Askep Leukemia-1-1
Askep Leukemia-1-1
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di
sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah
putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (Reeves, 2015).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu
sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat semua sel
darah lain di sumsum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga
mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena factor-faktor ini, leukemia
disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Paa akhirnya, sel-
sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia.
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita, 2015). Leukimia adalah
proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer and Bare
2018).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2015).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis
berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya
kanker pada alat pembentuk darah.
2. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin, 2014:
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu:
1) Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupaka sel darah yang telah berdeferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Pada pria jumlah
eritrosit 5-5,5 juta/mmk dan wanita 4,5-5 juta/mm3.
2) Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5000-9000/mm3.
lekosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat
setengah cair) organisme asing dan melakukan fungsinya di dalam
jaringan ikat, melakukan gerakan amuboid, membantu untuk
menerobos dinding pembuluh darah ke dalam jaringan ikat.
3) Trombosit (Sel Pembeku Darah)
Keping darah berwujud cakaram. Protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya bervariasi antara
200.000-300.000/mm3 darah. Fungsi trombosit penting dalam
pembekuan darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit dengan
cepat menggumpal melekat satu sama lain dan menjadi fibrin. Masa
trombosit yang menggumpal dan fibrin adalah dasar untuk
pembekuan.
b. Struktur Sel:
1) Membran Sel (Selaput Sel)
Membran sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya
hanya 7,5-10nm (nano meter). Hampir seluruhnya terdiri dari
keping0keping halus gabungan protein lemak yang merupakan
tempat lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala bentuk
rangsangan yang datang.
2) Plasma (Sitoplasma)
Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma adalah bahan anorganik
(garam, mineral, air, oksigen, karbon dioksida dan amoniak), bahan
organis (karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam
nukleat) dan peralatan sel yang disebut organes sel yang terdiri dari
ribosom, retikulum endoplasma, mitokondria, sentrosom, alat golgi,
lisosom dan nukleus.
3. Etiologi
Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang
disebabkan adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga bisa menyebabkan kematian
(Irawan, 2015).
Leukimia adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang
bersifat irreversible dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari
mana sel itu berada. Sel-sel tersebut, pada berbagai stadia akan membanjiri
aliran darah yang berakibat sel yang spesifik akan dijumpai dalam jumlah
yang banyak. Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka
akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan anemia dan
trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi di limpa maka limpa akan
membesar, sehingga dapat terjadi hipersplenisme yang selanjutnya
menyebabkan makin memburuknya anemia serta trombositopenia
(Supandiman, 2017).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara
keseluruhan. Banyak para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat
berperan dalam etiologi leukimia. Infeksi terjadi oleh suatu bahan yang
menyebabkan reaksi seperti infeksi oleh suatu virus. Mereka membuat
suatu postulat bahwa kelainan pada leukimia bukan merupakan penyakit
primer akan tetapi merupakan suatu bagian dari respon pertahanan
sekunder dari tubuh terhadap infeksi tersebut. Respon defensif tubuh
berbeda pada berbagai tingkat usia oleh karena itu maka kita lihat bahwa
leukimia limfoblastik akut terdapat banyak pada anak-anak, leukimia
mieoblastik akut pada usia dewasa muda, leukimia granulositik kronik
pada dewasa muda dan orang tua dan leukimia limfositik kronik dapat
dijumpai pada semua umur (Supandiman, 2017).
Terjadi peningkatan insiden leukimia pada orang-orang yang
terkena radiasi sinar rontgen (terkena radiasi ledakan bom aom, yang dapat
terapi radiologis dan para dokter ahli radiologis). Diduga peningkatan
insiden ini karena akibat radiasi akan merendahkan resistensi terhadap
bahan penyebab leukimia tersebut (Supandiman, 2017). Selain faktor
diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab leukimia akut yaitu
faktor genetika, lingkungan dan sosial ekonomi, racun, status imunologi,
serta kemungkinan paparan virus keduanya. Obat yang dapat memicu
terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.
Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom, bloom
sydrom, fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu
leukimia yaitu benzen. Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu
merokok, minum alkohol keduanya (Dipiro, et al, 2015).
Faktor risiko untuk leukemia antara lain adalah predisposisi genetik
yang berhubungan dengan insiator (mutasi) yang diketahui atau tidak
diketahui. Saudara kandungan dari anak yang menderita leukemia
memiliki kecerendungan 2 sampai 4 kali lipat untuk mengalami penyakit
ini disbandingkan anak-anak lain. Kromosom abnormalitas kromosom
tertentu, termasuk sindrom Down, memiliki resiko menderita leukemia.
Pajanan terhadap radiasi, beberapa jenis obat yang menekan sumsum
tulang, dan berbagai obat kemoterapi telah dianggap meningkatkan risiko
5. Pathway Keperawatan
Hipertermi
Nyeri Akut
Intoleran
Aktivitas
Stres psikologis
Perubahan status
kesehatan
Ansietas
Kurang terpapar
informasi
Kurang
Pengetahuan
6. Manifestasi Klinis
Selain presentasi klinis, laboratorium dan evaluasi patologi
diperlukan untuk definitif diagnosis leukimia. Tes yang paling penting
adalah sumsum tulang biopsi dan aspirasinya yang disampaikan kepada
hematopathology untuk berbagai evaluasi. Noda cytochemical sangat
membantu untuk menentukan apakah leukimia akut adalah keturunan
myeloid atau limfoid. Umum: Biasanya terjadi 1-3 bulan dengan gejala
yang tidak jelas seperti kelelahan, kurangnya toleransi latihan, nyeri dada
dan perasaan yang tidak enak. Gejala: Pasien melaporkan penurunan berat
badan, malaise, kelelahan, dan palpitasi dan dyspnea saat beraktivitas.
Gajala lain yang dapat muncul yaitu demam, menggigil, dan kerasnya
sugestif infeksi, memar (perdarahan vagina yang berlebihan, epistaksis,
ekimosis dan petechiae), nyeri tulang, kejang, sakit kepala, dan diplopia.
7. Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa
leukemia tersebut mungkin timbul.Semua jenis leukemia tersebut
didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang.Contoh ini biasanya
didapat dari tulang iliaka dengan pemberian anestesi lokal dan dapat juga
diambil dari tulang sternum. (Gale, 2015) Pada leukemia akut sering
dijumpai kelainan laboratorik seperti:
a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan
timbul cepat.
2) Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l
3) Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.
c. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat
diperlukan dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat
dihubungkan dengan prognosis.
e. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik.Tumor dapat memiliki zona
perifer dari peningkatan vaskularisasi.Secara umum, teknik ini tidak
digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah sakit.Berbagai
regimen pengobatannya bervariasi, karena banyak percobaan
pengobatan yang masih terus berlangsung untuk menentukan
pengobatan yang optimum.
1) Obat-obatan kombinasi lebih baik daripada pengobatan tunggal.
2) Jika dimungkinkan, maka pengobatan harus diusahakan dengan
berobat jalan.
3) Daya tahan tubuh penderita menurun karena sel leukemianya
b. Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Kemoterapi
a) Induksi Remisi.
Banyak obat yang dapat membuat remisi pada leukemia
limfositik akut. Pada waktu remisi, penderita bebas dari symptom,
darah tepi dan sumsum tulang normal secara sitologis, dan
pembesaran organ menghilang.Remisi dapat diinduksi dengan
obat-obatan yang efeknya hebat tetapi terbatas. Remisi dapat
dipertahankan dengan memberikan obat lain yang mempunyai
kapasitas untuk tetap mempertahankan penderita bebas dari
penyakit ini.
Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai remisi, yaitu
suatu keadaan di mana gejala klinis menghilang, disertai blast
sumsum tulang kurang dari 5%.Dengan pemeriksaan morfolik
tidak dapat dijumpai sel leukemia dalam sumsum tulang dan
darah tepi. (Made, 2017)
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan mual dan muntah
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-
sumber informasi
f. Ansietas/kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengatahuan
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi Keperawatan
proses berpikir, dan tanda nyeri) lama nyeri akan hilang, antisipasi 10.Agar klien mampu menggunakan
penurunan interaksi 4. Menyatakan rasa terhadap ketidaknyamanan dari teknik nonfarmakologi dalam
dengan orang dan nyaman setelah nyeri prosedur memanagement nyeri yang dirasakan.
lingkungan) berkurang 7. Control lingkungan yang dapat 11.Pemberian analgetik dapat mengurangi
6. Tingkah laku 5. Tanda vital dalam mempengaruhi respon rasa nyeri pasien
distraksi, contoh : rentang normal ketidaknyamanan klien (suhu
jalan-jalan, menemui 6. Tidak mengalami ruangan, cahaya dan suara)
orang lain dan/atau gangguan tidur 8. Hilangkan faktor presipitasi yang
aktivitas, aktivitas dapat meningkatkan pengalaman
berulang-ulang) nyeri klien (ketakutan, kurang
7. Respon autonom pengetahuan)
(seperti diaphoresis, 9. Ajarkan cara penggunaan terapi non
perubahan tekanan farmakologi (distraksi, guide
darah, perubahan imagery,relaksasi)
nafas, nadi dan 10. Kolaborasi pemberian analgesic
dilatasi pupil)
8. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
9. Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
10. Perubahan
dalam nafsu makan
dan minum
2. Ketidakseimbangan NOC: 1. Timbang BB pasien pada interval 1. Untuk memantau perubahan atau
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: yang tepat penurunan BB
kebutuhan tubuh Adequacy of 2. Identifikasi faktor pencetus mual 2. Untuk memberikan tindakan
Berhubungan dengan : nutrient dan muntah keperawatan mengatasi mual muntah
Ketidakmampuan b. Nutritional Status : 3. Berikan antiemetik dan atau 3. Mengatasi atau menghilangkan rasa
untuk memasukkan food and Fluid analgesik sebelum makan atau mual muntah
atau mencerna nutrisi Intake sesuai program 4. Makanan kesukaan yang tersaji dalam
oleh karena faktor c. Weight Control 4. Tanyakan makanan kesukaan keadaan hangat akan meningkatkan
biologis, psikologis Setelah dilakukan pasien dan sajikan dalam keadaan keinginan untuk makan
atau ekonomi. tindakan keperawatan hangat 5. Tempat yang bersih akan mendukung
DS: selama….nutrisi 5. Ciptakan lingkungan yang pasien untuk peningkatan nafsu makan
1. Nyeri abdomen kurang teratasi dengan menyenangkan untuk makan
2. Muntah indikator: (misalnya pindahkan barang-barang
3. Kejang perut 1. Albumin serum dan cairan yang tidak enak
4. Rasa penuh tiba-tiba 2. Pre albumin serum dipandang)
setelah makan 3. Hematokrit
DO: 4. Hemoglobin
1. Diare 5. Total iron binding
2. Rontok rambut yang capacity
berlebih 6. Jumlah limfosit
3. Kurang nafsu
makan
4. Bising usus berlebih
5. Konjungtiva pucat
konsep diri, kurang 1. Klien mampu Calming Technique non verbal dari kecemasan klien dapat
pengetahuan dan mengidentifikasi dan 1. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengetahui tingkat kecemasan yang klien
hospitalisasi mengungkapkan gejala mendampingi klien alami.
