Anda di halaman 1dari 10

WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)

Mata Kuliah : Komunikasi dan Advokasi Kebijakan Publik

Materi : Merancang Sasaran dan Strategi Advokasi

Nama/NIM : Galang Ardianto / 1611001022

No Komponen Pembahasan

1 Kebijakan Publik : RUU PERMUSIKAN


yang akan di
advokasi

2 Masalah yang : RUU Permusikan atau RUU Musik adalah sebuah rancangan
terjadi undang-undang yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Republik
Indonesia pada tahun 2019. RUU tersebut menuai kontroversi
dimana koalisi penolak RUU Permusikan mempermasalahkan
Pasal 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 18, 19, 20, 21, 31, 32, 33, 42, 49,
50, dan 51. Pasal-pasal tersebut dinilai menimbulkan pasal
karet dan menyudutkan industri musik independen.

Mereka juga bersepakat menilai bahwa tidak ada


urgensi apapun bagi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
RI) dan Pemerintah untuk membahas dan mengesahkan
sebuah RUU Permusikan seperti ini.

Menurut mereka RUU tersebut adalah sebuah


Rancangan Undang-Undang yang membatasi dan
menghambat proses kreasi dan justru merepresi para
pekerja musik di Tanah Air.

3 Tujuan Advokasi : Setidaknya terdapat empat alasan yang mendasari


ratusan musisi dari berbagai genre itu menolak RUU
Permusikan. Keempat alasan tersebut adalah:

1. Pasal Karet Salah satu pasal yang dipersoalkan


oleh koalisi adalah Pasal 5. Pasal itu berisi
larangan bagi setiap orang dalam berkreasi
untuk:
(a) mendorong khalayak melakukan kekerasan
dan perjudian serta penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat aditif lainnya;
(b) memuat konten pornografi, kekerasan
seksual, dan ekspoitasi anak;
(c) memprovokasi pertentangan antarkelompok,
antarsuku, antarras, dan/atau antargolongan;
No Komponen Pembahasan

(d) menistakan, melecehkan, dan/atau menodai


nilai agama;
(e) mendorong khalayak umum melakukan
tindakan melawan hukum;
(f) membawa pengaruh negatif budaya asing;
dan/atau
(g) merendahkan harkat dan martabat manusia.
Menurut Cholil Mahmud dari Efek Rumah
Kaca, pasal tersebut bersifat karet dan membuka
ruang bagi kelompok penguasa atau siapapun
untuk melakukan persekusi. Selain itu, Cholil
menilai pasal tersebut bertolakbelakang dengan
semangat kebebasan berekspresi dalam
berdemokrasi yang dijamin oleh UUD 1945.
“Pasal karet seperti ini membukakan ruang bagi
kelompok penguasa atau siapapun untuk
mempersekusi proses kreasi yang tidak mereka
sukai," kata Cholil seperti dikutip dari siaran
pers yang diterima Kompas.com, Senin
(4/2/2019).

2. Memarjinalisasi musisi independen dan


berpihak pada industri besar Koalisi menilai
RUU Permusikan memuat beberapa pasal yang
mensyaratkan sertifikasi pekerja musik. Pasal itu
dinilai berpotensi memarjinalisasikan musisi
independen. Pasal 10 RUU Permusikan
mengatur distribusi karya musik dengan tidak
memberikan ruang kepada musisi untuk
melakukan distribusi karyanya secara mandiri.
Menurut koalisi, pasal ini sangat berpotensi
memarjinalisasi musisi, terutama musisi
independen. Menurut musisi folk Jason Ranti,
pasal ini menegasikan praktik distribusi karya
musik oleh banyak musisi yang tidak tergabung
dalam label atau distributor besar. “Ini kan
curang,” kata Jason.

3. Uji Kompetensi dan Sertifikasi Koalisi


memandang bahwa ketentuan mengenai uji
kompetensi dan sertifikasi berpotensi
mendiskriminasi musisi. Di banyak negara
memang memang menerapkan praktik uji
kompetensi bagi pelaku musik. Namun tidak ada
satu pun negara yang mewajibkan semua pelaku
musik melakukan uji kompetensi. Selain itu,
pasal-pasal terkait uji kompetensi ini berpotensi
mendiskriminasi musisi autodidak untuk tidak
No Komponen Pembahasan

dapat melakukan pertunjukan musik jika tidak


mengikuti uji kompetensi.

4. Mengatur Hal yang Tak Perlu Diatur Koalisi


melihat setidaknya ada 19 pasal yang
bermasalah. Mulai dari ketidakjelasan
redaksional, ketidakjelasan subyek dan obyek
hukum yang diatur, hingga persoalan atas
jaminan kebebasan berekspresi dalam bermusik.
Misalnya, pasal 11 dan pasal 15 hanya memuat
informasi umum tentang cara mendistribusikan
karya yang sudah diketahui dan banyak
dipraktikkan oleh para pelaku musik serta
bagaimana masyarakat menikmati sebuah karya.
Kedua pasal ini dianggap tidak memiliki bobot
nilai yang lebih sebagai sebuah pasal yang
tertuang dalam peraturan setingkat Undang-
undang. Demikian pula dengan pasal 13 tentang
kewajiban menggunakan label berbahasa
Indonesia. Koalisi menilai penggunaan label
berbahasa Indonesia pada karya seni seharusnya
tidak perlu diatur.
4 Sasaran Advokasi : KOMISI 10 DPR RI

5 Data dan Informasi : Gelombang Penolakan RUU Permusikan Sejak Agustus


yang mendukung 2018, Glenn Fredly dan para musisi lain
mempertanyakan draf RUU Permusikan ke DPR.
Pada Senin, 28 Januari 2019, Koalisi Seni Indonesia,
Kami Musik Indonesia (KAMI), termasuk Glenn dan
vokalis Efek Rumah Kaca Cholil Mahmud, mendatangi
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo.

Mereka menyampaikan keberatan atas draf RUU


Permusikan. Selang beberapa hari, seiring tersebar
naskah akademik dan draf RUU di media sosial,
muncul gelombang protes dari para musisi.

Dari Arian 13, Iksan Skuter, Herry "Ucok" Sutresna,


Danilla Riyadi, Anji, Jason Ranti, Jerinx, Rara Sekar,
hingga Armand Maulana GIGI.

Mereka mengecam pasal-pasal karet yang berpotensi


mengekang kebebasan berekspresi dan rawan dipakai
untuk mempidanakan musisi. Protes ini ternyata bukan
hanya gelembung. Gelombangnya makin membesar dan
jadi makin konkret, terbukti dengan terbentuknya
Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan (KNTL RUU
No Komponen Pembahasan

Permusikan). Koalisi ini menaungi 260 musisi, penggiat


seni, dan industri musik yang terancam atas Draf RUU
Permusikan. Sementara dalam situs petisi daring
Change.org, musisi Danilla yang menggagas petisi
penolakan RUU Permusikan, sudah ada 254 ribu orang
yang menandatangani petisi ini hingga dini hari 8
Februari.

Naskah akademik RUU Permusikan diragukan


keabsahan ilmiahnya, termasuk bagaimana pembuat
naskah mengutip bahan dari makalah anak SMK yang
diunggah di sebuah blog.

Rara Sekar Larasati, musisi dan pengajar,


menyampaikan kritik soal naskah akademik ini,
"Ketidakjelasan referensi akademik, logika berpikir
yang tidak runut dan ketidaksinambungan argumentasi
di dalam naskah yang melandasi RUU Permusikan ini
patut dipertanyakan kesahihannya secara ilmiah."

Menurut Musisi Danilla Riyadi RUU Permusikan


dinilai menyimpan banyak masalah fundamental yang
membatasi, menghambat perkembangan proses kreasi
dan justru merepresi para pekerja musik.

RUU Permusikan setidaknya memiliki 19 pasal


bermasalah di dalamnya yaitu 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15,
18, 19, 20, 21, 31, 32, 33, 42, 49, 50, 51. Dari 19 pasal
yang dianggap bermasalah ini, Danilla menitikberatkan
pada empat poin penting.

 Pertama soal pasal karet pada pasal 5. "Nampak


bahwa penyusun RUU Permusikan berusaha
untuk menabrakkan logika dasar dan etika
konstitusi NKRI sebagai negara demokrasi,"
kata Danilla dalam petisi itu.

