Anda di halaman 1dari 57

UPAYA MENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN TALKING STICK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA


FLIP CHART PADA PESERTA DIDIK KELAS VII PUTRI MTS AL-
HIKMAH MERAUKE

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

NADILA
2016 84 203 003

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses
belajar yaitu melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal.
Pendidikan formal dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum
semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Pemahaman
yang dimaksud bukanlah pemahaman dalam arti sempit yaitu menghafal materi
pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yaitu lebih cenderung menekankan
pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi menemukan konsep, mencari dan
lain sebagainya serta peserta didik dituntut untuk dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Sebagian besar aktivitas pendidikan formal dilaksanakan di sekolah


sehingga menimbulkan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan
siswa dengan lingkungan sekolah. Pada proes pendidikan formal, peran guru
sangatlah besar. Hal ini dikarenakan seorang guru merupakan sosok yang menjadi
panutan bagi siswa. Di samping itu, guru juga harus mampu menguasai materi
dengan baik serta menyampaikan pada siswa dengan cara yang beraneka ragam.
Namun, dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru tidak hanya
menyampaikan materi yang menjadi tujuan untuk mencapai target capaian tetapi
guru juga harus menyisipkan nilai-nilai kehidupan serta memotivasi siswa untuk
terus belajar.

Pelaksanaan pendidikan formal untuk menciptakan manusia yang handal


dan terampil seperti yang di harapkan tidaklah mudah. Respon siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
guru. Terutama pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (Fisika), Pembelajaran
ilmu pengetahuan alam (Fisika) terkesan sebagai pelajaran yang sulit karena
berkaitan dengan rumus-rumus, abstrak dan konsep metode ceramah oleh guru
membuat siswa bosan dan jenuh dalam mengikuti pelajaran.

Dari hasil observasi bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA diperoleh


data sebagai berikut: 1) mata pelajaran IPA (fisika) sering dianggap oleh siswa
sebagai mata pelajaran yang identik dengan rumus-rumus perhitungan, menghafal
dan abstrak, serta dalam pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran
konvensial yaitu masih menggunakan metode ceramah, guru hanya bercerita di
depan kelas; 2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah; 3)
minat belajar siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu, permasalahan yang ditemui adalah kegiatan pembelajaran


didalam kelas yang hanya berpatok pada papan tulis, guru 80% menjelaskan materi
di papan tulis dan siswa memperhatikan. Pembelajaran tersebut berlangsung seperti
itu secara terus menerus sehingga membuat peserta didik jenuh dan cenderung pasif
dalam mengikuti proses pembelajaran.

Permasalahan lain yang banyak dijumpai di antaranya kurangnya sikap


partisipatif peserta didik dalam mengikuti pelajaran dengan cara membuat kegiatan
sendiri di dalam kelas seperti menggambar, mengobrol, melamun, bahkan tidur.
Waktu yang terbatas memang menjadi kendala jika mengingat target materi yang
harus diselesaikan dalam dua jam pelajaran di samping itu guru juga harus mampu
menyisipkan nilai-nilai kehidupan. Namun lain halnya jika permasalahan yang
muncul pada siswa, meskipun guru sudah berusaha untuk menyampaikan materi
dengan sebaik mungkin akan menjadi sia-sia apabila dalam diri siswa tidak ada
minat untuk belajar.

Kondisi pembalajaran yang demikian, masih mendominasi proses


pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Guna mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keikutsertaan peserta didik
secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dengan aktifnya siswa dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan minat belajar siswa dapat meningkat dan
kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan.
Penggunaan media yang tepat juga dapat mempermudah siswa dalam
menerima dan memahami isi materi yang diberikan oleh guru. Kualitas dan
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru
dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran.
Pembelajaran searah yaitu pembelajaran dari guru ke siswa saja tanpa ada interaksi
antara siswa dengan guru (monolog) akan menghasilkan sifat siswa yang bertindak
pasif (duduk, diam, dan mendengarkan penjelasan guru). Berdasarkan hasil
pengamatan di MTs Al-Hikmah Merauke, permasalahan yang muncul dalam proses
kegiatan belajar mengajar khususnya di kelas VII Putri ,suatu solusi yang dapat
digunakan untuk menanggulangi permasalahan siswa yang terjadi yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran Talking Stick.

Karakteristik siswa yang suka bermain dalam kelas dapat dialihkan dengan
cara belajar menggunakan sebuah permainan yang didukung dengan media
pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick diharapkan
siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran ini dapat
menumbuhkan kerjasama antar siswa dan rasa berani siswa untuk menyampaikan
pendapat didepan kelas.

Selain dengan model pembelajaran tersebut, penggunaan media Flip Chart


juga sangat membantu siswa untuk lebih mempermudah siswa dalam
menyampaikan materi, karena dengan menggunakan media Flip Chart siswa dapat
melihat contoh-contoh atau penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari mengenai
materi terkait . Dengan demikian siswa kelas VII putri tidak hanya menjadi
pendengar penjelasan guru, namun sebagai pelaku yang aktif mendapat ilmu
pengetahuan.

Berdasarkan masalah diatas melatar belakangi perlunya dilakukan penelitan


dengan judul: “Upaya Meningkatan Minat Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Talking Stick Dengan Menggunakan Media Flip Chart Pada Siswa
Kelas VII Putri MTs Al-Hikmah Merauke”.
B. Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang menjadi kendala yang telah ditemukan di kelas VIII


Putri MTs Al-Hikmah Merauke berdasarkan hasil observasi awal yang telah
dilakukan antara lain :

1. Siswa kurang minat belajar karena model dan media pembelajaran yang
kurang sesuai.
2. Kurangnya sikap partisipatif peserta didik dalam mengikuti pelajaran
3. Siswa kesulitan untuk dapat memahami materi pelajaran IPA karena
minimnya minat belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi bahan


pengkajian dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Talking Stick
menggunakan media Flip Chart secara signifikan dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar IPA pada peserta didik kelas VII Putri MTs Al-Hikmah Merauke?”.

D. Tujuan Penelitian

Terkait dengan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka


terdapat pada tujuan penelitian yaitu mengetahui bagaimana upaya meningkatkan
minat dan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran Talking Stick
menggunakan media Flip Chart pada siswa kelas VII Putri MTs Al-Hikmah
Merauke.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini dapat memberikan suatu alternatif strategi


pembelajaran yang bermanfaat bagi perorangan ataupun institusi di bawah ini:

a) Manfaat bagi pendidikan


Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi bahwa banyak model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar
siswa. Salah satunya dengan menggunakan model Talking Stick melalui
media Flip Chart.

b) Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk


meningkatkan minat belajar dengan cara memperbaiki model dan media
belajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Minat Belajar


a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan seseorang. Belajar memegang peranan
penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Anni (2009:81-
82) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses perubahan
perilaku individu yang berlangsung selama periode tertentu yang
didahului oleh proses pengalaman serta bersifat relatif permanen.
Para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku.
Slameto (2010:27 ) menyatakan prinsip- prinsip belajar
antara lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan untuk
berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforment dan
motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan
instruksional;
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana
anak dapat mengembangkan kemampuannya
bereksplorasi dan belajar dengan efektif;
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan
lingkungannya

b. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga


siswa dapat belajar dengan tenang;
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-
kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu
mendalam pada siswa.

b. Pengertian Minat
Hilgrad dalam Slameto (2010:57) merumuskan minat
merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Subini
(2011:21) mengatakan bahwa minat timbul dari orang untuk
memperhatikan, menerima, dan melakukan sesuatu tanpa adanya
yang menyuruh dan sesuatu itu dianggap penting atau berguna bagi
dirinya. Slameto (2010:180) minat pada adalah penerimaan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.
Minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa dan pada
kenyataannya apa yang ada dan apa yang menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran yang berlangsung mempengaruhi ketertarikan
siswa dalam pembelajaran selanjutnya. Minat belajar seseorang
tidak selalu stabil melainkan selalu berubah. Menurut Sardiman
(dalam purnamawati, 2015 :38) minat dapat dibangkitkan dengan
cara sebagai berikut :
1. Membangkitkan adanya kebutuhan
2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang
lampau
3. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang
baik
4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Minat besar pengaruhnya terhadap terhadap belajar, karena


bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. kurangnya minat belajar siswa bisa terjadi
apabila model pembelajaran dan media pembelajran yang digunakan
oleh guru kurang menarik. Ada tidaknya minat siswa terhadap suatu
pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, lengkap
atau tidaknya catatn siswa dan diperhatikannya model pembelajaran
atau media pembelajaran yang digunakan guru.

(Slameto, 2010 : 57) Oleh sebab itu minat dalam belajar tidak
bisa dikesampingkan karena dari minat itu lah timbul ketertarikan
siswa akan pelajaran yang berujung kepuasan dalam pembelajaran
sehingga siswa akan mencari kelanjutan pelajaran tersebut.

Minat dalam pembelajaran IPS memiliki peranan penting


dalam menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, siswa
secara suka rela akan berperan aktif dalam pembelajaran dan
kelanjutan dari proses belajar terjadi karena siswa menunjukan
ketertarikan dalam belajar.

2. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta saja, tetapi juga munculnya “metode ilmiah”
(scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja
ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific
attitudes). Sejalan dengan pengertian tersebut, IPA merupakan suatu
rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep
yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, dan selanjutnya akan bermanfaat untuk eksperimentasi
dan observasi lebih lanjut.
Merujuk pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA
meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori,
dan hukum; (2) proses: yaitu prosedur pemecahan masalah melalui
metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi: merupakan penerapan
metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari; (4) sikap: yang terwujud melalui rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru namun dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar. Oleh karena itu IPA bersifat open ended
karena selalu berkembang mengikuti pola perubahan dinamika
dalam masyarakat.
3. Model Pembelajaran Talking Stick
Joyce 1992 (Mulyono, 2013:15) menyatakan model pembelajaran
adalah suatu prencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat komputer buku, film, kurikulum,
dan lain-lain. Setiap pembelajaran mengarahkan kita ke dalam desain
pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Menurut Trianto (2009:23), model pembelajaran mempunyai makna
yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Setiap guru dalam mengajar senantiasa diharapkan pada pilihan
model. Terdapat berbagai macam model yang bisa dipilih guru dalam
kegiatan mengajar, namun tidak semua model bisa dikategorikan
sebagai model yang baik atau jelek. Kebaikan suatu model terletak pada
ketepatan memiliki sesuatu dengan tujuan pembelajaran. Faktor yang
mempengaruhi pemilihan dan penentuan model pembelajaran antara
lain:
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Materi pelajaran
c. Peserta didik (Siswa)
d. Situasi
e. Fasilitas
f. Guru
Pembelajaran yang baik adalah ketika tercipta suasana pembelajaran
yang kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, strategi
pembelajaran juga harus memperhitungkan semua kondisi siswa, baik
itu keadaan internal maupun eksternal siswa. Salah satu metode yang
bisa membuat siswa mempunyai rasa minat terhadap pelajaran yang
akan dilaksanakan yaitu metode Talking Stick.
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode/model yang pada
mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua
orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum.
Model pembelajaran Talking Stick termasuk salah satu model
pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran Talking Stick dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa memelajari materi pokoknya.
Talking Stick merupakan metode pendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok serta didalamnya menekankan kerjasama.
Pembelajran dengan menggunakan metode Talking Stick mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan
menggunakan metode tersebut diawali oleh penjelasan guru mengenai
materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan membaca
dan mempelajari materi tersebut (Suprijono, 2010:109-110).
(Huda, 2013:225) mengemukakan bahwa ada 8 langkah dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Talking
Stick:
 Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya kurang lebih 20cm
 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
 memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
 materi pelajaran.
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
 Setelah siswa selesai membaca materi pelajran dan mempelajari isinya, guru
 mempersiapkan siswa untuk menutup isi bacaan.
 Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah
 itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
 harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
 mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Guru melakukan evaluasi/penilaian.
 Guru menutup pembelajaran.
Kelebihan melakukan pemebelajaran dengan menggunakan metode
Talking Stick yaitu meliputi:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami materi pelajaran dengan
cepat.
3. Membantu siswa untuk giat belajar.
4. Menumbuhkan partisipati siswa selama pelajaran.
5. Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan karena ada
unsur bermain.
6. Melatih siswa berlatih berbicara didepan siswa lain.
7. Meningkatnya minat belajar siswa.

Kelemahan dari metode Talking Stick adalah membuat senam


jantung, membuat peserta didik tegang, ketakutan akan pertanyaan
yang akan diberikan guru.

Tujuan dari metode Talking Stick adalah menguji kesiapan


siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan
memahami materi pelajaran dengan cepat, mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat dan mengajak siswa untuk siap
dalam menjawab pertanyaan dari guru (Huda, 2013:225).

4. Media Flip Chart


Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar (Wina, 2008: 204). Media adalah bentuk-
bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar,
dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi (Sadiman dkk, 2009 : 7).
Pembelajaran yang berhasil sekaligus menyenangkan
memerlukan media belajar. Media belajar juga berfungsi
memudahkan terjadinya proses pembelajaran, penentuan media
belajar harus dipilih dan diselaraskan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Oleh karena itu, hendaknya dipilih media yang menarik
perhatian dan minat siswa dan media yang dibuat harus sederhana,
mudah di buat, dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau
diambil dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, salah satu
media yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar
yaitu media Flip Chart.
Flip chart tergolong dalam media visual. Flip chart adalah
kumpulan ringkasan, konsep, skema, gambar, tabel yang digantung
pada suatu tiang gantungan kecil dengan cara yang dibuka secara
berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran menunjukan
dengan membalik satu persatu. Menurut Hosnan ( 2014 :115) flip
chart yaitu lembaran kertas dengan ukuran yang cukup besar agar
dapat di lihat bersama-sama. Flip chart terdiri atas beberapa lembar
kertas, yang pada bagian ujung atas dijepit. Pada saat akan
menggunakan chart lembar kedua dan seterusnya, chart bagian
depan digulung ke belakang atau di lepas. Menurut Nana Sudjana &
A.Rivai (2002 : 27) flip chart adalah kombinasi antara media grafis
dengan gambar foto yang dirancang untuk memvisualisasikan
secara logis dan teratur mengenai fakta atau batasan.
Penggunaan media flip chart adalah cara paling mudah untuk
pengajaran, media flip chart memiliki beberapa kelebihan yaitu
mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas, pada
umumnya flip chart berukuran lebih kecil dari ukuran white board
maka pesan pembelajaran yang disajikan harus ringkas hanya
mencakup pokok-pokok materi pembelajaran, dapat digunakan di
dalam ruangan atau luar ruangan, memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran, menghemat guru waktu untuk menulis
di papan tulis. Namun media flip chart juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu penggunaan media ini menggunakan penyangga
yang berbahan dari kayu sehingga sulit untuk dibawa kemana-mana
dan membutuhkan waktu untuk mempersiapkan media dalam
melaksanakan pembelajaran.
Penggunaan flip chart sebagai media pembelajaran
diharapkan menyajikan materi yang relatif mudah pada lembaran
pertama hingga pada lembaran terakhir. Kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasi pada pembelajaran menggunakan media flip chart
dapat dilakukan oleh siswa.

B. Penelitian Yang Relevan

Model pembelajaran Talking Stick dan media pembelajaran Flip


Chart merupakan salah satu model pembelajaran dan media pembelajaran
yang mengasyikkan dan menyenangkan, maka dari itu peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih dalam mengenai penerapan model tersebut didalam
kelas. Terdapat penelitian sebelumnya penerapan model Talking Stick
dengan judul “Peningkatan Minat Belajar IPS Siswa Melalui Model
Pembelajaran Talking Stick Dengan Menggunakan Media Flip Chart Pada
Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Windusari I Kabupaten Magelang Tahun
2015/2016” (Wahyuni,2016)..

Media Flip Chart adalah media yang dapat membantu guru untuk
melakukan komunikasi dengan siswa. Dan penelitian sebelumnya mengenai
media Flip Chart yaitu: Pengaruh Penggunaan Flip Chart Sebagai Media
Pembalajaran Sejarah Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X
IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon Tahun Ajaran 2014-2015 (Nilam
Arifani,2011).

Mahasiswa pendidikan sejarah. Hasilnya adalah bahwa penggunaan


media Flip Chart dampat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas
X IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon. Penelitian sebelumnya mengenai
model Talking Stick dan media Flip Chart sangat bermanfaat bagi peneliti
sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang dilaksanakan.
C. Kerangka Pikir

Kegiatan Belajar IPA

Meningkatkan minat
Belajar Peserta Didik

Model pembelajaran Media pembelajaran


Talking Stick Flip Chart

Minat belajar siswa


meningkat

Masalah yang sering dihadapi IPA dalam kegiatan belajar mengajar adalah
siswa yang sering merasa jenuh bahkan sering ribut sendiri. Penggunaan model
pembelajaran yang kooperatif oleh bertujuan agar merubah tingkah laku siswa
kearah yang lebih baik sehingga minat belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian ini menerapkan pembelajaran model Talking Stick dengan


menggunakan media Flip Chart pada siswa yang kurang aktif dan minat, kurang
dapat memahami pelajaran, individualistik dan siswa merasa bosan terhadap
pembelajaran yang kurang variatif, sehingga minat belajar siswa meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan leh guru didalam
kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru,
sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat (Wardani, 2018:14).

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action


Research)dan termasuk dalam ruang lingkup penelitian terapan (Applied Research)
yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian, dan tindakan. Menurut
O’Brien (Endang Mulyatiningsih, 2011: 59) penelitian tindakan dilakukan ketika
sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti
(guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saat
tindakan sedang berlangsung, peneliti selalu mengamati perubahan perilaku yang
terjadi pada siswa dan faktor yang menyebabkan tindakan tersebut dapat sukses
ataupun gagal.

Apabila peneliti merasa tindakan tersebut masih kurang berhasil, maka


dapat dilakukan tindakan kembali sampai seterusnya. Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien
pada situasi yang alamiah. Action Research beranggapan bahwa pengetahuan dapat
dibangun dari pengalaman, terutama pengalaman yang didapatkan melalui tindakan
(action).

Desain dalam penelitian ini menggunakan model yang diciptakan oleh


Kemmis dan Taggart (Endang Mulyatingsih, 2011: 70). Prosedur penelitian
tindakan dapat dibagi menjadi empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus)
yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Kegiatan dan observasi
digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus
dilaksanakan observasi. Hasil observasi kemudian direfleksikan untuk
merencanakan tindakan tahap selanjutnya. Siklus tersebut dilaksanakan secara terus
menerus sampai peneliti merasakan puas terhadap hasil tindakan tersebut dan
masalah dapat terselesaikan serta peningkatan hasil belajar sudah maksimal atau
tidak perlu ditingkatkan lagi. Model penelitian Kemmis dan taggart dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Tahapan PTK Model Kemmis dan Taggart (Endang Mulyatiningsih,


2011 : 71)

Pelaksanaan tindakan kelas berkembang melalui spiral yang dimulai dari


perencanaan (planning), diteruskan dengan pelaksanaan tindakan (acting) dan
diikuti dengan pengamatan sistematika terhadap tindakan yang dilakukan
(observing), refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflecting), dilanjutkan dengan
perencanan tindak selanjutnya dan seterusnya sampai tujuan pelaksanaan tindakan
ini berhasil.
1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam proses perencanaan adalah menentukan


tujuan penelitian yaitu permasalahan yang timbul, kemudian masalah tersebut
diidentifikasi dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan Penelitian Tindakan
Kelas. Dalam penelitian ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran talking stick pada mata pelajaran IPA (Fisika) materi Suhu dan kalor
, minat belajar peserta didik di dalam kelas harus meningkat minimal 80% dari
setiap indikator.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action) dan Observasi (Observation)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berusaha mengatasi masalah


masalah yang terjadi dengan menggunakan strategi-strategi pembelajaran.
Tindakan dilakukan berdasarkan rencana. Yang perlu diperhatikan bahwa tindakan
harus mengarah pada perbaikan dari keadaan sebelumnya.

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran boga dasar dengan model
pembelajaran Talking Stick. Sedangkan pada tahap observasi, peneliti mengamati,
mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan
berlangsung untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah ditentukan

3. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah upaya evaluasi diri secara kritis dilakukan oleh tim peneliti,
kolaborator dan orang-orang yang terlibat didalam penelitian. Refleksi merupakan
bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan, dengan kegiatan
refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan
dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang dihadapi
dilapangan. Peneliti melakukan refleksi setelah pembelajaran boga dasar atau
setelah observasi selesai dilakukan. Refleksi ini penting untuk mengkaji ulang
terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasi yang muncul pada subyek
yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan. Pada penelitian ini refleksi
dilakukan pada tiga tahap, yaitu a) tahap penemuan masalah, b) tahap merancang
tindakan, dan c) tahap pelaksanaan. Pada tahap penemuan dan identifikasi masalah
peneliti dan guru mata pelajaran boga dasar membahas masalah-masalah apa yang
dialami dikelas dalam pembelajaran suhu dan kalor merumuskan permasalahan
tersebut secara operasional, serta merumuskan solusi apa yang digunakan untuk
perbaikan dalam pembelajaran tersebut. Hasil refleksi pada tahap tindakan diikuti
dengan perbaikan rancangan tindakan yang dibuat dan dapat digunakan untuk
pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Refleksi berikutnya adalah tahap pelaksanaan dimana peneliti dan guru


kelas mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan untuk menyimpulkan data
dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa peningkatan
minat belajar peserta didik dalam pembelajaran suhu dan kalor melalui model
pembelajaran talking stick dengan media flip chart yang dirancang dari daftar
permasalahan yang muncul dilapangan, yang selanjutnya dapat dipakai sebagai
dasar untuk melakukan perencanaan ulang. Dengan langkah-langkah tersebut
terjadi suatu siklus, perencanaan, tindakan, pemantauan, dan refleksi, dapat
merevisi atau menyusun kembali perencanaan baru untuk menyempurnakan
perencanaan sebelumnya, dan perencanaan baru dapat disusun sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan dilapangan. Hal itu harus dilakukan sampai hasil
tingkat optimalisasi yang lebih tinggi sesuai kriteria keberhasilan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penenlitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs Al-Hikmah Merauke,


yang beralamatkan di Jalan Trans Irian Kelapa Lima, Merauke.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada semester genap semester 2 tahun ajaran 2020/2021.


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020. Waktu disesuaikan dengan
jadwal pembelajaran mata pelajaran suhu dan kalor dan sesuai kesepakatan dengan
pihak sekolah MTs Al-Hikmah Merauke.

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah peserta didik kelas VII Putri MTs Al-Hikmah
Merauke tahun pelajaran 2020/2021.

D. Prosedur Penelitian

Perencanaan
Penemuan Menyusun skenario
1. Peserta didik mudah bosan pembelajaran IPA
2. Kurang aktif Menggunakan model
pembelajaran Talking Stick
3. Suasana kelas tidak kondusif dengan media Flip Chart yang
dikembangakan

Siklus 1

Observasi
Pengumpulan data tentang Tindakan
efek penerapan model Melaksanakan skenario
pembelajaran Talking Stick pembelajaran IPA
dengan media Flip Chart Menggunakan model
yang dikembangkan pembelajaran Talking Stick
dengan media Flip Chart yang
dikembangkan.

Refleksi
Analisi data (tentang efek
penerapan model
pembelajaran Talking stick
dengan media Flip Chart
yang dikembangkan) yang
diperoleh dari hasil
pekerjaan peserta didik,
hasil wawancara, lembar
observasi, dan hasil
pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan Tindakan
Menyusun skenario
pembelajaran IPA Melaksanakan skenario
Menggunakan model pembelajaran IPA
pemebelajaran Talking Stick Menggunakan model
dengan media Flip Chart pembelajaran Talking Stick
yang dikembangakan dengan media Flip Chart yang
dengan perbaikan-perbaikan dikembangakan
siklus 1.
yang dikembangkan.
Siklus 2

Refleksi Observasi

Analisi data (tentang efek Pengumpulan data tentang


penerapan model pembelajaran efek penerapan model
Talking Stick dengan media Flip pembelajaran Talking Stick
Chart yang dikembangkan) yang dengan media Flip Chart
diperoleh dari hasil pekerjaan yang dikembangkan
peserta didik, hasil wawancara,
lembar observasi, dan hasil
pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan Tindakan
Menyusun skenario
pembelajaran IPA Melaksanakan skenario
Menggunakan model pembelajaran IPA
pemebelajaran Talking Stick Menggunakan model
dengan media Flip Chart pembelajaran Talking Stick
yang dikembangakan dengan media Flip Chart yang
dengan perbaikan-perbaikan dikembangakan
siklus 1.
yang dikembangkan.
Siklus 3

Refleksi Observasi

Analisi data (tentang efek Pengumpulan data tentang


penerapan model pembelajaran efek penerapan model
Talking Stick dengan media Flip pembelajaran Talking Stick
Chart yang dikembangkan) yang dengan media Flip Chart
diperoleh dari hasil pekerjaan yang dikembangkan
peserta didik, hasil wawancara,
lembar observasi, dan hasil
pelaksanaan pembelajaran
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136), instrumen penelitian adalah suatu


alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga mudah diolah. Sedangkan menurut Sugiono (2010: 148)
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian mempunyai kegunaan untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah
pengumpulan informasi di lapangan. Desain penelitian ini adalah penelitian
tindakan. Penelitian tindakan termasuk jenis penelitian kuantitatif, data yang
dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik deskriptif. Instrumen pada umumnya dibedakan menjadi dua macam yaitu
instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dan instrumen nontest
untuk mengukur sikap. Instrumen dalam penelitian tindakan kelas ini terbagi
menjadi tiga, yaitu: lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi
minat belajar.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 161) data adalah
hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Tahap ini
merupakan tahapan yang sangat penting karena dengan pengumpulan data, maka
peneliti akan mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengumpulan data penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara, yaitu:
observasi, dokumentasi, dan tes pencapaian hasil belajar

F. Teknik Analisi Data

1. Menghitung rata-rata
Untuk menghitung rata-rata digunakan rumus:
𝑋̅
𝑋̅ =
∑ 𝑋𝑖
Keterangan :
𝑋̅ = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑋̅ = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

∑ 𝑋𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘

2. Presentasi ketuntasan belajar

Untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik (indididual) dapat


dihitung menggunakan persamaan berikut:

T
KB  x100%
Tt

Keterangan:

KB= Ketuntasan belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh

Tt = Jumlah skor total (Trianto, 2012:241)

3. Persentase Ketuntasan

x
x100%
y

Keterangan:

X= banyaknya data nilai peserta didik yang tuntas

Y= jumlah seluruh peserta didik

G. Indikator Keberhasilan

Kriteria merupakan tindakan patokan untuk menentukan keberhasilan.


Suatu kegiatan dikatakan berhasil apabila mampu melampaui kriteria yang telah
ditentukan, oleh karena itu setiap evaluasi terhadap suatu program membutuhkan
suatu kriteria. Keberhasilan suatu tindakan biasanya didasarkan pada sebuah
standar yang harus dipenuhi. Pada penelitian tindakan keberhasilan dapat ditandai
dengan pembahasan kearah perbaikan, baik terkait dengan guru maupun dengan
siswa. Keberhasilan suatu penelitian tindakan yaitu membandingkan hasil sebelum
dan sesudah diberi tindakan cukup dengan mendeskripsikan data yang terkumpul.
Data-data yang disimpulkan berasal dari hasil catatan lapangan, observasi,
dokumentasi dan . Semua data tersebut dikumpulkan dan disimpulkan sebagai
acuan untuk perbandingan dan masukan terhadap apa yang telah dicapai setelah
tindakan. Kriteria keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Terlaksananya pembelajaran materi suhu dan kalor menggunakan model


pembelajaran Talking Stick dengan media flip chart sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Peserta didik berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran suhu dan
kalor dan menunjukan perhatian yang tinggi pada saat pembelajaran
berlangsung atau dapat dikatakan minat belajar peserta didik meningkat.
3. Apabila ≥80% dari keseluruhan peserta didik telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal yaitu ≥65.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dipilih


karena mempunyai beberapa keistimewaan yaitu mudah dilakukan oleh guru, tidak
mengganggu jam kerja guru, selain itu sambil mengajar bisa sekaligus melakukan
penelitian serta tidak memerlukan perbandingan. Data hasil penelitian yang akan
dipaparkan adalah data hasil rekaman tentang seluruh aktivitas yang menyangkut
pelaksanaan tindakan yang berlangsung di MTs Al-Hikmah Merauke.

1. Pra Siklus

Pada tanggal 23 Oktober 2019 peneliti melaksanakan tes awal pada peserta
didik Kelas VII dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
pada materi suhu dan perubahannya. Sebelum mengerjakan soal, peneliti meminta
peserta didik untuk mengerjakan soal dengan jujur dan mandiri, karena hasil dari
pre-test ini tidak ada pengaruhnya terhadap nilai peserta didik.

Tes awal ini diikuti oleh 26 peserta didik Kelas VII dan berlangsung dengan
tertib dan lancar. Pada tes awal ini peneliti memberikan 10 buah butir soal isian.
Pre-test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi suhu dan perubahannya yang hendak diajarkan, dan sebagai skor awal
peserta didik. Adapun hasil dari tes awal peserta didik Kelas VII mata pelajaran
IPA pokok bahasan bagaimana mengetahui suhu suatu benda di MTs Al-Hikmah
Merauke dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Pra
No Nama Keterangan
Siklus
1 AK 40 TIDAK TUNTAS
2 TY 40 TUNTAS
3 LK 30 TUNTAS
4 KM 35 TIDAK TUNTAS
5 Y 30 TIDAK TUNTAS
6 BG 65 TIDAK TUNTAS
7 FV 70 TUNTAS
8 FR 60 TIDAK TUNTAS
9 DF 50 TIDAK TUNTAS
10 ER 30 TIDAK TUNTAS
11 BG 68 TIDAK TUNTAS
12 FR 50 TIDAK TUNTAS
13 HY 40 TIDAK TUNTAS
14 KP 45 TUNTAS
15 WQ 50 TUNTAS
16 ES 60 TIDAK TUNTAS
17 ZA 60 TUNTAS
18 QA 65 TIDAK TUNTAS
19 WQ 66 TIDAK TUNTAS
20 EW 55 TIDAK TUNTAS
21 RT 65 TIDAK TUNTAS
22 TR 50 TUNTAS
23 ZX 45 TIDAK TUNTAS
24 FD 40 TIDAK TUNTAS
25 HG 40 TIDAK TUNTAS
26 CV 65 TIDAK TUNTAS

PRASIKLUS
TUNTAS TIDAK TUNTAS
19

TUNTAS TIDAK TUNTAS


NO URAIAN KETERANGAN
1. Jumlah peserta didik seluruhnya 26 peserta
2. Jumlah peserta tes 26 peserta
3. Nilai rata-rata peserta didik 50,54
4. Jumlah peserta didik yang tuntas 7
5. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 19
6. Ketuntasan belajar (%) 27%

Dari hasil pre-test tersebut diketahui bahwa peserta didik dengan jumlah 26
peserta, yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 19 peserta dan 7
peserta mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan tabel dapat diketahui juga, nilai
rata-rata peserta didik pada pre-test adalah sebesar 50,54 dan ketuntasan belajar
sebesar 27%.

Dalam pre-test ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik Kelas
VII belum menguasai materi bagaimana mengetahui suhu suatu benda. Hal tersebut
dapat terlihat dari sikap peserta didik yang masih bingung dan kesulian dalam
mengerjakan soal pre-test. Berdasarkan hasil pre-test tersebut peneliti ingin
memperbaiki ini dengan melakukan peneltian pada materi bagaimana mengatahui
suhu suatu benda dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah yang dapat
membentu meningkatkan pemahaman peserta didik. Tujuan dari peneitian ini yaitu
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peseta didik pada mata pelajaran
IPA di Kelas VII. Dengan adanya metode pembelajaran ceramah ini diharapkan
peserta didik lebih mudah memahami materi sehingga hasil belajar peserta didik
meningkat.

2. Paparan Data Pelaksanaan


a. Siklus I
1). Tahap Perencanaan Tindakan

Siklus 1 dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan kegiatan pembelajaran


dengan rencana sebagai berikut: pelaksanaan dilaksanakan tanggal 30 October 2019
alokasi waktu (2x40 menit) dan . Melaksanakan kegiatan pembelajaran pokok
bahasan bagaimana mengetahui suhu suatu benda.

Pada tahap perencanaan Siklus I ini peneliti menyusun dan mempersiapkan


instrumen-instrument penelitian, yaitu: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), (b) Membuat soal kelompok berupa kartu-kartu huruf yang
diacak yang kemudian harus dirangkai bersama anggota kelompok untuk metode
pembelajaran diskusi, (c) Membuat soal tes yang digunakan untuk post-test Siklus
I, dan (e) Menyusun lembar observasi kegiatan peserta didik dan guru (peneliti)
dalam pembelajaran.

2). Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan Awal

Pertemuan pada hari Senin 30 Oktober 2019 dilaksanakan pada pukul 07.30
–08.50 WIT di MTs Al-Hikmah Merauke. Peneliti memulai kegiatan awal
pembelajaran dengan memberikan salam dan mengajak peserta didik berdoa
bersama, memeriksa daftar hadir peserta didik, menginformasikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sekaligus memotivasi peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran, menyampaikan pentingnya materi ini dalam
kehidupan sehari-hari (10 menit).

Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti (60 menit), proses pembelajaran dimulai dengan


peneliti memberi pertanyaan untuk memancing keaktifan peserta didik. Ketika
diberi beberapa pertanyaan, peserta didik mampu menjawab pertanyaan dengan
cukup baik meskipun dengan melihat jawaban dibuku. Kemudian peneliti
menjelaskan materi tentang bagaimana mengetahui suhu suatu benda, Kemudian
peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika ada
materi yang belum dipahami.

Setelah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, peserta


didik dibagi menjadi 6 kelompok. Kemudian peneliti menjelaskan aturan-aturan
yang akan diterapkan dalam kerja kelompok tersebut dan bagaimana cara
menyelesaikan soal yang akan diberikan. Kemudian peneliti membagikan soal
kepada setiap kelompok. Setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya
merangkai huruf-huruf yang diacak maksimal dalam waktu 10 menit. Bagi
kelompok yang sudah menyelesaikan dapat menempelkan hasil kerjanya dipapan
tulis. Setelah itu peneliti membahas hasil kerja kelompok secara bersama-sama dan
meluruskan kesalah pahaman serta memberikan apresiasi kepada setiap kelompok.

Setelah itu peneliti menyuruh peserta didik untuk kembali ke tempat


duduknya masing-masing dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kemudian peneliti menjelaskan hal-hal
terkait materi yang belum dipahami oleh peserta didik. Setelah itu peneliti
membagikan soal post-test Siklus I untuk dikerjakan secara individu.

Kegiatan Akhir

Di akhir pembelajaran (10 menit), peneliti memberikan evaluasi secara lisan,


setelah itu peneliti bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan terkait materi
pembelajaran hari ini, kemudian peneliti mengumumkan materi yang akan
dipelajari berikutnya, dan menyuruh peserta didik untuk belajar guna
mempersiapkan pembelajaran Siklus II pada pertemuan berikutnya. Kegiatan
diakhiri dengan berdoa dan salam.

3). Tahap Pengamatan Tindakan

Tes
No Nama Akhir KETERANGAN
Siklus I
1 AK 60 TUNTAS
2 TY 55 TIDAK TUNTAS
3 LK 65 TUNTAS
4 KM 65 TUNTAS
5 Y 55 TUNTAS
6 BG 70 TUNTAS
7 FV 75 TIDAK TUNTAS
8 FR 65 TUNTAS
9 DF 68 TUNTAS
10 ER 35 TIDAK TUNTAS
11 BG 75 TIDAK TUNTAS
12 FR 65 TIDAK TUNTAS
13 HY 60 TUNTAS
14 KP 55 TUNTAS
15 WQ 60 TUNTAS
16 ES 65 TUNTAS
17 ZA 68 TIDAK TUNTAS
18 QA 75 TUNTAS
19 WQ 75 TUNTAS
20 EW 60 TIDAK TUNTAS
21 RT 75 TIDAK TUNTAS
22 TR 65 TIDAK TUNTAS
23 ZX 60 TUNTAS
24 FD 60 TUNTAS
25 HG 45 TIDAK TUNTAS
26 CV 65 TIDAK TUNTAS

SIKLUS 1
TUNTAS TIDAK TUNTAS
15

11

TUNTAS TIDAK TUNTAS

NO URAIAN KETERANGAN
1. Jumlah peserta didik seluruhnya 26 peserta
2. Jumlah peserta tes 26 peserta
3. Nilai rata-rata peserta didik 63,12
4. Jumlah peserta didik yang tuntas 11
5. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 15
6. Ketuntasan belajar (%) 58%

Dari hasil siklus 1 tersebut mengalami peningkatan diketahui bahwa peserta


didik dengan jumlah 26 peserta, yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah
sebanyak 11 peserta dan 15 peserta mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan tabel
dapat diketahui juga, nilai rata-rata peserta didik adalah sebesar 63,12 dan
ketuntasan belajar sebesar 58%. Tetapi ketuntasan belajar tersebut belum sesuai
dengan yang diharapkan yaitu minimal 80% dari jumlah peserta didik yang
mengikuti tes.

4). Tahapan Refleksi

Refleksi bertujuan melakukan evaluasi hasil tindakan penelitian yang telah


dilakukan di Siklus I. Hasil evaluasi ini kemudian dipergunakan sebagai acuan
perbaikan dalam menyusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap masalah-masalah selama


pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus I dari hasil post-test, observasi
peneliti maupun peserta didik, dan catatan lapangan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Aktivitas peneliti dan peserta didik berdasarkan lembar observasi


menunjukkan kriteria baik, namun masih ada beberapa poin yang
belum terpenuhi.
2. Terdapat peserta didik yang belum aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
3. Susanan kelas masih belum bisa terkondisikan dengan baik.

Dari hasil refleksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan


yang telah ditentukan belum tercapai sehinggah perlu adanya tindakan selanjutnya,
yaitu Siklus II dengan perbaikan-perbaikan sebagai berikut:

1. Mengadakan kuis untuk lebih membantu peserta didik memahami


materi.
2. Memberikan reward kepada peserta didik yang aktif dan kelompok
terbaik.

5). Data Aktivitas Peserta Didik Siklus I

Aspek aktivitas peserta didik berupa aktivitas peserta didik yang sesuai
dengan pembelajaran yang menggunakan model Talking Stick. Perhitungan
interval dan kategori skor aktivitas peserta didik disajikan dalam tabel berikut.

Jumlah Item Skor Maksimum Skor Minimum SDi Mi


10 50 10 6,67 30

Berdasarkan tabel tersebut maka interval dan kategori skor aktivitas peserta
didik siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Rentang nilai kategori frekuensi Persentase (%)


40,005 < X Sangat tinggi 1 4%
33,33 < X ≤ 40,005 Tinggi 15 54%
26,665 < X ≤ 33,33 Sedang 10 38%
19,59 < X ≤ 26,665 Rendah 1 4%
X ≤ 19,59 Sangat rendah - -

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah yang telah mencapai kategori


sangat tinggi pada hasil observasi aktivitas peserta didik siklus I adalah 1 peserta
didik sebesar 4% , kategori tinggi 15 peseeta didik sebesar 54%, kategori sedang
10 peserta sebesar 38%, dan kategori rendah 1 peserta didik sebesar 4%.

b. Siklus II
1). Tahap Perencanaan Tindakan

Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan kegiatan pembelajaran


dengan rencana sebagai berikut: pelaksanaan dilaksanakan tanggal 10 November
2019 alokasi waktu (2x40 menit). Melaksanakan kegiatan pembelajaran pokok
bahasan alat ukur suhu.
Pada tahap perencanaan Siklus II ini peneliti menyusun dan mempersiapkan
instrumen-instrument penelitian, yaitu: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), (b) Membuat soal kelompok berupa kartu-kartu huruf yang
diacak yang kemudian harus dirangkai bersama anggota kelompok untuk metode
pembelajaran diskusi, (c) Membuat soal tes yang digunakan untuk post-test Siklus
II, dan (e) Menyusun lembar observasi kegiatan peserta didik dan guru (peneliti)
dalam pembelajaran.

1) Tahap Pelaksanaan Tindakan


Kegiatan Awal

Pertemuan pada hari kamis 7 November 2019 dilaksanakan pada pukul


07.30 –08.50 WIT di MTs Al-Hikmah Merauke. Peneliti memulai kegiatan awal
pembelajaran dengan memberikan salam dan mengajak peserta didik berdoa
bersama, memeriksa daftar hadir peserta didik, menginformasikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sekaligus memotivasi peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran, menyampaikan pentingnya materi ini dalam
kehidupan sehari-hari (10 menit).

Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti (60 menit), proses pembelajaran dimulai dengan


peneliti memberi pertanyaan untuk memancing keaktifan peserta didik. Ketika
diberi beberapa pertanyaan, peserta didik mampu menjawab pertanyaan dengan
cukup baik meskipun dengan melihat jawaban dibuku. Kemudian peneliti
menjelaskan materi tentang bagaimana mengetahui suhu suatu benda, Kemudian
peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika ada
materi yang belum dipahami.

Setelah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, peserta


didik dibagi menjadi 6 kelompok. Kemudian peneliti menjelaskan aturan-aturan
yang akan diterapkan dalam kerja kelompok tersebut dan bagaimana cara
menyelesaikan soal yang akan diberikan. Kemudian peneliti membagikan soal
kepada setiap kelompok. Setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya
merangkai huruf-huruf yang diacak maksimal dalam waktu 10 menit. Bagi
kelompok yang sudah menyelesaikan dapat menempelkan hasil kerjanya dipapan
tulis. Setelah itu peneliti membahas hasil kerja kelompok secara bersama-sama dan
meluruskan kesalah pahaman serta memberikan apresiasi kepada setiap kelompok.

Setelah itu peneliti menyuruh peserta didik untuk kembali ke tempat


duduknya masing-masing dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kemudian peneliti menjelaskan hal-hal
terkait materi yang belum dipahami oleh peserta didik. Setelah itu peneliti
membagikan soal post-test Siklus I untuk dikerjakan secara individu.

