Anda di halaman 1dari 21

SABTU, 20 OKTOBER 2018

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III


“UJI BAKTERIOLOGI SUSU”

DISUSUN OLEH:
IRMA AISATUL MUKAROMAH
1611050007

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
SABTU, 20 OKTOBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat
makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan
vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kandungan nilai gizi yang tinggi
menyebabkan susu menjadi media yang sangat disukai oleh mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang sehingga bila tidak ditangani secara benar dalam waktu yang
sangat singkat susu menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Dalam memenuhi kebutuhan
protein, terutama pada kasus penderita gizi buruk, susu merupakan pilihan pertama.
Sehingga ketersediaan susu perlu diperhatikan untuk memenuhi angka kecukupan gizi
yang dianjurkan. Akan tetapi, susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Menurut Anjarsari (2010), komposisi kimia yang terkandung dalam susu
diantaranya lemak 3,8%, protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855, air 87,25%, serta bahan
kering 12,75%. Kandungan gizi yang lengkap menjadi alasan tingginya kebutuhan dan
permintaan masyarakat akan susu. Usaha memenuhi ketersediaan susu harus disertai
dengan usaha meningkatkan kualitas dan keamanan produk susu, karena seberapa pun
tinggi nilai gizi suatu pangan tidak akan ada artinya apabila pangan tersebut berbahaya
bagi kesehatan. Susu yang mengandung mikroba patogenik seperti Salmonella, E. coli,
Camphylobacter, Listeria monocytogenes, Brucella, Mycobacterium, Yersinia,
Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dapat bertindak sebagai sumber penularan
penyakit yang membahayakan kesehatan manusia (Jayarao, 2006). Pemeriksaan susu
dapat dilakukan secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Pemeriksaan secara fisik dapat
dilakukan dengan memeriksa warna, rasa dan aroma air susu dengan indera kita,
sedangkan pemeriksaan kualitas air susu secara kimia dilakukan dengan menggunakan zat
kimia atau reaksi kimia tertentu.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan terampil dalam melakukan uji kualitatif secara bakteriologis pada
sampel susu.
2. Melakukan penilaian mutu susu berdasarkan hasil uji kualitatif secara bakteriologis.
3. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam uji kualitatif secara bakteriologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Susu adalah sekresi kelenjar ambing yang diperoleh dari proses pemerahan ternak
sapi, kerbau, kuda, kambing, dan hewan lainnya yang mengandung komponen-komponen
gizi penting terdiri atas lemak, protein, laktosa, mineral, vitamin dan enzim-enzim, serta
beberapa mikroorganisme (Lampert, 1980). Menurut Anjarsari (2010), komposisi kimia
yang terkandung dalam susu diantaranya lemak 3,8%, protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu
0,855, air 87,25%, serta bahan kering 12,75%. Kandungan gizi yang lengkap menjadi
alasan tingginya kebutuhan dan permintaan masyarakat akan susu. Usaha memenuhi
ketersediaan susu harus disertai dengan usaha meningkatkan kualitas dan keamanan
produk susu, karena seberapa pun tinggi nilai gizi suatu pangan tidak akan ada artinya
apabila pangan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Susu yang mengandung mikroba
patogenik seperti Salmonella, E. coli, Camphylobacter, Listeria monocytogenes, Brucella,
Mycobacterium, Yersinia, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dapat bertindak
sebagai sumber penularan penyakit yang membahayakan kesehatan manusia (Jayarao,
2006).
Pemeriksaan susu dapat dilakukan secara fisik, kimia dan mikrobiologi.
Pemeriksaan secara fisik dapat dilakukan dengan memeriksa warna, rasa dan aroma air
susu dengan indera kita, sedangkan pemeriksaan kualitas air susu secara kimia dilakukan
dengan menggunakan zat kimia atau reaksi kimia tertentu. Pemeriksaan kualitas susu
secara biologis dapat dilakukan dengan mikroskopis, bakteriologis dan biokemis.
Pemeriksaan kualitas susu di Indonesia dilakukan tidak hanya terhadap susu, tetapi juga
terhadap perusahaanperusahaan peternakan sapi perah, jadi tempat-tempat produk susu.
Pengawasan perusahaan tersebut dibagi dalam pengawasan mengenai peralatan
perusahaan (ember, milk can, kandang, dan sapi-sapi) serta pengawasan terhadap
pemeliharaannya (Waluyo, 2008).
B. Macam-Macam Susu
Mengacu pada Standardisasi Nasional Indonesia (SNI) 01-6366-2000 (Badan
Standardisasi Nasional, 2000) ada empat macam susu yaitu susu segar, susu pasteurisasi,
susu bubuk dan susu steril/UHT.
a. Susu pasteurisasi adalah susu yang sudah dipanaskan pada suhu 630C selama 15
menit atau dipanaskan pada suhu 720C selama 15 detik yang biasa sisebut dengan
HTST (high tempetature short time) pasteurisasi. Proses pasteurisasi bertujuan untuk
