Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI UNTUK SEMBUH

PADA PENGGUNA NARKOBA DI LAPAS KELAS II A PALU.

Correlacion Of Family’s Support Toward Healing Motivation Of Drugs


Abuse People In Grade II A Prison Of Palu

Dzulhijjah¹, Evi Setyowati², Nelky Suryawanto²


¹Program StudiIlmuKeperawatanSTIKesWidya NusantaraPalu
²Dosen di STIKesWidya Nusantara Palu
*email: Dzulhijjahabdi170496@yahoo.com

ABSTRAK

DZULHIJJAH. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Motivasi untuk Sembuh Pengguna Narkoba di Lapas
Kelas II A Palu. Dimbimbing oleh EVI SETYAWATI & NELKY SURYAWANTO.

Data pada Lapas Narkotika Kelas II A Palu didapatkan total jumlah klien yang berada dilapas adalah 215
klien, dimana terbagi menjadi 193 merupakan narapidana dan 22 tahanan. Usia rentan adalah usia mulai dari
remaja hingga dewasa.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Motivasi untuk Sembuh Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu. Jenis penelitian ini yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan pada penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan
cross sectional, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi square, dengan variabel independen dukungan
keluarga dan variabel dependen motivasi pengguna narkoba di Lapas Kelas II A Palu. Hasil penelitian
menunjukkan Dukungan Keluarga Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu sebagian besar mendapat
dukungan keluarga yang baik yaitu 31 responden (91,2%), dan yang tidak mendapat dukungan keluarga
berjumlah 3 orang (8,8%). Motivasi Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu mendapatkan motivasi yang
baik yaitu 21 responden (61,8%) dan yang kurang baik berjumlah 13 responden (38,2%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada Hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pengguna
narkoba di Lapas Kelas II A Palu. Saran bagi petugas lapas dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang
penyalahgunaan narkoba untuk bentuk dukungan keluarga serta motivasi klien untuk sembuh.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Motivasi, Pengguna Narkoba

ABSTRACT

Data of grade II A narcotic prison, palu found that total prisoner stayed about 215 people, which
devided into 193 prisoners and 22 resistance. Teenager till adult is susceptible age. The aim of this
research to obtain the correction of family’s support toward healing motivation of drugs abuse
people in grade II A prison of palu. This is quantitative research and used analyses with cross
sectional approached. Sampling number was 34 people and taken by purposive sampling technique.
data analysed by chi-square test with family’s support as independent variable. And motivation of
drugs abuse people in grade II A prisoner. Palu as dependent variable. Result of research shown
that about 31 respondents (91,2%) of drugs abuse in grade II A prison of palu in good family’s
support and only 3 respondents (8,8%) of them have absence of family’s support motivation of drugs
abuse in grade II A prisoner of palu have good motivation about 21 respondents (61,8%) and 13
respondents (38,2%) have poor motivation. Conclusion of this research that there is correlation of
family’s support toward healing motivation of drugs abuse people in grade II A prison of palu.
Suggestion for prison staffs could use for getting the information regarding drugs abuse in family’s
support and client’s motivation in healing process.

Keywords: family’s support, motivation, drugs abuse


PENDAHULUAN penanganan dari berbagai bidang untuk
Penyalahgunaan Narkotika, menurunkan angka pengguna NAPZA (BNN
Psikotropika, dan Zat adiktif lain (NAPZA) 2014).
adalah penggunaan NAPZA yang bersifat Pemerintah telah serius dalam
patologis paling sedikit telah berlangsung satu menangani masalah penyalahgunaan NAPZA
bulan. Keadaan ini dikenal juga sebagai tersebut dengan diterbitkannya undang-undang
gangguan jiwa yaitu ganggan mental dimana No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan UU
penyalahguna menunjukan prilaku maladaptif NO. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang
hingga gangguan dalam menjalani kehidupan. memayungi bagaimana tindakan pada
Penyalahguna NAPZA dulunya berasal dari penyalahguna narkotika dan zat adiktif. PP
ekonomi kelas atas, namun saat ini merambah No.25 tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib
pada ekonomi kelas bawah. NAPZA lapor pecandu narkotika. Hal ini membuktikan
mencangkup hampir seluruh lapisan umur dukungan serta upaya pemerintah terhadap
dimulai dari remaja, dewasa dan lansia upaya penyalahgunaan Narkoba sudah sangat
(Sumiati 2015). kuat (BNN 2015). Salah satu bukti nyata
Faktor-faktor seseorang akhirnya keseriusan pemerintah dalam menangani
menjadi penyalahguna NAPZA dapat masalah penyalahgunaan NAPZA adalah
disebabkan banyak hal dan umumnya karena mendirikan fasilitas rehabilitasi dan Lapas
mekanisme koping individu, intelegensia atau khusus narkotika yang berkonsep rehabilitasi
pengetahuan, usia, dorongan kenikmatan dan pada penyalahguna NAPZA disetiap daerah
rasa ingin tahu. Faktor lainnya yaitu keluarga, Lama waktu rehabilitasi ditentukan oleh
teman dan lingkungannya, keluarga dengan kuatnya kemauan klien atau motivasi untuk
konflik ataubroken home, keluarga dengan sembuh atau berhenti dari ketergantungan
orang tua yang memiliki pola asuh otoriter, NAPZA (Yosep2013).
perfeksionis, neurisis. Faktor teman sebaya Motivasi adalah suatu perubahan energi
(peer group) pada remaja faktor ini juga dari dalam diri seseorang yang ditandai
sangat dominan ditemukan pada remaja. dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang
Faktor berikutnya yaitu lingkungan dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai
mudahnya dalam memperoleh NAPZA tujuan (Primanda 2015). Kesembuhan adalah
(Hernawaty2013). pulih dan menjadi sehat kembali. Motivasi
Laporan United Nations Office on sembuh pada penyalahguna NAPZA dapat
Drugs and Crime [UNODC] Tahun 2013 diartikan suatu prilaku seseorang yang
menyebutkan bahwa diperkirakan antara 167 didorong untuk terlepas dari suatu
s/d 315 Juta orang (3,6-6,9 % dari penduduk ketergantungan terhadap NAPZA (Raharjo
berumur 15-64 tahun) menggunakan narkoba 2015).
sekali dalam satu tahun. Berdasarkan data Penyalahguna NAPZA yang memiliki
terakhir tahun 2015 Pengguna NAPZA di motivasi sembuh yang tinggi dapat dilihat dari
Indonesia telah mencapai 5,8 juta jiwa yang proses Rehabilitasi dimana keinginan dan
tersebar diseluruh Indonesia. Data pada usaha untuk mencapai kesembuhan yang
Badan Narkotika Nasional (BNN) wilayah optimal, selalu menjaga kesehatannya dengan
Yogyakarta prevalensi penyalahguna tidak memakai Napza kembali. Hal- hal lain
Narkoba berdasarkan banyaknya pengguna di yang mempengaruhi motivasi sembuh adalah
tahun 2014 Yogyakarta menempati terbanyak faktor internal berupa fisik, mekanisme koping
kelima dengan jumlah penyalahguna individu, dan kematangan usia sedangan faktor
sebanyak 62.028 Jiwa, hal ini menunjukan eksternal dukungan sosial, dukungan teman
angka pengguna NAPZA di Yogyakarta telah sebaya dan dukungan keluarga (Primanda
memprihatinkan dan membutuhkan 2015).
Dukungan keluarga adalah suatu prilaku peneliti melaukan penelitian pendahuluan.
yang dianggap mendukung karena memiliki Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan
sifat yang menghibur dan menguatkan atau pada Lapas Narkotika Kelas II A Palu
prilaku yang mengarahkan keyakinan individu didapatkan total jumlah klien yang berada
bahwa ia dincintai dan dihargai. Keluarga dilapas adalah 215 klien, dimana terbagi
meiliki peranan penting dalam upaya menjadi 193 merupakan narapidana dan 22
peningkatan kesehatan dan pengurangan tahanan. Usia rentan adalah usia mulai dari
resiko penyakit dalam masyarakat mengingat remaja hingga dewasa. Berdasarkan hasil
keluarga adalah satuan terkecil dalam wawancara dengan petugas lapas, lapas
masyarakat. Peran keluarga sangat penting narkotika rutin melakukan rehabilitasi medis
dalam setiap aspek keperawatan dalam berupa detoksifikasi tiap tahunnya yang
meningkatkan status kesehatan anggota bekerja sama langsung dengan BNN dan
keluarganya dimana setiap manusia harus dibagi menjadi 3 periode tiap tahunnya.
dikaji secara komperhensif (Dion 2013). Kemudian lebih lanjut didapatkan data untuk
Dukungan keluarga menjadi rehabilitasi sosial dan spiritual pihak lapas
peningkatan semangat dan harga diri serta telah menyediakan wadah sosialisasi dan
menjadi sumber cinta kasih dan mampu belajar keagamaan dengan memberikan hadiah
mengubah mekanisme koping yang buruk, berupa remisi atau potongan masa tahanan
serta diharapkan keluarga mampu pada penyalahguna NAPZA yang
menjalankan fungsi dasarnya beruapa cinta berkelakukan baik, kunjungan keluarga di
kasih, rasa aman, rasa dimiliki dan rasa Lapas telah terprogram secara rutin.
diharapkan (Nasir2015). Berdasarkan hasil survey tentang
Rindiani (2017)melaporkan tentang dukungan keluarga di Lapas Kelas II A Palu
Hubungan Dukungan Keluarga denganTingkat sebagian pengguna narkoba yang belum
Motivasi Untuk SembuhPada Penyalahguna dilakukan kunjungan dalam Lapas. Hasil
Napza diLapas Narkotika Kelas II wawancara dengan 5 orang penghuni lapas
AYogyakarta, dengan hasil penelitian terdapat didapatkan bahwa 3 orang penghuni lapas
71,5% dukungan keluarga dalam katagoti memiliki dukungan keluarga yang baik dan
tinggi dan 90,8% tingkat motivasi untuk sangat ingin untuk sembuh, dan 2 lainnya
sembuh penyalahguna NAPZA dalam katagori memiliki dukungan keluarga yang kurang dan
tinggi. Nilai signifikansi adalah p=0,000 terlihat tidak terlalu antusias dalam
sehingga p<0,05. Ada hubungan dukungan menjalankan program sosialisasi dilapas.
keluarga dengan tingkat motivasi untuk Rendahnya motivasi ini diakui karena merasa
sembuh pada penyalahguna NAPZA di Lapas adanya penolakan yang didapat ketika talah
Narkotika Kelas II A Yogyakarta. Saran bagi menjadi penyalahguna NAPZA. Dari hasil
keluarga untuk tetap memberi dukungan yang wawancara ini peneliti bertujuan meneliti
dibutuhkan klien agar bisa mencapai Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
kesembuhan yang optimal. Motivasi Untuk Sembuh Pada Pengguna
Sulawesi Tengah merupakan salah satu Narkoba di Lapas Kelas II A Palu.
Provinsi di Indonesia.Kasus NAPZA menurut
Data BNN Provinsi Sulawesi Tengah tentang METODE PENELITIAN
Pencapain Rehabilitasi Penyalaguna Narkotika Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Tahun 2017 berjumlah 1.448 orang dengan Survey Analitik denganpendekatan cross
kasus voluntry (penangkapan kasus narkotika) sectional study,yaitu suatu penelitian untuk
berjumlah 1.323 orang dan compulsry (yang mempelajari korelasi antara variabel bebas dan
datang langsung memeriksakan dirinya terikat dengan cara pengumpulan data
keklinik) berjumlah 125 orang, dari data ini (Notoatmodjo2012).
Sedangkan Pengambilan sampel Sampel
adalah sebagian dari populasi penelitian Karakteristik Frekuensi Presentase
(Notoamtodjo 2012) Sampel adalah sebagian Responden (f) (%)
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi USIA
tertentu,dalam hal ini adalah semua pengguna
25-40tahun 32 94,1
narkoba dan dianggap dapat mewakili
populasi pada saat penelitian dengan jumlah 41-50 tahun 2 5,9
sampel 34orang. Untuk menghitung sampel
menggunakan rumus Slovin: 34 responden. Jumlah 34 100
Tekhnik pengambilan sampel
PEKERJAAN
menggunakan metode metode Purposive
Sampling yaitu teknik penentuan sampel PNS 1 2,9
dengan pertimbangan tertentu di Lapas Kelas
IIA Palu (Sugiyono2017). Honorer 2 5,9
Instrumen penelitian (alat ukur) adalah
Wiraswasta 24 70,5
alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
untuk mengukur, menilai dan mengobservasi Supir 2 5,9
suatu fenomena atau permasalahan. nstrumen
yang digunakan saat penelitian ini Mahasiswa 5 14,7
menggunakan kuesioner berisi pernyataan
Jumlah 34 100
dukungan keluarga, dalam bentuk Pertanyaan
terdiri dari 10item dan kuesioner motivasi PENDIDIKAN
untuk sembuh pengguna narkoba dengan
pertanyaan terdiri dari 12 item, sedangkan cara (SD-SMP) 9 26,5
penentuan skor yaitu untuk jawaban yang
(SMA) 25 73,5
benar mendapat nilai 1 sebaliknya jika
responden menjawab salah mendapat nilai 0. (>D1) - -
HASIL Jumlah 34 100
AnalisaUnivariat
JENIS
1. Karakteristik Responden KELAMIN
Distribusi responden berdasarkan usia,
Laki-laki 32 94,1
pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin
pendidikan dan pekerjaan keluarga pasien di Perempuan 2 5,9
Lapas Kelas II A Palu dapat dilihat pada tabel
1.1 berikut ini: Jumlah 34 100

Sumber: Data primer 2018

Berdasarkan tabel 1.1 di atas


menunjukan distribusi frekuensi berdasarkan
umur yaitu responden yang paling banyak
adalah umur 25-40 tahun sebanyak 32
responden (94,1%) dan umur yang paling
sedikit adalah umur 41-50 tahun sebanyak 2
responden (5,9%).Sedangkan Ditribusi
frekuensi berdasarkan pendidikan responden Dukungan Frekuensi Presentase %
yang paling banyak adalah pendidikan Keluarga (f)
menengah (SMA)sebanyak 20 responden Kurang Baik 3 8,8
(73,5%), pendidikan Dasar (SD s.d SMP)
Baik 31 91,2
sebanyak 9 responden (26,5%). Sedangkan
Distribusi jenis kelamin laki-laki paling Jumlah 34 100
banyak berjumlah 32 responden
Sumber: Data primer 2018
(94,1%).Sedangkan menunjukan distribusi
pekerjaan wiraswasta paling banyak berjumlah
Berdasarkan tabel 2.1 dari 34 responden,
24 responden (70,5%).
sebagian besar responden mendapat dukungan
keluarga yang baik yaitu sebanyak 31
Analisis Bivariat
responden (91,2%), dan yang tidak mendapat
dukungan keluarga berjumlah 3 orang (8,8%).
a. Dukungan Keluarga
Distribusi Dukungan Keluarga Pada
Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu c. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini: Motivasi Untuk Sembuh Pada Pengguna
Narkoba di Lapas Kelas II A Palu.
Motivasi Frekuensi Presentase Tabel Hubungan Dukungan Keluarga
(f) % 1.4 terhadap Motivasi Untuk Sembuh
Kurang 13 38,2 Pada Pengguna Narkoba di Lapas
Baik Kelas II A Palu Tahun 2018
Baik 21 61,8

Jumlah 34 100 Motivasi


Dukungan Kurang
Sumber: Data primer 2018 Baik N
Keluarga baik P.value
N % N %
Berdasarkan tabel 4.6 dari 34 responden, Kurang
sebagian besar responden mendapatkan motivasi 1 2.9 2 5.8 3
baik
yang baik yaitu sebanyak 21 responden (61,8%) 0,033
dan yang kurang baik berjumlah 13 responden Baik 12 19 55.8 31
35.2
(38,2%).
Jumlah 13 38.1 21 61.6 34
Sumber: Data Primer 2018
b. Motivasi
Distribusi Motivasi Untuk Sembuh Pada Pada tabel 1.4 Menunjukkan bahwa dari
Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu 34 responden, yang mendapat dukungan
dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini: keluarga berjumlah 31 orang dimana motivasi
yang kurang baik berjumlah 12 orang dan 19
orang mempunyai motivasi yang baik.
Tabel 2.2 Distribusi Motivasi Untuk Sembuh Sedangkan yang mendapat dukungan keluarga
Pada Pengguna Narkoba di Lapas kurang baik berjumlah 3 orang dengan
Kelas II A Palu Tahun 2018 motivasi kurang 1 orang dan motivasi baik
berjumlah 2 orang.
BerdasarkanhasilujiChi-squarenilai p:
0,033 (p value< 0,05), maka H0 ditolak dan
Ha diterima yang artinyaada hubungan
Dukungan Keluarga terhadap Motivasi Untuk mampu menjalankan fungsi dasarnya beruapa
Sembuh Pada Pengguna Narkoba di Lapas cinta kasih, rasa aman, rasa dimiliki dan rasa
Kelas II A Palu. diharapkan (Nasir2015).
2. Distribusi motivasi untuk sembuh
pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A
PEMBAHASAN Palu
1. Distribusi Dukungan Keluarga Pada Berdasarkan tabel 4.6 dari 34 responden,
Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A sebagian besar responden mendapatkan
Palu motivasi yang baik yaitu sebanyak 21
Berdasarkan tabel 4.5sebagian besar responden (61,8%)
menunjukkan bahwa responden mendapatkan Menurut asumsi peneliti Penyalahguna
dukungan keluarga yang baik yaitu sebanyak NAPZA yang memiliki motivasi sembuh yang
31 orang atau 91.2%. Menurut peneliti hal tinggi dapat dilihat dari proses Rehabilitasi
tersebut terjadi karena dukungan keluarga dimana keinginan dan usaha untuk mencapai
adalah suatu perilaku yang dianggap kesembuhan yang optimal, selalu menjaga
mendukung karena memiliki sifat yang kesehatannya dengan tidak memakai NAPZA
menghibur dan menguatkan atau prilaku yang kembali.Menurut raharjoMotivasi adalah suatu
mengarahkan keyakinan individu bahwa ia perubahan energi dari dalam diri seseorang
dincintai dan dihargai. yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
Menurut asumsi peneliti klien reaksi yang mengarahkan tingkah laku untuk
mempunyai dukungan keluarga yang baik mencapai tujuan (Primanda 2015. Motivasi
serta motivasi untuk sembuh, adapun peran sembuh pada penyalahguna NAPZA dapat
keluarga dalam menjaga klien agar tidak diartikan suatu prilaku seseorang yang
terjerumus lagi untuk menggunakan narkoba, didorong untuk terlepas dari suatu
keluarga memberi dukungan yang maksimal ketergantungan terhadap NAPZA (Raharjo
serta menjaga pergaulan serta lingkungan 2015).
klien, memberikan pemahaman agama serta Hal- hal lain yang mempengaruhi
pendidikan kesehatan, jika perlu keluarga motivasi sembuh adalah faktor internal berupa
bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk fisik, mekanisme koping individu, dan
memberikan pendidikan kesehatan tentang kematangan usia sedangkan faktor eksternal
bahaya narkoba, penanggulangan selanjutnya dukungan sosial, dukungan teman sebaya dan
memberikan kegiatan pada klien seperti dukungan keluarga.
bekerja agar keseharian klien tidak kosong. Faktor Internal hasil wawancara
Dion mengemukakan keluarga memiliki bersamaan dengan pemberian kuesioner yang
peranan penting dalam upaya peningkatan peneliti lakukan mendapatkan data alasan
kesehatan dan pengurangan resiko penyakit responden ingin sembuh ataupun lepas dari
dalam masyarakat mengingat keluarga adalah ketergantungan napza dari responden
satuan terkecil dalam masyarakat. Peran mengungkapkan bahwa adanya keinginan dari
keluarga sangat penting dalam setiap aspek diri sendiri yang menimbulkan keinginan kuat
keperawatan dalam meningkatkan status untuk sembuh dari ketegantungan napza.
kesehatan anggota keluarganya dimana setiap motivasi yang datangaya dari dalam diri
manusia harus dikaji secara komperhensif individu. Kebutuhan dan keinginan yang ada
(Dion 2013). dalam diri seseorang akan menimbulkan
Dukungan keluarga menjadi peningkatan motivasi internalnya kekeuatan ini akan
semangat dan harga diri serta menjadi sumber mempengaruhi pikiranya yang selanjutnya
cinta kasih dan mampu mengubah mekanisme akan mengarahkan prilaku orang tersebut dan
koping yang buruk, serta diharapkan keluarga setiap individu akan mempunyai kebutuhan
dan keinginan yang berbeda dan unik narapidana tidak mempengaruhi motivasi
(Nursalam 2007). Hal ini menunjukan bahwa untuk sembuh dari narkoba, sedangkan pada
kesadaran dari diri sendiri dapat menimbulkan narapidana yang mendapatkan dukungan
suatu keinginan ataupun semangat yang tinggi keluarga tetapi tidak termotivasi, hal ini
untuk berubah menjadi pribadi yang lebih disebabkan karena tidak adanya kemauan dari
baik. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri diri sendiri untuk memotivasi sembuh dari
sendiri tentang bahaya narkoba membuat narkoba.
narapidana napza mempunyai motivasi untuk Faktor-faktor seseorang akhirnya
lepas dari ketergantungan napza ini. menjadi penyalahguna NAPZA dapat
Faktor Eksternal hasil wawancara disebabkan banyak hal dan umumnya karena
bersamaan dengan pemberian kuesioner yang mekanisme koping individu, intelegensia atau
peneliti lakukan mendapatkan data alasan pengetahuan, usia, dorongan kenikmatan dan
responden ingin sembuh ataupun lepas dari rasa ingin tahu. Faktor lainnya yaitu keluarga,
ketergantungan napza. Mengungkapkan bahwa teman dan lingkungannya, keluarga dengan
adanya dukungan dari keluarga dan orang – konflik atau broken home, keluarga dengan
orang terdekat partisipan yang menimbulkan orang tua yang memiliki pola asuh otoriter,
keinginan kuat untuk sembuh dari perfeksionis, neurisis. Faktor teman sebaya
ketegantungan napza. Motivasi ekstrinsik (peer group) pada remaja faktor ini juga
merupakan motivasi yang datangnya dari luar sangat dominan ditemukan pada remaja.
individu (Nursalam 2007). Hal ini Faktor berikutnya yaitu lingkungan dan
menunjukan bahwa dorongan dari orang – mudahnya dalam memperoleh NAPZA
orang terdekat dapat menimbulkan suatu (Hernawaty 2013).
gairah ataupun semangat ysang tinggi kepada Penelitian Habibi dkk (2016) yang
seseorang untuk merubah orang tersebut meneliti mengenai faktor-faktor yang
menjadi pribadi yang lebih baik. berhubungan dengan kekambuhan pengguna
3. Hubungan Dukungan Keluarga Narkoba pada pasien rehabilitasi di Balai
terhadap Motivasi Untuk Sembuh Pada Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Baddoka Makassar tahun 2015 didapatkan
Palu. faktor yang paling berpengaruh yang membuat
penyalahguna NAPZA relaps atau menjadi
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan pecandu berulang adalah faktor dukungan
bahwa dari 34 responden, yang mendapat keluarga dibandingkan faktor sosial ekonomi,
dukungan keluarga berjumlah 31 orang jenis NAPZA yang digunakan dan teman
dimana motivasi yang kurang baik berjumlah sebaya. Hal ini menunjukan bahwa untuk
12 orang dan 19 orang mempunyai motivasi mempertahankan kesembuhan perlunya
yang baik. Sedangkan yang mendapat dukungan keluarga yang bersifat terus-
dukungan keluarga kurang baik berjumlah 3 menerus tidak hanya selama proses menuju
orang dengan motivasi kurang 1 orang dan kesembuhan namun juga setelah sembuh
motivasi baik berjumlah 2 orang. untuk mempertahankannya.
BerdasarkanhasilujiChi-squarenilai p: 0,033(p Penyalahgunaan Narkotika,
value< 0,05), maka H0 ditolak dan Ha Psikotropika, dan Zat adiktif lain (NAPZA)
diterima yang artinyaada hubungan Dukungan adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
Keluarga terhadap Motivasi Untuk Sembuh patologis paling sedikit telah berlangsung satu
Pada Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A bulan. Keadaan ini dikenal juga sebagai
Palu gangguan jiwa yaitu ganggan mental dimana
Asumsi peneliti bahwa kurangnya penyalahguna menunjukan prilaku maladaptif
dukungan keluarga terhadap beberapa hingga gangguan dalam menjalani kehidupan.
Penyalahguna NAPZA dulunya berasal dari keperawatan terbaru khususnya keperawatan
ekonomi kelas atas, namun saat ini merambah tentang penyalahgunaan narkoba.
pada ekonomi kelas bawah. NAPZA
mencangkup hampir seluruh lapisan umur 2. Bagi Petugas Lapas
dimulai dari remaja, dewasa dan lansia Bagi petugas lapas dapat digunakan
(Sumiati 2015). sebagai bahan informasi tentang
Pemerintah telah serius dalam penyalahgunaan narkoba untuk bentuk
menangani masalah penyalahgunaan NAPZA dukungan keluarga serta motivasi klien
tersebut dengan diterbitkannya undang-undang untuk sembuh.
No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan UU
3. Bagi Masyarakat
NO. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang
Bagi masyarakat dapat menambahkan
memayungi bagaimana tindakan pada
informasi tentang bentuk dukungan,
penyalahguna narkotika dan zat adiktif. PP
motivasi, strategi koping, respon psikologis
No.25 tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib
pasca pengobatan untuk pengguna narkoba.
lapor pecandu narkotika. Hal ini membuktikan
dukungan serta upaya pemerintah terhadap
upaya penyalahgunaan Narkoba sudah sangat REFRESENSI
kuat (BNN 2015). Salah satu bukti nyata [BNN] Badan Narkotika Nasional. 2014.
keseriusan pemerintah dalam menangani Laporan Akhir survey nasional
masalah penyalahgunaan NAPZA adalah perkembangan penyalahguna
mendirikan fasilitas rehabilitasi dan Lapas Narkoba tahun anggaran 2014.
khusus narkotika yang berkonsep rehabilitasi Yogyakarta (ID) :bnn-diy.com.
pada penyalahguna NAPZA disetiap daerah
Lama waktu rehabilitasi ditentukan oleh _________ 2015. Buku saku bahaya
kuatnya kemauan klien atau motivasi untuk penyalahgunaan narkoba dan
sembuh atau berhenti dari ketergantungan menghindar bahaya HIV/AIDS.
NAPZA (Yosep2013). Yogyakarta (ID): BNN dan Dinas
Kesehatan DIY.
KESIMPULAN DAN SARAN
Keseimpulan Dion, Y. 2013. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian dan Keluarga konsep dan praktik.
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan: Jakarta (ID): Nuha Medika.
1. Dukungan Keluarga sebagian besar
responden mendapat dukungan keluarga Hamzah. B, 2012. Teori Motivasi dan
yang baik Pengukuranya, Jakarta (ID). Bumi Aska.
2. Motivasi untuk sembuh sebagian besar
responden mendapatkan motivasi yang baik Hernawaty. 2013. Dasar-Dasar Keperawatan
3. Ada Hubungan Dukungan Keluarga Jiwa. Jakarta (ID): Salemba
terhadap Motivasi Untuk Sembuh Pada Medika.
Pengguna Narkoba di Lapas Kelas II A Palu.
Fitria, N, S. 2013. Laporan pendahuluan
Saran tentang masalah psikososial.
1. Bagi Institusi Pendidikan Jakarta (ID) : Salemba Medika.
Diharapkan dapat membimbing dan
menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana Kabain. 2015.Jenis –jenis Napza dan
dalam proses pendidikan, melengkapi Bahayanya. Semarang (ID) :
perpustakaan dengan buku-buku Bengawan Ilmu.
Ketergantungan NAPZA. Jakarta
Nasir, A., Muhith, A. 2015. Dasar-Dasar (ID) : Trans Info Media.
Keperawatan Jiwa. Jakarta (ID) :
Salemba Medika. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Notoatmodjo. 2012.Promosi Kesehatan dan Bandung (ID). Alfabeta.
Perilaku Kesehatan. Jakarta(ID) :
Rineka Cipta. ___________, 2017, Statistika untuk
Penelitian. Bandung (ID).Penerbit
___________. 2010.Metodologi Penelitian Alfabeta.
Kesehatan. Jakarta(ID) : Rineka
Cipta. [UNODC] United Nations Office on Drugs
and Crime. 2013. Laporan
Primanda, W. (2015). Hubungan dukungan Pengguna Napza tahun 2013-2014.
sosial dengan motivasi untuk Yogyakarta(ID).
sembuh pada pengguna NAPZA di
rehabilitasi BNN Tanah Merah Yosep, I. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung
Samarinda Kalimantan Timur. E- (ID): Reflika Aditama.
journal psikologi. 3(3); 589-595.

Pramarta Y. Ambeg. 2014. Sistem


Pemasyarakatan Memulihkan
Hubungan Hidup, Kehidupan dan
Penghidupan. Jakarta: Lembaga
Kajian Pemasyarakatan.[Jurnal
kesehatan masyarakat] :5:80-92

Raharjo. 2015. Kontribusi testimoni dalam


Meningkatkan efektifitas
pendidikan kesehatan tentang
NAPZA di Kabupaten Sleman.
Berita Kedokteran Masyarakat. 24
(3); 130-138.

Rindiani. 2017. Hubungan antara dukungan


keluarga dengan keinginan untuk
sembuh pada penyalahguna
NAPZA di lapas wirogunan kota
Yogyakarta. Jurnal kesehatan
masyarakat.2:162-232
Soetjiningsih. 2010. Asuhan Keperawatan.
Jakarta (ID) Penerbit :Rineka
Cipta.

Sumiati. 2015. Asuhan Keperawatan Pada


Klien Penyalahgunaan dan

Anda mungkin juga menyukai