DISUSUN OLEH:
IRMA AISATUL MUKAROMAH
1611050007
B. Prosedur Kerja
1. Penentuan Angka Lempeng Bakteri Secara Spread PlTE Count (SPC)
a. Melakukan pengambilan sampel susu secara aseptis sebanyak 5 ml menggunakan
pipet volum untuk kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer yang berisi akuades
steril 45 ml (pengenceran 10-1) kocok perlahan agar terlarut sempurna.
b. Melakukan pengenceran pada erlenmeyer tersebut sampai 10-5 (memindahkan 1 ml
cairan sebelumnya ke 9 ml akuades steril didalam tabung reaksi secara bertingkat)
c. Melakukan plating dari dua pengenceran terakhir (10-4 dan 10-5) secara duplo (dua
cawan) menggunakan medium plate count agar (PCA) dengan metode Pour Plate
(metode tuang), putar membentuk angka 8 dan diamkan sampai memadat.
d. Melakukan inkubasi medium PCA dalam posisi terbalik didalam inkubator bersuhu
37 derajat celsius selama 1x24 jam.
e. Melakukan perhitungan koloni bakteri dengan kriteria dan ketentuan antara 30-300
koloni.
2. Penentuan Jumlah Total Bakteri Secara Most Probable Number (MPN)
a. Pesiapan sampel
1) Mengambil secara aseptis 5 ml sampel susu untuk dimasukan kedalam
erlenmeyer yang berisi 45 ml akuades steril, kocok secara perlahan agar terlarut
sempurna sehingga diperoleh larutan 10-1.
b. Uji Presumtif (Uji Penduga)
1) Mengambil sebanyak 1 ml larutan 10-1 untuk diencerkan dengan 9 ml akuades
steril sampai pengenceran 10-3
2) Mengambil sebanyak 1 ml dari setiap tingkat pengenceran (10-1, 10-2, 10-3)
untuk dipindahkan ke dalam 3 seri tabung lactose broth (LB) yang berisi tabung
durham.
3) Selanjutnya Menginkubasi 3 seri tabung LB tersebut pada suhu 35 derajat celsius
selama 24-48 jam.
4) Mengmati dan Mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkat didalam tabung durham. Tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan tabung yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
c. Uji Konfirmasi (Uji Peneguhan)
1) Setiap tabung yang menunjukan hasil positif pada uji Presumtif diambil dan
dilanjutkan pengujiannya ke uji konfirmasi.
2) Mengambil sebanyak 1 ose dari setiap tabung positif untuk diinokulasikan ke 3
seri tabung Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) yang berisi tabung durham.
3) Menginkubasi 3 seri tabung BGLB pada suhu 45,5 derajat celsius selama 24 jam
kurang lebih 2 jam.
4) Mengmati dan mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkap didalam tabung durham, tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
5) Apabila semua tabung menunjukan hasil negatif, maka inkubasi dilanjutkan lagi
selama 48 jam kurang lebih 2 jam.
6) Mengmati dan mencatat tabung reaksi yang didalamnya terdapat gelembung gas
yang terperangkap didalam tabung durham, tabung yang menghasilkan
gelembung gas dinyatakan positif, sedangkan yang tidak menghasilkan
gelembung gas dinyatakan hasil negatif.
7) Menggunakan tabel Most Probable Number (MPN) untuk menentukan nilai MPN
berdasarkan jumlah tabung BGLB yang positif mengandung gas didalam tabung
durham sebagai jumlah E.coli per mililiter atau per gram.
8) Menginterpretasikan banyaknya koliform yang terdapat dalam sampel susu
dengan mencocokan kombinasi jumlah tabung yang memperlihatkan hasil positif
berdasarkan tabel nilai MPN. Kombinasi yang diambil, dimulai dari pengenceran
tertinggi masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada pengenceran
berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga
pengenceran.
d. Identifikasi Bakteri
1) Membuat goresan/streak pada medium Eosi Methylen Blua Agar (EMBA) dari
tabung BGLB yang positif.
2) Menginkubasi medium pada suhu 35 derajat celsius selama 18-24 jam.
3) Mengamati koloni yang tumbuh pada medium EMBA. Koloni bakteri E.coli pada
medium EMBA akan tumbuh dengan diameter 2-3 mm, berwarna hitam atau
gelap pada bagian pusat koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang
mengikat.
e. Perwarnaan Gram
1) Mengambil koloni bakteri yang menunjukan karakter seperti bakteri E.coli
menggunakan jarum ose dan dilakukan pewarnaan gram
3. Uji Reduksi Methylem Blue (Biru Metilen)
a. Mengambil sebanyak 1 ml indikator biru metilen 1% untuk dimasukan kedalam
tabung reasi steril (dilakukan secara aseptis)
b. Menambahkan kedalam tabung reaksi tersebut 20 ml sampel susu secara aseptis,
lakukan secara perlahan-lahan sehingga tidak ada gelembung gas yang terbentu.
c. Menutup tabung reaksi tersebut menggunakan sumbat karet steril serapat mungkin.
d. Membolak-balikan tabung reaksi secara perlahan (jangan dikocok) sampai semua
bagian susu menjadi berwarna biru.
e. Meletakan tabung reaksi dirak tabung dan dimasukan kedalam inkubator bersuhu 37
derajat celsius.
f. Melakukan pengamatan setiap 30 menit terjadinya perubahan warna susu yang
tadinya berwarna biru menjadi berwarna putih kembali. Pengamatan baru dihentikan
ketika warna puih telah mencapai empat per lima bagian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
SPC MPN
1. Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terhadap susu antara lain Spread Plate Count
(SPC), Most Probable Number (MPN) dan Uji Reduksi Methylene Blue.
2. Reduksi Methylene Blue adalah uji yang dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri
dalam susu dengan mengamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan
aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan zat warna biru metilen. Semakin tinggi
jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.
3. Spread Plate Count adalah teknik penanaman yang didasarkan pada penyebaran sel
pada permukaan media agar yang sudah memadat.
4. MPN (most probable number) adalah metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik
dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran
jumlah mikroorganisme dalam jummlah perkiraan terdekat.
5. Berdasarkan pengujian metode Spread Plate Count (SPC) didapatkan hasil berupa sampel
susu yang mempunyai kualitas yang baik adalah sampel susu Bear Brand, Diabetasol,
Frisian flag dan Child Go karena tidak terdapat adanya pertumbuhan bakteri setelah
ditanam pada medium PCA. Sedangkan beberapa sampel susu yang memiliki kualitas
kurang baik adalah sampel Kin, Murni, Indomilk, dan Greenfields karena terdapat adanya
pertumbuhan bakteri setelah ditanam pada medium PCA.
6. Berdasarkan pengujian metode Most Probable Number (MPN) didapatkan hasil berupa
tidak adanya gelembung dalam tabung durham pada semua seri pada sampel susu Bear
Brand, Diabetasol, Frisian flag, Child Go, Kin, Indomilk, dan Greenfields. Hal tersebut
menunjukan bahwa tidak ada aktivitas bakteri dalam sampel. Sedangkan pada sampel susu
murni terdapat adanya gelembung pada tiga tabung seri 2 dan 3 yang menunjukan bahwa
ada aktivitas bakteri didalam sampel susu tersebut.
7. Berdasarkan pengujian metode reduksi Methylene Blue (Biru Metilen) didapatkan hasil
berupa tidak adanya perubahan warna Methylene Blue selama 12 kali pengamatan (tiap 30
menit sekali) pada sampel susu Bear Brand, Frisian flag, Child Go, Kin, Indomilk, dan
Greenfields. Sedangkan pada sampel susu Murni dan Diabetasol didapatkan hasil yaitu
adanya perubahan warna metilen blue setelah 2-6 jam pengamatan. Hal tersebut
menunjukan bahwa terdapat adanya aktivitas bakteri yang mereduksi metilen blue pada
sampel susu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi pengolahan Air Susu.Andi Offset. Yogyakarta.
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani. Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-2970-1992. Susu
Bubuk. Hlm. 1-34.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-2971-1992. Mutu
Dan Cara Uji Susu Kental Manis. Hlm. 1-4.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (Sni) 01-3950-1998. Susu
Ultra Hight Temperature (Uht). Hlm.
Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standardisasi Nasional Indonesia (Sni) 016366-2000.
Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Cemaran Residu Dalam
Bahan Makanan Asal Hewan. Hlm. 1-4.
Breeuwer, P., A. Lardeau, M. Peterze And H.M. Josten. 2003. Dessication And Heat
Tolerance Of Enterobacter Sakazakii. J. Appl. Microbiol. 95:967-973.
Elmoslemany Am, Keefe Gp, Dohoo Ir, Dingwell Rt. Microbiological Quality Of Bulk Tank
Raw Milk In Prince Edwad Island Dairy Herds. J.Dairy Sci. 2009; (92):42394248.
Fensterbank, R. 1987. Brucellosis In Catlle, Sheep And Goat: Diagnosis, Control And
Vaccination. Rev. Sci. Tech. Int. Epiz. 5(3): 605-618.
Forsythe, S. J. dan P. R., Hayes. 1998. Food Hygienes Microbiology and HACCP. Aspen
Publishers, Gaithersburg. Maryland.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahaya. Edisi II.
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Jayarao Bm, Donaldson Sc, Straley Ba, Sawant Aa, Hegde Nv, Brown Jl. A Survey Of
Foodborne Pathogens In Bulk Tank Milk And Raw Milk Consumption Among Farm
Families In Pennsylvania. J.Dairy Sci. 2006; 87:3561-3573.
Jensen, I And C J Moir. 2003. Bacillus Cereus And Other Bacillus Species. In: Food Borne
Microorganisms Of Public Health Significance. 6th Ed.. A.D. Hocking (Eds.).
Australian Institute Of Food Science And Technology Incorporated, Nsw Branch,
Food Microbiology Group, Waterloo, Nsw. Chapter 14. Pp. 445-478.
Lampert, Cm. 1980. Modern Dairy Product. New York Publising. Co. Inc. Pp. 234-255.
Nestle. 2017. Susu Bear Band. Aviable online on :
https://www.nestle.co.id/ina/produk/minumansiapminum/bearbrand (diakses pada 27
oktober 2018)
Sri Harti, Agnes. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Wallace, R.B. 2003. Campylobacter. In: Foodborne Microorganisms Of Public Health
Significance. 6th Ed. A.D. Hocking (Eds.). Australian Institute Of Food Science And
Technology Incorporated. (Nsw Branch). Pp. 311-332.
Waluyo, L. 2008. Metode Teknik Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang.
Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tabel Rumus MPN