membunuh seluruh mikroorganisme baik pembusuk maupun patogen. Susu
pasteurisasi memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari pada suhu rendah (50C
sampai 60C).
b. Susu bubuk adalah susu sapi yang telah diubah bentuknya menjadi bubuk dengan
perlakuan pengeringan. Pada ummumnya pengeringan dilakukan dengan
menggunakan spray dryer atau roller drayer. Berdasarkan. SNI 01-2970-1992 (Badan
Standardisasi Nasional, 1992) ada 2 macam susu bubuk yaitu susu bubuk berlemak
(full cream milk prowder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder). Umur
simpan susu bubuk dalam penanganan yang baik dan benar maksimal dua tahun.
c. Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang diolah menggunakan
pemanasan pada suhu 1350C dan dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik (SNI
01-3950-1998) (Badan Standardisasi Nasional, 1998). Pemanasan pada suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme baik pembusuk maupun patogen
dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan
nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak
berubah seperti susu segarnya. Susu UHT dapat disimpan pada suhu kamar selama
tidak lebih dari 8 minggu.
d. Susu kental manis adalah cairan kental yang terdiri dari sebagian penambahan air dan
susu encer yang diuapkan, gula, dengan atau tanpa penambahan lemak nabati dan atau
penambahan vitamin D (SNI 01-2971-1992) (Badan Standardisasi Nasional, 1992).
Kualitas mikrobiologi susu merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui susu aman untuk dikonsumsi atau tidak. Pemeriksaan mikrobiologi yang
dilakukan terhadap susu antara lain Total Plate Count (TPC), Most Probable Number
(MPN) Coliform, E. coli, S. aureus dan Salmonella. Jumlah TPC dalam susu dapat
menggambarkan kondisi sanitasi susu mulai dari pemerahan, kebersihan lingkungan
kandang, serta penanganan setelah pemerahan. Monitoring sanitasi dari suatu produk
pangan atau minuman dimulai dari awal produksi sampai siap konsumsi dengan
mengunakan parameter TPC (Elmoslemany. 2009).
C. Macam-Macam Bakteri Susu
Pada tinjauan ini dibahas beberapa bakteri patogen yang berpeluang ada dalam susu
antara lain:
1. Bacillus spp
Bacillus cereus merupakan salah satu spesies penyebab terjadinya foodborne
disease (penyakit bawaan pangan). B. cereus dan B. licheniformis merupakan spesies
dari genus Bacillus yang sering dijumpai pada susu segar. B. cereus menghasilkan toksin
ektraseluler dan metabolit yang membahayakan kesehatan masyarakat. Dua tipe toksin
yang dihasilkan dan memiliki sifat yang berbeda yaitu diarrhoeagenic toxin dan emetic
toxin. Diarrhoeagenic toxin sebagai penyebab keracunan makanan dapat diproduksi
selama fase pertumbuhan di dalam unus kecil, sebaliknya emetic toxin diproduksi pada
makanan sebelum di konsumsi (Jensen Dan Moir, 2003).
2. Brucella spp
Beberapa spesies dari genus Brucella yang bersifat patogen pada manusia adalah
B. melitensis, B. abortus, B. suis dan B canis. Brucella menyebabkan penyakit brucellosis
yang dapat terjadi baik pada hewan maupun manusia. Penyakit yang terjadi bersifat
zoonosis, ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak langsung dengan bahan
keguguran, karkas yang tercemar, minum susu sapi atau susu hewan lain penderita
brucellosis atau makan produk ternak yang tercemar (Fensterbank, 1987).
3. Campylobacter spp
Sebelum tahun 1970 Campylobacter ditetapkan sebagai penyebab gastroenteritis
pada manusia. Sejak saat itu hasil survey. menyebutkan bahwa bakteri tersebut umumnya
sebagai penyebab gastroenteritis akut pada manusia. Di Amerika telah dilaporkan 99%
dari penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter spp. pada manusia adalah
Campylobacter jejuni (Campylobacter fetus sub sp. jejuni) dan 1% sisanya
Campylobacter coli (Wallace, 2003).
4. Enterobacter sakazakii
Enterobacter merupakan salah satu genus dari famili Enterobacteriaceae yang
dikelompok ke dalam kelompok coliform. Pada ternak bakteri tersebut tidak menyebakan
penyakit yang berarti. Menurut. diduga cemaran dalam produk asal susu terjadi selama
proses pengeringan atau pengemasan. Letupan neonatal meningitis yang bersifat sporadik
melibatkan susu formula bayi yang mengandung bakteri E. sakazakii. Walaupun
demikian mengapa bakteri tersebut ada dan dapat bertahan didalam susu formula bayi
tidak jelas (Breeuwer et al., 2003).
5. Listeria monocytogenes
Genus Listeria tersebar luas di alam, dalam lingkungan peternakan, industri
peternakan dan pertanian. Terdapat tujuh spesies dalam genus ini, tetapi hanya satu
spesies yaitu L. monocytogenes yang bersifat patogenik pada manusia. L.
monocytogenes dapat ditemukan dari susu sapi yang belum dipasteurisasi dan didalam
filter pasteurizer. L.monocytogenes dikatagorikan dalam kelompok foodborne pathogen
pada manusia.

D. Mikroorganisme Patogen dan Non-patogen pada Susu


Produksi susu yang higienis seperti penanganan yang cepat dan tepat, penggunaan
alat produksi dan alat penyimpanan serta teknik teknik pasteurisasi telah menurunkan
ancaman penyebaran penyakit melalui susu seperti tuberkulosis (TBC), brucellosis dan
lain sebagainya. Walaupun masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terbukti
sudah ada beberapa kasus penyakit yang berasal dari mengkonsumsi susu segar, atau
produk susu sapi yang dibuat dari susu yang tidak di pasteurisasi dengan benar atau
kurang baik dalam penanganan sepanjang proses produksinya. Beberapa bakteri patogen
dalam susu segar dan produk susu yang masih menjadi perhatian saat ini antara lain:
 Bacillus cereus
 Listeria monocytogenes
 Yersinia enterocolitica
 Salmonella spp.
 Escherichia coli
 Campylobacter jejuni
Perlu diungkapkan juga disini bahwa beberapa jenis jamur, kebanyakan dari spesies
Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium dapat tumbuh dalam media susu dan produk susu
lainnya. Apabila kondisinya memungkinkan, organisme ini dapat memproduksi zat
mycotoxin yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa jenis bakteri yang masuk dalam kelas probiotik adalah:
 Bifidobacterium bifidum
 Bifidobacterium breve
 Bifidobacterium infantis
 Bifidobacterium longum
 Lactobacillus acidophilus
 Lactobacillus casei
 Lactobacillus plantarum
 Lactobacillus rhamnosus
 Lactobacillus GG
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah bunsen, spidol marker, pipet ukur,
tabung reaksi, erlenmeyer, rak tabung, beaker glass, hot plate, colony counter, inkubator,
jarum ose, tabung durham, sumbat tabung, autoklaf, dan cawan petri.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah sampel susu, akuades steril 45
ml dan 9 ml, medium PCA, medium LB, medium BGLB, wrapping, medium EMBA,
kristal violet, alkohol aseton, lugol iodine, safranin, dan kapas.

B. Prosedur Kerja
1. Penentuan Angka Lempeng Bakteri Secara Spread PlTE Count (SPC)
a. Melakukan pengambilan sampel susu secara aseptis sebanyak 5 ml menggunakan
pipet volum untuk kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer yang berisi akuades
steril 45 ml (pengenceran 10-1) kocok perlahan agar terlarut sempurna.
b. Melakukan pengenceran pada erlenmeyer tersebut sampai 10-5 (memindahkan 1 ml
cairan sebelumnya ke 9 ml akuades steril didalam tabung reaksi secara bertingkat)
c. Melakukan plating dari dua pengenceran terakhir (10-4 dan 10-5) secara duplo (dua
cawan) menggunakan medium plate count agar (PCA) dengan metode Pour Plate
(metode tuang), putar membentuk angka 8 dan diamkan sampai memadat.
d. Melakukan inkubasi medium PCA dalam posisi terbalik didalam inkubator bersuhu
37 derajat celsius selama 1x24 jam.
e. Melakukan perhitungan koloni bakteri dengan kriteria dan ketentuan antara 30-300
koloni.
2. Penentuan Jumlah Total Bakteri Secara Most Probable Number (MPN)
a. Pesiapan sampel
1) Mengambil secara aseptis 5 ml sampel susu untuk dimasukan kedalam
erlenmeyer yang berisi 45 ml akuades steril, kocok secara perlahan agar terlarut
sempurna sehingga diperoleh larutan 10-1.
b. Uji Presumtif (Uji Penduga)
1) Mengambil sebanyak 1 ml larutan 10-1 untuk diencerkan dengan 9 ml akuades
steril sampai pengenceran 10-3
2) Mengambil sebanyak 1 ml dari setiap tingkat pengenceran (10-1, 10-2, 10-3)
untuk dipindahkan ke dalam 3 seri tabung lactose broth (LB) yang berisi tabung
durham.
3) Selanjutnya Menginkubasi 3 seri tabung LB tersebut pada suhu 35 derajat celsius
selama 24-48 jam.
4) Mengmati dan Mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkat didalam tabung durham. Tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan tabung yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
c. Uji Konfirmasi (Uji Peneguhan)
1) Setiap tabung yang menunjukan hasil positif pada uji Presumtif diambil dan
dilanjutkan pengujiannya ke uji konfirmasi.
2) Mengambil sebanyak 1 ose dari setiap tabung positif untuk diinokulasikan ke 3
seri tabung Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) yang berisi tabung durham.
3) Menginkubasi 3 seri tabung BGLB pada suhu 45,5 derajat celsius selama 24 jam
kurang lebih 2 jam.
4) Mengmati dan mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkap didalam tabung durham, tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
5) Apabila semua tabung menunjukan hasil negatif, maka inkubasi dilanjutkan lagi
selama 48 jam kurang lebih 2 jam.
6) Mengmati dan mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkap didalam tabung durham, tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
7) Menggunakan tabel Most Probable Number (MPN) untuk menentukan nilai MPN
berdasarkan jumlah tabung BGLB yang positif mengandung gas didalam tabung
durham sebagai jumlah E.coli per mililiter atau per gram.
8) Menginterpretasikan banyaknya koliform yang terdapat dalam sampel susu
dengan mencocokan kombinasi jumlah tabung yang memperlihatkan hasil positif
berdasarkan tabel nilai MPN. Kombinasi yang diambil, dimulai dari pengenceran
tertinggi masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada pengenceran
berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga
pengenceran.
d. Identifikasi Bakteri
1) Membuat goresan/streak pada medium Eosi Methylen Blua Agar (EMBA) dari
tabung BGLB yang positif.
2) Menginkubasi medium pada suhu 35 derajat celsius selama 18-24 jam.
3) Mengamati koloni yang tumbuh pada medium EMBA. Koloni bakteri E.coli pada
medium EMBA akan tumbuh dengan diameter 2-3 mm, berwarna hitam atau
gelap pada bagian pusat koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang
mengikat.
e. Perwarnaan Gram
1) Mengambil koloni bakteri yang menunjukan karakter seperti bakteri E.coli
menggunakan jarum ose dan dilakukan pewarnaan gram
3. Uji Reduksi Methylem Blue (Biru Metilen)
a. Mengambil sebanyak 1 ml indikator biru metilen 1% untuk dimasukan kedalam
tabung reasi steril (dilakukan secara aseptis)
b. Menambahkan kedalam tabung reaksi tersebut 20 ml sampel susu secara aseptis,
lakukan secara perlahan-lahan sehingga tidak ada gelembung gas yang terbentu.
c. Menutup tabung reaksi tersebut menggunakan sumbat karet steril serapat mungkin.
d. Membolak-balikan tabung reaksi secara perlahan (jangan dikocok) sampai semua
bagian susu menjadi berwarna biru.
e. Meletakan tabung reaksi dirak tabung dan dimasukan kedalam inkubator bersuhu 37
derajat celsius.
f. Melakukan pengamatan setiap 30 menit terjadinya perubahan warna susu yang
tadinya berwarna biru menjadi berwarna putih kembali. Pengamatan baru dihentikan
ketika warna puih telah mencapai empat per lima bagian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

SPC MPN

Sampel Seri Seri Seri MBRT


Kel 10-4 10-5 SPC MPN
Susu 1 2 3

1 Bear Brand 0 0 0 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)

2 Kin 86 54 8,6x105 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)

3 Cukup Baik (2-


Murni 218 34,5 2,1x105 0 3 3 0.19
6 jam)

4 Cukup Baik (2-


Diabetasol 0 0 0 0 0 0 0.03
6 jam)

5 Frisian flag 0 0 0 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)

6 Indomilk 34 0 3,4x105 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)

7 Child Go 0 0 0 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)

8 Greenfields 37 0 3,7x105 0 0 0 0.03 Baik (>8 jam)


B. Pembahasan
Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terhadap susu antara lain Spread Plate
Count (SPC), Most Probable Number (MPN) dan Uji Reduksi Methylene Blue. Reduksi
Methylene Blue adalah uji yang dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam susu
dengan mengamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang
dapat menyebabkan perubahan zat warna biru metilen. Semakin tinggi jumlah bakteri
dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna. Mekanisme yang terjadi pada uji
Reduksi Methylene Blue adalah Organisme yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan
oksigen yang ada. Karena oksigen habis, terjadi reaksi oksidasi-reduksi untuk
kelangsungan hidup mikroba. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat menyediakan
energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase mikroba
menurunkan potensial oksidasi-reduksi, dengan mereduksi methyelene blue. Karena
tereduksi maka methyelene blue berubah warnanya dari biru menjadi putih
metilen/methylene white (Forsythe, 1998).
Spread Plate Count adalah teknik penanaman yang didasarkan pada penyebaran sel
pada permukaan media agar yang sudah memadat. Tujuan dari pengenceran sampel yaitu
mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati
dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan
yang tepat.Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni (Widodo, 2003).
MPN (most probable number) adalah metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik
dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran
jumlah mikroorganisme dalam jummlah perkiraan terdekat (Sri Harti, 2015).
Plate Count Agar (PCA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme
yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang
terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampelsampel
lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count
Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah
dingin media tersebut akan menjadi padat. Plate Count Agar (PCA) pertama kali
dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan
dari American Public Health Association (APHA) (Forsythe, 1998).
Lactose broth (LB) digunakan untuk menumbuhkan Salmonella dan bakteri
koliform dari makanan, air, dan hasil ternak. Reaksi enzimatis gelatin dan ekstrak sapi
memberikan sumber karbon dan nitrogen untuk pertumbuhan bakteri pada lactose broth.
Laktosa adalah karbohidrat. Fermentasi laktosa dibuktikan dengan timbulnya gas (Adnan,
1984).
Media Brillian Green Lactose Broth (BGLB) khususnya digunakan untuk
pemeriksaan MPN coliform, yaitu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui
perkiraan jumlah terdekat bakteri coli dan coliform dalam 100ml sampel. Penggunaan
media BGLB ini digunakan pada tahap uji penguat. Media ini digunakan dengan maksud
untuk media penyubur bagi bakteri coliform sekaligus sebagai media selektif bagi bakteri
selain bakteri coliform. Dengan komposisi media yang mengandung laktossa dan garam
empedu inilah yang dapat mengizinkan dan mendorong bakteri-bakteri coliform untuk
tumbuh secara optimal (Adnan, 1984).
Kelebihan Dan Kekurangan Masing-Masing Metode :
a. Metode Spread Plate Count
Kelebihan metode ini adalah hasil pengujiannya cukup sensitif karena hanya sel
mikroorganisme yang hidup yang dapat dihitung selain itu beberapa sel berdekatan
dapat dihitung sekaligus sebagai suatu koloni. metode ini membutuhkan medium yang
sedikit, mikrooganisme yang dihasilkan tersebar merata pada permukaan media.
Kekurangan metode ini yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama, mudah
terkontaminasi, tidak terlalu selektif sehingga hasil perhitungan terkadang bias,
mikroba yang dapat dihitung hanyalah mikroba aerob, sulit untuk mengetahui
kontaminasi ( harus melalui kontrol) dan kurang praktis karena diharuskan membuat
medium padat terlebih dahulu.
b. Metode Most Probable Number
Kelebihan metode ini adalah pemeriksaannya dapat dibuat sangat peka dengan
penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar dari 1,0 ml per tabung, bisa
dipakai di lapangan, media pertumbuhan yang selektif dapat digunakan untuk
menghitung jenis mikroorganisme yang diharapkan, cukup mudah untuk dilakukan,
dapat dipilih untuk menentukan densitas bakteri koliform fekal.
Kekurangannya metode ini adalah dalam pengujiannya membutuhkan alat gelas dalam
jumlah yang banyak, tidak dapat digunakan untuk pengamatan morfologi
mikroorganisme, dan untuk mendapatkan hasil yang valid diperlukan banyak
pengulangan.
c. Metode Reduktase Methyelene Blue
Kelebihan metode ini adalah pengujiannya memerlukan waktu yang singkat, lebih
cepat dalam pembacaan, tinggi jumlah bakteri di dalam susu semakin cepat terjadinya
perubahan warna.
Kekurangan metode ini adalah memerlukan waktu pengamatan yag terus menerus,
yaitu paling sedikit 6 jam, tidak dapat mengetahui koloni bakteri yang tumbuh, tidak
praktis dilakukan terhadap susu yang mengandung bakteri dalamjumlah sedikit.
(Hadiwiyoto, S. 1994).
Pengujian sampel susu yang kami lakukan menggunakan sampel susu steril dengan
merk Bear Brand, Susu tersebut merupakan susu steril karena mempunyai kualitas proses
sterilisasi yang tinggi. Bear Brand terbuat dari 100% susu murni berkualitas tinggi yang
telah mengalami proses sterilisasi tanpa penambahan bahan pengawet sehingga dapat
langsung dikonsumsi (Nestle,2017). Pengujian sampel susu dilakukan dengan tiga
pengujian yaitu Uji Reduksi Methylene Blue (Biru Metilen), Penentuan Angka Lempeng
Bakteri Secara Spread Plate Count (SPC) dan Penentuan Jumlah Total Bakteri Secara
Most Probable Number (MPN).
Hasil Pengujian Beberapa Sampel Susu :
1. Pengujian metode Spread Plate Count (SPC)
Pada kelompok 1,4,5,7 dengan sampel susu berturut-turut yaitu susu Bear
Brand, Diabetasol, Frisian flag dan Child Go didapatkan hasil berupa tidak tubuhnya
koloni bakteri pada semua cawan petri baik pada medium PCA yang diberi sampel
susu dengan pengenceran 10-4 maupun 10-5. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel-sampel susu yang diuji oleh kelompok-kelompok tersebut
tidak terdapat adanya pertumbuhan bakteri dan termasuk dalam kelompok susu yang
memiliki kualitas yang baik.
Pada kelompok 2 dengan sampel susu KIN, didapatkan hasil berupa adanya
pertumbuhan bakteri sebanyak 86 koloni pada medium PCA yang diberi sampel susu
dengan pengenceran 10-4 dan sebanyak 54 koloni pada medium PCA yang diberi
sampel susu dengan pengenceran 10-5. Berdasarkan data tersebut, hasil SPC di hitung
menggunakan jumlah koloni terbanyak yaitu 86, setelah dilakukan perhitungan,
didapatkan hasil nilai SPC yaitu sebesar 8,6x105. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel susu KIN yang diuji memiliki kualitas yang kurang baik.
Adanya pertumbuhan bakteri juga dapat disebabkan karena terjadi kontaminasi pada
saat pengerjaan ataupun memang karena proses produksi susu yang tidak baik.
Pada kelompok 3 dengan sampel susu murni, didapatkan hasil berupa adanya
pertumbuhan bakteri sebanyak 218 koloni pada medium PCA yang diberi sampel susu
dengan pengenceran 10-4 dan sebanyak 34,5 koloni pada medium PCA yang diberi
sampel susu dengan pengenceran 10-5. Berdasarkan data tersebut, hasil SPC di hitung
menggunakan jumlah koloni terbanyak yaitu 218, setelah dilakukan perhitungan,
didapatkan hasil nilai SPC yaitu sebesar 2,1x105. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel susu murni yang diuji memiliki kualitas yang kurang baik.
Adanya pertumbuhan bakteri juga dapat disebabkan karena terjadi kontaminasi pada
saat pengerjaan ataupun memang karena proses produksi susu yang tidak baik.
Pada kelompok 6 dengan sampel susu Indomilk, didapatkan hasil berupa adanya
pertumbuhan bakteri sebanyak 34 koloni pada medium PCA yang diberi sampel susu
dengan pengenceran 10-4 dan tidak terdapat pertumbuhan koloni pada medium PCA
yang diberi sampel susu dengan pengenceran 10-5. Berdasarkan data tersebut, hasil
SPC di hitung menggunakan jumlah koloni terbanyak yaitu 34, setelah dilakukan
perhitungan, didapatkan hasil nilai SPC yaitu sebesar 3,4x105. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel susu Indomilk yang diuji memiliki kualitas
yang kurang baik. Adanya pertumbuhan bakteri juga dapat disebabkan karena terjadi
kontaminasi pada saat pengerjaan ataupun memang karena proses produksi susu yang
tidak baik.
Pada kelompok 8 dengan sampel susu greenfield, didapatkan hasil berupa
adanya pertumbuhan bakteri sebanyak 37 koloni pada medium PCA yang diberi
sampel susu dengan pengenceran 10-4 dan tidak terdapat pertumbuhan koloni pada
medium PCA yang diberi sampel susu dengan pengenceran 10-4. Berdasarkan data
tersebut, hasil SPC di hitung menggunakan jumlah koloni terbanyak yaitu 37, setelah
dilakukan perhitungan, didapatkan hasil nilai SPC yaitu sebesar 3,7x105. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel susu greenfield yang diuji memiliki
kualitas yang kurang baik. Adanya pertumbuhan bakteri juga dapat disebabkan karena
terjadi kontaminasi pada saat pengerjaan ataupun memang karena proses produksi susu
yang tidak baik.

2. Pengujian metode Most Probable Number (MPN)


Pada kelompok 1,2,4,5,6,7,8 didapatkan hasil berupa tidak adanya gelembung
dalam tabung durham pada semua seri (seri 1-3), karena tidak adanya gelembung pada
semua tabung maka menurut rumus MPN, nilai yang didapatkan untuk hasil tersebut
adalah 0,03. Perubahan warna yang terjadi pada hasil pengamatan kelompok 1 adalah
pada tabung seri 1 adalah warna dari orange kemerahan menjadi putih kekuningan.
Pada tabung seri 2 adalah warna dari orange kemerahan menjadi kuning dan memadat
pada bagian dasarnya. Perubahan warna yang terjadi pada tabung seri 3 adalah warna
dari orange kemerahan menjadi warna orange cair.
Sedangkan pada kelompok 3, didapatkan hasil yaitu pada tiga tabung seri 1 tidak
didapatkan adanya gelembung pada tabung durham, pada tiga tabung seri 2 didapatkan
adanya gelembung pada tabung durham, dan pada tiga tabung seri 3 didapatkan adanya
gelembung pada tabung durham. Adanya gelembung pada tabung seri 2 sebanyak 3
tabung dan seri 3 sebanyak 3 tabung, maka nilai MPN yang didapatkan sesuai dengan
rumus MPN adalah sebesar 0.19. Berdasarkan hasil diatas dapat diasumsikan bahwa
dalam sampel susu murni terdapat adanya aktivitas bakteri dan perlu dilakukan tahap
peneguh dengan ditanamkan pada medium EMBA yang hasilnya adalah terdapat
bakteri yang tumbuh pada medium tersebut. Setelah tahap peneguh menunjukan hasil
positif lalu dilakukan tahap pewarnaan dari koloni bakteri yang tumbuh pada medium
EMBA sebelumnya. Hasil yang didapatkan pada pewarnaan gramnya menunjukan
bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif.

3. Pengujian metode reduksi Methylene Blue (Biru Metilen)


Pada kelompok 1,2,4,5,6,7,8 didapatkan hasil berupa tidak adanya perubahan
warna Methylene Blue selama 12 kali pengamatan (tiap 30 menit sekali). Warna yang
ditunjukan oleh sampel yang ditambah Methylene Blue adalah biru menyeluruh pada
semua bagian tabung. Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri yang terdapat dalam
sampel susu sedikit karena semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat
terjadinya perubahan warna.
Pada kelompok 3 dengan sampel susu murni, didapatkan hasil yaitu pada 30 menit
ke-1 sampai ke-4 warna yang dihasilkan adalah biru keseluruhan, pada 30 menit ke-5
sampai ke-6 warna yang dihasilkan adalah 1/5 bagian berwarna putih, pada 30 menit
ke-7 sampai ke-8 warna yang dihasilkan adalah 2/5 bagian berwarna putih, pada 30
menit ke-9 sampai ke-10 warna yang dihasilkan adalah 3/5 bagian berwarna putih,
pada 30 menit ke-11 warna yang dihasilkan adalah 4/5 bagian berwarna putih, pada 30
menit ke-12 warna yang dihasilkan adalah 5/5 bagian berwarna putih (putih
keseluruhan). Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa sampel
susu murni mengandung banyak bakteri sehingga dapat mereduksi pewarna biru
metilen dengan cepat. Sedangkan untuk kelompok 4 dengan sampel susu diabetasol
perbedaan warna pada metilen blue mulai terlihat pada 30 menit ke-5 atau sama
dengan 2 jam 30 menit. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel
susu diabetasol memiliki kualitas yang mendekati baik karena baru terlihat perubahan
warna pada 2-6 jam.
Berdasarkan hasil pengujian susu diatas diketahui bahwa sampel susu dengan merk
Bear Band yang kami uji menunjukan hasil negatif pada semua pengujian. Dari data
tersebut kami menyimpulkan bahwa kualitas atau mutu susu tersebut tergolong baik dan
kemungkinannya kecil untuk mengandung bakteri yang menyebabkan Food Born Disease.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan saat pengujian secara
bakteriologis ini diantaranya adalah :
- Medium yang digunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak dapat bekerja sesuai
fungsinya dan bahkan bias menghambat pertumbuhan bakteri.
- Pengerjaan pengujian yang tidak sesuai prosedu.
- Terjadinya kontaminasi yang menimbulkan positif palsu akibat kondisi yang kurang
steril atau karena pengerjaan yang didak asepis.
BAB V
KESIMPULAN

1. Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terhadap susu antara lain Spread Plate Count
(SPC), Most Probable Number (MPN) dan Uji Reduksi Methylene Blue.
2. Reduksi Methylene Blue adalah uji yang dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri
dalam susu dengan mengamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan
aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan zat warna biru metilen. Semakin tinggi
jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.
3. Spread Plate Count adalah teknik penanaman yang didasarkan pada penyebaran sel
pada permukaan media agar yang sudah memadat.
4. MPN (most probable number) adalah metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik
dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran
jumlah mikroorganisme dalam jummlah perkiraan terdekat.
5. Berdasarkan pengujian metode Spread Plate Count (SPC) didapatkan hasil berupa sampel
susu yang mempunyai kualitas yang baik adalah sampel susu Bear Brand, Diabetasol,
Frisian flag dan Child Go karena tidak terdapat adanya pertumbuhan bakteri setelah
ditanam pada medium PCA. Sedangkan beberapa sampel susu yang memiliki kualitas
kurang baik adalah sampel Kin, Murni, Indomilk, dan Greenfields karena terdapat adanya
pertumbuhan bakteri setelah ditanam pada medium PCA.
6. Berdasarkan pengujian metode Most Probable Number (MPN) didapatkan hasil berupa
tidak adanya gelembung dalam tabung durham pada semua seri pada sampel susu Bear
Brand, Diabetasol, Frisian flag, Child Go, Kin, Indomilk, dan Greenfields. Hal tersebut
menunjukan bahwa tidak ada aktivitas bakteri dalam sampel. Sedangkan pada sampel susu
murni terdapat adanya gelembung pada tiga tabung seri 2 dan 3 yang menunjukan bahwa
ada aktivitas bakteri didalam sampel susu tersebut.
7. Berdasarkan pengujian metode reduksi Methylene Blue (Biru Metilen) didapatkan hasil
berupa tidak adanya perubahan warna Methylene Blue selama 12 kali pengamatan (tiap 30
menit sekali) pada sampel susu Bear Brand, Frisian flag, Child Go, Kin, Indomilk, dan
Greenfields. Sedangkan pada sampel susu Murni dan Diabetasol didapatkan hasil yaitu
adanya perubahan warna metilen blue setelah 2-6 jam pengamatan. Hal tersebut
menunjukan bahwa terdapat adanya aktivitas bakteri yang mereduksi metilen blue pada
sampel susu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi pengolahan Air Susu.Andi Offset. Yogyakarta.
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani. Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-2970-1992. Susu
Bubuk. Hlm. 1-34.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-2971-1992. Mutu
Dan Cara Uji Susu Kental Manis. Hlm. 1-4.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-3950-1998. Susu
Ultra Hight Temperature (Uht). Hlm.
Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standardisasi Nasional Indonesia (Sni) 016366-2000.
Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Cemaran Residu Dalam
Bahan Makanan Asal Hewan. Hlm. 1-4.
Breeuwer, P., A. Lardeau, M. Peterze And H.M. Josten. 2003. Dessication And Heat
Tolerance Of Enterobacter Sakazakii. J. Appl. Microbiol. 95:967-973.
Elmoslemany Am, Keefe Gp, Dohoo Ir, Dingwell Rt. Microbiological Quality Of Bulk Tank
Raw Milk In Prince Edwad Island Dairy Herds. J.Dairy Sci. 2009; (92):42394248.
Fensterbank, R. 1987. Brucellosis In Catlle, Sheep And Goat: Diagnosis, Control And
Vaccination. Rev. Sci. Tech. Int. Epiz. 5(3): 605-618.
Forsythe, S. J. dan P. R., Hayes. 1998. Food Hygienes Microbiology and HACCP. Aspen
Publishers, Gaithersburg. Maryland.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahaya. Edisi II.
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Jayarao Bm, Donaldson Sc, Straley Ba, Sawant Aa, Hegde Nv, Brown Jl. A Survey Of
Foodborne Pathogens In Bulk Tank Milk And Raw Milk Consumption Among Farm
Families In Pennsylvania. J.Dairy Sci. 2006; 87:3561-3573.
Jensen, I And C J Moir. 2003. Bacillus Cereus And Other Bacillus Species. In: Food Borne
Microorganisms Of Public Health Significance. 6th Ed.. A.D. Hocking (Eds.).
Australian Institute Of Food Science And Technology Incorporated, Nsw Branch,
Food Microbiology Group, Waterloo, Nsw. Chapter 14. Pp. 445-478.
Lampert, Cm. 1980. Modern Dairy Product. New York Publising. Co. Inc. Pp. 234-255.
Nestle. 2017. Susu Bear Band. Aviable online on :
https://www.nestle.co.id/ina/produk/minumansiapminum/bearbrand (diakses pada 27
oktober 2018)
Sri Harti, Agnes. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Wallace, R.B. 2003. Campylobacter. In: Foodborne Microorganisms Of Public Health
Significance. 6th Ed. A.D. Hocking (Eds.). Australian Institute Of Food Science And
Technology Incorporated. (Nsw Branch). Pp. 311-332.
Waluyo, L. 2008. Metode Teknik Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang.
Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tabel Rumus MPN

Anda mungkin juga menyukai