Disusun Oleh
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.3 Jalur eksplisit RSVP (Garis hijau merupakan jalur PE-B ke PE-C) . 20
Gambar 3.11 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik ...................... 28
Gambar 3.12 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik ...................... 28
3
DAFTAR TABEL
4
ABSTRAK
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
MPLS mengingat penentuan protokol menjadi faktor penting untuk menentukan
peringkat produsen perangkat dan ISP
Makalah ini membandingkan hasil rekayasa traffic dengan menyesuaikan
arus traffic dengan menetapkan dan mengendalikan protokol RSVE-TE dan LDP
pada jaringan multiplatform MPLS.
1.2 Tujuan
Membandingkan interoperabilitas dan keandalan protokol RSVP dan LDP
pada jaringan multiplatform MPLS. Keandalan akan terlihat dengan menguji
kinerja layanan (QoS).
7
BAB II
DASAR TEORI
MPLS adalah metode yang lebih baik untuk pengiriman paket melalui
jaringan menggunakan informasi yang terkandung dalam label yang melekat pada
paket IP. Label dimasukkan antara header Layer 3 dan header Layer 2 dalam hal
teknologi berbasis frame layer 2, dan yang terkandung dalam virtual path identifier
(VPI) dan virtual channel identifier (VCI) dalam hal teknologi yang berbasis pada
ATM.
MPLS kombinasi teknologi switching pada Layer 2 dengan teknologi
routing Layer 3. Tujuan utama MPLS adalah untuk membuat struktur jaringan yang
fleksibel sehingga dapat meningkatkan kinerja dan stabilitas. Ini merupakan bagian
dari traffic engineering dan kemampuan VPN, yang menawarkan quality of service
(QoS) dengan berbagai classes of service (CoS). (Alwayn, 2002)
8
teknologi tersebut dapat digunakan untuk memindahkan frame seluruh jaringan.
Pada Frame Relay, frame dapat menjadi sedikit lebih panjang. Sedangkan
Asynchronous Transfer Mode (ATM), mempunyai Fixed Length yang terdiri dari 5
header byte dan payload 48 byte. Header pada ATM dan Frame Relay dapat
mengacu pada virtual circuit yang berada pada frame. Frame Relay dan ATM
mempunyai kesamaan yaitu setiap hop diseluruh jaringan dan nilai label dalam
header dapat berubah. Hal ini berbeda dari paket forwarding, ketika sebuah router
meneruskan paket IP, nilai yang berkaitan dengan tujuan dari paket tidak merubah
alamat IP tujuan. Fakta bahwa label MPLS digunakan untuk meneruskan paket-
paket. (Ghein, 2007)
9
Menggunakan MPLS, operator dapat bermigrasi banyak fungsi kontrol
pesawat ATM ke layer 3, sehingga membutuhkan penyederhanaan dalam
pengadaan jaringan, manajemen, dan kompleksitas jaringan. Teknik ini
menyediakan skalabilitas yang sangat besar dan menghilangkan cell tax yang
melekat pada ATM (cost overhead) dalam menjalankan lalu lintas IP.
Penyedia layanan dan operator telah menyadari keuntungan dari MPLS
dibandingkan dengan IP konvensional yang menggunakan jaringan overlay ATM.
Jaringan perusahaan yang besar saat ini menggunakan ATM publik sebagai Layer
2 infrastruktur IP akan menjadi keuntungan utama yang diperoleh dari teknologi
ini.
MPLS menggabungkan kinerja dan kemampuan Layer 2 (Data link layer)
beralih dengan skalabilitas terbukti Layer 3 (Network layer) routing. Hal ini
memungkinkan penyedia layanan untuk memenuhi tantangan pertumbuhan
eksplosif dalam pemanfaatan jaringan sambil memberikan kesempatan untuk
membedakan layanan tanpa mengorbankan infrastruktur jaringan yang ada.
Arsitektur MPLS yang fleksibel dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan
teknologi layer 2.
Dukungan MPLS ditawarkan untuk semua protokol layer 3, dan scaling
adalah mungkin baik di luar yang biasanya ditawarkan dalam jaringan saat ini.
MPLS efisien memungkinkan pengiriman layanan IP melalui jaringan ATM
switched. MPLS mendukung terciptanya rute yang berbeda antara sumber dan
tujuan pada murni berbasis router backbone Internet. Dengan menggabungkan
MPLS ke dalam arsitektur jaringan mereka, banyak penyedia layanan dapat
mengurangi biaya, meningkatkan pendapatan dan produktivitas, menyediakan
layanan yang berbeda, dan memperoleh keunggulan kompetitif atas dari pada
operator yang tidak menawarkan layanan MPLS seperti Layer 3 VPNs atau traffic
engineer. (Alwayn, 2002)
10
jaringan lokal. Informasi yang berasal dari node-node VPN akan “dibungkus”
(tunneled) dan kemudian mengalir melalui jaringan publik. Sehingga informasi
menjadi aman dan tidak mudah dibaca oleh yang lain.
Umumnya VPN diimplementasikan oleh lembaga/perusahaan besar.
Biasanya perusahaan semacam ini memiliki kantor cabang yang lokasinya cukup
jauh dari kantor pusat. Sehingga diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi
keterbatasan LAN. VPN dapat menjadi sebuah pilihan yang cukup tepat. Tentu saja
VPN boleh diimplementasikan oleh pengguna rumah atau oleh siapa pun yang
membutuhkannya.
11
2.2.1 Jenis-jenis VPN
▪ Site-to-site VPN
Menurut Sofana (2012:230) Site-to-site VPN diimplementasikan
dengan memanfaatkan perangkat dedicated yang dihubungkan via
internet. Site-to-site VPN digunakan untuk menghubungkan berbagai
12
area yang sudah fixed atau tetap, misal kantor cabang dengan kantor
pusat. Koneksi antara lokasi-lokasi tersebut berlangsung secara terus
menerus (24 jam) sehari.
Jika ditinjau dari segi kendali atau administrative control. Secara
umum site-to-site VPN dapat dibagi menjadi:
• Intranet VPN
Manakala VPN hanya digunakan untuk menghubungkan
beberapa lokasi yang masih satu instansi atau satu perusahaan.
Seperti kantor pusat dihubungkan dengan kantor cabang. Dengan
kata lain, administrative control berada sepenuhnya di bawah satu
kendali.
• Ektranet VPN
Manakala VPN hanya digunakan untuk menghubungkan
beberapa instansi atau perusahaan yang berbeda namun di antara
mereka memiliki hubungan “dekat”. Seperti perusahaan tekstil
dengan perusahaan angkutan barang yang digunakan oleh
perusahaan tekstil tersebut. Dengan kata lain administrative control
berada di bawah kendali beberapa instansi terkait.
13
Gambar 2.4 Solusi Extranet VPN
(Sumber :http://www.hit.bme.hu/~jakab/edu/litr/VPN/
vpntechnologies)
2.3 RSVP
14
digunakan lebih efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari aplikasi-
aplikasi.
Dasar dari RSVP adalah meminta spesifikasi untuk end-to-end QoS yang
dibutuhkan dan definisi dari set data paket untuk menerima QoS. RSVP
berguna untuk lingkungan dimana QoS reservation data didukung oleh lokasi
resource dari pada penambahan resource. RSVP mendukung akses pada
pelayanan internetworking yang terintegrasi, dimana host dan network bekerja
untuk mencapai penjaminan kualitas pengiriman end-to-end. Semua host,
router dan komponen lain dalam infrastruktur elemen jaringan antara pengirim
dan penerima harus mendukung RSVP. Tiap-tiap elemen jaringan ini
mencadangkan resource sistem, seperti bandwith, CPU dan buffer memory,
untuk memenuhi permintaan QoS. Hal inilah yang diharapkan, meskipun
demikian, akan memerlukan biaya tambahan pada ISP untuk mencadangkan
resource-nya untuk RSVP pemesanan QoS. Kontrol QoS RSVP memerlukan
pesan-pesan yang dikirimkan untuk mencadangkan resource sepanjang node
(router dan host) selama pencadangan pengantaran pada penerima.
Keunggulan jaringan RSVP :
15
2.5 QoS (Quality Of Service)
1. Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet
agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu.
Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per
satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second [bps].
Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet atau yang
kita kenal ISP dengan jumlah tertentu tergantung sewa
pelanggan. Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak
menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh provider.
2. Latency
Jika kita mengirimkan data sebesar 3 Mbyte pada saat jaringan
sepi waktunya 5 menit tetapi pada saat ramai 15 menit, hal ini di
sebut latency. Latency pada saat jaringan sibuk berkisar 50 – 70
msec.
3. Losses
Losses adalah jumlah paket yang hilang saat pengiriman paket
data ke tujuan, kualitas terbaik dari jaringan LAN/ WAN
memiliki jumlah losses paling kecil.
4. Availability
Availability berarti ketersediaan suatu layanan web, smtp, pop3
dan aplikasi pada saat jaringan LAN/ WAN sibuk maupun tidak.
16
1. Untuk memberikan prioritas untuk aplikasi-aplikasi yang kritis
pada jaringan.
2. Untuk memaksimalkan penggunaan investasi jaringan yang sudah
ada.
3. Untuk meningkatkan performansi untuk aplikasi-aplikasi yang
sensitif terhadap Delay , seperti voice dan video.
4. Untuk merespon terhadap adanya perubahan-perubahan pada
aliran trafik di jaringan.
17
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Jaringan ini mensimulasikan tiga Customer Edge (CE), Provider Edge (PE),
dan lima router sebagai jaringan inti dari ISP. Dalam pengujian multiplatform,
router CE berasal dari Cisco, dan pada router jaringan inti dan PE berasal dari Cisco
dan Juniper. Di setiap jaringan di setiap lokasi bisnis, router bertindak sebagai
gateway untuk terhubung ke jaringan ISP dengan PoP. Secara grafis, topologi
sistem digambarkan pada Gambar 3.2.
Topologi memiliki tiga komponen utama sistem, CE, PR, dan Label Switch
Router (LSR). Ketiga komponen akan dikonfigurasikan untuk mensimulasikan
rekayasa traffic pada jaringan VPN MPLS lapisan OSI ketiga. Variasi platform
disajikan pada Tabel 3.1.
19
multiplatform MPLS. Dalam penelitian ini, protokol RSVP digunakan untuk
rekayasa trafik pada jaringan MPLS sehingga congestion pada jaringan dapat
dihindari pada link tertentu.
Dengan protokol LDP, pemilihan jalur di jaringan mengikuti IGP. Tugas
LDP adalah memberi label paket memasuki jaringan MPLS. Di router LSR5, semua
antarmuka yang digunakan oleh IGP tergabung ke dalam protokol LDP dan MPLS.
Itu karena semua antarmuka digunakan dalam jaringan MPLS.
Gambar 3.3 Jalur eksplisit RSVP (Garis hijau merupakan jalur PE-B ke PE-C)
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)
Penentuan jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jalur Eksplisit
dan Jalur Dinamis. Jalur eksplisit digunakan sebagai jalur utama dalam mengangkut
data dari setiap PE dan Dynamic Path bertindak sebagai redundansi jika salah satu
node gagal berfungsi. Jalur Eksplisit digambarkan pada Gambar 3.3. Dalam
jaringan MPLS, jalur yang menghubungkan LSR disebut Label Switched Path
(LSP). Alamat yang akan diteruskan oleh LSP ditentukan oleh antarmuka tunnel
yang terpisah.
20
3.1.3 Pengujian
3.1.3.1 Pengujian Koneksi
Uji konektivitas dimaksudkan untuk memeriksa interoperabilitas
multiplatform dari MPLS VPN. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan host
ke setiap router CE pada jaringan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
21
dan dengan beban (dengan traffic UDP tambahan). Gambar 3.5 menunjukkan
model pengukuran trafik tanpa beban.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua alat, Ping dan Iperf. Ping
digunakan untuk menentukan delay, sementara Iperf digunakan untuk mengirim
22
traffic dan mengukur jitter, packet loss, dan throughput. Pengukuran dilakukan
dengan mengambil sampel data setiap detik selama 60 detik.
23
Tabel 3.3 Network Recovery Connectivity
Protocol Host Packet Sent Packet Received Lost
LDP B-A 100 52 48
C-A 100 52 48
RSVP B-A 100 66 34
C-A 100 63 37
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)
Hasil simulasi ditunjukkan pada (Tabel 3.3). Secara umum jumlah paket
yang hilang dengan menggunakan protokol RSVP lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan protokol LDP. Berdasarkan data dari Tabel 3.3 menunjukkan
bahwa protokol RSVP memiliki waktu pemulihan lebih cepat dibandingkan
protokol LDP. Nilai paket yang hilang (lost) pada protokol RSVP sebesar 35,5%
sedangkan protokol LDP sebesar 48%. Hal ini dikarenakan dalam protokol RSVP
pembentukan LSP dilakukan dengan metode make-before-break.
3.2.3 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket data dari pengirim ke
penerima. Pengukuran dilakukan dengan waktu 60 detik dengan dua metode yaitu
penambahan beban trafik dan tidak ada penambahan beban trafik. Hasil pengukuran
delay yang didapat ditunjukkan pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8.
Pada Gambar 3.7 dapat dilihat hasil pengukuran delay tanpa adanya beban
trafik untuk jalur dari host B-A dan host C-A. Rata-rata delay antara protokol RSVP
24
dan LDP tidak ada perbedaan yang signifikan. Tingkat rata-rata delay untuk
protokol LDP berkisar 50-70 ms, sedangkan untuk protokol RSVP berkisar 40-60
ms.
RSVP 50.24
RSVP 52.40
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)
Berdasarkan data hasil pengujian delay yang diperlihatkan pada Tabel 3.4
dari dua kondisi pengujian berbeda didapatkan bahwa terdapat perbedaan kinerja
jaringan setelah ditambahkan beban trafik. Semua trafik dari host B-A dan C-A
dengan menggunakan protokol LDP akan melewati jalur yang sama dan
25
menghasilkan kumpulan paket pada jalur yang sama. Penumpukan paket akan
menyebabkan antrian yang panjang sehingga akan menyebabkan nilai delay lebih
tinggi. Sedangkan dengan protokol RSVP karena jalur yang digunakan berbeda
antara host B-A dan host C-A maka nilai delay akan lebih rendah.
3.2.4 Jitter
Jitter adalah variasi dari delay akibat adanya perbedaan waktu atau interval
kedatangan paket data dari penerima. Pengukuran jitter dilakukan dengan
menggunakan iPerf. Pengukuran tanpa beban tambahan dilakukan dengan
mengirimkan paket UDP sebesar 9 Mbps. Seperti ditampilkan pada Gambar 3.9
hasil pengukuran didapatkan antara protokol LDP dan RSVP memiliki nilai yang
relatif sama yaitu berkisar 2 ms.
26
Gambar 3.10 Grafik Pengukuran Jitter Dengan Beban Trafik
(Sumber : Ismail, dkk, 2017)
Pada Tabel 3.5 menunjukkan rata-rata nilai pengujian jitter yang dilakukan
selama 60 s dengan menggunakan iPerf. Dengan adanya penambahan beban trafik
nilai jitter pada protokol LDP mengalami penurunan yang besar dibandingan tidak
adanya penambahan beban trafik. Sedangkan penambahan beban trafik pada
protokol RSVP hanya mengalami penurunan sedikit dibandingkan tidak adanya
penambahan beban trafik.
RSVP 2.06
RSVP 2.39
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)
27
awal memiliki impuls diakibatkan dari adanya pengaruh luar yang berasal dari
simulator sistem.
Pada Tabel 3.6 menunjukkan rata-rata nilai pengujian packet loss yang
dilakukan selama 60 s dengan menggunakan iPerf. Dengan adanya penambahan
beban trafik nilai packet loss pada protokol LDP dan RSVP memiliki nilai
perbedaan yang signifikan. Hal ini menujukkan jumlah paket yang loss pada
protokol LDP lebih besar dibandingkan protokol RSVP.
28
Tabel 3.6 Nilai Rata-Rata Packet loss (%)
RSVP 0.30
RSVP 12.18
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)
3.2.6 Throughput
Throughput adalah berapa banyak paket data yang diterima oleh sebuah
node dalam rentang pengamatan tertentu. Nilai throughput dipengaruhi oleh delay,
jitter, dan packet loss dalam jaringan.
29
Gambar 3.14 Grafik Pengukuran Throughput Dengan Beban Trafik
(Sumber : Ismail, dkk, 2017)
RSVP 8.96
RSVP 7.81
30
akibat rendahnya collision (tabrakan antar paket di dalam jaringan) sehingga paket
yang dikirimkan dapat diterima dengan baik.
Sedangkan nilai throughput pada protokol LDP dan RSVP dengan beban
tambahan menyebabkan adanya paket yang hilang. Pada protokol LDP presentase
paket yang hilang yaitu 59,48%. Sedangkan pada protokol RSVP presentase paket
yang hilang yaitu 12,18%. Tingginya nilai hilangnya paket pada LDP menyebabkan
paket yang diterima menurun akibat adanya collision di jaringan. Sedangkan pada
RSVP karena jalur trafik yang digunakan berbeda maka, dapat meminimalkan
adanya collision di jaringan sehingga paket yang diterima lebih baik.
31
BAB IV
SIMPULAN
Pada jaringan yang stabil dan tanpa beban trafik tambahan, delay rata-rata
pada protokol LDP adalah 59,41 ms, jitter 2,06 ms, kehilangan paket 0,08%, dan
throughput 8,99 Mbps. Sementara itu, pada protokol RSVP, delay rata-rata adalah
52,40 ms, jitter 2,39 ms, paket loss 12,18%, dan throughput 7,80 Mbps. Ketika
failover terjadi dan pada recovery mode, protokol LDP terdapat 48% paket yang
hilang per 100 paket yang dikirim sedangkan pada paket RSVP persentase
kehilangan adalah 35,5% per 100 paket yang dikirim. Kedua protokol memiliki
interoperabilitas pada lapisan ketiga multiplatform MPLS VPN, tetapi pada kondisi
lalu lintas yang padat, protokol RSVP memiliki keandalan yang lebih baik daripada
protokol LDP.
32
DAFTAR PUSTAKA
Alwayn, Viviek. (2002). Advanced MPLS Design and Implementation. Indianapolis : Cisco
Press.
33
Hasil Diskusi (Question & Answer)
3. Mengapa pada lima detik awal dari gambar grafik 3.11 mengalami lonjakan?
Jawab :
Gambar 3.11 adalah pengujian packet loss tanpa penambahan beban trafik.
Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan tools Iperf. Pada 5 detik pertama
saat pengujian dilakukan terdapat packet loss yang disebabkan karena pengaruh
eksternal dari simulator. Di mana pada awal pengujian, beban computer akan menjadi
lebih tinggi disebabkan computer akan mensimulasikan traffic. Akibat nya terdapat
34
packet loss pada awal pengujian.
5. Mengapa pada saat penambahan traffic load hasil packet loss antara RSVP dan LDP
Protocol mengalami perbedaan yang signifikan?
Jawab :
Alasan adanya perbedaan yang signifikan di packet loss antara RSVP dan LDP
protokol saat penambahan beban trafik di sebabkan karena pada LDP protokol jalur
yang dibangun oleh antara Host B-A dan Host C-A untuk dilewatkan paket sama-sama
melalui router LSR 4 dan LSR 5. Sehingga hal ini akan menyebabkan adanya
penumpukan paket untuk menuju Host A dan akan membuat nilai paket yang hilang
selama pengiriman data di jalur tersebut menjadi lebih tinggi. Sedangkan, pada RSVP
protokol antara Host B-A dan Host C-A jalur yang dibangun berbeda sehingga
kemungkinan hilangnya paket saat proses pentransmisian akan lebih kecil
dibandingkan dengan LDP protokol.
Selain itu, pada LDP protokol menggunakan IGP (Interior Gateway Protocol) dalam
menentukan jalur pentransmisian paketnya. Dalam konsep IGP jalur akan ditentukan
berdasarkan update table routing dari informasi setiap router di sekitarnya, sehingga
jika ada perubahan suatu router mungkin tidak diketahui oleh router lain dan
menyebabkan routing loop.
Routing loop menyebabkan paket dikirim berulang-ulang mengelilingi jaringan
sampai paket dibuang oleh router. Jika routing loop terjadi, jaringan akan dipenuhi
oleh paket-paket yang tidak pernah sampai ke tujuan (Packet Loss).
35