dedinisi ini
memberikan gambaran yang luas dalam keadaan sehat,mencangkup berbagai aspek
sehingga diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup. dapat memanfaatkan
segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada
kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.

Kesehatan mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis. Seseorang


memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga sehat. Jiwa
mental yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang akan terjaga. Ia
tidak akan mengalami kegoncanagn, kekacauan jiwa (stres), frustasi, atau penyakit
kejiwanaan lainya. Dengan kata lain orang yang memiliki kecerdasan baik secara
intelektul, emosional maupun spiritual pada umumnya adalah pribadi yang normal
dan memiliki mental yang sehat. Orang yang metalnya sehat adalah mereka yang
memiliki ketenanagn batin dan kesegaran jasmani.

1.1 Ciri-ciri Mental yang Sehat

Untuk memahami jiwa yang sehat dapat diketahui dari berapa


ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat. Dari Organisasi
Kesehatan Dunia pada tahun 1959 memberikan batasan mental yang
sehat adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan


meskipun kenyatan itu buruk baginya;

2. Memperoleh kepuasan dan hasil jerih payah usahanya;

3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima;

4. Secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas;

5. Berhubungan dengan orang lain tolong menolong dan saling


memuaskan;

6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran


dikemudian hari;

7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyeleseian yang kreatif


dan konstruktif;

8. Mempunyai rasa kasih sayang yang benar.


Kriteria tersebut disempurnakan dengan menambah satu
elemen spiritual (agama). Sehingga kesehatan mental ini bukan sehat
dari segi fisik, psikologis, dan sosial saja melainkan juga sehat dalam
arti spiritual. [4]Dan tidak kalah pentingnya dalam memahami
prinsip-prinsip kesehatan mental, yang dimaksud prinsip-prinsip
kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam
dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar
dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a) Mempunyai self image (gambaran diri) dan sikap terhadap diri


sendiri yang positif;

b) Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa


dalam menghadapi problem hidup termasuk stress;

c) Mampu mengaktualisasikan secara optimal, guna


berproses mencapai kematangan;

d) Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain;

e) Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang


dilakukan;

f) Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna


dan tujuan bagi hidupnya.

1.2 Penggolongan Masalah Kesehatan Mental

Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga jenis
kondisi yang paling umum terjadi.

Stres

Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik
secara emosi maupun mental.

Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung.
Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus
tertentu, memicu depresi.

Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.

Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:

 Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.


 Enggan makan atau makan secara berlebihan.
 Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
 Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
 Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.

Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:

 Gangguan tidur
 Lelah
 Sakit kepala
 Sakit perut
 Nyeri dada
 Nyeri atau tegang pada otot
 Penurunan gairah seksual
 Obesitas
 Hipertensi
 Diabetes
 Gangguan jantung

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres, sebagian di


antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau tuntutan di dalam
pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah mengidentifikasi akar
permasalahan dan mencari solusinya.

Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-nasihat


yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:

 Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak
dapat diubah.
 Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi di
dalam hidup ada hikmahnya.
 Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang sedang
dialami.
 Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
 Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan
ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
 Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna
meningkatkan rasa percaya diri.
 Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
 Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang lain.
Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi masalah,
terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki masalah lebih berat
dari yang dialaminya.
 Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau menggunakan
narkoba.
 Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen
waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.

Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa


cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk
terhadap kehidupan sehari-harinya.

Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu
saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun
pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu
sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke
waktu.

Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa muncul
pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri, menjadi
mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.

Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan kecemasan
antara lain:

 Sulit tidur
 Badan gemetar
 Mengeluarkan keringat secara berlebihan
 Otot menjadi tegang
 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Lelah
 Sakit perut atau kepala
 Pusing
 Mulut terasa kering
 Kesemutan

Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, beberapa faktor
diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya adalah trauma akibat
intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar ataupun keluarga.

Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang diwariskan dari orang tua,
dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan noradrenalin di dalam otak yang
berfungsi mengendalikan suasana hati. Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh
penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter melalui


beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup tidur, mengurangi
asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang lainnya, tidak merokok, berola
raga secara rutin, dan melakukan metode relaksasi sederhana, seperti yoga atau
meditasi.

Jika pengobatan mandiri tidak memberikan perubahan, disarankan untuk


berkonsultasi dengan dokter. Penanganan dari dokter biasanya meliputi pemberian
obat-obatan antiansietas serta terapi kognitif.

Depresi

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya


terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah
fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak
jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan
pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.

Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:

 Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.


 Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
 Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
 Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
 Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
 Tidak acuh terhadap orang lain.
 Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat
terjadi:

 Gangguan tidur dan badan terasa lemah.


 Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
 Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
 Libido turun dan muncul sembelit.
 Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
 Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.

Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari peristiwa dalam
hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang dicintai, merasa kesepian,
hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap depresi.

Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh penderitaan
akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan gangguan jantung,
cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman beralkohol berlebihan dan
obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik dalam keluarga.
Dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala-gejala depresi selama
lebih dari dua minggu dan tidak kunjung mereda. Apalagi jika gejala depresi tersebut
sampai mengganggu proses pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial,

Penanganan depresi oleh dokter akan disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi
yang diderita masing-masing pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi,
pemberian obat-obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.

Menurut sebuah penelitian, sebanyak 75% orang dengan gangguan mental mengaku
pernah mengalami stigma negatif dari masyarakat. Angka tersebut seakan-akan
menggambarkan perilaku masyarakat kita yang minim edukasi, tapi mengedepankan
persepsi. Banyak orang masih beranggapan bahwa kesehatan dan gangguan mental
adalah sesuatu yang tabu dan layak untuk dihindari. Banyak isu-isu yang sengaja
tidak dibicarakan karena pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait kesehatan
mental masih sebatas hal gaib yang hanya dapat disembuhkan oleh dukun.

Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai persepsi negatif atau stigma yang
salah tentang kesehatan dan gangguan mental di masyarakat kita.

1. Introver Sama Dengan Ansos (Anti Sosial)

Introver merupakan salah satu dimensi kepribadian manusia. Seorang introver adalah
seseorang yang merasa kesendirian membantunya untuk lebih berenergi. Mereka yang
memiliki kepribadian introver menganggap dengan berada di keramaian maka,
energi mereka akan tersedot habis. Itulah mengapa oarang-orang introver lebih
memilih untuk menyendiri. Dengan menyendiri mereka merasa mendapatkan energi
dan semangat baru sehingga mereka lebih nyaman dengan kondisi yang demikian.

Baca juga: Kepribadian Introver: Mengenal Mereka yang Senang Berteman Sepi
dan Dirinya Sendiri di sini.

Mereka yang introver bukan berarti tidak memiliki teman atau anti dengan kehidupan
sosial. Namun, ketika membangun hubungan dengan orang lain, mereka lebih
mengedepankan kualitas dibandingkan dengan kuantitas interaksi. Orang introver
lebih memilih untuk membentuk kelompok pertemanan yang intim dibandingkan
jaringan pertemanan yang luas.

2. Orang Dengan Bipolar Disebut Gila

Gangguan bipolar memang merupakan gangguan mood yang dikenal memiliki dua
fase, yaitu manik dan depresif. Seseorang dengan gangguan bipolar dapat berubah
dengan cepat dari yang awalnya sangat senang (manik), tiba-tiba menjadi sangat sedih
(depresif). Namun, bukan berarti orang dengan gangguan bipolar adalah orang
gila hanya karena mood swing yang tiba-tiba.
Orang-orang dengan gangguan bipolar adalah manusia yang sama seperti kita. Hanya
saja, mereka memiliki gangguan perasaan yang apabila ditangani dengan tepat maka
gangguan tersebut dapat dikontrol. Mariah Carey, Demi Lovato, Kurt Cobain, hingga
Marshanda adalah beberapa contoh orang-orang dengan bipolar yang mampu
menjalani hidup seperti manusia pada umumnya. Mereka mampu berkembang
menjadi pribadi yang berkualitas dan menjalani peran sosialnya dengan baik. Maka
dari itu, stigma “gila” pada bipolar adalah stigma yang tidak beralasan bahkan tanpa
dasar. Sayangnya kita sudah melabeli bipolar dengan label negatif.

