SENI KARAWITAN
Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
NIM : 1910232018
ISBI BANDUNG
2019
RESPONS GENERASI MILENIAL TERHADAP SENI
KARAWITAN
Rike Nursalistri
rike.nursalistri03@gmail.com
Seni Karawitan
Institiut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jl. Buah Batu no. 212 Bandung 40265
Tlp. 085559215685, E-mail: rike.nursalistri03@gmail.com
ABSTRACT
Karawitan art is a traditional art whose existence began to decline. Though this art is a
legacy of the ancestors who deliberately created to be developed. Therefore it is necessary to have
generations as conservationists, so that this art does not disappear from the face of the earth. To find
out the response of millennial generation to musical art, research and interviews were conducted.
The research method used to determine the response of millennial generation to Karawitan
Art is by observation and interview. It is unfortunate when talking about preservation, the current
millennial generation does not seem interested in preserving musical art, even though the art is the
identity of a region.
The contributing factor is westernization without filtering. As a result, the arts and
culture themselves are considered not trendy and seem old-fashioned, so that the next generation does
not want to know their own crocodiles. They should be the preservation of the culture, especially
musical arts. Times can flourish and modernization can be rapid, but buadaya must be maintained.
Padahal kesenian ini merupakan warisan para leluhur yang sengaja diciptakan untuk
dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan adanya generasi-generasi sebagai pelestari, agar
kesenian ini tidak hilang dari muka bumi. Untuk mengetahui respons generasi milenial
terhadap Seni Karawitan adalah dengan observasi dan wawancara. Sangat disayangkan
ketika berbicara mengenai pelestarian, generasi milenial saat ini seolah tidak berminat untuk
melestarikan kembali seni karawitan, padahal kesenian itu merupakan identitas suatu
daerah.
kesenian dan kebudayaan sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga
generasi penerusnya tidak mau mengenal buadaya sendiri. Seharusnya merekalah yang
menjadi pelestari budaya khusunya seni karawitan. Zaman boleh berkembang dan
tempat yang sama dalam kehidupan Seni adalah hasil dari keindahan
bentuk kesenian antara daerah yang satu sekali kesenian-kesenian yang berada di
dengan lainnya berbeda. Peran perubahan daerah Sunda, salah satunya Seni
manusia ikut menentukan keberadaan salah satu karya seni sunda yang cukup
suatu bentuk seni. Sebagai pemegang hak terkenal di daerah Sunda. Kesenian ini juga
atas mati dan hidupnya suatu bentuk seni, merupakan kesenian tradisi buhun. Seni ini
dengan kondisi dimana dan kapan ia penyajiannya. Semua itu menjadi ciri
hidup dan berpikir, seni tidak akan pernah (seorang ahli karawitan Jawa) Karawitan
mati, melainkan turun-temurun, berputar berasal dari kata ka–rawit–an. Ka- dan -an
mengikuti perkembangan jaman, sesuai adalah awalan dan akhiran. Rawit berarti
dengan kodrat dan hidup manusia. Hal ini halus. Jadi karawitan berarti kumpulan
sesuai dengan sifat kebudayaan sebagai segala hal yang halus dan indah.
kebudayaan yang tetap hidup terus, dan kesenian yang mempergunakan bunyi–
silih berganti disebabkan kematian dan gambaran lain didalam pengertian kata
Sunda). Selain sependapat dengan ki tahun 1920. Istilah tersebut mengacu pada
Sindoe Soewarno beliau juga berpendapat seni suara, yang digunakan sebagai nama
bahwa kata karawitan berasal dari kata untuk kursus menabuh gamelan di
rawit yang akar katanya bermula dari Ra = Museum Radya Pustaka Keraton
pengetahuan kesenian yang meliputi seni karawitan untuk jenis kesenian Degung,
tari, seni rupa, seni suara, seni padalangan, Cianjuran, Kiliningan, Calung,
seni drama, seni sastra, dan sebagainya. Celempungan, dan berbagai jenis seni
Karawitan merupakan salah satu suara lainnya yang memiliki ciri tradisi
jenis pertunjukan musik etnik. Perangkat Sunda seperti sekar kawih, sekar
yang digunakan berupa gamelan yang kepasindenan, sekar tembang serta seni
tatar parahyangan (Sunda) tetapi hidup observasi dan wawancara. Penelitian ini
pula di Jawa, Bali, Madura, Dayak, Batak. bermaksud untuk memahami fenomena
Istilah karawitan dalam bahasa Sunda tentang apa yang dialami subjek penelitian
dapat dikatakan sebagai bentuk yang baru. seperti perilaku dan tindakan.
sehingga istilah ini tidak terdengar asing generasi milenial terhadap seni karawitan.
baik dikalangan seniman maupun Pengumpulan data ini diperoleh dari hasil
kembali.
Data Tertulis
tentang pengetahuan,pelestarian,serta
karawitan. Tetapi banyak juga daerah yang dihormati serta penghargaan pada
tidak tersentuh oleh kesenian ini, sehingga karya seni tersebut dan pembuatnya.
wajar saja bila masyarakat di daerah Bentuk dari apresiasi setiap individu
tersebut kurang atau sama sekali tidak tentu berbeda-beda, sebab sense of
juga berbeda.
apresiasi yang tinggi. Sebaliknya, jika merata mungkin semua daerah akan
kurang akan kesenian tersebut maka yang tinggi terhadap seni karawitan.
warisan para leluhur kita. Sudah modern ini, seharusnya kita lebih bisa
tersebut. Kita sebagai generasi milenial kesenian tersebut dengan mengikuti trand
seni karawitan ini tidak hilang. Pelestarian keaslian dari seni karawitan tersebut.
ini sangat diperlukan agar kesenian ini Zaman boleh berkembang tetapi budaya
tetap terjaga, bahkan seharusnya kita bisa kesenian harus tetap kita jaga.
lebih bisa mengembangkan. Minatkan pada diri sendiri untuk
Di era yang serba canggih ini, menjadi bagian dari pelestari, sebab
semua bisa lebih efesien. Baik dalam cara
jiga buka kita lalu siapa lagi.
menyajikan seni ini, cara mengenalkannya,
403.
SIMPULAN DAN SARAN
http://rinaldyalvin92.blogspot.com/2015
/04/teori-dasar-karawitan-sunda.html
https://www.statiskian.com/2012/10/pen
elitian-kualitatif.html?
Website/Laman
https://www.eduspensa.id/apresiasi-
seni/