 Kedua, Danilla mengatakan RUU Permusikan


memarjinalisasi musisi independen dan berpihak
pada industri besar. Hal itu tampak pada Pasal
10 yang mengatur distribusi karya musik
melalui ketentuan yang hanya bisa dijalankan
oleh industri besar. "Pasal ini menegasikan
praktek distribusi karya musik yang selama ini
dilakukan oleh banyak musisi kecil dan
mandiri," katanya.
No Komponen Pembahasan

 Ketiga, RUU Permusikan bersifat memaksakan


kehendak dan mendiskriminasi. "Kewajiban
semua musisi (dan pelaku dunia musik) untuk
mengikuti ujian kompetensi sebagai syarat
sertifikasi, adalah sebuah pemaksaan kehendak
dan metode diskriminasi yang sangat
berbahaya,".

 Terakhir, Danilla menyoroti mengenai informasi


umum dan mengatur hal yang tidak seharusnya
diatur. "Kami menemukan banyak sekali pasal
redaksional yang tidak memiliki kejelasan
tentang 'apa yang diatur' dan 'siapa yang akan
mengatur'," kata Danilla. "Misalnya, Pasal 11
dan Pasal 15 hanya memuat informasi umum
tentang cara mendistribusikan karya yang sudah
diketahui dan banyak dipraktikkan oleh para
pelaku musik serta bagaimana masyarakat
menikmati sebuah karya musik."

Berikut bunyi 19 pasal dalam RUU Permusikan yang


dinilai bermasalah, antara lain :

Pasal 4
Proses Kreasi dilakukan berdasarkan kebebasan
berekspresi, berinovasi,
dan berkarya dengan menjunjung tinggi nilai agama,
etika, moral,
kesusilaan, dan budaya bangsa.
Proses Kreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melibatkan Pelaku Musik.
Pelaku Musik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. penulis lagu;
b. penyanyi;
c. penata musik; dan
d. produser.

Pasal 5
Dalam melakukan Proses Kreasi, setiap orang dilarang:
mendorong khalayak umum melakukan kekerasan dan
perjudian serta
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya;
memuat konten pornografi, kekerasan seksual, dan
eksploitasi anak;
memprovokasi terjadinya pertentangan antarkelompok,
antarsuku, antarras, dan/atau antargolongan;
No Komponen Pembahasan

menistakan, melecehkan, dan/atau menodai nilai


agama;
mendorong khalayak umum melakukan tindakan
melawan hukum;
membawa pengaruh negatif budaya asing; dan/atau
merendahkan harkat dan martabat manusia.

Pasal 7
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya
mengembangkan Musik Tradisional sebagai bagian dari
kekayaan budaya
bangsa.
Pengembangan Musik Tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pelatihan dan pemberian beasiswa;
b. konsultasi, bimbingan, dan pelindungan hak
kekayaan intelektual;
dan/atau
c. pencatatan dan pendokumentasian Musik Tradisional.

Pasal 10
Distribusi terhadap karya Musik dilakukan secara
langsung atau tidak
langsung kepada masyarakat.
Distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh:
a. label rekaman atau penyedia jasa distribusi untuk
produk Musik
dalam bentuk fisik; atau
b. penyedia konten untuk produk Musik dalam bentuk
digital.

Pasal 11
Dalam distribusi dapat dilakukan kegiatan promosi
produk Musik melalui
media cetak, elektronik, dan digital.

Pasal 12
Pelaku usaha yang melakukan Distribusi wajib
memiliki izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pelaku usaha
yang melakukan Distribusi wajib memperhatikan etika
ekonomi dan
bisnis.
No Komponen Pembahasan

Pasal 15
Masyarakat dapat memanfaatkan produk Musik atau
karya musik dalam
bentuk fisik, digital, atau pertunjukan.

Pasal 18
Pertunjukan Musik melibatkan promotor musik
dan/atau penyelenggara
acara Musik yang memiliki lisensi dan izin usaha
pertunjukan Musik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Promotor musik atau penyelenggara acara Musik dalam
menyelenggarakan pertunjukan Musik paling sedikit
harus memenuhi
ketentuan:
a. izin acara pertunjukan;
b. waktu dan lokasi pertunjukan;
c. kontrak dengan pengisi acara/pihak yang terlibat; dan
d. pajak pertunjukan.

Pasal 19
Promotor musik atau penyelenggara acara Musik yang
menyelenggarakan
pertunjukan Musik yang menampilkan pelaku musik
dari luar negeri
wajib mengikutsertakan pelaku musik Indonesia
sebagai pendamping.
Pelaku musik Indonesia sebagai pendamping
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipilih sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.

Pasal 20
Penyelenggaraan Musik harus didukung oleh Pelaku
Musik yang memiliki
kompetensi di bidang Musik.
Dukungan Pelaku Musik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan
mewujudkan sumber daya manusia yang profesional
dan kompeten di
bidang Musik.

Pasal 21
Kompetensi di bidang Musik diperoleh melalui jalur
No Komponen Pembahasan

pendidikan atau secara


autodidak.

Pasal 31
Kompetensi yang diperoleh secara autodidak
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dilakukan dengan cara belajar secara
mandiri.
Pelaku Musik yang memperoleh kompetensi secara
autodidak dapat
dihargai setara dengan hasil jalur pendidikan formal
setelah melalui uji
kesetaraan yang memenuhi standar nasional pendidikan
oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Pasal 32

Untuk diakui sebagai profesi, Pelaku Musik yang


berasal dari jalur
pendidikan atau autodidak harus mengikuti uji
kompetensi.
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan
berdasarkan standar kompetensi profesi Pelaku Musik
yang didasarkan
pada pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disusun dan
ditetapkan oleh Menteri dengan memperhatikan usulan
dari organisasi
profesi.

Pasal 33
Uji kompetensi diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi profesi yang telah
mendapat lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 42
Pelaku usaha di bidang perhotelan, restauran, atau
tempat hiburan lainnya
wajib memainkan Musik Tradisional di tempat
usahanya.

Pasal 49
No Komponen Pembahasan

Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan


permusikan.
Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat
dilakukan dalam bentuk:
a. pemberian apresiasi Musik;
b. pendokumentasian karya Musik untuk mendukung
sistem pendataan
dan pengarsipan permusikan;
c. pelestarian Musik Tradisional melalui proses
pembelajaran dan
pertunjukan;
d. pemberian resensi Musik dan kritik untuk
pengembangan Musik;
dan/atau
e. pelaporan terhadap pembajakan karya atau produk
Musik.

Pasal 50
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Proses
Kreasi yang mengandung
unsur:
mendorong khalayak umum melakukan kekerasan dan
perjudian serta
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya;
memuat konten pornografi, kekerasan seksual, dan
eksploitasi anak;
memprovokasi terjadinya pertentangan antarkelompok,
antarsuku, antarras, dan/atau antargolongan;
menistakan, melecehkan, dan/atau menodai nilai
agama;
mendorong khalayak umum melakukan tindakan
melawan hukum;
membawa pengaruh negatif budaya asing; dan/atau
merendahkan harkat dan martabat manusia,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan
pidana penjara paling
lama ... tahun atau pidana denda paling banyak ...

Pasal 51
Pelaku Musik yang telah menghasilkan karya Musik
sebelum UndangUndang ini berlaku diakui sebagai
Pelaku Musik tersertifikasi
berdasarkan penilaian terhadap karya Musik yang telah
dihasilkan.
No Komponen Pembahasan

Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah
mendapat lisensi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Proses pengakuan sebagai Pelaku Musik tersertifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah selesai
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun dan setelahnya berlaku ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
6 Rencana Koalisi : Koalisi yang sudah terbentuk yaitu KNTLRUUP
(Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan) yang
berisikan seluruh pecinta music, musisi, produser, dan
manager musisi di seluruh Indonesia. Dan di dukung
juga dengan petisi yang berisikan penolakan RUU
Permusikan untuk seluruh warga Negara Indonesia yang
menolak adanya RUU Permusikan yang sudah di tanda
tangani lebih dari 200.000 orang.

7 Rencana Pendanaan dari Penolakan RUU Permusikan berasal dari


Pendanaan dana sukarela dari seluruh anggota Koalisi Nasional
Tolak RUU Permusikan.

Sumber :

http://wartakota.tribunnews.com/2019/02/06/ini-daftar-lengkap-19-pasal-bermasalah-di-
ruu-permusikan-sudah-dicatat-professor-musik-amerika?page=3

https://nasional.kompas.com/read/2019/02/05/12024081/4-alasan-ratusan-musisi-tolak-
pengesahan-ruu-permusikan?page=all

https://tirto.id/ruu-permusikan-kesalahan-ada-pada-badan-keahlian-dpr-ri-dgir

Anda mungkin juga menyukai