3. Depresi Disebabkan Karena Kurang Iman dan Kurang Bersyukur

Orang-orang yang mengalami depresi seringkali mendapat cemoohan bahwa mereka


kurang dekat dengan Tuhan, kurang beribadah, atau cemoohan seperti kurang
bersyukur. Padahal komentar yang mencemooh tersebut justru akan semakin
membuat orang dengan depresi semakin tenggelam dalam fase
depresinya. Gangguan depresi adalah gangguan suasana hati yang berdampak pada
penurunan kondisi emosi, fisik dan pikiran akibat sedih, hampa dan ketidakberdayaan
berkepanjangan.

Depresi bukan tentang bersyukur. Orang-orang dengan depresi klinis memiliki rasa
rendah diri yang besar, memiliki perasaan bersalah yang tinggi, dan bahkan memiliki
keinginan untuk mati. Depresi juga bukan karena kurangnya ibadah dan hubungan
dengan Tuhan. Seseorang yang mengalami depresi juga pergi beribadah ke gereja,
melakukan meditasi bagi penganut Budha, rajin sholat serta puasa bagi Muslim, tetapi
masih saja depresi. Mereka masih mengalami depresi, panic
attack, melakukan self-cutting, dan masih berpikir untuk bunuh diri. Jadi, depresi
tidak hanya sekadar tentang tingkat keimanan, ketagwaan, dan relasi seseorang
terhadap Tuhannya. Namun, depresi lebih dari itu. Depresi adalah gangguan yang
membuat orang dengan gangguan ini sakit. Orang yang depresi adalah orang sakit
yang seharusnya diberi perawatan khusus oleh para ahli dan profesional. Maka dari
itu, pernyataan depresi disebabkan karena kurang dekat dengan Tuhan, kurang
beribadah dan bersyukur adalah stigma yang salah. Stigma tersebut justru
memperburuk kondisi dan perasaan orang yang mengalami depresi.

4. Seseorang Dengan Gangguan Mental Tidak Akan Sukses

Orang-orang dengan gangguan mental, seperti bipolar, schizophrenia, ADHD, dan


sebagainya bukan berarti tidak akan mencapai kualitas hidup yang baik. Mereka sama
seperti manusia pada umumnya yang memiliki kesempatan untuk sukses, asalkan
ditangani dengan tepat. Orang-orang dengan gangguan mental sebenarnya berada
pada kondisi kesehatan yang dapat mengubah pemikiran, perasaan, atau perilakunya.
Hal tersebut yang menyebabkan mereka terkadang kesulitan dalam menjalankan
fungsinya sebagai manusia. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa berkembang
menjadi versi terbaik dari dirinya.

Beberapa figur publik diketahui telah terbuka dengan gangguan mental yang mereka
alami. Diantaranya, Jim Carrey, Catherine Zeta Jones, The Rock Johnson, Carrie
Fisher, J.K Rowling, Ted, Turner, Kristen Bell, dan lain sebagainya. Mereka
membuktikan bahwa depresi, kecemasan, ADHD, bipolar tidak menjadi
penghalang untuk tetap berkarya dan sukses.

5. Berbicara Dengan Diri Sendiri Adalah Gangguan Mental

Ada berapa banyak orang yang pada akhirnya membuka pembicaraan dengan diri
sendiri pada masa-masa sulit? Self-talk atau berbicara dengan diri sendiri bukan
merupakan gangguan mental. Sebaliknya, self-talk justru merupakan salah satu
cara untuk menjaga kesehatan mental. Self-talk adalah cara berdialog dengan
inner voice diri sendiri saat menghadapi berbagai macam situasi. Self-talk bisa
diucapkan dalam hati maupun dengan suara lantang.

Berbicara dengan diri sendiri terkadang menjadi hal yang penting. Apalagi, ketika kita
mengalami masa-masa sulit atau situasi yang dihadapkan pada berbagai
pilihan. Self-talk menjadi sebuah sugesti untuk diri yang akan membantu diri sendiri
menjadi lebih sadar dalam berpikir, merasa, dan bertindak.

6. Sibuk Dengan Dunianya Disebut Autis

Bagi orang-orang yang seringkali menatap layar handphone, terkadang mendapatkan


label autis dari lingkungannya. Label itu pun bisa juga didapatkan ketika ada
seseorang yang sibuk dengan “dunianya” sendiri, atau dunia yang tidak banyak
dipahami oleh orang. Namun, tahukah bahwa label autis yang disematkan tersebut
jauh sekali dari definisi autis sebenarnya.

Gangguan autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan


perkembangan pada anak yang ditandai oleh hambatan dalam berinteraksi sosial,
komunikasi, serta memiliki pola perilaku dan minat yang terbatas dan berulang.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk memakai autisme untuk melabeli dan
mencemooh orang yang sibuk dengan “dunianya”. Bisa jadi mereka yang sibuk
dengan handphone adalah mereka yang sedang membalas pesan penting dengan orang
terkasih. Bisa jadi orang-orang yang sibuk dengan”dunianya” adalah mereka yang
sedang berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang menjadi perhatiannya. Sekali
lagi, kata autis untuk melabeli orang apalagi bertujuan untuk sebuah candaan
adalah bentuk perilaku yang merendahkan karena #Autismebukancemoohan.

***

Sudah saatnya kita bersama-sama menghapus stigma yang salah tentang kesehatan
dan gangguan mental. Sudah saatnya, kita sebagai manusia tidak buru-buru
memberikan label terhadap orang-orang dengan gangguan mental tanpa adanya
pemahaman utuh terkait gangguan mental tersebut. Sudah saatnya, kita membuka
mata dan terbuka terkait isu-isu kesehatan mental yang telah lama kita abaikan.

Dengan demikian, maka dunia akan sangat mungkin menjadi tempat yang ramah bagi
siapapun, termasuk orang-orang dengan gangguan mental. Itu karena kita telah
menyadari betul bahwa kesehatan mental adalah bagian dari kesehatan diri sebagai
manusia. Gangguan mental tidak lagi jauh dari pemahaman kita, sehingga harapannya
tidak ada lagi alasan untuk kita membenarkan stigma yang salah tentang gangguan
dan kesehatan mental yang ada di masyarakat.

1.3 Penyebab

Penyebab Gangguan Mental


Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan mental. Namun, kondisi ini
diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan diuraikan
di bawah ini:

Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)

 Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.


 Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
 Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
 Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
 Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
 Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.
 Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang.
 Kekurangan nutrisi.

Faktor psikologis

 Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.


 Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
 Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
 Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
 Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.

1. Contoh gangguan mental


2. Bipolar

Mungkin anda pernah mendengar istilah yang satu ini, namun belum paham betul
tentang apa itu bipolar disorder. Bipolar disorder atau bisa disebut sebagai gangguan
bipolar merupakan sebuah gangguan yang disertai dengan dua episode mood yang
berbeda yang seringkali muncul pada diri individu. Perlu diingat, bahwa bipolar
masuk ke dalam masalah atau gangguan mood, dan bukan merupakan gangguan
kepribadian. Dalam bipolar ini, terdapat dua episode utama, yaitu episode manik atau
hipomanik, dan episode depresif yang muncul secara bergantian dalam jangka waktu
tertentu.
1. Narcism

Mungkin saat ini narsis banyak dikategorikan sebagai perilaku mempercantik dirinya
sendiri, atau menganggap dirinya cantik. Namun gangguan kepribadian narsistik ini
merupakan suatu kondisi dimana individu merasa bahwa dirinya memiliki rasa
kepentingan yang besar. Gangguan kepribadian ini ditunjukkan dengan beberapa ciri,
yaitu :

 Rasa kepentingan diri yang besar, seperti misalnya melebih – lebihkan bakat,
dan berusaha terlihat superior di mata orang lain
 Memiliki preokupasi terhadap khayalan akan keberhasilan, kekeuatan,
kecerdasan yang tidak terbatas
 Merasa yakin bahwa dirinya adalah satu – satunya, unik, dan membtuhkan
perlakuan khusus
 Memiliki kebutuhan akan rasa bangga yang besar
 Eksploitatif, mengambil keuntungan dari orang lain untuk dirinya sendiri
 Tidak memiliki empati
 Sering iri dengan orang lain, atau merasa yakin bahwa orang lain iri kepada
dirinya
 Memperlihatkan perilaku sombong

1. Depresion

Depresion atau depresi merupakan suatu kondisi suasana hati yang sangat buruk dan
telah berlangsung dalam sebuah kurun waktu tertentu. Pada saat mengalami depresi,
para penderita akan merasakan suasana hati sedih berkepanjangan, tidak memiliki
motivasi untuk beraktivitas, putus dari harapan, menyalahkan diri sendiri, hingga
kehilangan ketertarikan pada hal hal yang dahulunya menghibur.

Mereka yang mengalami depresi dalam taraf level parah, tak jarang yang memiliki
keinginan bunuh diri, dikarenakan kondisi kognitifnya menganggap bahwa kehidupan
yang di jalaninya tidaklah memiliki arti.

1. ADHD

ADHD atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder merupakan sebuah


gangguan psikologis yang muncul pada usia anak anak. ADHD biasanya sudah mulai
dapat terlihat pada saat anak anak mulai duduk di bangku sekolah, dan mulai dapat
bersosialisasi dengan orang lain, serta sudah memiliki suatu kewajiban untuk
menjalankan tugas tugas tertentu, seperti tugas sekolah, tugas rumah, dan juga
sebagainya.
ADHD itu sendiri adalah sebuah gangguan psikologis yang mana ia memiliki dua
gejala utamanya, yaitu terdapat ciri – cri hiperaktif dan ciri-ciri seperti sulit fokus
pada situasi ataupun tugas tertentu yang terlihat pada anak – anak. ADHD juga bukan
merupakan gangguan kepribadian, ataupun bagian daripada kepribadian, namun
gangguan ini termasuk ke-dalam gangguan perkembangan anak.

1. Graphomania

Seperti di lansir dalam psychologytoday Graphomania merujuk pada kondisi mental


yang abnormal dimana hal ini ditunjukkan dengan sebuah tulisan yang tidak teratur
dan pernyataan yang membingungkan. Kebanyakan isi dari tulisan tidak bermakna
dan tidak masuk akal dan juga menyerupai seperti graphorrhea.

Graphomania dalam konteks non-psikiatri fokus terhadap dorongan atau desakan atau
kebutuhan untuk menulis dan melakukan sebuah tindakan yang melampaui batas (dan
tidak seharusnya dalam konteks yang professional).

Dalam bukunya di tahun 1979 berjudul Laughter and Forgetting seorang novelis
bernama Milan Kundera mencatatkan bahwa: Graphomania (sebuah obsesi dalam
menulis buku) mengambil tingkat dalam wabah massa ketika masyarakat
mengembangkan pada poin dimana hal ini akan memberikan 3 kondisi dasar. (1)
Tingkat yang cukup tinggi dari kesejahteraan general ke masyarakat yang
memungkinkan untuk mencurahkan energinya untuk hal-hal yang tidak berguna; (2)
Sebuah negara maju dengan atomisasi sosial dan perasaan general yang individual; (3)
Ketiadaan radikal perubahan sosial yang signifikan dalam pengembangan internal
dalam sebuah negara. (dalam hubungannya, penulis menemukan symptomatic itu I
perancis, sebuah negara dimana tidak ada yang benar-benar terjadi, presentasi dari
penulis adalah 21 kali lebih tinggi daripada di Israel) (psychologytoday).

1. Dysgraphia

Dysgraphia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan para penderitanya


mengalami kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu dalamm sebuah tulisan. Istilah
ini mengacu pada bahasa yunani dys (gangguan) dan Graphia (membuat bentuk surat
dengan tulisan tangan). Dysgraphia merupakan sebuah permasalhan yang basisnya
berada pada otak. Hal ini bukan berarti dikarenakan anak malas. Mereka yang
mengalaminya biasanya akan mengalami kesulitan dalam menulis, walaupun hanya
satu baris saja.

1. Stage Fright
Stage Fright yang mana juga dapat diartikan sebagai demam panggung merupakan
sebuah kondisi kecemasan yang di alami oleh seseorang manakala ia hendak tampil di
depan umum.

Demam panggung ini merupakan sebuah gangguan psikis yang mana seseorang yang
mengalami stage fright ini akan muncu perasaan takut, khawatir, dan cemas yang
berhubungan dengan penampilan di depan khalayak ramai. Biasanya demam
panggung akan muncul pada saat seseorang hendak tampil di depan orang banyak
(umum). Gangguan psikis ini dapat menimpa siapa saja, entah itu laki-laki ataupun
perempuan.

Mereka yang mengalaminya akan merasakan kecemasan dan kekhawatiran, jika saja
apa yang di tampilkan tidak sesuai dengan harapan orang banyak. Atau dapat pula
disebabkan oleh rasa kecemasan dalam penampilannya jika apa yang ditampilkan
justru mempermalukan diri sendiri di hadapan orang banyak.

1. Insomnia

Insomnia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang untuk tidur selama


periode yang seharusnya, di saat orang orang normal tidur dengan lelap di malam hari.
Penyebab dari gangguan insomnia beberapa di antaranya adalah depresi, teman tidur
mendengkur, hingga gangguan kejiwaan. Sepuluh persen daripada jumlah penderita
insomnia mengatasi gangguan ini dengan penggunaan obat-obat tidur.

1. Paranoid

Gangguan kepribadian paranoid adalah salah satu bentuk gangguan daripada


kepribadian yang tergolong ke dalam golongan bizarre (aneh). Gangguan kepribadian
paranoid ini adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan para penderitanya
mengalami sebuah kondisi kecurigaan berlebihan yang berlangsung sangat lama dan
cenderung menetap. Walaupun paranoid itu sendiri adalah salah satu simptom
ataupun ciri yang akan muncul pada penderita gangguan psikosis seperti pada
skizofrenia, namun mereka yang mengalami gangguan kepribadian paranoid ini
bukanlah orang yang mengalami skizofrenia.

1. Addiction

Adiction atau adiksi merupakan sebuah istilah “kecanduan” yang mana para penderita
berada dalam kondisi yang sudah tidak lagi memiliki kendali kepada perilaku
kecanduannya. Sejak tahun 1964, WHO tak lagi menggunakan istilah ini (Addiction),
namun telah digantikan dengan “dependence” guna menyebut ketergantungan pada
zat.
1. OCD (Obsessive Complusive Disorder)

Obsessive compulsive disorder adalah salah satu gangguan psikologis yang mana
termasuk ke dalam sebuah gangguan kecemasan. Hal ini pun berarti, OCD adalah
salah satu gangguan psikologis yang mana muncul dalam diri seorang individu yang
disebabkan oleh kecemasan tertentu. Kecemasan yang sangat berlebihan ini akhirnya
akan membuat individu sangat obsesif pada suatu hal maupun situasi. Sedangkan
kompulsif itu sendiri merupakan perilaku berulang yang dilakukan oleh individu
sebagai cara untuk menghadapi daripada obsesinya.

1. Bulimia

Bulimia memiliki artian dalam bahasa Yunani seperti “lapar seperti sapi jantan”.
Gangguan ini pun memiliki cakupan episode, dalam mengkonsumsi makanan dalam
jumlah besar secara cepat, lalu diikuti dengan perilaku kompensatori seperti halnya
muntah, puasa dan olahraga secara berlebihan dalam mencegah bertambahnya bobot
dari tubuh. Bulimia nervosa tak didiagnosis jika makan secara berlebihan dan juga
pengurasan hanya terjadi di dalamm konteks anoreksia nervosa dan juga penurunan
berat badan ekstrim terkait dengannya.

1. Megalomania

Megalomania berasal daripada bahasa Yunani “Megalo” yang memiliki artian: sangat
besar, sangat hebat. Kata Megalomania itu sendiri jika diistilahkan, sebagai sebuah
sindrom kejiwaan pada diri manusia yang mana ia merupakan salah satu bentuk
ketidak normalan (abnormal). Dalam istilah bahasa indonesia itu sendiri,
megalomania memiliki artian kelainan jiwa yang ditandai oleh adanya sebuah
khayalan kekuasaan dan kebesaran dalam dirinya.

Secara medis, megalomania itu sendiri di artikan sebagai kondisi mental yang mana
pada penderitanya mengalami delusi tentang kebesaran diri secara berlebihan dan juga
perasaan kebesaran atas dirinya sendiri.

Megalomania ini merupakan salah satu dari gejala gangguan jiwa yang ditandai oleh
fantasi hebat maupun perilaku gaya hebat (namun secara realita tidaklah benar), selalu
ingin di puja, dan si penderita mengalami sebuah gangguan empati. Biasanya hal ini
ditandai dengan fantasi bahwasanya dirinya telah sukses tanpa dapat melihat batasan
dan realita, kuat, pandai, hebat, dan lain sebagainya. Memiliki kecenderungan untuk
membodoh-bodohkan orang lain, merasa cantik, dan paling ideal.
Tokoh psikoanalisa Sigmun Freud berpendapat bahwa megalomania merupakan suatu
bentuk narsisme ataupun perasaan mencintai pada diri sendiri secara berlebihan dalam
diri seorang manusia.

1. Alzehime

Alzehime atau gangguan Alzheimer merupakan sebuah penyakit atau kondisi kelainan
yang ditandai oleh penurunan daya ingat, kemampuan berbicara dan berpikir, serta
perubahan terhadap perilaku si penderita yang diakibatkan oleh gangguan di dalam
otak yang sifatnya progresif ataupun perlahan lahan.

1. Schizophrenia

Gangguan kesehatan mental yang ke 15 adalah skizorenia. Skizofrenia merupakan


sebuah gangguan mental kronis yang mana para penderitanya akan mengalami sebuah
delusi, pikiran kacau, halusinasi, dan juga perubahan pada perilaku. Kondisi ini pun
biasanya berlangsung sangat lama dan juga seringkali diartikan sebagai gangguan
mental yang membuat penderita sulit untuk mengingat, membedakan antara
kenyataan dengan yang ada dalam pikirannya sendiri.

1. Phobia

Gangguan Kesehatan Mental selanjutnya adalah phobia. Phobia adalah rasa takut
yang berlebihan pada objek ataupun situasi tertentu. Ketakutan yang dimiliki para
penderita adalah sangat berlebihan dan tak jarang menyebabkan kecemasan,
kepanikan parah, hingga depresi.

1. Anorexy

Anorexia merupakan sebuah gangguan makan yang memiliki gejala utama berupa
puasa secara berlebihan, tidak makan dalam waktu tertentu, dan memaksa untuk tidak
makan meskipun lapar. Hal ini membuat tubuh dari mereka yang mengalami anorexia
terlihat sangat kurus dan juga kering, bahkan hingga terlihat tulang – tulangnya.
Anehnya, meskipun sudah memiliki bentuk tubuh yang sangat kurus dan “tipis”
mereka yang mengalami anorexia ini tetap saja merasa bahwa berat badan mereka
tidak ideal, dan merasa terlalu gemuk.

1. Parkinson
Parkinson adalah sebuah penyakit yang mana para penderitanya mengalami
degenerasi sel saraf secara bertahap di otak bagian tengah yang mana fungsi dari otak
ini adalah untuk mengatur pergerakan dari tubuh. Gejala Parkinson yang diketahui
adalah terjadinya gemetar, atau tremor.

Gangguan Kesehatan Mental

Itulah beberapa ha yang dapat kita ketahui tentang jenis gangguan kesehatan mental
dan pernak-perniknya. Semoga dengan mengetahui beberapa gangguan kesehatan
mental di atas, kita dapat lebih perhatian pada kondisi diri kita sendiri khususnya dan
orang lain pada umumnya. Menjadi sehat adalah sebuah kenikmatan yang hanya dapat
kita dapatkan jika kita bersyukur dan berusaha untuk menjaganya. By: Muhamad
Fadhol Tamimy

Pengobatan Gangguan Mental


Pengobatan gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami dan
tingkat keparahannya. Selain terapi perilaku kognitif dan pemberian obat, dokter juga
akan menyarankan pasien menjalani gaya hidup yang sehat.

Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang bertujuan mengubah pola pikir
dan respons pasien, dari negatif menjadi positif. Terapi ini menjadi pilihan utama
untuk mengatasi gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, gangguan kecemasan,
gangguan bipolar, dan gangguan tidur.
Pada banyak kasus, dokter akan mengombinasikan terapi perilaku kognitif dan
obat-obatan, agar pengobatan menjadi lebih efektif.

Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita dan meningkatkan efektifitas
psikoterapi, dokter dapat meresepkan sejumlah obat berikut:

 Antidepresan, misalnya fluoxetine


 Antipsikotik, seperti aripiprazole.
 Pereda cemas, misalnya alprazolam.
 Mood stabilizer, seperti lithium.

Perubahan gaya hidup


Menjalani gaya hidup sehat dapat memperbaiki kualitas tidur penderita gangguan
mental yang juga mengalami gangguan tidur, terutama bila dikombinasikan dengan
metode pengobatan di atas. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

 Mengurangi asupan gula dalam makanan.


 Memperbanyak makan buah dan sayur.
 Membatasi konsumsi minuman berkafein.
 Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
 Mengelola stres dengan baik.
 Melakukan olahraga secara rutin.
 Makan cemilan dengan sedikit karbohidrat sebelum tidur.
 Tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.

Jika mengalami gangguan mental yang cukup parah, penderita perlu menjalani
perawatan di rumah sakit jiwa. Demikian juga jika penderita tidak bisa menjalani
perawatan mandiri atau sampai melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri
dan orang lain.

Komplikasi Gangguan Mental


Gangguan mental dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi,
maupun perilaku. Bahkan, satu gangguan mental yang tidak diatasi bisa memicu
gangguan mental lainnya. Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah:

 Perasaan tidak bahagia dalam hidup.


 Konflik dengan anggota keluarga.
 Kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain.
 Terasing dari kehidupan sosial.
 Kecanduan rokok, alkohol, atau NAPZA.
 Keinginan untuk bunuh diri dan mencelakai orang lain.
 Terjerat masalah hukum dan keuangan.
 Rentan sakit akibat sistem kekebalan tubuh menurun.

Pencegahan Gangguan Mental


Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:

 Tetap berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi.


 Berbagilah dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah.
 Lakukan olahraga rutin, makan teratur, dan kelola stres dengan baik.
 Tidur dan bangun tidur teratur pada waktu yang sama setiap harinya.
 Jangan merokok dan menggunakan NAPZA.
 Batasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.
 Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai.
 Segera ke dokter bila muncul gejala gangguan mental.

Anda mungkin juga menyukai