Anda di halaman 1dari 5

75

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan menguraikan kasus yang diamati serta

membandingkan dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana faktor

pendukung, penghambat dan solusinya dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien Tn. F dengan perilaku kekerasan di ruang Cendrawasih Rumah Sakit

Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang. Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada Tn. F ditemukan data pasien yaitu bicara

ngaur karena emosi, pasien emosi dikarenakan dipukul oleh orang yang

mengontrak di rumahnya, emosi pasien kambuh jika ia tidak mau minum obat

karena merasa sudah sembuh, pasien suka meninju dinding karena emosi dan

pasien sering keluar rumah tanpa tujuan, pasien selalu curiga jika ada orang

yang mengganggu dia dan keluarganya. Saat diobservasi pasien tampak

tegang, wajah pasien memerah dan nada suara pasien agak tinggi.

Keluhan utama yang ditemukan pada Tn. F sesuai dengan teori menurut

Dermawan & Rusdi (2013), Riyadi & Purwanto (2009), dimana perilaku

pasien yang berkaitan dengan perilaku kekerasan tersebut memiliki tanda dan

gejala seperti mudah marah jika tersinggung, memukul diri sendiri, orang lain

dan lingkungan, wajah memerah, rahang mengatup dan mengepalkan tangan.

75
76

Berdasarkan teori kemungkinan masalah keperawatan yang muncul pada

pasien dengan perilaku kekerasan dan masalah-masalah primer yaitu

halusinasi dan harga diri rendah. Sedangkan pada kasus yang didapatkan

penulis yaitu perilaku kekerasan, halusinasi dan defisit perawatan diri.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data dasar, yang melalui serangkaian analisa,

maka diagnosa yang di tegakkan oleh penulis adalah:

1. Perilaku Kekerasan

2. Halusinasi

3. Defisit Perawatan Diri

Diagnosa sesuai dengan teori core problem yang saya angkat yaitu

perilaku kekerasan, faktor pendukung adalah pasien mengatakan sering marah

ketika ditanya tentang masalahnya, pasien mengatakan sedih karena berada di

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang ini, saat pasien berinteraksi

wajah pasien tampak tegang dan tatapan mata pasien tampak tajam.

Menurut Dermawan & Rusdi (2013) pada pohon masalah dijelaskan

bahwa perilaku kekerasan merupakan core problem atau masalah utama,

harga diri rendah merupakan etiologi dan resiko menciderai diri sendiri, orang

lain dan lingkungan sebagai akibat.

Asumsi penulis adalah terdapat perbedaan antara teori dan praktik yang

penulis temukan di lapangan. Perbedaan terdapat pada penyebab dari perilaku

kekerasan yaitu halusinasi sedangkan menurut teori harga diri rendah sebagai

penyebab.
77

C. Intervensi Keperawatan

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu perilaku

kekerasan, halusinasi dan defisit perawatan diri. Penulis melampirkan strategi

pelaksanaan pada pasien dan keluarga di perencanaan keperawatan.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada perilaku kekerasan

terdiri dari empat yaitu, pada strategi pelaksanaan 1 pasien, perawat membina

hubungan saling percaya dan perawat menjelaskan dan melatih cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik. Strategi pelaksanaan 2

pasien, perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara 6

benar minum obat. Strategi pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal. Strategi pelaksanaan 4

pasien, perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

spiritual.

Diagnosa keperawatan priotas kedua adalah halusinasi, strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien terdiri

dari 4 yaitu 1 perawat melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik. Strategi pelaksanaan 2 pasien, perawat melatih cara mengontrol

halusinasi dengan cara 6 benar minum obat, strategi pelaksanaan 3 pasien,

perawat melatih pasien cara bercakap-cakap, strategi pelaksanaan 4 pasien,

perawat melatih pasien cara melakukan kegiatan harian.

Diagnosa keperawatan prioritas ketiga adalah defisit perawatan diri,

strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien

terdiri dari 4 yaitu 1 perawat melatih pasien dalam kebersihan diri, strategi

pelaksanaan 2 pasien, perawat melatih pasien dalam berhias / berdandan,


78

strategi pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih pasien dalam makan / minum

yang baik, strategi pelaksanaan 4 pasien, perawat melatih pasien dalam BAB /

BAK yang baik.

Penyusunan rencana keperawatan pada Tn. F telah sesuai dengan rencana

teoritis menurut Dermawan & Rusdi (2013), namun tetap disesuaikan

kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil yang di

harapkan dapat tercapai. Penulis juga mengikuti langkah-langkah

perencanaan yang telah disusun mulai dari menentukan prioritas masalah

sampai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan pratik

dalam memprioritaskan masalah dan perencanaan tindakan keperawatan.

Disini penulis berusaha memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon

masalah yang telah ada baik itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.

D. Implementasi

Pada tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu diberikan pada

pasien perilaku kekerasan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan sebelumnya, berdasarkan teori kasus dengan melihat

kondisi dan kebutuhan.

Penulis menemukan tidak ada kesulitan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap Tn. F, pasien kooperatif dan mau bekerja sama dengan

perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Waktu implementasi perawat memberikan strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan pada Tn. F yaitu, strategi pelaksanaan 1, perawat melatih cara

mengontrol Perilaku Kekerasan dengan cara fisik dan pasien


79

melaksanakannya. Strategi pelaksanaan 2, perawat mengevaluasi kegiatan

pertama pasien dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

6 benar minum obat. Strategi pelaksanaan 3, perawat mengevaluasi kegiatan

kedua pasien dan perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara verbal. Strategi pelaksanaan 4, perawat mengevaluasi kegiatan ketiga

pasien dan perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

spiritual.

Pasien mengatakan merasa tenang setelah dilakukan latihan mengontrol

kemarahan, pasien juga mengatakan emosinya juga mulai terkontrol. Pasien

tampak sudah bisa mengontrol emosinya dan pasien juga tampak tenang.

E. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk melihat keberhasilan suatu tindakan dari

proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai kemajuan dan keberhasilan

dari asuhan keperawatan yang merupakan acuan untuk perencanaan

selanjutnya. Penulis dapat mengevaluasi keberhasilan secara umum

tercapainya tujuan umum setelah tujuan khusus dapat dicapai.

Penulis dapat menilai kemajuan pasien dengan mengevaluasi kegiatan

mengontrol kemarahan pasien yang telah saya ajarkan. Misalnya pasien sudah

mampu dalam mengontrol kemarahan dan sudah mulai bisa menerapkan apa

yang telah di ajarkan oleh perawat seperti dengan cara fisik, minum obat

secara teratur, verbal dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai