Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata rnerupakan salah satu sektor dalam pembangunan skala
nasional. Hal ini didasari karena sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai
salah satu sector utama dalam peningkatan devisa Negara. Sektor pariwisata
di Indonesia juga diharapkan dapat menjsadi penghasil devisa nomor satu.
Sesuai dengan pengembangan pariwisata, terlebihnya pariwisata di
Indonesia merupakan jalan keluar dari berbagai masalah perekonomian yang
di hadapi Indonesia. Kesulitan ekonomi yang di alami Indonesia ini
diakibatkan adanya ketimpangan pembangunan ekonomi. Dipandang dengan
hal yang teljadi maka dapat di atasi dengan adanya industri pariwisata
karena industri ini dapat menciptakan lapangan kerja baru yang tentunya
akan dapat memberikan peluang ekonomi yang tinggi. Demikian halnya
pariwisata sering disamakan sebagai suatu industri karena hal ini terkait
dengan proses produksi barang dan jasa dengan menggunakan teknologi
tertentu.

Pembangunan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh


perkembangan pariwisata dunia yang berlangsung sangat pesat sekali pada
tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh kemajuan tekhnologi yang saling
berhubungan dengan sedemikian cepatnya, disertai dengan peningkatan
pertumbuhan ,sosial ekonomi masyarakat yang lebih mendukung
kemampuan akan pemenuhan kebutuhan untuk berlibur dan melakukan
kunjungan wisata. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan Objek dan
daya tarik wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam
yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni
budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala.
Dalam pembangunan kepariwisataan harus tetap terpeliharanya
kepnbadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.
Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan
melibatkan sektor lain yang terkait dalam suatu keutuhan usaha
kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan, baik
yang berskala kecil, menengah, maupun besar. Pembangunan kepariwisataan
nasional dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan secara terpadu
untuk menentukan dan menunjang keberhasilannya.

Ada beberapa tempat wisata yang termasuk wisata alam yang


dinyatakan sebagai hutan akonsewasi alam dunia yang sama halnya dengan
Tarnan Nasional Gunung Leuser yaitu Taman Nasional Tanjung Puting yang
terletak di semenanjung barat daya provinsi Kalimantan Tengah, Tarnan
Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan di Bengkulu, Sumatera Selatan. Kemajuan
pengembangan wisata alam ini sangatlah diperlukan perhatian yang lebih
mendalam dari pemerintah dan masyarakat dengan dana dan pengawasan
yang telah di asumsikan demi pelestariannya.

Pembangunan pariwisata di daerah Sumatera Utara bagian barat yang


telah diusahakan oleh pemerintah maupun swasta tidak saja bertujuan
pariwisata social, tetapi juga bertujuan untuk konservasi alam baik hutan,
flora, dan fauna.

Menanggapi hal tersebut maka perlu diteliti lebih lanjut tentang


partisipasi masyarakat dalam peng¢mbangan objek wisata Taman Nasional
Gunung Lenser ini, yaitu bagaimana partisipasi masyarakat dalam
melestarikan dan mendukung dan apa saja upaya yang dilakukan pemerintah
dalam hal melestarikan dan mengembangkan objek wisata Taman Nasional
Gunung Leuser ini.

Pengembangan pariwisata memerlukan sumber daya manusia dalam


jumlah dan kualitas yang mernadai yang tersebar pada seluruh objek dan
daya tarik wisata. Hal terpenting dalam pengembangan pariwisata untuk
mendapatkan hasil yang optimal adanya kerjasama dengan berbagai pihak
misalnya tokoh adat maupun pihak pejabat pemerintah sendiri.
Pengembangan pariwisata di Indonesia hanya akan menjadikan produk
wisata yang kurang berarti dimata masyarakat dan tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat jika tanpa melibatkan masyarakat di setiap keadaan .
Partisipasi masyarakat menjadi kata kunci pada setiap program
pengernbangan pariwisata, dimana masyarakat tersebut ditata agar sadar
akan kelestarian pariwisata. Oleh sebab itu objek wisata harus dirancang,
dibangun, dan dikelola secara professional sehingga menarik wisatawan
untuk datang. Dengan demikian perlu penelitian yang mendalam dalam
mengkaji partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata tersebut.

Salah satu daerah pariwisata hutan alam yang ada di Indonesia


khususnya hutan hujan tropis di Sumatera adalah Taman N asional Gunung
Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan. Ketiga kawasan ini ditetapkan pada Sidang ke-28 Komite Warisan
Dunia yang berlangsung di Suzhou, Cina, pada tanggal 27 Juni sampai 7 Juli
2004. Nangro Aceh Darussalam adalah sebuah provinsi di ujung pulau
Surnatera yang merupakan salah satu daerah pengembangan pariwisata yang
setara dengan Provinsi-provinsi di Indonesia misalnya provinsi Bali. Nangro
Aceh Darussalam dalam sektor pariwisata memiliki potensi yang cukup
besar untuk dapat dikembangkan lebih baik terutama wisata alam, wisata
bahari, dan wisata sejarah.

Kabupaten Aceh Tenggara merupakan Salah satu tujuan wisata yang


ada di Nangro Aceh Darussalam (NAD). Salah satu tujuan wisata yang ada
di kabupaten Aceh Tenggara adalah Taman Nasional Gunung Leuser, Objek
wisata alam ini merupakan sebagai konservasi hutan alam dan Salah satu
kawasan pelestarian alam di Indonesia yang luas dan begitu indah dengan
kekayaan flora dan faunanya. Lokasi wisata ini berada di Kecamatan
Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Nangro Aceh Darussalam.

Peresmian keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser ini untuk


pertama kali di tuangkan dalam Pengumuman Menteri Penanian pada
tanggal 6 Maret 1980. Dan diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis
Sumatera ke daftar situs warisan dunia

pada tahun 2004 sebagai objek wisata alam yang merupakan sebagai
konservasi hutan alam dan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia
yang luas dan begitu indah dengan kekayaan flora dan faunanya yang
membuat Taman Nasional Gunung Louser juga masuk dalam daftar situs
warisan dunia oleh UNESCO dengan status intemasional, namun dibalik itu
terjadi masalah yang sangat menyorot pada akhir-akhir ini, dimana Taman
Nasional Gunung Leuser Aceh Tenggara ini mengalami penurunan populasi
flora dan faunanya. Bahwa yang sebenarnya kekayaan akan flora fauna dan
keindahan alamnya itulah daya tarik dari objek wisata ini.

Partisipasi masyarakat merupakan solusi perrnasalahan yang lebih


baik dalam suatu kumpulan yang membuka lebih banyak kesempatan bagi
masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga alur kegiatan
berjalan lebih efektii efisien, dan berkelanjutan. Partisipasi adalah
masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program
dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,
dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran,
atau dalam bentuk materil. http://idwikipediaorgfpartisipasi.com.Diakses
tanggal 6 april 2013, 18.45 WIB

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan suatu objek wisata, maka


hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana sikap dan tanggapan
masyarakat yang mendukung suatu objek wisata untuk dapat berkembang
sesuai dengan yang diharapkan. Permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan Objek Wisata Taman Nasional Gunung Leuser ini adalah :
aksesibilitas menuju objek wisata ini dirasa kurang memadai, untuk
mencapai objek wisata ini harus menyebrangi sungai Alas menggunakan
perahu bot karet yang tidak mudah di dapat karena harus ada Surat izin dari
dinas Pariwisata, keadaaan sarana dan prasarana yang masih kurang baik,
partisipasi masyarakat yang kurang, karena masih ada masyarakat yang
menggunakan sebagian lahan objek wisata tersebut, menangkap ikan di
sungai Alas dengan menggunakan alat penyengat listrik yang bisa merusak
ekosistem air, dan perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian yang dilakukan
pemerintah dalam pengembangan objek wisata ini. Melalui penelitian ini
ingin diteliti partisipasi masyarakat dalam pengembangan Objek Wisata
Taman Nasional Gunung Leuser mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pelestarian.

B. IdentifikasiMasalah

Beranjak dari latar belakang tersebut maka yang jadi masalah dalam
penelitian ini adalah partisipasi masyarakat sangat menentukan
pengembangan objek wisata taman nasional gunung leuser demi
pelestariannya yang merupakan kawasan konservasi hutan alam yang telah
ditetapkan oleh pemerintah untuk dilindungi dan dilestarikan kealamian
Taman Nasional Gunung Leuser ini, oleh sebab itu perlu diketahui tingkat
partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman nasional
gunung leuser ini mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap pelestarian untuk membantu upaya pemerintah dalam pelestariannya
yang sudah ditetapkan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identiiikasi masalah rnaka permasalahan dalam penelitian


objek wisata Taman Nasional Gnmung Leuser (TNGL) dibatasi pada
partisipasi masyarakat dalam melestarikan objek wisata tersebut mulai dari
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelestarian.

Partisipasi masyarakat sekitar objek wisata dalam mengembangkan


objek wisata tersebut harus secara tepat dan efektif guna tercapainya
pengembangan objek wisata Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
tersebut. Karena objek wisata ini sangat berpotensi dengan keindahan alam
yang merupakan hutan konservasi alam.
D. Peru musan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka yang menjadi rumusan


masalah adalah :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata


Taman Nasional Gunung Leuser yang terdiri dari tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pelaksanaan?
2. Bagaimana usaha pemerintah dalam pengembangan objek wisata
Taman Nasional Gunung Leuser?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah


untuk mengetahui :

1. Partisipasi masyarakat dalam melestalikan objek wisata Taman


Nasional Gunung Leuser
2. Usaha yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan objek wisata
Taman Nasional Gummg Leuser
F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi pengembangan ihnu pengetahuan


khususnya dalam geografi pariwisata.
2. Sebagai bahan sumbangan pemikirin kepada pemerintah Kabupaten
Aceh Tenggara untuk masukan dalam penyusunan kebijakan dalam
pengembangan objek wisata.
3. Menambah wawasan bagi penulis dalam menulis sebuah kalya ilmiah
4. Menambah masukan bagi masyarakat setempat, serta usaha sadar
masyrakat dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Partisipasi Masyarakat

Menumt kamus besar bahasa Indonesia parttisipasi adalah perihal


turut berperan Serta di suatu kegiatan.

Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang


berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;l995). Pengertian
Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam
pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsenaan atau keterlibatan
seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.
Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat
pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu,
partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang
didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan
masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor - faktor
yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat
didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep
proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses
atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan
merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.

Partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau


alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan
sumbangan tenaga, pikiran. atau dalam bentuk
materil.http.'//idpdfpartisipasi-masvarakcmdalam-pengembangan.objek-
wisatacorn.Diakses langgal 6 april 2013. 18.45 WIB

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses terkait untuk


memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat
untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan, pembagian
kewenangan ini dilakukan berdasarkat tingkat keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan tersebut. Amstein (1963) menjelaskan partisipasi sebagai ani
dimana warga dapat mempengaruhi perubahan sosial penting yang, dapat
membuat mereka berbagi manfaat dari masyarakat atas.

Menurut Suteng (2007) partisipasi berarti ambil bagian atau ikut serta
atau berperan serta dalam suatu usaha bersama dengan orang lain untuk
kepentingan bersama.

Menurut Rahman (1998) partisipasi adalah penentuan sikap dan


keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya,
sehiugga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta
dalam pencapaian tujuan organisasi, serta mengambil bagian dalam setiap
pertangung jawaban bersama.

Menurut Ruslan (2005) partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang


memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan
penyelenggaraan pemerintah.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi itu


adalah keikutsertaan seseorang atau individu dalam suatu kegiatan kelompok
atau organisasi untuk berperan serta dalam mencapai tujuan kelompok atau
organisasi tersebut dimana ikut ambil bagian dalam suatu pertanggung
jawaban bersama.

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan


golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.
Seperti sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.

“Masyarkat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan


kebudayaan”.(http:///www.organisasiorg.com).diakses tgl 5 april 2013
(14.45))

Masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan


pariwisata, karena pada dasarnya pilar pariwisata itu terdiri dari pertama
pemerintah, kedua swasta dan ketiga masyarakat, yang sering disebut tiga
pilar utama pariwisata. Misalnya, setelah pemerintah mengeluarkan
kebijakan mengenai pengembangan pariwisata yang diiringi dengan regulasi
tentunya. Kemudian pihak swasta yang secara professional menyediakan
jasa pelayanan bagi pengembangan pariwisata tersebut, maka tugas
masyarakat adalah selain senantiasa membangkitkan kesadaran tentang
pentingnya pariwisata juga menumbuhkembangkan kreatifitas yang
melahirkan berbagai kreasi segar yang mengundang perhatian untuk
kemudian menjadi daya pikat pariwisata. (http://bpnmpi-
artikelkepulauanseribu.bloggpot.com/2009/10/peran-masyarakat-dalam-
pengembangan. html). diakses tgl 5 april 2013(14.45))

Conyers (1991), menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi


masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat
merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai
rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong
adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa
rnerupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep
man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi
perbaiakan nasib manusia.

Menurut Raharjo (1985) partisipasi rnasyarakat adalah keikutsertaan


masyarakat dalam program-program pemerintah baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam bentuk fisik, material, dan sumbangan pikiran
dalam proses pembangunan nasional, dan telah disadari bersama bahwa
partisipasi masyarakat sangatlah penting dalam setiap bentuk dan proses
pembangunan. Dimulai dari perencanaan yang mengemuka adalah
perencanaan dari masyarakat pada level bawah, perencanaan
demokratis .dan perencanaan partisipatif.

Masyarakat adalah subyek dari proses pembangunan sedangkan


pemerintah adalah pemberi arah dan fasilitator. Jika subyek tidak berperan
secara baik maka proses pembangunan tidak akan berhasil. Perencanaan dan
pengembangan harus melibatkan masyarakat secara optimal melalui
musyawarah dan rnufakat masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat
memiliki enam kriteria yaitu :

1. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lain dan


dalam proses perencanaan dan pengembangan ekowisata
2. Membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat
untuk mendapat keuntungan dan berperan aktif dalam kegiatan
ekowisata.
3. Membangun hubungan kcmitraan dengan masyarakat setempat untuk
melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dampak negative
yang ditimbulkan.
4. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-
bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata
5. Mengutamakan peningkatan ekonomi lokal dan menekan tingkat
kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya
6. Meningkatkan pendapatan masyarakat

Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang


fenomena alam dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak
memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk
mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang
berbasiskan alam dan budaya. Sejak beberapa tahun terakhir ini, potensi-
potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan oleh para
pengelola wilayah yang dilindungi (protected area) dan pengusaha
pariwisata diikutsenakan dalam rnenjaga kelestarian alam dan biodiversitas
yang ada di daerahnya.
Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan
pariwisata. Lebih jauh, pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan
akses kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung
pariwisata seperti; toko kerajinan, toko cinderamata (souvenir), warung
makan dan lain-lain agar masyarakat lokalnya memperoleh manfaat
ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung dari wisatawan yang
digunakan untuk meningkatkan keseiastraan dan taraf hidupnya.

Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan


ini tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan keahlian
yang dimiliki oleh individu atau masyarakat lokal tersebut. Kelerlibatan
masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan
cara:

a. Menyewakan tanahnya kepada operator pariwisata untuk


dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik pariwisata serta turut
serta memantau dampak-dampak yang ditimbulkan sehubungan
dengan pengembangan pariwisata tersebut;
b. Bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan
operator pariwisata tersebut;
c. Menyediakan pelayanan jasa kepada operator pariwisata seperti;
pelayanan makanan, transportasi, akomodasi dan panduan berwisata
(guiding)
d. Membentuk usaha patungan (joint venfure) dengan pihak swasta,
yang mana masyarakat lokal menyediakan lokasi dan pelayanan
jasanya sedangkan pihak swasta menangani masalah pemasaran
produk dan manajemen perusahaan;
e. Mengembangakan pariwisata secara mandiri dengan mengutamakan
pengembangan pariwisata berbasiskan kemasyarakatan (community-
based tourism).
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk
memberikan kesempatan dan wewensng yang lebih luas kepada masyrakat
untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian
kewenangan ini dilkukan berdasarkan tingkat keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyrakat bertujuan untuk mencari
solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas yang membuka
lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi
sehingga implementasi kegiatan beljalan lebih efektif, efisien, dan
berkelanjutan.

Jadi partisipasi masyarakat dapat dianikan sebagai proses yang


melibatkan masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, pemmusan,
pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintah,
pembangunan serta pembinaan masyarakat.

2. Kegunaan Partisipasi Masyarakat

Tujuan dari partisipasi masyarkat sejak tahap perencanaan adalah


untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga Negara
dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualiatas
pengambilan keputusan lingkungan, pandangan, dan reaksi masyarakat itu,
sebaliknya akan menolong pengambilan keputusan untuk menentukan
prioritas, kepentiugan, dan arah yang positif dari berbagai faktor.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar partisipasi masyarakat


menjadi efektif dan berdaya guna yaitu, antara lain :

a. Pemastian penerimaan informasi dengan mewajibkan pemrakarsa


kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya.
b. Informasi lintas batas
c. lnformasi tepat waktu
d. Informasi yang lengkap dan menyeluruh
e. Informasi yang dapat dipahami
Syarat lain yang dapat ditambahkan selain yang telah diuraikan di atas
adalah keharusan adanya kepastian dan upaya terus-menerus untuk
memasok informasi dapat menghasilkan informasi yang berguna bagi
pemberi informasi.

3. Pengertian Pariwisata

Syafie (2009) dalam bahasa inggris wisata disebut dengan "tour" yang
berarti berdarmawisata atau berjalan-jalan melihat pcmandangan, sedangkan
secara etimologi, pariwisata berasal dari hahusu sanskerta yailu kata "pari"
yang berarti halus maksudnya mempunyai tata karma tinggi dan "wisata"
yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengarkan,
menikmali, dan mempelajari sessuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan
suatu kunjungnn secara bertatakrama dan berbudi.

Menurut Undang - Undang No. 10/2009) tentang kepariwisataan yang


dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai nmcmn kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan mayarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah. Defenisi tentang pariwisata yang
berkembang di dunia sangat beragam, multidimensi, dan sangat terkait
dengan latar belakang keilmuan pencetusnya. Pada dasarnya, definisi-
definisi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu yang
melihat pariwisata dari sisi demand saja, sisi supply saja, dan yang sudah
menggabungkan sisi demand dan supply. Kategori pertama merupakan
definisi pariwissata yang didekati dari sisi wisatawan, sangat kental dengan
dimensi spasial (tempat dan jarak). Kategori kedua merupakan definisi
pariwisata yang dipandang dari dimensi industri/bisnis, sedangkan kategori
ketiga memandang pariwisata dari dimensi akademis dan sosial budaya.

Sesuai dengan pengertian, Soekadijo (1997) menyatakan bahwa


pariwisata adalah perpindahan yang untuk sementara dalam jangka waktu
pendek pada tujuan luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja
dan kegiatan mereka selama tinggal di tempat tujuan. “Pariwisata adalah
suatu penjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tujuan
bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tapi semata-mata menikmati perjalanan untuk bertamasya dan
rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan


bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari pada wisatawan yang
dilakukan secara sukarela Serta bersifat sementara untuk menikmati obyek
dan daya tarik wisata.

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang


memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami
maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan
memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam.
Obyek wisata alam adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni-
budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi (http://www.marno.leature.ub.ac.ai/../Analisis-
Potensi-Wisata-Alam-Bahari).diakses tgl 5 april 2013 (14.45))

Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1979)


mengasumsikan obyek wisata adalah pembinaan terhadap kawasan beserta
seluruhisinya maupun terhadap aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan
pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Obyek wisata yang
mempunyai unsure fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi,
tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang
menurut anggap-an manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan,
keunikan, ke-langkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan.

Mathieson dan Wall (1982) mengatakan bahwa pariwisata mencakup


tiga elemen utama, yaitu : a dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi
wisata; a static element, yaitu singgah di daerah tujuan; dan a
consequentional element, atau akibat dari dua hal di atas (khususnya
terhadap masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonorni, social, dan
fisik dari adanya kontak dengan wisatawan. Dilihat dari upaya manusia
untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai lembaga, pariwisata dapat
dilihat dan sisi manejemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai
dari direncanakan, dikelola sampai dipasarkan kepada wisatawan. Untuk
sebuah substansi, pariwisata merupakan bagian dari budaya suatu
masyarakat, yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang
dimilikinya.

4. Pengertian Objek Wisata

Marioty dalam Yoeti (1990) berpendapat bahwa objek wisata adalah


segala sesuatu yang terdapat di daerah objek wisata yang merupakan daya
tarik bagi orang-orang yang mau datang berkunjung ke daerah objek wisata
tersebut.

Menunlt Pendit (1994) objek wisata merupakan tempat atau daerah


yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas-
fasilitas kepariwisataan menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi
objek kebutuhan wisatawan. Selanjutnya Pendit juga mengemukakan bahwa
daerah tujuan wisata yang telah dikembangkan, apabila tidak merusak unsur-
unsur alam dan kiranya dapat ditambahkan dengan unsur-unsur buatan,
misalnya pengaturan tanaman, bunga-bungaan dan atraksi-atraksi yang
kebudayaan yang menyehatkan.

Suwantoro (2001), objek wisata dibedakan atas dua bagian yaitu :

1. Objek dan daya tarik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam, flora dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil ciptaan manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata petualangan, wisata rekreasi dan hiburan.

Soekadijo (1996) mengatakan bahwa suatu objek wisata dikatakan


baik apabila bisa mendatangkan kematungan yang sebanyak-banyaknya,
menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan
memberikan kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung.

Yoeti (1985) mengatakan bahwa ada 3 hal karakteristik utama dari


objek wisata yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan suatu
objek wisata tertentu agar dapat menarik minat dikunjungi wisatawan.
(http://www.scribd.com/doc/18627639/an-Pariwisat-Trenggalek-Paper).

Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to


do” artinya ditempat harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain
harus mempunyai daya tarik khusus dan unik.
2. Daerah itu mempunyai apa yang disebut dengan “something to do”
artinya tempat tersebut selain banyak yang dapat disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi agar dapat betah tinggal lebih lama.
3. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah
“something to buy” artinya ditempat tersebut harus ada fasilitas untuk
berbelanja terutama souvenir dan kerajinan tangan rakyat sbagai
cendramata yang dapat dibawa pulang.
5. Pengembangan Objek Wisata

Menurut Marpaung (2002) perkembangan kepariwisataan bertujuan


memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat,
sehingga pengembangan pariwisata secara tepat dapat memberikan
keuntungan baik bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah, pariwisata
dapat menaikkan taraf hidup masyarakat yang menjadi tuan rumah melalui
keuntungan secara ekonomi dibawa ke kawasan tersebut, sebagai tambahan
dengan mengembangkan infrastruktur dan menyediakan fasilitas rekreasi
maka wisatawan dan penduduk setempat saling diuntungkan, bagi para
wisatawan daerah tujuan wisata yang dikembangkan sesuai dengan potensi
dan ciri khasnya ialah daerah yang mampu memberikan pengalaman unik
bagi mereka.
Pengembangan menurut Badudu memberikan definisi pengembangan
sebagai hal, cara atau hasil kexja mengembangkan. Sedangkan
mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan
bertarnbah baik.

Menurut Karyono (1997) mengemukakan bahwa pengembangan


pariwisata yang baik adalah :

a. Pariwisata harus patuh pada perencanaan dan pelaksanaan lingkungan


dengan mempertimbangkan keadaan baik dari penduduk setempat
yang serius terhadap pengembangan.
b. Pariwisata tidak hanya dibiarkan berkembang pada kekuatan pasar
wisata tetapi harus direncanakan berhati-hati pada tingkat nasional,
regional, dan lokal.

Yoeti (2005) menyatakan bahwa dalam perencanaan strategis suatu


daerah tujuan wisata dilakukan analisis lingkungan dan analisis sumber daya.
Tujuan analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mengidentiflkasi
sumber daya utama, terutama mengenai kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) organisasi atau lembaga yang bertanggungjawab terhadap
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut.
(http://madebavu.blogspot.com/2012/02/gengertian-straregi
pengembangan.html). Diakses tgl 5 april 2013 (14.45))

Swarbrooke (1996) Pengembangan pariwisata merupakan suatu


rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduandalam penggunaan
berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di
luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan
kelangsungan pengembangan pariwisata. Terdapat beberapa jenis
pengembangan, yaitu :

a. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang


tadinya tidak digunakan sebagai atraksi
b. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah
digunakan sebagai atraksi
c. Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang
dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk
membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebih luas,
dengan meraih pangsa pasar yang baru.
d. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk
meningkatkan tasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya
pengeluaran sekunder oleh pengunjung.
e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut
memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.

(http://www.scribd.com/doc/27064086/A-Konsep-Pengembangan-
Pariwisata-Pengembangan-Pariwisata-Merupakan. diakses tgl 5 april 2013
(14.45))

Pengembangan adalah usaha yang dilakukan untuk melestarikan


kembali obiek wisata yang telah ada. Pengembangan objek wisata ini
bertujuan agar wisatawan dapat tinggal lebih lama dan tidak merasa bosan
Serta menikmati objek wisata tersebut. Pengembangan objek wisata yang
perlu diperhatikan adalah:

a. Jenis dan fasilitas mutu pelayanan


b. Ketersediaan sulnberdaya manusia, alam, dan lokal
c. Adanya perencanaan untuk pembangunan daerah wisata

Marpaung (2000), perkembangan kepariwisataan bertujuan


merneberikan keuntungan baik bagi wisatawan mauplm warga setempat.
Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya
menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan
dikernbangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata.

Dilihat dari pengertian objek wisata dan pengembangan pariwisata,


keduanya sangat berkaitan erat. Perubahan erat itu bisa dalam arti kualitas
dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan daya tarik objek wisata
dan meningkatkan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti
perluasan keanekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya. Sehingga
perkembangan pariwisata merupakan kegiatan yang harus ditingkatkan
mengingat tanah air Indonesia yang sangat potensial untuk pariwisata dan
sumber daya alam serta manusia. Maka selanjutnya sebelum suatu tujuan
pariwisata dikembangkan, suatu daerah harus mempunyai objek wisata yang
menjadi daya tarik untuk wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut.
Karena hal itu dalam dunia kepariwisataan objek wisata menjadi segmen
yang sangat menentukan dalam pengembangan pariwisata.

Perkembangan arus wisata yang sangat pesat merupakan Salah satu


bagian utama dalam pertumbuhan kepariwisataan, sehingga pengembangan
pariwisata perlu lebih mendapat perhatian khusus untuk dikemas dan di
manage se-sempurna mungkin dalam menjawab tantangan dari laju arus
wistawan yang akan datang, yang akan membutuhkan dan menggunakan
sarana dan prasarana pariwisata, yang merupakan fasilitas dari industri jasa
pariwisata yang tersedia. Pengembangan ini bertujuan agar wisatawan dapat
tinggai lebih lama dan tidak merasa bosan serta menikmati objek wisata itu
dengan nyaman dan santai. Dengan demikian objek wisata itu harus
dibenahi dan direhabilitasi sejauh tidak menghilangkan bentuk aslinya,

Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena


tempat tersebut memiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan
untuk dating mengunjunginya. Dalam pengembangan sebuah objek wisata
dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik,


ekonomi, sosial dan pembangunan disektor lainnya. Maka didalam
pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu.

Dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah


suatu proses yang terjadi secara terus menerus, untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap ancaman yang ada untuk dapat
berkembang dalam mencapai tujuan lndividu dalam organisasi dan tujuan
organisasi secara keseluruhan.

Yoeti (19971 13-14) mengungkapkan beberapa prinsip perencanaan


pariwisata :

1. Perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu


kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari
pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan
pembangunan kepanwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka
kerja dari pembangunan.
2. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya,
perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan
terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang banyak berkaitan dengan
bidang kepariwisataan.
3. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah
haruslah dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara
keseluruhan.
4. Perencanaan suatu daerah untuk tujuan .pariwisata harus pula
berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
di daerah sekitar.
5. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus
didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam
sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan
tidak meninjau dari segi administrasi saja.
6. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan faktor ekologi
daerah yang bersangkutan.
7. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya
memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah
pentingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.
8. Pada masa~masa yang akan datang jam kerja para buruh dan
karyawan akan semakin singkat dan waktu senggangnya akan
semakin panjang, karena itu dalam perencanaan pariwisata khususnya
di daerah yang dekat dengan industry perlu diperhatikan pengadaan
fasilitas rekreasi dan hiburan disekitar daerah yang disebut sebagai
pre-urban.
9. Pariwisata walau bagaimana bentuknya, tujuan pembangunan tidak
lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa
membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan
pariwisata perlu pula memperhatikan kemungkinan peningkatan
kerjasama bangsa-bangsa lain yang saling menguntungkan.
6. Upaya Pemerintah Dalam Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang terstruktur


secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal bagi
masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini
pemerintah ikut andil dalam hal pengembangan dan pengelolaan objek
wisata, karena hal tersebut merupakan kebijaksanaan pemerintah.

Hadinoto (l996) mengatakan bahwa pengembangan pariwisata yang


baik adalah pariwisata harus patuh pada perencanaan dan pelaksanaan
lingkungan dengan mempertimbangkan keadaan baik dari penduduk
setempat yang serius diharuskan menerima arus besar wisata tanpa
mempunyai suara terhadap pengembangan dan pariwisata tidak hanya
dibiarkan berkembang pada kekuatan pasar wisata tetapi harus direncanakan
hati-hati pada tingkat national, regional dan lokal.

Samsuridjal (1997) dalam rangka pengembangan pariwisata perlu


diambil langkah-langkah dan penguatan-penguatan yang lebih terarah
berdasarkan kebijaksanaan terpadu antara lain berupa peningkatan kegiatan
promosi, pendidikan kepariwisataan, penyediaan sarana dan prasarana serta
peningkatan mutu dan kelancaran pelayanan.
Suatu objek wisata dapat berkembang apabila promosi dilakukan
sesuai dengan potensi objek wisata yang ada tanpa ada unsur manipulasi,
sehingga hal itu menjadi modal utama dalam menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk berkunjung. Dalam hal ini promosi harus
dilakukan pemerintah dengan bantuan masyarakat dalam memasarkan objek
wisata tersebut. Karena tanpa adanya kerjasama yang baik dan komitmen
yang kuat antara kedua pihak maka suatu objek wisata tidak akan maju dan
berkembang.

7. Taman Nasional

Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai


ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, rnenunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.

Kriteria suatu wilayah dapat ditrmjuk dan ditetapkan sebagai kawasan


Taman nasional meliputi:

1. Memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik
yang masih utuh dan alami Serta gejala alam yang unik
2. Memiliki satu atau bcbcrapa ekosistem yang masih utuh
3. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses
ekologis secara alami
4. Merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan
keperluan.

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:

1. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; misalnya : tempat


penelitian, uji coba, pengamatan fenomena alam, dll
2. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
misalnya : tempat praktek lapang, perkemahan, out bond, ekowisata,
dll
3. Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta
energi air, panas, dan angin serta wisata alam; misalnya : pemanfaatan
air untuk industri air kemasan, obyek wisata alam, pembangkit listrik
(mikrohidro/pikohidro), dll.
4. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; misalnya : penangkaran rusa,
buaya, anggrek, obat-obatan, dll
5. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya;
misalnya : kebun, benih, bibit, perbanyakan biji, dll.
6. Pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa
kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional,
serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.

Masyarakat di sekitar objek Taman Nasionl memiliki pengaruh


terpenting. Sehingga terhadap masyarakat di sekitar Taman Nasional
dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di
sekitar Taman Nasional dilakukan melalui:

1. Pengembangan Desa Konservasi


2. Pernberian Izin Untuk Memungut Hasil Hutan Bukan Kayu Di Zona
Atau Blok Pemanfaatan, Izin Pemanfaatan Tradisional, Serta Izin
Pengusahaan Jasa Wisata Alam
3. Fasilitasi Kemitraan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan Dengan
Masyarakat.
B. Penelitian Yang Relevan

Chairani, 2006.Analisis Pengembangan Pesona Wisata di Desa Air


Teluk Hessa Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan. Fakultas Ihnu Sosial
UNIMED. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi obyek wisata
Pesona Wisata Desa Air Teluk Hessa tergolong baik dalam
pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi prasarana menunjukkan
skor baik dengan total skor 19 dari range kategori baik (16, 3 - 21).
Sedangkan untuk kondisi sarana juga menunjukkan skor baik dengan total
skor 19 dari range (18, 7 -24) serta penerapan sapta pesona di lokasi obyek
wisata mendapatkan penilaian baik, dengan total keseluruhan berkisar antara
31 - 36 dengan range baik (31 - 36). Selain itu dalam upaya
pengembangannya, pemilik usaha melaksanakan promosi yang disebarkan
melalui media brosur.

Argyo Demartoto, 2008. Strategi Pengembangan Obyek Wisata


Pedesaan oleh Pelaku Wisata di Kabupaten Boyolali, Smakarta, FISIP UNS.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengembangan obyek wisata pedesaan
oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, dengan konsep
keterkaitan keluar (outward linkages), dan kedalam (backward linkages).
Upaya yang dilakukan mulai dari menginventarisir seluruh obyek wisata
pedesaan, pembagian wilayah pengembangan pariwisata (WPP), pembuatan
fasililas pelayanan wisata. promosi dan pembangunan sarana obyek wisata
pedesaan.

Nurmala Sari, 2010.Potensi Objek Wisata Air Terjun Simonang-


monang di Desa Padang Pulau Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan.
Fakultas Ilmu Sosial UNIMED. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
a). Potensi Air Terjun Simonang-monang khususnya potensi fisik sudah
cukup memadai untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, namun masih
memerlukan pengelolaan. b). Penyebab pengunjung berkurang untuk
mengunjungi objek wisata Air Terjun Simonang-monang adalah karena
sarana dan prasarana yang ada di lokasi objek wisata masih kurang memadai,
khususnya dari segi transportasi yang sulit dan jaringan jalan yang rusak,
berbatu dan berlubang. Selain itu jauhnya peljalanan yang harus di tempuh
untuk menuju objek wisata tersebut serta penerapan sapta pesona yang ada
di lokasi objek Wisata yang tidak terlaksana dengan baik. c). Lokasi objek
wisata Air Terjun Simonang-monang di kelola oleh masyarakat desa Padang
Pulau (pihak swasta) tanpa adanya campur tangan dari pihak Pemerintah.
Hal ini yang membuat Pemerintah Kabupaten Asahan khususnya
DISPORABUDPAR tidak memberikan konstribusi dalam upaya
pengembangan objek Wisata Air Teljun Simonang-monang.

Nurchamsiah,2011.Pengembangan Obyek Wisala Air Terjun


Mengaya Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah-Fakultas llmu Sosial
Universitas Negeri Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) yang
menjadi faktor pendorong dalam pengembangan obyek wisata tersebut yaitu
ketersediaan lahan yang cukup luas dan keindahan alam yang masih
mempenahankan kelestarian hutan, (2) faktor penghambat yaitu: kurangnya
sarana dan prasarana, promosi, Serta penerapan sapta pesona kepariwisataan.
Hal ini dilihat dari masih ada permasalahan pada sarana transportasi yang
sulit, tidak tersedianya rumah makan. Begitu juga dengan prasarana
kepariwisataan juga masih kurang memadai, ini terlihat dari keadaan jalan
berbatu dan licin, pelayanan komunikasi yang kurang memadai, tidak
adanya pelayanan kesehatan, pos keamanan dan pos infommasi yang tidak
digunakan secara maksimal. Penerapan sapta pesona tergolong baik, namun
kebersihan masih kurang karena masih terdapat sampah yang berserakan.
Promosi kepariwisataan dilakukan oleh pengelola melalui media televisi, (3)
Usaha pengembangan obyek wisata belum dilakukan terhadap obyek wisata
Air Terjun Mengaya. Sedangkan potensi fisik yang dimiliki obyek wisata
Air Terjun Mengaya sangat mendukung pengembangan obyek wisata
tersebut. Pengembangan yang harus dilakukan seperti peningkatan dan
pengadaan sarana dan prasarana. Hal ini sangat penting dilakukan karena
melihat dari hasil penelitian, banyak pengunjung mengeluhkan kenyamanan
mereka dalam berwisuta yang diakibalkan kurungnya sarana dan pmsarana
di obyek wisatu Air Terjun Mengaya.

Sediati Siregar, 2011. Potensi Obyek Wisata Di Kabupaten Jurusan


Pcndidikan Geograti FIS UNlMED. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
Potensi wisata (alam dan budaya) di Kabupaten Dairi kurang berkembang
dengan baik. Dari hasil penelitian kurangnya kelengkapan fasilitas dan
kurangnya atraksi wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kurang berkembangnya obyek wisata di Kabupaten Dairi. 2) Upaya
pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan obyek wisata. Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa kedua belah pihak belum optimal usahanya
dalam mengembangkan obyek wisata di Kabupaten Dairi. Kurangnya
promosi mengakibatkan banyak lokasi obyek wisata kurang dikenal oleh
masyarakat. Upaya dari masyarakal dalam mengembangkan obyek wisata di
Kabupaten Dairi sudah baik. Dari hasil wawancara dengan pengelola obyek
wisata bahwa tidak pernah pengunjung mengeluhkan kepada pihak
pengelola mengenai sikap masyarakat sekitar yang mengganggu keamanan
pengunjung.

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian landasan teoritis, disimpulkan bahwa objek wisata Taman


Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
dapat berkembang dan dikembangkan secara menyeluruh dengan cara
mengoptimalkan partisipasi masyarakat guna mendukung pengembangan
objek wisata tersebut dan usaha pengelolaan pemerintah dalam
pengembangan dari objek wisata tersebut dan sehingga kedepannya dapat
memberikan hasil yang baik.

Taman Nasional Gunung Leuser memiliki potensi wisata yang sangat


menarik dan indah yang mana wisata alam ini mempakan sebagai hutan dan
konservasi alam dan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang
luas dan begitu indah dengan kekayaan flora dan faunanya. Objek wisata ini
perlu dikembangkan lagi agar dapat menarik kunjungan wisalawan-Dalam
situiasi ini perlu adanya kerjasama dengan Pihak pemerintah, masyarakat
sekitar wisata. Dengan adanya Potensi objek wisata yang menarik Serta
partisipasi masyarakat dalam mendukung dan melaksanakan pengembangan
objek wisata ini, maka akan mempengaruhi upaya pengembangan objek
wisata, oleh karena itu masyarakat bersama pemerintah harus memiliki
penencanaan yang baik untuk pelestarian objek wisata tersebut.

Objek wisata Taman Nasional Gunung Lenser di Kecamatan Ketambe


Kabupaten Aceh Tenggara dapat dikembangkan senara menyeluruh dan
berencana dengan memperhatikan segala yang ada. Dengan adanya
partisipasi masyarakat dan pemerintah maka pengembangan wisata Taman
Nasional Gunung Leuser akan berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan
semua pihak sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan perja1anan
wisata.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitiaan ini berlokasi di Taman Nasional Gunung Leuser


Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun alasan pcnulis
mengambil objek wisata ini sebagai lokasi penelitian karena objek wisata
Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara ini memiliki panorama alam yang indah dan merupakan hutan
konservasi alam, namun usaha pemerintah dan masyarakat sangat kurang
terhadap pelestarian objek wisata ini.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat


tinggal di Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara yang benjumlah
2604 KK yang berdomisili di Kecamatan Ketambe. Maka sampel diperoleh
5 % dari jumlah kepala keluarga yaitu scbanyak 130 KK yang ditentukan
secara acak sederhana dengan pertimbangan masyarakatnya homogennya
yaitu seluruhnya sebagai petani.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat


dalam melestarikan pengembangan objek wisata tersebut dan usaha
pemerintah dalam pengembangan objek wisata.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari dalam kesalah pahaman terhadap istilah dalam


penelitian ini, maka penulis memberikan defenisi tentang istilah yang
berhubungan dengan penelitian, sebagai berikut :
1. Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
membantu Pemerintah guna kelancaran pengembangan objek wisata
Taman Nasional Gunung Leuser, yaitu menjaga dan rnerawat semua
yang ada di objek wisata Taman Nasional Gunung Leuser tersebut
yang disediakan pemerintah demi kelestarian objek wisata, yaitu
mulai dari tahap perencanaan. tahap pelaksanaan, dan tahap
perencanaan.
2. Usaha Pemerintah adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk
mengembangkan objek wisata Taman Nasionai Gunung Leuser, yaitu
pada setiap tahap yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan pelestarian.
D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer rnerupakan data yang diperoleh
langsung dari lapangan, yaitu penyebaran angket untuk mengetahui tahap
pelaksanaan dan pelestarian. Sedangkan data sekunder mempakan data yang
diperoleh secara tidak langsung, yaitu wawancara tentang adanya
perencanaan. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut :

1. Observasi dilakukan untuk mengamati dan meninjau langsung


kelokasi penelitian untuk melihat keadaan yang sebenamya dengan
masalah yang diteliti guna melengkapi data-data primer.
2. Angket dilakukan kepada masyarakat guna mendapatkan data atau
informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, sebagai cek
ulang hasil angket responden.
E. Teknik Analisis Data `

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


tekhnik analisis deskriptif kualitatif dengan menghitung skor maksimum dan
skor minimum pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan yang
menyatakan option “selalu” diberikan skor 4 sedangkan pada tahap
pelestarian sebaliknya yang menyatakan “tidakpernah’ diberikan skor 4.
Kemudian dicari angka ideal untuk menentukan partisipasi masyarakat dan
dibagi menjadi empat bagian yaitu “tinggi, sedang, kurang dan rendah”. Dan
kemudian perhitungan persentase dibantu dengan tabel-tabel frekuensi untuk
rnengambil kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai