Anda di halaman 1dari 2

Alasan-alasan Pro terhadap adanya UU No.

21 tahun 2007 tentang tindak pidana


perdagangan orang dibandingkan dengan KUHP

1. Didalam pasal 297 KUHP tidak memberikan tidak merumuskan pengertian


perdagangan orang yang tegas secara hukum. Ketiadaan rumusan pengeritian ini
membawa persoalan tersendiri dalam praktiknya, yaitu batasan apa yang menjadi
kategori suatu tindakan tertentu termasuk dalam human trafficking sehingga banyak
menimbulkan multi interpretasi. Sedangkan didalam pasal 1 ayat (1) UU No. 21 tahun
2007 telah dijelaskan unsur-unsur apa saja yang termasuk didalam tindak pidana
perdagangan orang

2. Pasal 297 KUHP mengkhususkan diri pada perdagangan perempuan dan anak untuk
eksploitasi seksual Jika korban perdagangan manusia adalah laki-laki dewasa dan
korban perdagangan anak bukan untuk eksploitasi seks, seperti dijadikan pembantu
rumah tangga, adopsi illegal anak maka pasal tersebut tidak dapat menjangkau kasus
tersebut. didalam UU no. 21 tahun 2007 koraban perdagangan manusia tidak
dikhususkan hanya untuk perempuan dan anak saja tetapi untuk semua gender dan
semua usia, hal ini disebutkan dalam pasal 1 ayat (3). Selain itu bentuk eksploitasi
didalam UU No. 21 tahun 2007 terutama pasal 1 (ayat 7) tidak hanya ebksploitasi
seksual tetapi juga perbudakan, penindasan, pemerasan, transplantasi organ oleh pihak
lain untuk mendapatkan keuntungan.

3. Didalam UU no. 21 tahun 2007 pasal 58 ayat (2 dan 3) bahwa pemerintah wajib
membentuk suatu gugus yang beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah,penegak
hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya ,masyarakat, organisasi profesi dan
peneliti/akademisi untuk melaksanakan advokasi, melakukan rehabilitasi, merupakan
salah satu bentuk upaya pemerintah untuk memberikan suatu legal standing dalam
memberdayakan seluruh lapisan masyarakat agar tindak pidana perdagangan orang
dapat ditekan bahkan diberantas. Sedangkan didalam KUHP tidak ada pengaturan
secara tegas mengenai hal tersebut.

4. UU No. 21 tahun 2007 memberikan perlindungan yang memadai yaitu adanya hak
korban atas rehabilitasi medis dan sosial, pemulangan serta reintegrasi yang harus
dilakukan oleh negara khususnya bagi mereka yang mengalami penderitaan fisik,
psikis, dan sosial akibat tindak pidana perdagangan orang (pasal 51). Selain itu korban
juga mendapatkan hak restitusi yaitu berupa ganti kerugian atas kehilangan kekayaan
dan penghasilan, penderitaan, biaya perawatan medis, kerugian lain yang diderita oleh
korban (pasal 48).

5. UU No. 21 tahun 2007 ini memberi keleluasaan kepada penyidik. Di antaranya


kewenangan untuk melakukan penyadapan (pasal 31). Bahkan apabila saksi/korban
ridak dapat dihadirkan dalam pemeriksaan sidang di pengadilan, keterangan saksi
dapat diberikan secara jarak jauh melalui alat komunikasi audio visual (pasal 34)

6. Perdagangan orang merupakan tindak pidana yang bukan hanya bersifat antar wilayah
dalam negeri saja bahkan sampai ke antar negara (transnasional), KUHP tidak dapat
menjangkau kejahatan yang tindak pidana perdagangan orang yang bersifat
transnasional, sehingga UU no. 21 tahun 2007 ini dengan harapan agar tindak pidana
perdagangan orang yang bersifat transnasional dapat dijerat, adapun upaya yang
dilakukan diatur didalam UU No. 21 tahun 2007 pasal 59 ayat (1) dan (2)

Anda mungkin juga menyukai