Anda di halaman 1dari 11

Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis

yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan


bakar yang disertai dengan timbulnya
api/penyalaan.

3.2. Penyebab Kebakaran

Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai (1) kelalaian, (2)


kurang pengetahuan, (3) peristiwa alam, (4) penyalaan sendiri, dan (5)
kesengajaan.

1. Kelalaian

Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh


dari kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat
yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya,
mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain
sebagainya.

2. Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu


penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang
pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang
mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak
mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.

3. Peristriwa alam

Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung


meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.

4. Penyalaan sendiri.
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya
dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai
pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas
matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan.

5. Kesengajaan

Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur


sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain
sebagainya.

3.3. Segitiga Api

Api terjadi dari tiga unsur yaitu (1) bahan bakar, (2) Oksigen dan (3) panas.
Bahan bakar yang mudah terbakar tersebut misalnya: kayu, kertas, karet,
plastik dan lain sebagainya. Oksigen biasanya didapat dari udara. Udara
mengandung 21 % oksigen suatu tempat dikatakan masih memiliki
keaktifan pembakaran bila kadar oksigennya lebih dari 15 %. Sedang bila
kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran.

Dasar dari system pemadaman api adalah merusak keseimbangan reaksi


api. Hal ini dapat dilakukan dengan empat cara yaitu (1) memisahkan
panas atau mendinginkan, Gambar 3.1.b, (2) mengisolasi yaitu
memisahkan oksigen (udara), Gambar 3.1.c; (3) menguraikan yaitu
memisahkan bahan bakar (Gambar 3.1.d) dan (4) merusak reaksi rantai
api.

3.3. Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran dimaksudkan sebagai penggolongan atau pembagian


jenis kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar. Pembagian
atau penggolongan ini bertujuan agar diperoleh kemudahan dalam
menentukan cara pemadamannya..

1. Klasifikasi di Indonesia
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980
Tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam)

(2) Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar

(3) Klas C: Instalasi listrik bertegangan

(4) Klas D: Kebakaran logam

2. Klasifikasi Eropa

Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Comite European


de Normalisation sebagai berikut.

(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu

(2) Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain
sebagainya

(3) Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya

(4) Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potasium dan lain
sebagainya.

3. Klasifikasi Amerika National Fire Protection


Association (NFPA)

(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu

(2) Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis

(3) Klas C: Kebakaran karena listrik


(4) Klas D: Kebakaran logam

Label menurut klasifikasi NFPA untuk fire extinguisher seperti gambar


berikut:

4. Klasifikasi Amerika U.S. Coast Guard

(1) Klas A: Bahan bakar padat

(2) Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat
Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzena dan lain
sebagainya

(3) Klas C: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat
Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: ethanol, aceton dan lain
sebagainya

(4) Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama
dengan 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak
kelapa, minyak pendingin trafo dan lain sebagainya

(5) Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih
tinggi dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin,
etilin dan lain sebagainya

(6) Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain
sebagainya

(7) Klas G: Kebakaran listrik.

DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi
yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme.

KLASIFIKASI
Fase Luka Bakar
A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Klasifikasi luka bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar
diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Laka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
– Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
– Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari
– Tidak dijumpai bulae
– Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
– Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


– Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi.
– Dijumpai bulae.
– Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
– Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
– Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
– Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih
utuh.
– Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak§ dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
– Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
– Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
– Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
– Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
– Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
– Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-
anak.
– Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
– Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
– Luka tidak sirkumfer.
– Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan
semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan
senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika:
– Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
– Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah
Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
– Terjadi luka bakar pada organ dalam.

A. Dalamnya luka bakar.

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan


Ketebalan partial Jilatan api, Kering tidak ada Bertambah Nyeri
superfisial(tingkat I) sinar ultra gelembung.Oedem minimal merah.
violet (terbakar atau tidak ada.Pucat bila ditekan
oleh matahari). dengan ujung jari, berisi kembali
bila tekanan dilepas.

Lebih dalam dari Kontak dengan Blister besar dan lembab yang Berbintik-bintik Sangat
ketebalan bahan air atau ukurannya bertambah yang kurang nyeri
partial(tingkat bahan besar.Pucat bial ditekan dengan jelas, putih,
II)- Superfisial- Dal padat.Jilatan ujung jari, bila tekanan dilepas coklat, pink,
am api kepada berisi kembali. daerah merah
pakaian.Jilatan coklat.
langsung
kimiawi.Sinar
ultra violet.

Ketebalan Kontak dengan Kering Putih, kering, Tidak sakit,


sepenuhnya(tingkat bahan cair atau disertai kulitmengelupas.Pembu hitam, coklat sedikit
III) padat.Nyala luh darah seperti arang terlihat tua.Hitam.Mera sakit.Ramb
api.Kimia.Kont dibawah kulityang h. ut mudah
ak dengan arus mengelupas.Gelembung jarang, lepas bila
listrik. dindingnya sangat tipis, tidak dicabut.
membesar.Tidak pucat bila
ditekan.

B. Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua
rule of wallace yaitu:

1. Kepala dan leher : 9%


2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%
C. Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :

1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.


2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam :


1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :

 Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari
10% Total Body Surface Area pada anak-anak.
 Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

 Tingkat II 15% – 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% –
20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
 Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

 Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20%
Total Body Surface Area pada anak-anak..
 Tingkat III 10% atau lebih.
 Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum..
 Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
 Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
 Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka
jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..

American college of surgeon membagi dalam:

Parah – critical:

 Tingkat II : 30% atau lebih.


 Tingkat III : 10% atau lebih.
 Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
 Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

Sedang – moderate:

 Tingkat II : 15 – 30%
 Tingkat III : 1 – 10%

Ringan – minor:
 Tingkat II : kurang 15%
 Tingkat III : kurang 1%
 PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang
 Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005)
 Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah
kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ
eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000)
 Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari
kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien
dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan
cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan
komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan
kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas
tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka
bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan
intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.

 B. Tujuan
 1. Tujuan Umum
 Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kegawatdaruratan pada klien dengan
luka bakar.
 2. Tujuan Khusus
 a. Mahasiswa mampu mengkaji terhadap derajad luka bakar.
 b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap luka
bakar.
 c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan perawatan luka
bakar.
 d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
 e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun.
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Siklus
ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari pra
kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut akan
tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat pra
kejadian.

https://googleweblight.com/i?u=https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-
kebakaran/&hl=en-ID

https://googleweblight.com/i?u=https://janewinarni.wordpress.com/luka-bakarcombutcio/&hl=en-
ID

http://googleweblight.com/i?u=http://luka-bakarcombutcio.blogspot.com/2015/09/klasifikasi-luka-
bakar.html?m%3D1&hl=en-ID

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan
menyebabkan kerugian. Klasifikasi kebakaran dibedakan menjadi: kelas A (kayu, kertas, plastik),
kelas B (bensin, solar, bensol), kelas C (permesinan, generator, panel listrik), kelas D (bahan-
bahan logam, titanium, aluminium), dan kelas K (minyak goreng).

Penyebab terjadinya kebakaran meliputi tiga unsur, yaitu:

1. Bahan yang mudah terbakar

2. Oksigen

3. Suhu

Terdapat tiga cara untukmengatasi atau memadamkankebakaran:

1. Cara penguraian
2. Cara pendinginan

3. Cara isolasi atau lokalisasi

Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah.

Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Anda mungkin juga menyukai