Kegiatan Akhir

Di akhir pembelajaran (10 menit), peneliti memberikan evaluasi secara lisan,


setelah itu peneliti bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan terkait materi
pembelajaran hari ini, kemudian peneliti mengumumkan materi yang akan
dipelajari berikutnya, dan menyuruh peserta didik untuk belajar guna
mempersiapkan pembelajaran Siklus III pada pertemuan berikutnya. Kegiatan
diakhiri dengan berdoa dan salam.

3). Tahap Pelaksanaa Tindakan

Tes
No Nama Akhir Keterangan
Siklus I
1 AK 60 TIDAK TUNTAS
2 TY 55 TIDAK TUNTAS
3 LK 60 TIDAK TUNTAS
4 KM 60 TUNTAS
5 Y 58 TUNTAS
6 BG 70 TUNTAS
7 FV 80 TUNTAS
8 FR 68 TIDAK TUNTAS
9 DF 65 TUNTAS
10 ER 50 TUNTAS
11 BG 78 TUNTAS
12 FR 65 TIDAK TUNTAS
13 HY 65 TUNTAS
14 KP 60 TUNTAS
15 WQ 65 TUNTAS
16 ES 70 TUNTAS
17 ZA 70 TUNTAS
18 QA 78 TUNTAS
19 WQ 78 TUNTAS
20 EW 65 TUNTAS
21 RT 78 TUNTAS
22 TR 68 TUNTAS
23 ZX 65 TIDAK TUNTAS
24 FD 65 TUNTAS
25 HG 50 TIDAK TUNTAS
26 CV 70 TIDAK TUNTAS

SIKLUS 2
TUNTAS TIDAK TUNTAS

18

TUNTAS TIDAK TUNTAS

NO URAIAN KETERANGAN
1. Jumlah peserta didik seluruhnya 26 peserta
2. Jumlah peserta tes 26 peserta
3. Nilai rata-rata peserta didik 63,12
4. Jumlah peserta didik yang tuntas 18
5. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 8
6. Ketuntasan belajar (%) 69%
Dari hasil siklus II tersebut mengalami peningkatan diketahui bahwa peserta
didik dengan jumlah 26 peserta, yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah
sebanyak 8 peserta dan 18 peserta mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan tabel
dapat diketahui juga, nilai rata-rata peserta didik adalah sebesar 66 dan ketuntasan
belajar sebesar 69%.

4). Tahap Refleksi

Refleksi bertujuan melakukan evaluasi hasil tindakan penelitian yang telah


dilakukan di Siklus II. Hasil evaluasi ini kemudian dipergunakan sebagai acuan
perbaikan dalam menyusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap masalah-masalah selama


pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus II dari hasil post-test, observasi
peneliti maupun peserta didik, dan catatan lapangan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Aktivitas peneliti dan peserta didik berdasarkan lembar observasi


menunjukkan kriteria baik, namun masih ada beberapa poin yang
belum terpenuhi.
2. Keaktifan sudah mulai namun masaih terdapat peserta didik yang
belum aktif dalam mengikuti pembelajaran.
3. Susanan kelas sudah mulai bisa terkondisikan dengan baik.

Dari hasil refleksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan


yang telah ditentukan belum tercapai sehinggah perlu adanya tindakan selanjutnya,
yaitu Siklus III dengan perbaikan-perbaikan sebagai berikut:

1. Mengadakan kuis untuk lebih membantu peserta didik memahami


materi.
2. Mengubah metode diskusi menjadi metode games agar peserta didik
memiliki motivasi untuk lebih aktif.

5). Aspek aktivitas peserta didik berupa aktivitas peserta didik yang sesuai
dengan pembelajaran yang menggunakan model Talking stick. Perhitungan interval
dan kategori skor aktivitas peserta didik disajikan dalam tabel berikut.
Jumlah Item Skor Maksimum Skor Minimum SDi Mi
10 50 10 6,67 30

Berdasarkan tabel tersebut maka interval dan kategori skor aktivitas peserta
didik siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Rentang nilai kategori frekuensi Persentase (%)


40,005 < X Sangat tinggi 5 19%
33,33 < X ≤ 40,005 Tinggi 20 77%
26,665 < X ≤ 33,33 Sedang 1 4%
19,59 < X ≤ 26,665 Rendah - -
X ≤ 19,59 Sangat rendah - -

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang telah


mencapai kategori sangat tinggi pada hasil observasi aktivitas peserta didik siklus
II adalah 5 peserta didik sebesar 19%, kategori tinggi adalah 20 peserta didik
sebesar 77%, dan kategori sedang adalah 1 sebesar 4%.

c. Siklus III
1) 1). Tahap Perencanaan Tindakan

Siklus III dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan kegiatan pembelajaran


dengan rencana sebagai berikut: pelaksanaan dilaksanakan tanggal 26 November
2019 alokasi waktu (2x40 menit). Melaksanakan kegiatan pembelajaran pokok
bahasan alat ukur suhu.

Pada tahap perencanaan Siklus III ini peneliti menyusun dan


mempersiapkan instrumen-instrument penelitian, yaitu: (a) Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (b) Membuat soal kelompok berupa kartu-kartu
huruf yang diacak yang kemudian harus dirangkai bersama anggota kelompok
untuk metode pembelajaran diskusi, (c) Membuat soal tes yang digunakan untuk
post-test Siklus III, dan (e) Menyusun lembar observasi kegiatan peserta didik dan
guru (peneliti) dalam pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal

Pertemuan pada hari Senin 25 November 2019 dilaksanakan pada pukul


07.30 –08.50 WIT di MTs Al-Hikmah Merauke. Peneliti memulai kegiatan awal
pembelajaran dengan memberikan salam dan mengajak peserta didik berdoa
bersama, memeriksa daftar hadir peserta didik, menginformasikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sekaligus memotivasi peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran, menyampaikan pentingnya materi ini dalam
kehidupan sehari-hari (10 menit).

Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti (60 menit), proses pembelajaran dimulai dengan


peneliti memberi pertanyaan untuk memancing keaktifan peserta didik. Ketika
diberi beberapa pertanyaan, peserta didik mampu menjawab pertanyaan dengan
cukup baik meskipun dengan melihat jawaban dibuku. Kemudian peneliti
menjelaskan materi tentang alat ukur suhu, Kemudian peneliti memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika ada materi yang belum
dipahami.

Setelah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, peserta


didik dibagi menjadi 6 kelompok. Kemudian peneliti menjelaskan aturan-aturan
yang akan diterapkan dalam kerja kelompok tersebut dan bagaimana cara
menyelesaikan soal yang akan diberikan. Kemudian peneliti membagikan soal
kepada setiap kelompok. Setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya yang
diacak maksimal dalam waktu 10 menit. Bagi kelompok yang sudah menyelesaikan
dapat menempelkan hasil kerjanya dipapan tulis. Setelah itu peneliti membahas
hasil kerja kelompok secara bersama-sama dan meluruskan kesalah pahaman serta
memberikan apresiasi kepada setiap kelompok.
Setelah itu peneliti menyuruh peserta didik untuk kembali ke tempat
duduknya masing-masing dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kemudian peneliti menjelaskan hal-hal
terkait materi yang belum dipahami oleh peserta didik. Setelah itu peneliti
membagikan soal post-test Siklus III untuk dikerjakan secara individu.

Kegiatan Akhir

Di akhir pembelajaran (10 menit), peneliti memberikan evaluasi secara lisan,


setelah itu peneliti bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan terkait materi
pembelajaran hari ini, kemudian peneliti mengumumkan materi yang akan
dipelajari berikutnya, dan menyuruh peserta didik untuk belajar guna
mempersiapkan pembelajaran Siklus selanjutnya pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan diakhiri dengan berdoa dan salam.

3). Tahap Tindakan Pengamatan

Tes
No Nama Akhir Keterangan
Siklus I
1 AK 65 TUNTAS
2 TY 60 TUNTAS
3 LK 65 TUNTAS
4 KM 65 TUNTAS
5 Y 65 TUNTAS
6 BG 73 TUNTAS
TIDAK
7 FV 83 TUNTAS
8 FR 70 TUNTAS
9 DF 68 TUNTAS
10 ER 58 TUNTAS
11 BG 80 TUNTAS
12 FR 68 TUNTAS
13 HY 67 TUNTAS
14 KP 68 TUNTAS
15 WQ 65 TUNTAS
16 ES 74 TUNTAS
17 ZA 75 TUNTAS
18 QA 78 TUNTAS
19 WQ 80 TUNTAS
20 EW 68 TUNTAS
21 RT 80 TUNTAS
22 TR 68 TUNTAS
23 ZX 68 TUNTAS
TIDAK
24 FD 70 TUNTAS
TIDAK
25 HG 65 TUNTAS
TIDAK
26 CV 75 TUNTAS

SIKLUS 3
TUNTAS TIDAK TUNTAS

22

TUNTAS TIDAK TUNTAS

NO URAIAN KETERANGAN
1. Jumlah peserta didik seluruhnya 26 peserta
2. Jumlah peserta tes 26 peserta
3. Nilai rata-rata peserta didik 70,04
4. Jumlah peserta didik yang tuntas 22
5. Jumlah peserta didik yang tidak 4
tuntas
6. Ketuntasan belajar (%) 85%
Dari hasil siklus III tersebut mengalami peningkatan diketahui bahwa
peserta didik dengan jumlah 26 peserta, yang tidak mencapai ketuntasan belajar
adalah sebanyak 4 peserta dan 22 peserta mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan
tabel dapat diketahui juga, nilai rata-rata peserta didik adalah sebesar 70,04 dan
ketuntasan belajar sebesar 85%.

3) Refleksi
Berdasarkan hasil post-tes siklus III dapat diperoleh beberapa hal sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil post-test Siklus III menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari
nilai post-test Siklus III yang lebih baik dari hasil post-test Siklus II.
Ketuntasan belajar peserta didik juga lebih baik, terbukti dengan
meningkatnya ketuntasan belajar peserta didik dari 69% (post-test II)
menjadi 85% (post-tes II). Ketuntasan tersebut sudah sesuai dengan
yang diharapkan yaitu minimal 75% dari jumlah peserta didik yang
mengikuti tes.
2. Kegiatan peeliti dan peserta didik dalam proses pembelajaran sudah
menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria sangat baik.
3. Respon peserta didik terhadap model pembelajaran TGT sangat
positif.

Dari uraian tahap refleksi pada Siklus III di atas, secara umum pada Siklus
III sudah adanya peningkatan partisipasi aktif dari peserta didik dan adanya
peningkatan hasil belajar bagi peserta didik serta keberhasilan peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran Talking Stick. Pada penelitian Siklus III masalah-
masalah yang ditemukan pada observasi awal telah teratasi dengan baik, hal ini
ditunjukkan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan telah tercapai oleh
karena itu tindakan dikatakan berhasil dan cukup.

Aspek aktivitas peserta didik berupa aktivitas peserta didik yang sesuai
dengan pembelajaran yang menggunakan model Talking Stick. Perhitungan
interval dan kategori skor aktivitas peserta didik disajikan dalam tabel berikut.
Jumlah Item Skor Maksimum Skor Minimum SDi Mi
10 50 10 6,67 30

Berdasarkan tabel tersebut maka interval dan kategori skor aktivitas peserta
didik siklus III dapat dilihat pada tabel berikut.

Rentang nilai Kategori frekuensi Persentase (%)


40,005 < X Sangat tinggi 8 31%
33,33 < X ≤ 40,005 Tinggi 18 69%
26,665 < X ≤ 33,33 Sedang - -
19,59 < X ≤ 26,665 Rendah - -
X ≤ 19,59 Sangat rendah - -

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang telah


mencapai kategori sangat baik pada hasil observasi aktivitas peserta didik siklus III
adalah 8 peserta didik sebesar 31% dan kategori tinggi 18 peserta didik sebesar
69%.
Peningkatan Hasil Belajar
NILAI TERENDAH NILAI TERTINGGI NILAI RATA-RATA

80 83
75
70 66 70.04
63.12
58
50.54 50
35
30

PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

PERSENTASE HASIL KELULUSAN


PERSENTASE HASIL KELULUSAN

85%

69%
58%

27%

PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

B. Pembahasan

Penelitian ini brtujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar fisika
peserta didik menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan media Flip
Chart materi Suhu dan Perubahannya pada peserta didik kelas VII MTs Al-Hikmah
Merauke. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus dengan
masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan dimana pertemuan 1 merupakan
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Talking stick dengan
media Flip Chart dan pertemuan 2 merupakan tes akhir siklus yang dilakukan guna
mengetahui kemampuan hasil belajar fisika peserta didik.

Pada pelaksanaan tindakan kelas tahap prasiklus terlihat bahwa dari


keseluruhan 26 peserta didik terdapat 7 peserta didik atau 27% yang mencapai nilai
Kriteria ketuntasan Minimun (KKM). Namun, setelah peneliti menerapkan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Talking stick dengan media Flip
Chart terlihat pada pelaksanaan tindakan kelas siklus 1 terjadi peningkatan yaitu 15
peserta didik atau 58% telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan 11 peserta didik masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pada siklus 1 tersebut terlihat bahwa masih banyak peserta didik belum
mencapai ketuntasan hasil belajar atau pada penelitian siklus 1 ini dikatakan belum
berhasil karena, yang diharapkan peneliti adalah 80% peserta didik telah mencapai
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rendahnya ketuntasan hasil belajar pada
siklus 1 ini dikarenakan peserta didik masih pasif ketika guru memberikan apersepsi
untuk membuka wawasan pengetahuan awal peserta didik, peserta didik belum bisa
memusatkan perhatian saat guru memberikan arahan tentang Talking stick.

Sedangkan pada aktivitas peserta didik pada siklus 1 terlihat bahwa pada
kategoris sangat tinggi sebesar 4%, kategori tinggi 54%, kategori sedang 38% dan
kategori rendah 4%. Pada aktivitas peserta didik tersebut terlihat bahwa
keberhasilan aktivitas peserta didik masih rendah, terlihat pada aktivitas peserta
didik pada kategori sangat tinggi dan tinggi belum mencapai indikator keberhasilan
yaitu 80%.

Pada pelaksanaan tindakan kelas Siklus II terjadi peningkatan yaitu 18


peserta didik atau 69% telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan 8 peserta didik peserta didik masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Pada siklus II ini terlihat bahwa masih belum mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . karena yang diharapkan peneliti adalah 80%
peserta didik telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Rendahnya Ketuntasan hasil belajar pada siklus II ini dikarenakan masih pasif.
Sedangkan pada aktivitas siklus II terlihat bahwa pada kategoris sangat tinggi
sebesar 19%, kategori tinggi 77%, dan kategori sedang 4%. Pada aktivitas speserta
didik tersebut terlihat bahwa keberhasilan aktivitas peserta didik masih rendah,
terlihat pada aktivitas peserta didik pada kategori sangat tinggi dan tinggi mencapai
belum mencapai 80%.

Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus III terjadi peningkatan yaitu 22


peserta didik atau 85% telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
dan 4 peserta didik peserta didik masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM). Pada siklus III terlihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil
belajar menunjukkan relatif lebih baik dibandingkan siklus I dan siklus II, dan
ketuntasan hasil belajar telah mencapai 80% peserta didik telah mencapai nilai
Kriteria Krtuntasan Minimal (KKM). Peningkatan hasil belajat tersebut
dikarenakan, langkah-langkah dalam model pembelajaran Talking stick telah
berjalan dengan baik dan lebih efektif. Hal ini dikarenakan peserta didik mulai
terbiasa menggunakan model pembelajaran Talking stick dengan media Flip chart.
Sedangkan aktivitas peserta didik pada siklus III terlihat terjadi peningkatan yaitu
pada kategori sangat tinggi sebesar 31% dan kategori tinggi sebesar 69%. Pad
aktivitas peserta didik tersebut terlihat bahwa keberhasilan aktivitas peserta didik
telah meningkat, terlihat pada aktivitas peserta didik pada kategori sangat tinggi dan
tinggi dijumlahkan maka menjadi 100%, sehingga telah mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan pada penelitian ini yaitu 80%.

Dikatakan minat belajar peserta didik meningkat dapat terlihat dari


meningkatnya pula hasil belajar peserta didik. Ini dikarenakan model pembelajaran
talking stick dengan media flip Chart menarik minat peserta didik untuk belajar.

Pembelajaran Talking stick menggunakan media Flip Chart dapat


meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs Al;Hikmah
Merauke hal ini didukung dengan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu Model pembelajaran Talking Stick dan media pembelajaran Flip Chart
merupakan salah satu model pembelajaran dan media pembelajaran yang
mengasyikkan dan menyenangkan, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih dalam mengenai penerapan model tersebut didalam kelas. Terdapat penelitian
sebelumnya penerapan model Talking Stick dengan judul “Peningkatan Minat
Belajar IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran Talking Stick Dengan
Menggunakan Media Flip Chart Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Windusari
I Kabupaten Magelang Tahun 2015/2016” (Wahyuni,2016)..

Media Flip Chart adalah media yang dapat membantu guru untuk
melakukan komunikasi dengan siswa. Dan penelitian sebelumnya mengenai media
Flip Chart yaitu: Pengaruh Penggunaan Flip Chart Sebagai Media Pembalajaran
Sejarah Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA Madrasah Aliyah
Negeri 1 Cirebon Tahun Ajaran 2014-2015 (Nilam Arifani,2011).

Mahasiswa pendidikan sejarah. Hasilnya adalah bahwa penggunaan media


Flip Chart dampat meningkatkan minat dan Hasil belajar siswa kelas X IPA
Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon. Penelitian sebelumnya mengenai model
Talking Stick dan media Flip Chart sangat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan
rujukan untuk penelitian yang dilaksanakan.

Namun penelitian ini memiliki keterbatasan, keterbatasan yang dimaksud


adalah keterbatasan waktu dimana penelitian ini dilakukan hanya untuk
menyelesaikan penelitian sehingga, penelitian ini akan dihentikan ketika telah
terjadi peninhkatan minat dan hasil belajar pada mata pelajaran fisika kelas VII MTs
Al-Hikmah Merauke. Penelitian ini hanya bertujuan untuk meningkatan minat dan
hasil belajar peserta didik, sehingga penelitian hanya berfokus pada hasil belajar
peserta didik dan terbatas pada pembelajaran model Tlking stick menggunakan
media Flip chart .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan


bahwa dengan pembelajaran Talking stick menggunakan media Flip chart dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar kognitif kelas VII MTs Al-Hikmah Merauke
pada mata pelajaran Suhu dan Perubahannya Tahun pelajaran 2019/2020. Pada
prasiklus presentase ketuntasan 7 dari total 26 peserta didik atau 27%, kemudian
pada sikus pertama meningkat sebanyak 15 atau 58% dari total 26 peserta didik.
Pada siklus kedua meningkat sebanyak 18 atau 69% dari total 26 peserta didik. Pada
siklus ketiga meningkat sebanyak 22 atau 85% dari total 26 peserta didik. Aktivitas
peserta didik siklus I pada kategori 54%, pada siklus II meningkat menjadi 77% dan
pada siklus III meningkat menjadi 100%.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti


menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan penerapan model pembelajaran talking stick menggunakan media
Flip Chart:

1. Bagi peserta didik harus lebih aktif dalam proses pemelajaran agar dapat
mudah memahami materi pembelajaran.
2. Dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik, guru
hendaknya lebih antusias dalam proses belajar mengajar dengan model
pembelajaran Talking stick menggunakan media Flip Chart.
3. Memberikan bimbingan kelompok dengan maksimal.
LAMPIRAN

Lampiran data aktivitas peserta didik pada siklus 1

Pertemuan 1
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah Kategori
1 AK 5 4 5 3 2 3 4 5 3 4 38 Baik
2 TY 5 5 4 3 1 4 5 3 4 5 39 Baik
3 LK 4 5 4 3 4 2 5 3 2 4 36 Baik
4 KM 5 4 5 3 4 5 4 4 3 4 41 Sangat Baik
5 Y 4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 40 Baik
6 BG 5 4 3 4 5 4 5 4 3 2 39 Baik
7 FV 5 4 3 2 1 3 4 2 1 3 28 Cukup
8 FR 5 5 3 2 4 5 4 5 3 3 39 Baik
9 DF 5 5 3 2 4 5 3 2 3 4 36 Baik
10 ER 4 2 1 3 2 4 2 1 3 4 26 Rendah
11 BG 3 2 4 2 5 4 3 2 4 2 31 Cukup
12 FR 3 4 5 3 2 4 1 4 5 2 33 Cukup
13 HY 3 4 2 3 4 4 5 3 4 3 35 Baik
14 KP 4 5 3 2 4 5 4 2 3 3 35 Baik
15 WQ 4 3 4 3 5 2 5 3 4 2 35 Baik
16 ES 3 4 5 3 4 2 4 2 5 3 35 Baik
17 ZA 3 4 5 2 4 5 3 3 2 3 34 Baik
18 QA 4 5 3 2 4 2 4 2 3 3 32 Cukup
19 WQ 4 3 2 4 4 3 5 3 2 3 33 Cukup
20 EW 4 4 3 3 3 2 1 4 3 3 30 Cukup
21 RT 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 33 Cukup
22 TR 4 4 3 5 3 4 3 4 3 3 36 Baik
23 ZX 3 4 2 4 5 3 4 3 4 3 35 Baik
24 FD 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 30 Cukup
25 HG 4 3 4 3 4 5 3 2 2 1 31 Cukup
26 CV 3 3 4 2 4 5 3 4 3 2 33 Cukup

Lampiran data aktivitas peserta didik pada siklus 2

Pertemuan 1
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Kategori
1 AK 5 5 4 3 5 4 5 4 3 4 42 Sangat Baik
2 TY 5 4 5 4 3 4 5 2 3 4 39 Baik
3 LK 4 5 3 4 5 4 3 5 4 5 42 Sangat Baik
4 KM 5 4 3 5 2 4 5 4 3 4 39 Baik
5 Y 5 4 3 4 2 5 2 3 4 2 34 Baik
6 BG 4 5 3 4 2 4 5 3 4 3 37 Baik
7 FV 3 4 5 4 3 4 5 3 4 3 38 Baik
8 FR 4 5 4 3 4 5 2 3 2 3 35 Baik
9 DF 3 4 5 3 2 4 5 3 4 2 35 Baik
10 ER 4 5 4 2 3 4 5 3 4 3 37 Baik
11 BG 4 5 4 3 2 3 3 4 5 3 36 Baik
12 FR 5 5 3 4 5 3 2 3 4 5 39 Baik
13 HY 4 5 4 5 5 3 4 2 3 3 38 Baik
14 KP 5 4 4 3 2 4 5 5 3 3 38 Baik
15 WQ 5 4 5 3 3 4 5 4 3 4 40 Baik
16 ES 4 4 5 4 3 2 4 5 3 4 38 Baik
17 ZA 5 4 4 3 2 4 5 4 4 2 37 Baik
18 QA 5 3 4 3 4 5 3 3 3 3 36 Baik
19 WQ 3 4 5 2 3 4 4 3 4 4 36 Baik
20 EW 4 5 5 3 3 4 5 5 5 2 41 Sangat Baik
21 RT 5 5 4 3 2 2 3 4 2 2 32 Cukup
22 TR 5 5 5 3 4 4 4 3 5 5 43 Sangat Baik
23 ZX 5 4 3 3 3 4 5 4 4 3 38 Baik
24 FD 4 5 5 4 5 5 4 3 3 3 41 Sangat Baik
25 HG 4 5 5 3 4 4 3 2 4 3 37 Baik
26 CV 5 5 4 2 3 4 3 4 5 4 39 Baik
Lampiran data aktivitas peserta didik pada siklus 3

Pertemuan 1
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Kategori
1 AK 5 5 4 3 3 4 3 3 3 3 36 Baik
2 TY 5 5 4 3 4 4 4 4 3 3 39 Baik
3 LK 3 4 4 5 5 4 3 4 3 3 38 Baik
4 KM 5 5 4 3 4 4 3 3 4 4 39 Baik
5 Y 5 5 4 3 2 5 5 4 4 3 40 Baik
6 BG 4 4 4 5 4 3 4 4 3 4 39 Baik
7 FV 5 5 5 4 3 4 4 3 4 3 40 Baik
8 FR 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 40 Baik
9 DF 5 5 4 3 3 4 3 4 3 3 37 Baik
10 ER 4 4 3 5 4 4 4 3 3 4 38 Baik
11 BG 5 5 4 4 4 3 4 3 4 3 39 Baik
12 FR 4 4 3 4 4 3 3 3 4 5 37 Baik
13 HY 5 4 3 4 5 4 4 3 2 3 37 Baik
14 KP 4 4 5 3 4 4 5 4 3 4 40 Baik
15 WQ 5 5 4 4 5 3 4 4 5 3 42 Sangat Baik
16 ES 4 4 5 2 3 4 4 5 4 4 39 Baik
17 ZA 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 41 Sangat Baik
18 QA 4 5 5 5 5 3 4 4 3 3 41 Sangat Baik
19 WQ 5 4 4 3 4 4 3 5 5 3 40 Baik
20 EW 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 41 Sangat Baik
21 RT 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 41 Sangat Baik
22 TR 5 4 5 5 4 5 4 4 3 3 42 Sangat Baik
23 ZX 4 4 4 5 4 5 4 5 3 3 41 Sangat Baik
24 FD 5 5 4 5 3 4 4 4 3 3 40 Baik
25 HG 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 41 Sangat Baik
26 CV 5 4 4 3 5 3 4 4 4 3 39 Baik
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai