Anda di halaman 1dari 3

Orang Orang Biasa

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: PT Bentang Pustaka

Tahun terbit: Februari 2019

Tebal: 300 halaman

Cetakan Ke : 1 (Februari 2019)

ISBN: 978–602–291–524-9

Sinopsis :

Dalam novel Orang-orang Biasa menceritakan perjuangan sekawanan persahabatan yang sejak bangku
SMA dalam memperjuangkan anak sahabatnya untu bisa kuliah Fakultas Kedokteran di Universitas
Negeri ternama. Anak tersebut lulus tes masuk Fakultas Kedokteran, namun tidak sanggup membayar
uang muka pendaftaran sebanyak 80 juta.

Sekawanan sahabat itu adalah Salud, Junilah, Nihe, Sobri, Honorun, Handai, Dinah, Rusip, Tohirin, dan
anggota terakhir Debut. Mereka dipersatukan di bangku paling belakang saat sekolah. Karena rasa
persatuan dan kesatuan atas persamaan nasib yang mereka alami hampir sama yaitu selalu mendapat
nilai jelek dan bahakan ada beberapa yang tidak naik kelas beberapa kali dan selalu menjadi bahan
bullian trio Bastardin dan duo Boron. Di dunia ini, ada orang-orang yang diciptakan menjadi orang-orang
Berjaya dan orang-orang termangu. Trio Bastardin dan duo Boron dicitptakan menjadi orang Berjaya dan
sepuluh sahabat diciptakan menjadi orang termangu.

Aini adalah putri sulung Dinah yang lolos tes Fakultas Kedokteran Universitas negeri ternama. Namun
sayang, cita-cita itu sempat dikubur dalam-dalam lantaran ia tak bisa membayar uang pendaftaran
masuk sebesar 80 juta. Dinah dan putrinya Aini sudah kesana-kemari mencari pinjaman ke bank, ke
koperasi namun selalu ditolak lantaran tak punya jaminan pinjaman. Karena memang tak ada barang
berharga atau sertifikat tanah yang dapat digunakan sebagai jaminan. Akhirnya Aini bertekad menabung
dengan bekerja menjadi karyawan warung kopi.

Dinah sedih karena merasa bersalah telah melahirkan seorang anak cerdas sehingga ia tak mampu
menyekolahkan Aini. Akhirnya, Debut dan anggota perkumpulan sahabat itu bertekad ingin membantu
mencari biaya masuk Fakultas Kedokteran Aini meskipun mereka tahu bahwa sangat mustahil bisa
mendapatkan uang sebesar 80 juta dalam waktu singkat. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang
sebesar 80 juta adalah dengan merampok atau bahasa halusnya adalah meminjam terlebih dahulu nanti
dikembalikan jika mereka tidak ingin meminjami uang itu.

Disinilah keseruan novel ini dimulai. Dimana Debut cs mempersiapkan rencana perampokan bank yang
tak kunjung selesai. Hingga 22 kali rapat namun bukan solusi yang mereka peroleh namun menambah
masalah. Setting lain menceritakan kwartet Mul yang juga merencakan perampokan secara professional.
Hingga akhirnya hari H perampokan datang jua. Perampokan dilakukan oleh sepuluh sahabat itu pada
hari pawai kemerdekaan. Tim dibagi menjadi 2 yaitu penyerbu 1 dan 2. Namun saat tim penyerbu 1
sudah didepan brankas uang, Debut sebagai ketua pimpinan perampokan memberi perintah untuk kabur
dan alhasil perampokan dibank gagal. Namun akhirnya mereka merampok toko Batu Mulia milik Trio
Bastardin.

Tak disangka, perampokan di toko Batu Mulia yang tak direncanakan malah berhasil. Mereka berhasil
mendapatkan 18 miliyar tak lebih dan tak kurang. Dalang dibalik perampokan itu adalah Debut, si idealis
pemilik toko buku Heroik yang miskin. Semua sudah direncanakan hingga melibatkan guru seni SMA.
Namun sepuluh kawan itu berhati besar, sungguh besar. Mereka adalah orang-orang biasa namun luar
biasa. Akhirnya uang hasil korup 18 miliyar itu ditangkap oleh Inspektur dan komandan dengan trio
Bastardin sebagai tersangka. Dan inspektur juga berhasil menangkap basah perampokan kwartat Mul.

Akhir cerita, sepuluh sahabat itu meminjam kepada siapa saja dan menjual barang apa saja yang bisa
dijual demi Aini bisa kuliah Fakultas Kedokteran. Kasus perampokan yang gagal di bank hingga kini tak
tercium dan tidak meninggalkan barang bukti sekecil apapun sehingga ini adalah kasus perampoan yang
teraneh di kampung Belantik dan tidak pernah terpecahkan oleh Inspektur.

1. Alur

Novel ini menggunakan alur maju, dimana pada awalnya menceritakan 10 sekawan ini
bagaimana bisa berkawan sampai mereka dewasa dan berusaha membantu sahabatnya
untuk menyekolahkan Aini (anak dari salah satu 10 sekawan tersebut) di kuliah kedokteran.

2. Tokoh

Tokoh utama dalam novel ini yaitu : Salud, Honorun, Junilah, Sobri, Nihe, Rusip, Tohirin,
Dinah, Debut dan Handai, Aini, Trio bastardin, Duo boron

3. Latar

Seperti novel novel Andrea Hirata yang lainnya, latar tempat penceritaan novel ini yaitu Kota
Belantik, digambarkan sebagai kota yang naif karena tidak pernah adanya kejahatan disana.

4. Sudut Pandang

Novel inj menggunakan sudut pandang orang ketiga, serba tahu. Sehingga lebih mudah
memahami penceritaan setiap tokohnya yang lumayan banyak

5. Tema

Novel ini merupakan pertama kalinya Andrea Hirata menggunakan Tema Kriminalitas.
Dimana untuk mengkuliahkan Aini yang membutuhkan dana besar, 10 sekawan tersebut
berencana untuk "merampok" bank.
Unsur Sosiologi Sastra dalam novel Orang Orang Biasa

Menurut Wellek dan Werren, telaah sosiologi sastra ada tiga, yaitu :

1. Sosiologi Pengarang (yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan
lain lain yang menyangkut pengarang)

Kota belantik seringkali muncul dalam novel Andrea Hirata. Dalam novelnya yang berjudul
ayah, kota belantik dikatakan bahwa terdapat di pulau belitong. Belitong sendiri menjadi
latar tempat pada novel laskar pelangi. Hal ini berhubungan dengan asal Andrea itu sendiri
yang lahir di kota belitong.

2. Sosiologi Karya Sastra (tentang apa yang tersirat dalam karya tersebut dan apa tujuan atau
amanat yang ingin disampaikan)

Di awal novel ini ditulis " kupersembahkan untuk Putri Belianti, anak miskin yang cerdas, dan
kegagalan yang getir masuk Fakultas Kedokteran, Universitas Bengkulu." Novel ini
menunjukkan bahwa betapa sulitnya orang-orang miskin untuk mendapatkan pendidikan
yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tokoh Aini yg tidak memiliki uang, padahal dia lolos
dalam tes penerimaan mahasiswa kedokteran. Karena hal itulah yang membuat orang
ruanya dan 9 teman lainnya, memikirkan cara bagaimana agar Aini dapat meraih cita citanya.

3. Sosiologi Sastra (yang mempermasahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya dalam
masyarakat)

dilihat dari sosiologi karya sastra, bahwa pada masa ini memang sangat sulit sekali untuk
mendapatkan pendidikan yang bagus jika tidak punya uang, walaupun sebenarnya banyak
sekali orang orang yang ingin sekolah tinggi tinggi dan kembali lagi bahwa mereka tidak
punya biaya untuk itu semua. Saat ini, perguruan tinggi atau univeraitas pun terkadang lebih
memikirkan soal uang daripada kualitas mahasiswanya, begitulah potret pendidikan di
Indonesia. Dimana masih banyak yang ingin melanjutkan ke pendidikan tingkat tinggi namun
masih terkendala dalam ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai