PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infus cairan intravena (Intravenous fluids infution) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemberian terapi cairan intravena merupakan suatu keharusan untuk di berikan pada
pasien yang mengalami kehilangan darah atau kehilangan cairan, gangguan
kesadaran, dan dehidrasi (M.Bouwhuizen 2002). Akan tetapi pemberian terapi cairan
intravena dapat menimbulkan berbagai bahaya, termasuk komplikasi lokal maupun
sistemik. Komplikasi lokal yang sering terjadi adalah nyeri (Brunner & Suddartths,
2001). Di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar diketahui bahwa masih banyak pasien
yang mengalami nyeri saat mendapatkan terapi cairan melalui infus. Angka kejadian
infeksi melalui jarum infus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dilaporkan
terdapat 53,8% penderita yang mengalami flebitis akibat pemasangan infus ketika
dirawat di rumah sakit (Widiyanto, 2002). Kejadian flebitis di RSUP. Dr. Sardjito
Jogjakarta mencapai 27,19 % (Baticola, 2002), Sedangkan Saryati (2002) menemukan
kasus flebitis di RSUD Purworejo sebanyak 18,8% kasus (http://wwwsehat
grup.com). Pada studi pendahuluan data yang diperoleh di IGD RSUD Mardi Waluyo
Blitar terdapat 4 pasien yang terpasang infus di ruang observasi, dari ke 4 pasien
tersebut terdapat 3 pasien yang mengalami flebitis, dari data tersebut menunjukkan
bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis pada saat mendapatkan terapi
cairan melalui infus. Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang
merupakan tugas perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang
pemasangan dan perawatan infus, prinsip prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji
dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik (Brunner & Suddrths, 2001). Jika
flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat
terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat
pengawasan dan observasi yang ketat (Kusyati Eni.NS. 2006). Penyebab flebitis
adalah iritasi fena oleh alat-alat intravena, obat-obatan, dan infeksi (Brunner &
Suddarths, 2001). Meskipun setiap ruangan mempunyai protap cara pemasangan dan
perawatan infus, namun dalam pelaksanaannya perawatan infus seperti memeriksa
tempat penusukan setiap hari, mengganti balutan pada pasien yang terpasang infus,
dan lain-lain, dalam kenyataannya masih ada yang tidak melakukannya. perawatan
infus merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya flebitis. Pencegahan
flebitis tidak hanya berfokus pada saat pemasangan infus saja, akan tetapi sesudah
pemasangan infus harus di lindungi sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Mencegah
dan minimalkan efek dari terapi intravena terutama terjadinya flebitis maka perawatan
infus harus di upayakan secara optimal. Perawat yang memperhatikan prinsip aseptik,
dapat mengurangi kejadian flebitis (Brunner & Suddarths, 2001).
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang
terpasang infus di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar ?
C. Tujuan penelitian
1. Mengidentifikasi perawatan infus di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar
2. Mengidentifikasi terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di IGD
RSUD Mardi Waluyo Blitar
3. Menganalisa hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis di IGD RSUD
Mardi Waluyo Blitar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wacana dan kepustakaan dalam penelitian lebih lanjut tentang
hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus
di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lanjut Usia
Untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
manfaat perawatan infus.
b. Bagi IGD RSUD Mardi Waluyo
Untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan tentang perawatan
pemasangan infus.
c. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Surya Mitra Husada Kediri
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman terutama bagi penelitian-penelitian
yang sudah ada serta dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa guna
memperluas pengetahuan tentang perawatan infus.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai
perawatn infus dan faktor-faktornya untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Infus
1. Pengertian infus
Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit,darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena
disesuaikandengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan
tubuh yang hilang.Pemberian cairan intravena merupakan salah satu tindakan
invasif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Pemberian cairan melalui infuse
adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami pengeluran
cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an mengingat
langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus
dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena
lengan (vena sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena safena) atau
vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-
anak).
Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan,
juga dapat dilakukan Pada pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.Dalam
penulisan makalah ini akan di jelaskan pengertian pemberian cairan infuse, jenis-
jenis cairan intravena, indikasi dan kontraindikasi, dan prosedur pemberian cairan
infuse, cara mengihitung cairan infus.
Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan
stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan
pada spuit.(Eni Kusyati 2006. hal:267)
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian merupakan penggambaran mengenai keseluruhan aktivitas peneliti
selama kerja penelitian, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan penelitian
(Nursalam, 2008). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah analitik
korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan pendekatan Kohort
(Rumengan, 2008)
B. Kerangka Kerja
kerangka kerja adalah suatu teori yang bisa diukur dan telah dikembangkan pada ilmu
keperawatan atau disiplin ilmu yang lain. Jadi kerangka kerja akan membantu peneliti
dalam menghubungkan hasil penemuan dengan ilmu pengetahuan (Nursalam, 2003).
Populasi :
Semua pasien yang ada di
IGD RSUD Mardi Waluyo
Pengumpulan Data
Wawancara :
Lembar observasi
Pengolahan Data :
Editing, Coding, Scoring,
Tabulating
Kesimpulan
Gambar 3.1 : Kerangka kerja Hubungan Perawatan Infus (Kompres Hangat) Dengan
Terjadinya Nyeri Pada Pasien Yang terpasang Infus di IGD RSUD
Mardi Waluyo
C. Populasi dan Sampel dan sampling
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono, 2009). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah
semua pasien yang ada di RSUD Mardi Waluyo Blitar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono,
2009). Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang berada diruang observasi
yang terpasang infus di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar berjumlah 6 responden.
3. Sampling
Sampling artinya cara atau metode pengambilan sampel. Sampling adalah
suatu proses dalam menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,
2003). Dalam penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah Accidental
sampling. Tehnik pelaksanaannya dengan mengambil semua populasi yang ada pada
saat itu dimana khusus pada pasien yang berada di ruang observasi IGD RSUD Mardi
Waluyo dan terpasang infus
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu simbol yang diberi angka atau nilai.
Variabel penelitian merupakan kongkrit dari kerangka konsep yang telah disusun
(Rumengan, 2008).
1. Variabel independent (variabel bebas)
Variabel bebas adalah variabel penyebab yang mempengaruhi variabel
terikat (Notoadmojo, 2005). Selanjutnya dalam penelitian ini variabel independent
yang diteliti oleh peneliti adalah perawatan infus (pemberian kompres hangat) di IGD
RSUD Mardi Waluyo Blitar.
2. Variabel dependent (variabel terikat)
Variabel terikat merupankan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Notoadmojo, 2005). Selanjutnya dalam penelitian ini variabel dependentnya
adalah nyer pada pasien yang terpasang infus di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah bagaimana suatu variabel dalam konsep yang jelas sehingga
dapat terukur dengan unsur-unsur atau elemen-elemen yang terkadang didalamnya
(Rumengan, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skore
Operasional
1 Hubungan perawatan Menilai Berdasarkan Waslap
infus (pemberian respon pasien SOP
kompres hangat) di yang perawatan Air
IGD RSUD Mardi diberikan infus hangat
Waluyo Blitar kompres
hangat
terhadap
pemasangan
infus
2 Nyeri pada pasien Menilai
yang terpasang nyeri yang
infus di IGD dirasakan
RSUD Mardi oleh pasien
Waluyo Blitar yang
terpasang
infus
G. Etika Penelitian
Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan permohonan ijin kepada kepala
ruang IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar. Kemudian melakukan observasi dan tanya
jawab kepada responden yang terpasang infus yang berada di ruang observasi dengan
menekankan masalah etik meliputi :
a. Informed Consent atau lembar persetujuan pada responden guna menghindari
suatu keadaan yang tidak diinginkan maka dari itu responden dipilih yang
bersedia diteliti dan telah menandatangan lembar persetujuan.
b. Anonimity (tanpa nama)
Responden hanya memberikan kode nama depannya saja dilembar kuesioner,
karena lembar jawaban kuesioner ini bersifat rahasia.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.
H. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Waktu dalam pemberian kompres hangat terlalu cepat karena pasien terkadang
cepat untuk pindah ruangan
2. Ada responden yang kurang kooperatif
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang “Hubungan Perawatan
Infus (Pemberian Kompres Hangat) Terhadap Terjadinya Nyeri Pada Pasien Yang Terpasang
Infus Di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar” yang dilakukan pada tanggal ................di IGD
RSUD Mardi Waluyo Blitar dengan menggunakan lembar observasi dan ......... yang
dibagikan kepada masing-masing responden dan kemudian diisi oleh responden.
Penyajian data dimulai dari gambaran lokasi penelitian, data umum yang meliputi
karakteristik responden, sedangkan data khusus meliputi tabulasi silang antar variabel.
33%
67%
Laki-laki Perempuan
C. Karakteristik Variabel
Pada bagian ini akan disajikan hasil penghitungan variabel yang diukur, yakni
variabel dependent (pemberian kompres hangat) dan variabel dependent (nyeri pada
pasien yang terpasang infus)
1. Distribusi frekuensi perawatan infus (pemberian kompres hangat)
Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi Perawatan Infus (pemberian kompres hangat) di IGD
RSUD Mardi Waluyo Blitar
Keterangan Frekuensi Persen
Tidak Dilakukan 2 30%
Dilakukan 4 70%
Total 6 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar 4 responden (60%)
dilakukan perawatn infus
2. Distribusi frekuensi nyeri pada pasien yang terpasang infus
Distribusi frekuensi nyeri pada pasien yang terpasang infus di IGD RSUD Mardi
Waluyo Blitar.
Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi nyeri pada pasien yang terpasang infus
Keterangan Frekuensi Persen
Terjadi nyeri 2 30%
Tidak terjadi nyeri 4 70%
Total 6 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa 6 responden (70%) menyatakan tidak
nyeri setelah diberikan kompres hangat
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Hubungan Perawatan
Infus (Pemberian Kompres Hangat) Terhadap Terjadinya Nyeri Pada Pasien Yang
Terpasang Infus Di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1
2
3
B. Saran
1. Bagi responden
Hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan informasi, pertimbangan
dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi
responden mengenai pemberian kompres hangat terhadap penuruanan nyeri pada
pasien yang terpasang infus.
2. Bagi rumah sakit / lahan penelitian
3. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk menganalisa faktor-faktor yang akan terjadi jika tidak dilakukan perawatan
infus