Anda di halaman 1dari 6

BLOK 3.

GANGGUAN INDERA KHUSUS

TA 2019/2020

TIM PENGELOLA SKENARIO


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG SUMATERA BARAT
MODUL 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan etiologi, patogenesis, gambaran klinis, dan diagnosis serta Menjelaskan jenis-jenis
penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan keseimbangan
2. Menjelaskan epidemiologi penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan
keseimbangan
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan
gangguan keseimbangan
4. Menjelaskan patofisiologis dan patogenesis penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan
gangguan keseimbangan
5. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan
keseimbangan
6. Menjelaskan prinsip diagnosis dan diagnosis banding penyakit infeksi dan non infeksi pada
telinga dan gangguan keseimbangan
7. Menjelaskan penatalaksanaan komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan keseimbangan
8. Menjelaskan komplikasi penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan
keseimbangan
9. Menjelaskan prognosis penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan
keseimbangan
10. Mengidentifikasi penyakit infeksi dan non infeksi pada telinga dan gangguan keseimbangan yang
memerlukan rujukan dan persiapan yang dilakukan
11. Mengindentifikasi jenis gangguan penghidu dan menjelaskan prinsip-prinsip diagnosis.

SKENARIO 1: Telinga Otis Berair Lagi

Otis perempuan berusia 21 tahun datang ke dokter layanan primer dengan keluhan
keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu. Sebenarnya adanya cairan dari telinga
kiri ini sudah berulang sejak masih sekolah SD, dan kadang-kadang sembuh sendiri. Telinga
kembali berair biasanya apabila batuk pilek. Pasien biasanya membeli obat sendiri, namun
setelah mendengar ada tetangganya yang harus operasi karena infeksi telinga yang dapat
meluas ke otak dan wajah mencong, menyebabkan pasien datang ke dokter. Pendengaran
telinga kiri memang sudah dirasakan berkurang sejak lama, dan apabila sedang keluar
cairan terasa kurang seimbang. Otis juga kuatir pendengarannya hilang seperti tantenya
yang pendengarannya hilang tiba-tiba dan sudah pakai alat bantu dengar sejak satu tahun
yang lalu.
Dari pemeriksaan telinga, didapatkan adanya sekret mukoid pada liang telinga kiri,
setelah dilakukan ear toilet tampak adanya perforasi membran timpani tipe sentral.
Pemeriksaan garpu tala didapatkan Rinne telinga kiri (-), Weber lateralisasi ke kiri dan
Schwabach telinga kiri memanjang.
Dokter keluarga memberi terapi dengan antibiotika tetes telinga dan menganjurkan
pasien untuk menjaga telinga tidak masuk air termasuk berenang . Dokter meminta pasien
kontrol kembali dan menerangkan apabila pasien bersedia dioperasi akan dirujuk ke
rumah sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya.
Bagaimana saudara menerangkan apa yang dialami Otis, tetangga dan tantenya?
MODUL 2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul, mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi berbagai jenis-jenis mata merah karena infeksi dan non infeksi
2. Menjelaskan epidemiologi mata merah karena infeksi dan non infeksi.
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko mata merah karena infeksi dan non infeksi.
4. Menjelaskan patofisiologi dan patogenesis mata merah karena infeksi dan non infeksi
5. Menjelaskan gejala dan tanda mata merah karena infeksi dan non infeksi.
6. Menjelaskan dasar diagnosis dan diagnosis banding mata merah karena infeksi dan non
infeksi.
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mata merah karena infeksi
dan non infeksi
8. Menjelaskan penatalaksanaan mata merah infeksi dan non infeksi secara komprehensif
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)
9. Mengidentifikasi kasus mata merah infeksi dan non infeksi yang memerlukan rujukan
dan persiapan yang dilakukan
10. Menjelaskan komplikasi mata merah karena infeksi dan non infeksi.
11. Menjelaskan prognosis mata merah karena infeksi dan non infeksi.

SKENARIO 2 : Awalnya silau saja…

Sita seorang mahasiswi berusia 20 tahun datang ke puskesmas mengeluhkan mata


kiri nya silau waktu melihat sejak 1 minggu yang lalu, dan mulai terasa kabur sejak pagi ini.
Mata Sita mulai terlihat merah dan disertai sekret serous yang banyak.

Setelah diperiksa, dokter mendapatkan bahwa konjungtiva hiperemis dan sensibilitas


kornea mata kiri menurun, sehingga harus dirujuk agar dapat dilakukan papanicolou test
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga tidak timbul komplikasi.

Sita khawatir apakah nanti matanya bisa menjadi buta seperti mata adik temannya
yang juga merah tapi disertai bengkak dan menonjol sampai akhirnya dilakukan
eksenterasi. Sita menanyakan apakah sakit matanya ini sama dengan penyakit mata uveitis
yang diderita teman kuliahnya yang sering recurrent dan selalu pakai tetes mata steroid
bahkan pernah dikatakan sampai mengalami glaukoma .

Bagaimana anda menerangkan penyakit pada mata Sita ?


MODUL 3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan jenis-jenis kelainan visus pada mata tenang
2. Menjelaskan epidemiologi kelainan visus pada mata tenang
3. Menjelaskan etiologi & faktor resiko kelainan visus pada mata tenang
4. Menjelaskan patofisiologi dan patogenesis kelainan visus pada mata tenang
5. Menjelaskan prinsip diagnosis & diagnosis banding kelainan visus pada mata tenang
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kelainan visus pada mata
tenang
7. Menjelaskan penatalaksanaan kelainan visus pada mata tenang secara komprehensif
(promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)
8. Menjelaskan komplikasi kelainan visus pada mata tenang
9. Menjelaskan prognosis kelainan visus pada mata tenang

SKENARIO 3: Mata Ibu Nuri bertambah kabur

Ibu Nuri berusia 32 tahun merasa mata kanannya tiba-tiba menjadi lebih kabur dan
disertai nyeri saat digerakkan sejak pagi tadi, namun tidak ada mata merah. Ibu Nuri sudah
memakai kacamata minus sejak lima tahun terakhir , dan sewaktu kontrol tiga bulan yang
lalu kacamatanya masih dikatakan cocok oleh dokter spesialis mata. Ibu Nuri datang ke
puskesmas untuk memeriksakan mata bersama dengan kakaknya yang mengeluhkan tidak
jelas apabila membaca koran. Ibu Nuri takut kalau harus menjalani operasi seperti
neneknya yang menderita katarak.
Pemeriksaan dokter menunjukkan hasil visus mata kiri 20/20 dengan koreksi S
-2.00 D dan mata kanan 1/60 walaupun sudah pakai kacamata. Pada pupil mata kanan
ditemukan Relative Afferent Pupillary Defect dengan diameter pupil 5 mm serta reflek yang
menurun, tapi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan funduskopi. Dokter merujuk
ibu Nuri ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan dan pengobatan. Dokter spesialis
mata menerangkan bahwa ibu Nuri menderita peradangan saraf mata kanan yang
penyebabnya sering tidak diketahui, untuk itu diperlukan pemeriksaan perimetri dan
lainnya serta segera mendapatkan obat anti inflamasi untuk mencegah komplikasi agar
visus nya dapat kembali seperti semula. Sedangkan kakak ibu Nuri hanya diberikan
kacamata presbiopia untuk membantu membaca.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada ibu Nuri dan kakaknya ?
MODUL 4
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan jenis-jenis infeksi pada kulit.
2. Menjelaskan epidemiologi infeksi pada kulit.
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko infeksi pada kulit.
4. Menjelaskan pathogenesis infeksi pada kulit.
5. Menjelaskan gejala dan tanda infeksi pada kulit.
6. Menjelaskan prinsip diagnosis dan diagnosis banding infeksi pada kulit.
7. Menjelaskan prinsip dasar dermatoterapi dalam penatalaksanaan komprehensif
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) pada infeksi pada kulit.
8. Menjelaskan komplikasi infeksi pada kulit.
9. Menjelaskan prognosis infeksi pada kulit.
10. Mengidentifikasi infeksi pada kulit yang memerlukan rujukan dan persiapan yang
dilakukan

SKENARIO 4: BERCAK MERAH TINEA

Tinea seorang perempuan 17 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan


bercak merah di selangkangan, terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu. Berdasarkan
anamnesis diketahui awalnya timbul bercak merah di lengan kanan, makin lama makin luas
dengan pinggir yang berkelok-kelok. Tinea menggendong kucing liar 2 minggu yang lalu
saat bermain di pantai dengan bercak-bercak setempat di kulit kucing.

Tinea juga menderita kelainan kulit berupa bercak kehitaman di sela paha sejak 2
bulan yang. Ibu Tinea sering juga mengeluh gatal di sela paha. Tinea dan ibunya memakai
handuk dan sabun bersama. Pada pemeriksaan status dermatologikus ditemukan plak
eritem berbatas tegas, ukuran numular. Pada sela paha ditemukan makula hiperpigmentasi,
pinggir aktif berupa papul-papul eritem dan skuama halus, susunan polisiklik.

Dokter merencanakan untuk melakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH


untuk menentukan diagnosis dan akan memberikan pengobatan sesuai hasil pemeriksaan
laboratorium. Tinea menyanyakan ke dokter apakah kelainan di betis dan sela paha sama,
dan apakah sama dengan penyakit ibunya ?

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Tinea dan Ibunya?
MODUL 5
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan jenis-jenis penyakit kelenjar sebasea-ekrin, kelainan pigmentasi, lesi
eritroskuamosa, penyakit kulit noninfeksi serta kasus alergi dan reaksi obat, kelainan
keratinisasi dan rambut serta neoplasma pada kulit
2. Menjelaskan epidemiologi, etiologi dan faktor resiko penyakit kelenjar sebasea-ekrin,
kelainan pigmentasi, lesi eritroskuamosa, penyakit kulit noninfeksi serta kasus alergi
dan reaksi obat, kelainan keratinisasi dan rambut serta neoplasma pada kulit
3. Menjelaskan patogenesis, gejala dan tanda penyakit kelenjar sebasea-ekrin, kelainan
pigmentasi, lesi eritroskuamosa, penyakit kulit noninfeksi serta kasus alergi dan reaksi
obat, kelainan keratinisasi dan rambut serta neoplasma pada kulit
4. Menjelaskan prinsip diagnosis dan diagnosis banding penyakit
5. Menjelaskan prinsip dasar dermatoterapi dalam penatalaksanaan komprehensif
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) pada penyakit
6. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penyakit kelenjar sebasea-ekrin, kelainan
pigmentasi, lesi eritroskuamosa, penyakit kulit noninfeksi serta kasus alergi dan reaksi
obat, kelainan keratinisasi dan rambut serta neoplasma pada kulit
7. Mengidentifikasi penyakit yang memerlukan rujukan dan persiapan yang dilakukan
(penyakit kelenjar sebasea-ekrin, kelainan pigmentasi, lesi eritroskuamosa, penyait kulit
noninfeksi serta kasus alergi dan reaksi obat, kelainan keratinisasi dan rambut serta
neoplasma pada kulit)
SKENARIO 5: Bercak ungu Fiksi
Fiksi usia 15 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan bercak
merah keunguaan di sudut bibir Kanan yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Dari
anamnesis didapatkan, diawali fiksi mengeluhkan jerawat yang bernanah diwajahnya.
Karena Fiksi takut jerawat bertambah banyak dan saat itu juga merasakan nyeri kepala, ia
membeli amoksisilin dan asam mefenamat sendiri ke rumah obat. Setelah lebih kurang 1
jam minum obat, bercak merah muncul di bibirnya. Ibunya juga mengatakan Fiksi sewaktu
berumur 10 tahun juga pernah mengalami bercak merah keunguan seperti ini di lokasi
yang sama setelah minum obat karena sakit Gigi yang dialaminya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Status dermatologikus pada
sudut bibir kanan terlokalisir dengan bentuk bulat, susunan soliter berukuran numular ,
berbatas tegas, dengan effloresensi makula merah keunguan. Pada dahi dan kedua pipi
dengan distribusi terlokalisir, bentuk dan susunan tidak khas, berukuran milier dan
lentikuler, batas tidak tegas dengan effloresensi ditemukan black komedo 3 buah, white
komedo 4 buah, papul 2 buah dan pustul 2 buah. Untuk saat ini dokter tidak melakukan
pemeriksaan penunjang, tetapi akan melakukan pemeriksaan penunjang setelah
pengobatan untuk mengetahui obat penyebab. Ibu bertanya apakah bercak ini bias hilang?

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Fiksi?

Anda mungkin juga menyukai

  • Histologi Sistem Respirasi
    Histologi Sistem Respirasi
    Dokumen25 halaman
    Histologi Sistem Respirasi
    biomechy oktomalioputri
    Belum ada peringkat
  • Absen Pratikum
    Absen Pratikum
    Dokumen17 halaman
    Absen Pratikum
    biomechy oktomalioputri
    Belum ada peringkat
  • W
    W
    Dokumen1 halaman
    W
    biomechy oktomalioputri
    Belum ada peringkat
  • ,
    ,
    Dokumen11 halaman
    ,
    biomechy oktomalioputri
    Belum ada peringkat