Komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan kematian .Beberapa
komplikasi yang terjadi :
2. Syok Septik
Adalah akibat lanjut dari respon inflamasi sistemik , karena bacteremia salmonella .
Disamping gejala – gejala tifoid diatas , penderita jatuh kedalam fase kegagalan vaskular
(syok). Tensi turun , nadi cepat dan halus , berkeringat serta akral dingin .
4. Hepatitis tifosa
Tifoid abdominal / demam tifoid yang disertai gejala – gejala icterus , hepatomegali dan
kelainan test fungsi hati dimana di dpatkan peningkatan SGOT ,SGPT dan bilirubin darah
. Pada histopatologi hati didapatkan nodul tifoid dan hyperplasia sel kuffer.
5. Pancreatitis tifosa
Merupakan komplikasi jarang terjadi , gejala – gejala adalah sama dengan gejala
pankreatitis . Pwnderita nyeri perut hebat yang disertai mual muntah kehijauan ,
meteorismus , bising usus menurun .
6. Pneumonia
a) Dapat disebabkan karena basil salmonella / koinfeksi dengan mikroba lain yang
sering menyebabkan pneumonia . Pada pemeriksaan di dapatkan gejala – gejala
klinis pneumonia serta gambaran khas pneumonia pada foto thoraks . Bronkitis
dan bronkopneumonia
Pada sebagian besar kasus didapatkan batuk, bersifat ringan dan disebabkan oleh
bronkitis, pneumonia bisa merupakan infeksi sekunder dan dapat timbul pada
awal sakit atau fase akut lanjut. Komplikasi lain yang terjadi adalah abses paru,
efusi, dan empiema.
7. Kolesistitis
Pada anak jar ang terjadi, bila terjadi umumnya pada akhi minggu kedua dengan
gejala dan tanda klinis yang tidak khas, bila terjadi kolesistitis maka penderita
cenderung untuk menjadi seorang karier.
8. Meningitis
Menigitis oleh karena Salmonella typhi yang lain lebih sering didapatkan pada
neonatus/bayi dibandingkan dengan anak, dengan gejala klinis tidak jelas
sehingga diagnosis sering terlambat. Ternyata peyebabnya adalah Salmonella
havana dan Salmonella oranemburg.
Komplikasi lain :
Karena basil salmonella bersifat intra makrofag dan dapat beredar keseluruh bagian tubuh
, maka dapat mengenai banyak organ yang menimbulkan infeksi yang bersifat local
diantaranya :
Osteomyelitis , arthritis , mikarditis , pericarditis .
Sumber :
1. Pedoman Pengendalian Demam tifoid Mentri kesehatan republic
Indonesia no 364 / MENKES SK/V/26
2. Prasetyo , Risky . Diagnostik demam tifoid edisi 3 . Jakarta 2018 .
Tatalaksana :
Medikamentosa dan non medikamentosa
Non medikamentosa :
1. Tirah Baring :
Penderita yang dirawat harus tirah baring untuk mencegah komplikasi , terutama
perdarahan dan perforasi . Pada kondisi klinis berat sebaiknya beristirahat total . Bila
terjadi pemurunan kesadaran posisi tidur harus dirubah untuk mencegah komplikasi
pneumonia hipostatik dan decubitus .
2. Nutrisi
Cairan harus disesuaikan dengan kebutuhan harian yang mengandung elektrolit dan kalori
optimal. Diet harus mengandung kalori dan protein cukup . Sebaiknya rendah selulose
(rendah serat) untuk mencegah perdarahan . Diet yang dianjurkan diet cair , diet bubur
lunak , tim , nasi biasa .
Terapi Simptomatik :
1. Vitamin
2. Antipiretik
3. Anti emetic
4. Anti Mikroba :
a) Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. Bila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol
dengan dosis 10 mg/kg/kali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan
turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran
cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah
mungkin. Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via parenteral, obat yang
masih dianjurkan adalah yang mengandung Methamizole Na yaitu antrain atau
Novalgin.
Antibiotik yang sering diberikan adalah :
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai
syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit untuk
dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam. Untuk demam tifoid dengan
penyulit perdarahan usus kadang- kadang diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang
sudah terjadi perforasi harus segera dilakukan laparotomi disertai penambahan
antibiotika metronidazol.
Pencegahan Tifoid abdominal/ demam tifoid :
Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a. Diberikan per oral tiga kali
dengan interval pemberian selang sehari. Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita
hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedang minum
antibiotik, dan anak kecil 6 tahun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak berumur diatas
2 tahun. Lama proteksi dilaporkan 6 tahun.
Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung
kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya. Dosis untuk dewasa 0,5 mL; anak 6-
12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL yang diberikan 2 dosis dengan interval
4 minggu. Cara pemberian melalui suntikan subkutan. Efek samping yang dilaporkan
adalah demam, nyeri kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan.
Vaksin ini di kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada
pemberian pertama. Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek samping yang
ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek.
3. Vaksin polisakarida
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella. Mempunyai
daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di atas 5 tahun selama 3 tahun.
Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam
buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan
(booster) setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil,
menyusui, sedang demam, dan anak kecil 2 tahun
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam
tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air
mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau
setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak
tersedia air.
Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik tifoid.
Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau
kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya.
Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air
di pancuran kamar mandi.
Sering cuci tangan.
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran
infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian
gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah
menggunakan toilet.
Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.