Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KEHAMILAN

EKTOPIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Keperawatan Maternitas 2

Disusun oleh :

Kelompok 7

1. Agam Ismail Nugraha C.0105.18.032


2. Neng Lyra Martiara Dewi C.0105.17.027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Laporan Pendahuluan Kehamilan Ektopik. Kami berterima kasih kepada Ibu Ns Wulan
Novika A, MAN selaku Dosen Keperawatan Maternitas 2.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULIS ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................... 3
A. DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK ................................................................ 3
B. ETIOLOGI ......................................................................................................... 3
C. MANIFESTASI KLINIS .................................................................................... 4
E. PATOFISIOLOGI .............................................................................................. 6
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ...................................................................... 8
H. PENATALAKSANAAN ................................................................................... 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....... Error! Bookmark not defined.0
1. PENKAJIAN ........................................................................................................... 10
2. ANALISA DATA .................................................................................................. 13
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS ...... Error! Bookmark not defined.7
4. INTERVENSI KEPERAWATAN............................................................................ 17
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 22
A. SIMPULAN ...................................................................................................... 22
B. SARAN ............................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik
ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Kehamilan ektopik terjadi setiap saat
ketika penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium
yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik
adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen.
Menurut American Collage of Obstetricians and Gynecologists (2008),
2% dari seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika serikat adalah
kehamilan ektopik, dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6% dari semua
kematian terkait-kehamilan. Resiko kematian akibat kehamilan di luar uterus
lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau yang
dihentikan secara sengaja. Selain itu, kemungkinan untuk kembali hamil
dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun, dengan
diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun konservasi
kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan (Cunningham, et al, 2013).
Menurut World Health Organization (2007), Kehamilan ektopik adalah
penyebab hampir 5% kematian ibu hamil di Negara maju. Namun, kematian
akibat kehamilan ektopik di amerika serikat kini semakin jarang terjadi setelah
tahun 1970-an. Angka kematian kasus dari kehamilan ektopik turun tajam dari
tahun 1980 hingga 1992. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh
membaiknya diagnosis dan penatalaksanaa. Namun, menurut Grimes (2006),
dari tahun 1991 sampai 1999, perkiraan angka kematian untuk kehamilan
ektopik adalah 32 per 100.000 pelahiran dibandingkan dengan angka kematian
ibu hamil sebesar 7 per 100.000 kelahiran hidup (Cunningham, et al, 2013).
Kehamilan ektopik hampir 95% kehamilan berimplantasi di berbagai
segmen tuba uterine. Yang terbanyak terletak diampula. Sisa 5% tertanam di
ovarium, rongga peritoneum, atau di dalam serviks.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan KET (Kehamilan ektopik), penyebab, tanda
gejala, patofisiologi dan penatalaksanaannya?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
Reproduksi akibat KET (Kehamilan ektopik)?

C. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Laporan Pendahuluan dengan Kehamilan
Ektopik
2. Tujuan Khusus
Mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
penatalaksanaan serta konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan reproduksi akibat KET

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan
hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan
ektopik terjadi di tuba uterina kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau
rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya : tuba ) dan peristiwa ini di sebut kehamilan ektopik
terganggu (Saiffudin, 2002).

B. ETIOLOGI
Menurut Sarwono (2014: 476) faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan
ektopik diantaranya :
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Kerusakan tersebut menghalangi sel telur yang
telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel pada
tuba fallopi.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih

3
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih
besar.
4. Faktor hormonal
Pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik.
5. Faktor Risiko
a) Pilihan alat kontrasepsi yaitu penggunaan kontrasepsi jenis spiral
(intrauterine device IUD) bertujuan untuk mencegah kehamilan.
Namun, apabila kehamilan tetap terjadi, kemungkinan besar
kehamilan bersifat ektopik.
b) Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita yang
mengalami kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk kembali
mengalaminya.
c) Mengidap infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengalami
inflamasi tuba fallopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit
seksual menular, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kehamilan ektopik.
d) Proses sterilisasi pada saat pengikatan tuba atau pembukaan ikatan
tuba yang kurang sempurna juga beresiko memicu kehamilan
ektopik.
e) Faktor merokok.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Catrina M. Bain (2013: 321) gejala kehamilan ektopik terganggu
diantaranya :
1. Nyeri Tekan Abdomen
Nyeri hebat pada pemeriksaan abdomen dan vagina, terutama ketika
serviks digerakkan, dapat dilakukan pada lebih dari tiga perempat wanita
dengan kehamilan tuba yang ruptur. Namun, nyeri seperti ini dapat tidak
ada sebelum ruptur.

4
2. Nyeri Tekan Panggul
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati ketika memeriksa pasien untuk
memastikan bahwa kehamilan ektopik tidak mengalami ruptur proses
pemeriksaan.
3. Massa Adneksa
Massa adneksa adalah benjolan di jaringan dekat rahim, biasanya di
indung telur atau tuba fallopi. Lakukan palpasi bimanual dengan lembut
untuk mendapatkan adanya massa adneksa di panggul.
4. Perubahan Uterus
Karena hormon plasenta, uterus dapat membesar selama 3 bulan
pertama pada kehamilan tuba. Konsistensinya juga dapat serupa dengan
kehamilan normal. Uterus dapat terdorong ke satu sisi oleh massa ektopik
dan apabila ligamentum latum uteri terisi darah, uterus dapat tergeser dan
menyebabkan keluarnya serpihan. Serpihan tersebut dapat disertai kram dan
menimbulkan abortus spontan.
5. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
6. Menstruasi abnormal
7. Abdomen dan pelvis yang lunak.
8. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
9. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
10. Kolaps dan kelelahan
11. Pucat
12. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
13. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
14. Gangguan kencing
15. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan
peritoneum oleh darah di dalam rongga perut
16. Pembesaran uterus

5
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya
17. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) didasari oleh
adanya cacat pada proses fisiologis organ reproduksi sehingga hasil konsepsi
melakukan implantasi dan maturasi di luar uterus. Hal ini paling sering terjadi
karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
mengalami hambatan, sehingga embrio sudah berkembang terlebih dulu
sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar kavum uteri.
Hal lain yang juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik walaupun jarang
terjadi adalah terjadinya pertemuan antara ovum dan sperma di luar organ
reproduksi, sehingga hasil konsepsi akan berkembang di luar uterus.
Apabila kehamilan ektopik terjadi di tuba, pada proses awal kehamilan
dimana hasil konsepsi tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi,
ia dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa
proses seperti pada kehamilan normal. Karena tuba bukan merupakan suatu
media yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan ini dapat
mengalami beberapa kemungkinan, yaitu hasil konsepsi mati dini dan
diresorbsi, abortus dalam lumen tuba, ataupun terjadi ruptur dinding tuba.

6
Pembuahan telur di
ovum

Perjalanan ke uterus,telur mengalami hambatan

(Endosalfingitis, hypoplasia uteri, tumor, idiopatik, bekas radang


pada tube, infeksi pelvis

Bernidasi di tuba

Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik terganggu

Abortus ke Rupture pada implantasi di


dalam lumen tuba dan uterus
tuba

Terjadi perdarahan karena


pembukaan pembuluh darah oleh
villi kuralis Perdarahan Hipovolemia
abnormal

Pelepasan tidak
sempurna Ansietas

Nyeri abdomen

Perdarahan terus
berlangsung
Nyeri Akut

Resiko Infeksi

7
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 β – hCG kuantitatif (diulang dalam 48 jam jika rendah) : mengindikasikan
kadar yang turun atau rendah
 USG transvaginal (β – hCG mengindikasikan gestasi lebih dari 6 minggu) :
menunjukkan tidak ada kehamilan intrauteri
 Laparoskopi memperlihatkan kehamilan diluar uterus dan / atau rupture
tuba fallopi
 Kuldosentesis menunujkan darah bukan – bekuan
 Hitung sel darah putih mungkin meningkat
 Hitung sel darah merah, Hb dan Ht menurun
 Laju endap darah (LED) mungkin meningka

G. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana Expectant (Menunggu dan Waspada)
Selain bisa menyebabkan ruptur, kehamilan ektopik juga bisa
berakhir dengan abortus tuba ataupun resorbsi. Tatalaksana expectant ini
adalah tatalaksana tanpa intrevensi baik medikamentosa maupun intervensi
bedah. Sesuai dengan namanya tatalaksana ini dilakukan dengan cara
menunggu kehamilan ektopik berakhir sendiri tanpa terjadinya ruptur.
Namun, tidak semua pasien dapat ditatalaksana seperti ini. Pasien yang
dapat menjadi kandidat tatalaksana ini adalah pasien yang asimtomatis dan
hemodinamik stabil tanpa adanya tanda-tanda ruptur. Selain itu, pasien juga
harus memiliki bukti objektif terjadinya resolusi seperti kadar β-hCG yang
menurun. Namun, pada tatalaksana ini perlu ditekankan bahwa pasien harus
betul-betul patuh untuk melakukan follow-up rutin serta harus mau
menerima bahwa risiko ruptur tetap ada.
2. Medikamentosa
Obat yang paling umum digunakan sebagai terapi pada kehamilan
ektopik adalah methotrexate. Methotrexate merupakan antagonis asam folat
yang menginhibisi sintesis DNA pada sel yang aktif membelah, temasuk
trofoblas. Pemberian secara tepat pada pasien terpilih memiliki tingkat

8
kesuksesan sampai 94%. Methotrexate telah lama diketahui efektif
mengobati berbagai jenis kanker dan penyakit autoimun.
Keefektifan penggunaan methotrexate pada jaringan tropoblastik
berasal dari pengalaman menggunakan obat ini pada mola hidatidosa dan
koriokarsinoma. Dalam penggunaannya pada kehamilan ektopik,
pemberian methotrexate dapat dilakukan dengan injeksi dosis tunggal
ataupun multipel. Kehamilan ektopik yang berlokasi di serviks, ovarium,
insterstisial, dan cornu tuba sangat diuntungkan dengan terapi methotrexate
ini karena intervensi bedah pada kasus-kasus tersebut memiliki risiko
perdarahan yang tinggi bahkan seringkali harus berakhir dengan
histerektomi dan ooforektomi.
3. Regimen dosis Multipel
Pemberian regimen methotrexate dosis multipel pada kehamilan
ektopik harus disertai pemberian leucovorin. Leucovorin adalah asam
folat yang merupakan produk akhir dari reaksi yang dikatalisasi oleh
dihidrofolat reduktase. Normalnya, sel yang membelah mengabsorbsi
leucovorin sehingga dapat menrunkan aksi methotreaxate, dengan kata lain
menurunkan efek samping sistemik methotrexate.
4. Pembedahan
Intervensi bedah yang dapat dilakukan sebagai terapi pada
kehamilan ektopik adalah salpingektomi dan salpingostomi. Salpingektomi
adalah pembedahan untuk menyingkirkan/membuang Tuba Fallopi.
Sementara salpingostomi adalah metode membuka Tuba Fallopi, tetapi
tanpa menyingkirkan tuba. Salpingostomi dikenal juga dengan sebutan
neosalpingostomi atau fimbrioplasti. Disebut demikian karena prosedur ini
merupakan prosedur rekonstruksi tuba dengan cara membuka fimbriae tuba
dan memperbaikinya. Pada perempuan tanpa faktor risiko infertilitas atau
sudah tidak berkeinginan untuk memiliki anak lagi, salpingektomi lebih
dianjurkan. Kedua metode pembedahan ini dapat dilakukan baik secara
laparoskopi maupun laparotomi, saat ini laparoskopi lebih sering digunakan
karena lebih cepat dan cenderung memiliki efek samping yang lebih rendah.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah
Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
b. Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi
dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa
penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi
pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
c. Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam
pemeriksaan kehamilan.
d. Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
e. Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali
klien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit
lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
f. Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan
selain itu klien ammeorrhoe.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu
kemudian disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat
pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya
perdarahan pervagina :

10
1) Kadang disertai muntah
2) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3) Terkumpulnya darah di rongga perut :
 Menegakkan dinding perut nyeri
 Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
c. Riwayat kesehaatan dahulu :
Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,
addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit
/ membantu.
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami
infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada celvix.
e. Riwayat Obstetri Ginekologi
a. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun,
berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih
mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses
persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
c. Grade multi
d. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
e. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau
yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi
3. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital.
a. Keadaan umum : tergantung banyaknya darah yang keluar dan
tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat
dengan shock berat dan anemi
b. Kepala

11
1) Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi
sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.
2) Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterik/tidak. Hidung : hidung simetris / tidak,
bersih/tidak, secret ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.
3) Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak,
simetris atau tidak.
4) Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi.
c. Leher dan thorax :
Tanda-tanda kehamilan ektopik tidak dapat di
identifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara pada KET,
biasanya mengalami perubahan.
d. Abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
di sisi uterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan
bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan
dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus. Hematokel
retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut menegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga
peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang
berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun
padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
e. Genetalia
Sebelum dilakukan tindakan operasi pada
pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan
pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit,
berwarna merah kehitaman, Setelah dilakukan tindakan operasi
pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan adanya darah yang
keluar sedikit
f. Ekstremitas

12
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya
akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada
tangandan kaki.

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Pembuahan telur di ovum Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri
Perjalanan ke uterus,telur
DO: mengalami hambatan

1. Adanya pendarahan (Endosalfingitis, hypoplasia


2. Klien terlihat meringis uteri, tumor, idiopatik, bekas
radang pada tube, infeksi
3. Frekuensi nadi
pelvis
meningkat

Bernidasi di tuba

Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik

Terganggu

Rupture pada implantasi di


tuba dan uterus

Perdarahan abnormal

Nyeri abdomen

Nyeri Akut

13
2. DS: Pembuahan telur di ovum Hipovolemia
Klien merasa lemas dan
mengeluh haus Perjalanan ke uterus,telur
DO: mengalami hambatan

1. Frekuensi nadi (Endosalfingitis, hypoplasia


meningkat uteri, tumor, idiopatik, bekas
radang pada tube, infeksi
2. TD menurun
pelvis
3. Turgor kulit
menurun
4. Membran mukosa
Bernidasi di tuba
kering
5. Adanya
pendarahan Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik

Terganggu

Rupture pada implantasi di


tuba dan uterus

hipovolemia

3. DS: klien merasa bingung Pembuahan telur di ovum Ansietas


dan khawatir dengan
akibat dari kondisi yang Perjalanan ke uterus,telur
dihadapi mengalami hambatan

DO: (Endosalfingitis, hypoplasia


1. Tampak gelisah uteri, tumor, idiopatik, bekas
radang pada tube, infeksi
2. Tampak tegang
pelvis
3. Sulit tidur

14
Bernidasi di tuba

Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik

Terganggu

Rupture pada implantasi di


tuba dan uterus

Perdarahan abnormal

Ansietas

15
4. DS: Pembuahan telur di ovum Resiko Infeksi
-
Perjalanan ke uterus,telur
DO: mengalami hambatan

- (Endosalfingitis, hypoplasia
uteri, tumor, idiopatik, bekas
radang pada tube, infeksi
pelvis

Bernidasi di tuba

Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik

Terganggu

tumbuh disaluran tuba

abortus ke dalam lumen tuba

terjadi perdarahan karena


pembukaan pembuluh darah
oleh villi kuralis

pelepasan tidak sempurna

perdarahan terus berlangsung

Resiko infeksi

16
3. DIANGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d klien mengeluh nyeri, frekuensi
nadi meningkat
2) Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d adanya pendarahan, turgor kulit
menurun, mukosa bibir kering
3) Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi d.d klien klien merasa bingung dan
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
4) Resiko infeksi d.d adanya pendarahan

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
1. Tupan : Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Membantu
selama 1x24 jam, nyeri karakteristik, durasi, menentukan
hilang frekuensi, kualitas, intervensi
intensitas nyeri. selanjutnya.
2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui seberapa
Tupen : dan tanda-tanda vital. berat nyeri yang
Setelah dilakukan dirasakan klien dan
tindakan keperawatan mengetahui keaadaan
selama 3x24 jam nyeri 3. Identifikasi nyeri klien.
berkurang dengan nonverbal. 3. Melihat beratnya
kriteria hasil : 4. Identifikasi faktor yang nyeri.
1. Tidak mengeluh memperberat dan 4. Membantu dalam
nyeri memperingan nyeri. menentukan
2. Skala nyeri 1 (0-10). intervensi
3. Klien tampak rileks. Terapeutik selanjutnya.

17
4. TTV dalam rentang 5. Berikan teknik
normal. nonfarmakologis untuk 5. Dapat menurunkan
mengurangi rasa nyeri nyeri yang dirasakan.
(mis. Nafas dalam,
terapi musik, dan
aromaterapi.
6. Fasilitasi istirahat dan 6. Dapat mengurangi
tidur. rasa nyeri.
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, 7. Menjadi dasar
periode, dan pemicu pengetahuan kloien
nyeri. tentang nyeri yang
dirasakan.
8. Ajarkan teknik 8. Memandirikan klien
nonfarmakologis untuk dalam mengatasi
mengurangi rasa nyeri. nyeri.
Kolaborasi
9. Kolabolasi pemberian
analgetik. 9. Analgetik dapat
menurunkan rasa
nyeri.

2. Tupan : Manajemen Hipovolemia


Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui gejala
selama 3x24 jam klien hypovolemia (mis awal terjadinya resiko
Hipovolemi teratasi. frekuensi nadi hypovolemia dan
meningkat, nadi teraba untuk menentukan
Tupen : lemah, tekanan darah intervensi selanjutnya.
Setekah dilakukan menurun, tekanan nadi
tindakan keperawatan menyempit, turgor
selama 1x24 jam menurun, membrane

18
kehilangan cairan aktif mukosa kering, volume
teratasi dengan kriteria urine menurun,
hasil : hematocrit meningkat,
1. Tidak terjadi adanya haus, lemah).
tanda tanda-tanda 2. Monitor intake dan 2. Untuk mengetahui
hipovilemia. output cairan keseimbngan cairan
tubuh klien.
Terapeutik
3. Hitung kebutuhan 3. Mengetahui kebutuhan
cairan. cairan yang harus
4. Berikan asupan cairan dipenuhi klien.
oral. 4. Mencegah terjadinya
Edukasi kekurangan cairan
5. Anjurkan dalam tubuh.
memperbanyak cairan 5. Mencegah terjadinya
oral. kekurangan cairan
dalam tubuh.
Kolaborasi
6. Klaborasi pemberian
cairan IV isotonis ( mis. 6. Sebagai asupan cairan
RL, NaCL). tambahan.
7. Kolaborasi pemberian
produk darah. 7. Mencegah terjadinya
syok hypovolemia.

3. Tupan : Reduksi Ansietas


Setelah dilakukan Observasi
tindakankeperawatan

19
selama 1x24 jam 1. identifikasi tingkat 1. Mengetahui
ansietas menurun. cemas berbeda (mis. sebagaimana tingkat
Kondisi waktu). kecemasan yang
2. Monitor tanda-tanda dialami klien.
kecemasan ( verbal dan 2. Guna menentukan
nonverbal). intervensi
Tupen : selanjutnya.
Setelah dilakukan Terapeutik
tindakan keperawatan 3. Pahami situasi yang 3. Menjalin bina trust
selama 3x24 jam membuat ansietas. dengan pasien.
informasi tentang 4. Gunakan pendekatan 4. Mengurangi
keadaan yang dialami yang tenang dan kecemasan klien.
klien akan mengurangi meyakinkan.
ansietas dengan kriteria 5. Motivasi 5. Sebagai dasar awal
hasil : mengidentifikasi pengetahuan klien
1. Klien tampak situasi yang memicu guna mengurangi
rileks dan tidak kecemasan. kecemasan.
menunjukan 6. Diskusikan 6. Memberikan
tanda-tanda perencanaan realistis informasi awal
ansietas. tentang peristiwa yang sebelum terjadinya
akan datang. sensasi yang akan
dialami klien.
Edukasi
7. Jelaskan prosedur, 7. Memberikan dasar
termasuk sensasi yang pengetahuan klien
mungkin dialami terkait pengobatan
yang akan dilakukan.
8. Informasikan secara 8. Membantu klien
faktual mengenai dalam
diagnosis, pengobatan, mengurangikecemasa
dan prognosis. n.

20
9. Latih tenik relaksasi.

4. Tupan : Pencegan infeksi


Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Batasi jumlah 1. Meminimalisir
selama 3 x 24 jam pengunjung. terjadinya infeksi
diharapkan resiko nasokomial.
infeksi tidak terjadi. 2. Cusi tangan sebeelum 2. Mengindari infeksi
dan setelah kontak silang.
langsung dengan klien
dan lingkungan klien.
3. Pertahankan teknik 3. Menghindari infeksi
aseptic pada pasien silang.
beresiko tinggi.
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan 4. Memberikan dasar
gejala infeksi. informasi terkait
5. Ajarkan cara mencuci dengan infeksi.
tangan dengan benar. 5. Upaya pencegahan
terjadinya infeksi.

21
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan
hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Tanda gejala yang biasa di alami : nyeri tekan abdomen, tekan panggul, massa
adneksa, nyeri abdomen bawah atau pelvic, menstruasi abnormal, kolaps dan
kelelahan dan pembesaran uterus.

B. SARAN
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan mempelajari
dengan sungguh-sungguh tentang kebutuhan asuhan keperawatan dengan
gangguan reroduksi khususnya pada klien yang mengalami KET.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astria Niki. 2017. Makalah Kehamilan Ektopik. Diakses


https://www.academia.edu/38466328/Makalah_Kehamilan_EKTOPI
K_Niki.docx pada tanggal 29 November 2019.

Ratnawati Ana, (2016). Asuhan Keperawatan Maternitas. I- Yogyakarta

Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Medi Action: Jogjakarta.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

23

Anda mungkin juga menyukai