cemas 2. Mengurangi atau menghilangkan Calming Technique
DO/DS: 2. Mengidentifikasi, rangsangan yang menyebabkan 1. Rasional : Dukungan keluarga dapat
1. Insomnia mengungkapkan dan kecemasan pada klien memperkuat mekanisme koping klien
2. Kontak mata kurang menunjukkan tehnik Coping enhancement sehingga tingkat ansietasnya berkurang
3. Kurang istirahat untuk mengontol 1. Meningkatkan pengetahuan klien 2. Rasional : Pengurangan atau penghilangan
4. Berfokus pada diri cemas mengenai glaucoma. rangsang penyebab kecemasan dapat
sendiri 3. Vital sign dalam batas 2. Menginstruksikan klien untuk meningkatkan ketenangan pada klien dan
5. Iritabilitas normal menggunakan tekhnik relaksasi mengurangi tingkat kecemasannya
6. Takut 4. Postur tubuh, ekspresi Coping enhancement
7. Nyeri perut wajah, bahasa tubuh 1. Rasional : Peningkatan pengetahuan
8. Penurunan TD dan dan tingkat aktivitas tentang penyakit yang dialami klien dapat
denyut nadi menunjukkan membangun mekanisme koping klien
9. Diare, mual, berkurangnya terhadap kecemasan yang dialaminya
kelelahan kecemasan 2. Rasional : tekhnik relaksasi yang
10. Gangguan tidur diberikan pada klien dapat mengurangi
11. Gemetar ansietas
12. Anoreksia, mulut
kering
13. Peningkatan TD,
denyut nadi, RR
14. Kesulitan bernafas
15. Bingung
16. Bloking dalam
pembicaraan
17. Sulit berkonsentrasi
7. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan NIC:
Faktor yang asuhan keperawatan Pengaturan Posisi (0840) 1. Lingkungan yang tenang dapat
berhubungan : selama... x 24 jam 1. Tempatkan pasien pada tempat tidur membantu klien untuk beristirahat
Patofisiologi diharapkan px tidak yang nyaman 2. Status oksigen yang adekuat membantu
Berhubungan sering terganggu saat tidur 2. Monitor status oksigen pasien sirkulasi oksigen dan meningkatkan
terbangun : dengan kriteria hasil : 3. Masukkan posisi tidur yang relaksasi
(Kerusakan transport 1) Jumlah jam tidur diinginkan pasien ke dalam rencana 3. Posisi yang nyaman dapat
oksigen) (sedikitnya 5 jam keperawatan meningkatkan kualitas tidur pasien
Angina per 24 jam untuk 4. Dorong pasien untuk ROM aktif atau 4. Gerakan membantu memberikan
Arteriosklerosis orang dewasa. ROM pasif relaksasi pada pasien
Gangguan pernapasan 2) Pola, kualitas dan 5. Tinggikan kepala tempat tidur 5. Posisi semi fowler membantu ekspansi
Gangguan sirkulasi rutinitas tidur paru lebih adekuat
(Kerusakan eliminasi 3) Kualitas tidur pasien
usus dan urine) 4) Perasaan segar
Diare setelah tidur
Konstipasi 5) Tempat tidur yang
Retensi Urine nyaman
Disuria 6) Suhu ruangan yang
Frekuensi nyaman
(Kerusakan
metabolisme)
Hipertiroidisme
Ulkus gastrikum
Gangguan hepatik
Tindakan
Berhubungan dengan
kesulitan menjalani
posisi yang biasa
Bidai, traksi
Nyeri
Terapi IV
Berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan :
(Obat-obatan)
Tranquilizer
Sedatif
Hipnotik
Antidepresan
Antihipertensif
Amfetamin
Kortikosteroid
Soporifik
Barbiturat
Situasional (Personal,
Lingkungan)
Berhubungan dengan
hiperaktivitas yang
berlebihan
Ansietas panik
Berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan
Berhubungan dengan
ketidakadekuatan
aktivitas pada siang
hari.
Berhubungan dengan
depresi
Berhubungan dengan
respons ansietas
Berhubungan dengan
rasa tak nyaman
Berhubungan dengan
gangguan gaya hidup
Emosional
Sosial
Berhubungan dengan
perubahan irama
sirkadian
Berhubungan dengan
ketakutan
Maturisional
(Anak)
Berhubungan dengan
ketakutan pada
kegelapan
(Wanita dewasa)
Berhubungan dengan
perubahan hormonal
(mis; pramenopause)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth’s (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi
kedelapan). Jakarta : EGC.
Noer, H.M, Sjaifoellah (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua,
Edisi ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (2015). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC.