Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latara Belakang


Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seseorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (wikipedia.
2010).
Hasil pemeriksaan akan dicacat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berahir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
uaskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tepat dan akurat maka
diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik.
Dengan demikian nantinya bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang
dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik
ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabakan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut sebuah peeriksaan yang
lengkap yang terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem
organ yang spesifik
Dari berbagai pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien,
makalah ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik
khususnya pada abdomen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasi Riwayat Kesehatan pada payudara dan ketiak ?
2. Bagaimana Teknik pemeriksaan fisik pada payudara dan ketiak ?
3. MengidentifikasiKelainan pada payudara dan ketiak ?
4. Mengidentifikasi Riwayat Kesehatan pada abdomen ?
5. Bagaimana Teknik pemeriksaan fisik pada abdomen ?
6. Mengidentifikasi Kelainan pada abdomen ?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui Riwayat Kesehatan pada payudara dan ketiak


2. Mengetahui Teknik pemeriksaan fisik pada payudara dan ketiak
3. Mengetahui Kelainan pada payudara dan ketiak
4. Mengetahui Riwayat Kesehatan pada abdomen
5. Mengetahui Teknik pemeriksaan fisik pada abdomen
6. Mengetahui Kelainan pada abdomen

1.4 Manfaat

Menambahwawasan dan mengetahuibagaimana anamnesis dan


pemeriksaan fisik payudara,ketiak dan abdomen

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Riwayat Kesehatan pada payudara dan ketiak

Dalam pengkajian payudara perlu diketahui riwayat anggota keluarga


yang menderita kenker payudara. Kanker payudara sering ditemukan pada wanita
di atas 50 tahun atau pada wanita yang sampai usia 30 tahun belum mempunyai
anak. Perawat harus mempertimbangkan aspek psikososisl dalam melekuken
pengkajian payudara khususnya pada wanita. Oleh karena payudra merupakan
organ yang sensitif, mak privasi klien harus tetap di jangan selema pengkajian
agar klien tidak merasa malu. Pada wanita hamil, payudara akan terlihat menjadi
lebih besar akibat proniferasi dan hiprrtropi kelenjar susu (duktus laktiferus)
perubahan ini terjadi sebagai rspon terhadap hormon dari korpus luteum dan
plasenta. ( Eviana Tambunan,2011 )

2.2 Teknik pemeriksaan fisik pada payudara dan ketiak


Pemeriksaan payudara terdiri dari :

3
 Inpeksi
1. Atur posisi klien duduk menghadap ke depanan.Anjurkan klien
untuk melepaskan pakaian atas dan dengan kedua tangan klien
rileks di sisi tubuh.
2. Inpkesi ukuran dan kesimetrisan payudara. Secara normal,
bentuk payudara agak simetris dan di deskripsikan kecil,
sedang, dan besar.
3. Inspeksi kulit payudara. Kaji adanya perubahan warna, lesi,
vaskularisasi, dan edema.
4. Ispeksi warna areola. Umumnya pada wanita hamil berwarna
ebih gelap.
5. Ispeksi puting susu. Kaji adaanya keluaran, ulkus, pegerakan
atau pembengkakan. Amati juga posisi kedua puting susu yang
normaalnya mempunyai area yang sama.
6. Ispeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya
pembembengkakan atau kemerahan.
 Palapasi
1. Palapasi dilakukan di sekeliling puting susu untuk mengetahui
adanya keluaran. Bila di temukan keluaran, maka identifikadi
keluayran tersebut, perhatikan sumber, jumlah, warna dan kaji
adanyanyeri tekan.
2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutam pada atrea limfe
nadi.
3. Lakukan palpasi payudara dengan cara tekankan telapak tangan
atau tiga jari tengah anda kepermukaan payudara. Lakuakan
palpasi pada ke empat kuadran payudara dengan gerakkan
memutar searah degngan jarum jam.
4. Selanjutnya laukan palpasi dengan gerakan memutar dari tepi
menuju areola dan memutar searah jarum jam.
5. Lalu lakukan palpasi pada payudara sebelahnya.
6. Bila di perlukan lakukan pila pengkajian dengan posisi klien
supinasi dan di ganjal bantal atau kain di bawah bahunya.
( Eviana Tambunan,2011 )

4
2.3 Kelainan pada payudara dan ketiak

 Kelainanfibrokistik

Perubahan fibrokistik adalah ragam kelainan dimana terjadi akibat dari


peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal
selama daur haid. Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan
nonproliferatif dan perubahan proliferatif. Perubahan nonproliferatif
mencakup kista dan fibrosis tanpa hiperplasia sel epitel (perubahan fibrokistik
sderhana). Perubahan proliferatif mencakup serangkaian hiperplasia sel epitel
duktulus atau duktus banal atau atipikal serta adenosis sklerotikans.

Perubahan nonproliferatif ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa


disertai oleh dilatasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran.
Stroma mengelilingi semua bentuk kista biasanya terdiri atas jaringan fibrosa
yang kehilangan gambaran miksomatosa. Infiltrat limfositik stroma sering
ditemukan pada lesi ini dan varian lain perubahan fibrokistik. Perubahan
proliferatif meliputi hiperplasia epitel dan adenosis sklerotikans. Istilah
hiperplasia epitel dan perubahan fibrokistik proliferatif mencakup serangkaian
lesi proliferatif di dalam duktulus, duktus terminalis, dan kadang-kadang
lobulus payudara. Sebagian hiperplasia epitel ini bersifat ringan dan teratur
serta tidak membawa resiko karsinoma, tetapi di sisi lain hiperplasia atipikal
mamiliki resiko signifikan. Adenosis sklerotikans memiliki gambaran klinis
dan morfologi mirip dengan karsinoma. Di lesi ini rampak mencolok fibrosis
intralobularis serta proliferasi duktulus kecil dan asinus. Pertumbuhan
berlebihan jaringan fibrosa ini mungkin menekan lumen asinus dan duktus
sehingga keduanya tampak sebagai genjel-genjel sel. Adanya lapisan ganda
epitel dan identifikasi elemen mioepitel menandakan bahwa kelainannya
bersifat jinak.

Gejala-gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri tekan pada


payudara menjelang periode menstruasi. Tanda-tandanya adalah teraba massa
yang bergerak bebas pada payudara, terasa granularitas pada jaringan
payudara, dan kadang-kadang keluar cairan yang tidak berdarah dari puting.
Banyak perempuan tidak mengeluhkan gejala dan baru mencari pemeriksaan
kesehetan setelah meraba adanya massa.

5
 Fibroadenoma

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita


muda. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah
digerakkan. Benjolan ini biasanya tidak nyeri, bisa tumbuh banyak (multipel).
Tumor ini terdiri dari jaringan fibrosa yang berbentuk bulat, licin,
berkonsistensi padat kenyal, berbatas tegak, dan mudah digerakkan.
Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, dan bergaris
tengah 1 hingga 10 cm. Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan
selama hamil. Pada pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami
kalsifikasi. Walaupun jarang, tumor mungkin dapat multipel dan bergaris
tengah lebih dari 10 cm (fibroadenoma raksasa). Peningkatan mutlak atau
nisbi aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam proses pembentukannya,
dan lesi serupa mungkin muncul bersamaan dengan perubahan fibrokistik
(fibroadenosis). Fibroadenoma biasanya teradi pada perempuan muda dimana
insidensi puncak pada usia 30-an. Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali
selama kehamilan dan menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan
estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini tidak ditemukan
lagi. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas. Pananganan
fibriadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Sistosarkoma
filoides merupakan salah satu tipe dari fibriadenoma yang dapat kambuh jika
tidak diangkat dengan sempurna

Gambar 3. Fibroadenoma mammae

 Tumorfiloides

Tumor phylloides adalah fibroadenoma besar di payudara, dengan stroma


serupa-sarkoma yang sangat selular. Tumor ini termasuk neoplasma jinak,

6
namun kadangkala dapat menjadi ganas. Tumor ini bersifat agresif lokal dan
dapat bermetastasis, dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus.
Umumnya, tumor ini berdiameter 3 hingga 4 cm, namun dapat tumbuh hingga
berukuran besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian
mengalami lobulasi dan menjadi kistik. Karena pada potongan
memperlihatkan celah yang mirip daun, maka tumor ini disebut tumor
filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah terjadinya peningkatan
selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, selain
itu peningkatan ukuran secara pesat, biasanya dengan invasi jaringan
payudara di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap
lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh,
tetapi lesi ini juga cenderung terlokalisasikan

 Papilomaintraduktus

Papiloma intraduktus adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam


suatu saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di bawah areola
payudara. Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan di dalam sinus atau
duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : (1)
keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting payudara; (2) adanya
tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa milimeter sehingga
terlalu kecil untuk dipalpasi; atau (3) retraksi puting payudara (jarang terjadi).
Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus atau
papilometosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan
papiloma soliter hampir selalu tetap jinak.

 Adenosissklerosis

Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara
histopatologi tampak proliferasi jinak.

 Mastitis sel plasma

Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran
di bawah areola payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor ganas
yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi
puting susu akibat pembentukan jaringan ikat (fibrosis) sekitar saluran dan
bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

7
 Nekrosislemak

Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya
biasanya tidak rata. Secara klinis, sukar dibedakan dengan tumor ganas.

 Kelainan lain

Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan
kista sebasea (kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin terdapat di
payudara tetapi tidak bersangkutan dengan jaringan kelenjar payudara.

Tumor ganas atau kanker payudara juga memiliki beberapa tipe, antara lain

 Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS)

Merupakan tipe kanker payudara yang paling dini dan terbatas hanya di
dalam sistem duktus.

 Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)

Tipe yang paling sering terjadi, mencapai 78% dari semua keganasan.
Pada pemeriksaan mammogram didapatkan lesi berbentuk seperti bintang
(stellate) atau melingkar. Apabila lesi berbentuk seperti bintang maka
prognosis atau angka kesembuhan pasien sangat rendah.

 Medullary Carcinoma

Tipe ini paling sering terjadi pada wanita berusia akhir 40 tahun dan 50
tahun. Menghasilkan gambaran sel seperti bagian abu-abu (medulla) pada
otak. Terjadi sbanyak 15% dari kasus kanker payudara.

 Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)

Tipe kanker payudara yang biasanya tampak sebagai penebalan di


kuadran luar atas dari payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi
hormon. Terjadi sebanyak 5% dari kasus kanker payudara.

8
 Tubular Carcinoma

Tipe ini banyak ditemukan pada wanita usia 50 tahun keatas. Pada
pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas. Terjadi
sebanyak 2% dari kasus kanker payudara dan angka 10 ysr (year survival rate)
mencapai 95%.

 Mucinous Carcinoma (Colloid)

Kanker payudara yang angka kesembuhannya paling tinggi. Perubahan


yang terjadi terutama pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit
ditentukan. Terjadi sebanyak 1%-2% dari seluruh kasus kanker payudara.

 Inflammatory Breast Cancer (IBC)

Tipe kanker payudara yang paling agresif dan jarang terjadi. Kanker ini
dapat menyebabkan saluran limfe pada payudara dan kulit terbuntu. Disebut
inflammatory (keradangan) karena penampakan kanker yang membengkak
dan merah. Di Amerika, terjadi 1%-5% dari seluruh kasus kanker
payudara.( Mark H Swartz 1995)

2.4 Riwayat Kesehatan pada abdomen


Riwayat kesehatan dari seorang pasien ( anamnesa ) adalah informasi
yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien
dapat memberikan jawaban yang sesuai ( dalam kasus ini sering disebut
heteroanamnesa)
Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi :

 Nama, Usia, Tinggi, Berat badan


 Masalah atau komplain utama pasien dan riwayatnya
 Riwayat kesehatan pada masalalu ( seperti penyakit berat ,
operasi/pembedaha, atau penyakit yang tengah diderita seperti
diabetes )
 Kelainan pada organ
 Riwayat keluarga
 Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit pada masa kanak-kanak

9
 Status sosial, pekerjaan, penggunaan obat, tembakau, alkohol
 Penggunaan obat rutin
 Alergi
 Kehidupan seks
( Eviana Tambunan,2011 )

2.5 Teknik pemeriksaan fisik pada abdomen


Pemeriksaan fisik pada daerah abdomen.

Pasien harus berbaring lurus di tempat tidur,dan perutnya harus


terpapar penuh dari sternum sampai lutut. Lengannya harus di letakkan di sisi
tubuh,dan tungkainya lurus. Karna sering kali pasien cenderung meletakkan
lengannya di belakang kepala, yang akan memperkeras otot perut dan
membuat pemeriksaan lebih sulit. Bantal yang di letakkan di bawah lutut
sering membantuu relaksasi. Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien.
Sehelai kain atau handuk di letakkan di atas genetalia pasien.

Jika pasien mempunyai keluhan nyeri perut,adalah penting bahwa


daerah yang nyeri di periksa terakhir. Jika pemeriksa menyentuh daerah
dengan nyeri maksimal,otot perut akan mengeras dan pemeriksaan akan lebih
sulit.

10
Pemeriksaan fisik abdomen meliputi hal-hal berikut ini:

 Inspeksi
 Auskultasi
 Perkusi
 Palpasi
 Pemeriksaan rektum
 Tekhnik khusus

 Inspeksi
Pemeriksaan harus memusatkan perhatiannya kepada abdomen
untuk melukiskan secara memadai adanya
ketidaksimentrisan,distensi,massa, atau gelombang peristaltik yang dapat
dilihat. Kemudian pemeriksa harus mengamati abdomen dari atas, untuk
mencari tanda-tanda yang sama. Inspeksi abdomen untuk mencari adanya
stria dan parut dapat memberikan data yang berharga. Stria perak adalah
tanda peregangan yang konsisten dengan penurunan berat badan. Stria
ungu-merah muda adalah tanda klasik berlebihan adrenokortikal.

 Auskultasi
Bunyi usus dapat memberikan informasi mengenai gerakan udara
dan cairan didalam saluran cerna. Banyak pemeriksa melakukan auskultasi
abdomen sebelum perkusi atau palpasi,berbeda dengan urutan yang biasa.

o Pemeriksaan bunyi usus


Bunyi usus normal timbul kira-kira tiap 5-10 detik dan bernada
tinggi. Jika setelah 2 menit tidak terdengar bunyi usus,dapat dibuat
pernyataan bahwa”tidak ada bunyi usus”.

o Menyingkirkan kemungkinan adanya obstruksi viskus


Suatu succussion splash mungkin di temukan pada abdomen
yang distensi sebagai akibat adanya gas dan cairan di dalam suatu
organ yang mengalami obstruksi. Adanya bunyi percikan biasanya
menunjukkan distensi lambung atau kolon.

o Menyingkirkan kemungkinan adanya bruit abdominal


Auskultasi juga berguna untuk menentukan adanya bruit. Tiap
kuadran harus di periksa untuk mengetahu adanya bruit ini. Bruit dapat
disebabkan oleh stenosis arteri renalis atau aorta abdominal.

11
o Menyingkirkan gesekan peritoneal
Gesekan friksi peritoneal,seperti gesekan pleura atau
perikardium, adalah bunyi yang menunjukan peradangan. Selama
geraka pernafasan. Suatu gesekan friksi mungkin terdengar di kuadran
atas kanan atau kiri jika ada kelainan hati atau limp.

 Perkusi
Perkusi dipakai untuk memperlihatkan adanya distensi gas, cairan
massa atau padat. Pada pemeriksaan normal,biasanya hanya ukuran dan lokasi
hati dan limpa yang dapat di tentukan.
Dan pasien harus berbaring terlentang. Keempat kuadran abdomen di periksa
dengan perkusi. Timpani mmerupakan bunyi perkusi yang paling sering di
temukan pada abdomen. Ini di sebabkan oleh adanya gas di dalam
lambung,usus kecil dan kolon.daerah suprapubis mungkin redup pada perkusi
jika kandung kemih distensi atau pada wanita,jika uterusnya membesar.
 Palpasi
Palpasi abdomen biasanya di bagi menjadi:
o Palpasi ringan
Di gunakan untuk menemukan nyeri tekan dan daerah spasme
otot atau regiditas. Seluruh abdomen harus di palpasi secara sistematis
dengan menggunakan bagian rata tangan kanan atau bantalan jari
tangan ,bukan ujung jari. Jari-jari tangan harus di satukan,dan
hindarilah gerakan menusuk secara tiba-tiba. Tangan harus di angkat
dari satu daerah ke daerah lainnya,bukannya di geserkan di atas
dinding perut.
o Palpasi dalam
Digunakan untuk menetukan ukuran organ dan juga adanya
massa abdomen abnormal. Bagian datar tangan kanan di letakkan di
atas abdomen dan tangan kiri di letakkan di atas tangan kanan. Ujung
jari tangan kiri di berikan tekanan,sedangkan tangan kanan mengindra
setiap rangsang taktil. Tekanan kepada abdomen harus diberikan
dengan ringan tetapi terus-menerus.
o Palpasi hati
Dilakukan dengan meletakkan tagan kiri di bagian posterior di
antara iga kedua belah kanan dan krista iliaka,disebelah lateral
muskulus paraspinosus. Tangan kanan diletakkan dikuadran kanan
atas sejajar dan ratelal muskulus rektus dan dibawah daerah redup

12
hati. Pasien disuruh menarik napas dalam ketika pemeriksa menekan
kedalam dan ke atas dengan tangan kirinya. Tepi hati mungkin terasa
bergeser pada jari-jari tangan kanan ketika pasien bernapas. Penting
untuk memulai pemeriksaan sampai sejauh pinggir pelvis dan secara
beransur-ransur bergerak ke atas. Jika pemeriksaan tidak dimulai dari
tempat yang rendah,tepi hati yang sangat membesar tidak akan teraba.
o Palpasi limpa
Palpasi limpa lebih sulit dari pada palpasi hati. Pasien
berbaring terlentang,dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien.
Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di atas dada pasien dan
mengangkat iga kiri pasien. Tangan kanan diletakkan mendatar
dibawah margo kosta kiri dan menekan kedalam dan ke atas ke arah
geris aksila anterior.tangan kiri mendorong ke arterior untuk
memindahkan limpa ke anterior.
o Palpasi ginjal

Palpasi ginjal kanan di lakukan dengan palpasi dalam di


bawah margo kosta kanan. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien dan
meletakkan tangan kirinya di belakan pinggul kanan pasien.diantara
margo kosta dan krista iliaka.( Eviana Tambunan,2011 )
2.6 Kelainan pada abdomen

Kelainan pada abdomen.

1. Maag.
Gejala maag biasanya terasa nyeri didaerah ulu hati, disertai keluhan
lain seperti mual, muntah, perut kembung, cepat kenyang, dan bersendawa
ketika lapar.
Penyebab maag : penyakit perut ini bermacam-macam, bisa karena makanan,
terutama makanan yang mengandung gas seperti kol, ubi, dan sawi.

2. Batu empedu.
Gejala batu empedu mereka yang memiliki batu pada kandung empedu
biasanya merasakan nyeri ulu hati yang hilang timbul.
Penyebab baru empedu : makanan berlemak atau bisa juga dikaitkan dengan
kadar kolesterol yang terlalu tinggi.

3. Usus buntu.

13
Gejala usus buntu: nyeri perut bagian kanan bawah. Biasanya disertai
mual dan muntah, serat nyeri terus menerus. Kadang kala, rasa nyeri akan
bertambah hingga tiga kali lipat ketika anda harus berjalan.
Penyebab usus buntu: kuman atau bakteri yang masuk

Menghitung bising usus.

Menghitung bising usus yaitu dengan cara auskultasi yang


dilalukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya
selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika
kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik
ileus, konstipasi, peritonitis,atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar
lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami diare. ( Mark H
Swartz 1995)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pengkajian payudara perlu diketahui riwayat anggota
keluarga yang menderita kenker payudara. Kanker payudara sering
ditemukan pada wanita di atas 50 tahun atau pada wanita yang sampai usia
30 tahun belum mempunyai anak. Perawat harus mempertimbangkan
aspek psikososisl dalam melekuken pengkajian payudara khususnya pada
wanita.Teknik pemeriksaan fisik pada payudara dan ketiak ada
inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi. Beberapa kelainan pada abdomen
yaitu maag ialah 1) Maag, Gejala maag biasanya terasa nyeri didaerah ulu
hati, disertai keluhan lain seperti mual, muntah, perut kembung, cepat
kenyang, dan bersendawa ketika lapar. 2) Batu empedu, Gejala batu
empedu mereka yang memiliki batu pada kandung empedu biasanya
merasakan nyeri ulu hati yang hilang timbul. 3) Usus buntu, Gejala usus
buntu: nyeri perut bagian kanan bawah. Biasanya disertai mual dan
muntah, serat nyeri terus menerus. Kadang kala, rasa nyeri akan
bertambah hingga tiga kali lipat ketika anda harus berjalan.

Menghitung bising usus yaitu dengan cara auskultasi yang dilalukan


pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya selama
satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari
itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus,
konstipasi, peritonitis,atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih
dari normal kemungkinan klien sedang mengalami diare

3.2 Saran
Agar pemeriksaan payudara,ketiak dan abdomen dapat dilakukan
dengan baik,maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik
tersebut dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan
secara berurutan,sistematis dan dilakukan dengan prosedur yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Eviana S 2011. Panduan pemeriksaan fisi bagi


mahasiswakeperawatan. Jakarta : Salembang Medika.
Swartz, Mark H 1995.Buku AjarDiagnostik Fisik.Jakarta : EGC .

16

Anda mungkin juga menyukai