Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PSIKOEDUKASI MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI, STRES

DAN KECEMASAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUANGAN PIPIT


RSU ANUTAPURA PALU.
Psychoeducation Decrease the Level of Depression, Anxiety and Stress Among Patient with
Pulmonary Tuberculosis in Anutapura Hospital General,Palu.

Istikhomah¹, Hasnidar², Ahmil²


¹Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu
²Dosen di STIKes Widya Nusantara Palu
*email: istikhomahistikhomah98@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru,
biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, TB dapat menyebar hampir ke setiap bagian
tubuh, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Psikoedukasi adalah pendidikan
kesehatan pada pasien baik yang mengalami penyakit fisik maupun gangguan jiwa yang bertujuan
untuk mengatasi masalah psikologis yang dialami mereka. Tujuan ini untuk mengetahui pengaruh
Psikoedukasi menurunkan Depresi, Stres dan Kecemasan pada pasien Tuberkulosis Paru di RSU
Anutapura Palu. Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif, dengan rancangan penelitian yang digunakan
adalah Pre experiment dengan design one group pre test dan post test. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 24 responden dengan tehnik pengambilan data Total Sampling. Uji statistik
yang di gunakan adalah t test dimana hasil penelitian adalah dengan nilai (ρ ≤ 0,05) yaitu 0,000 ≤
0,05. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh Psikoedukasi menurunkan tingkat Depresi,
Stres dan Kecemasan pada pasien Tuberculosis Paru di RSU Anutapura Palu.

Kata kunci : TBC,Psikoedukasi, Depresi, Stres dan Kecemasan.

ABSTRACT
Tuberculosis is icfections disease that common happen in parencim tissue of lung causes of
microbacteriumtuberculosis. TB could spread all over the body parts inclouding meningesis, kidney,
bones, and limph nodus. Psychoeducation is health toward those patients who have physical disease
or mental disorder with the ains to solve their psychological problems. This ains obtain the
influences of psychoeducation in reducing the depression level, stres and anxiety toward chest TB
patient in Anutapura General Hospital, Palu. This is quantitive research and using of pre-experient
design with one group pre test and post test design. Sampling number was 24 respondent and taken
by total sampling technique. Statistic test used t-testwith p value 0,000 < 0,05 (p value < 0,05).
Result of this research that having influences of toward chest Tuberculosis patient in Anutapura
General Hospital, Palu.

Keywords : TBC, Psychoeducation, Depression, Stres, Anxiety.

PENDAHULUAN termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus


Tuberculosis adalah suatu penyakit limfe (Brunner & suddart 2013).
menular yang paling sering mengenai Diperkirakan Tuberculosis telah
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mengenai sepertiga penduduk dunia. Meski
Mycobacterium tuberculosis, TB dapat strategi (DOTS) telah terbukti sangat efektif
menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, untuk pengendalian tuberkulosis, namun

1
beban penyakit tuberkulosis di masyarakat Penatalaksanaan pada penyakit TBC
masih sangat tinggi. Angka kejadian penyakit sendiri ada beberapa diantaranya: Pemeriksaan
tuberkulosis meningkat jumlah serta tingkat kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu
kompleksitasnya. Pada negara berkembang yang bergaulerat dengan penderita TBC paru
sekitar 75% pasien Tuberkulosis adalah BTA positif.Mass chest X-ray.Vaksinasi BCG,
kelompok usia yang paling produktif (15-50 komunikasi, informasi, edukasi dan salah
tahun). Indonesia merupakan negara dengan satunya psikoedukasi tentang penyakit
pasien tuberkulosis terbanyak ke-5 di dunia tuberculosiskepada masyarakat dan TBC
dari 22 negara kawasan Asia Tenggara. diobati terutama dengan agen kemoterapi
Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak (agenantituberkulosis) selama periode 6
tahun 2003, diperkirakan masih terdapat 9,5 sampai 12 bulan. Lima medikasi garisdepan
juta kasus baru tuberkulosis, dan sekitar 0,5 digunakan adalah Isoniasid (INH), Rifampisin
juta orang meninggal akibat tuberkulosis di (RIF), Streptomisin (SM), Etambutol (EMB),
seluruh dunia dan 61.000 kematian pertahun dan Pirazinamid (PZA). Kapremiosin,
karna TBC.(Nisrina Dahrin Nada 2017). kanamisin, etionamid, natrium para-
Akibat tingginya angka kejadian dari aminosilat, amikasin, dan siklisinmerupakan
penyakit tuberkulosis di negara berkembang obat – obat baris kedua (Smeltzer & Bare
khususnya di Indonesia, maka banyak timbul 2001) &(Muttaqin 2008).
permasalahan seperti diperlukannya terapi Psikoedukasi adalah pendidikan
yang memakan waktu cukup lama dan kesehatan pada pasien baik yang mengalami
kompleks, termasuk komplikasi dari penyakit penyakit fisik maupun gangguan jiwa yang
tuberkulosis sendiri, yang dapat berdampak bertujuan untuk mengatasi masalah psikologis
pada penurunan kualitas hidup penderita yang dialami mereka. Penyakit fisik disini bisa
tuberkulosis, dan masih banyak kekhawatiran berupa hipertensi, kanker, penyakit kulit, TBC
lain yang dapat menimbulkan reaksi dan sebagainya. Sedangkan gangguan jiwa
psikologis yang berlawanan, seperti gangguan bisa berupa depresi, kecemasan dan
emosi, perubahan mood yang signifikan, stres, skizofrenia. Terapi psikoedukasi ini bisa
kecemasan dan depresi. Meninjau hubungan berupa pasif psikoedukasi seperti pemberian
akibat tingginya angka kejadian dan lamanya informasi dengan leaflet atau melalui e-mail
pasien mengidap tuberculosis, hal ini perlu di atau website dan juga bisa berupa aktif
teliti lebih spesifik dan mendalam untuk psikoedukasi berupa konseling atau pemberian
evaluasi gangguan jiwa dari pasien pendidikan kesehatan secara individu atau
tuberkulosis. Sangat penting bagi klinisi untuk kelompok (Suryani 2016).
secara cepat dan tepat mengidentifikasi pasien Menurut data morbilitas dan mortalitas
– pasien yang membutuhkan perhatian lebih pasien rawat inap dengan diagnosis TBC RSU
terhadap symptom ansietas, stres maupun Anutapura Palu, jumlah pasien TBC pada
depresi pada pasien tuberkulosis, mengingat tahun 2015 adalah 228 pasien, dengan jumlah
masalah ini mempunyai prevelensi yang cukup pasien laki-laki 149 dan jumlah pasien
tinggi. Tujuannya selain mengidentifikasi perempuan 79, jumlah pasien keluar hidup
gangguan jiwa pasien, diperlukan juga adalah 196 sedangkan pasien yang keluar
identifikasi dari respon psikologis terhadap meninggal adalah 32. Sedangkan pada tahun
penyakit fisik pasien, sarana psikologis dan 2016 pasien rawat inap dengan diagnosis TBC
sosial, gaya menghadapi masalah guna di RSU Anutapura palu menurun dengan
menganjurkan intervensi terapeutik yang jumlah pasien 182, dengan jumlah pasien laki-
paling tepat untuk kebutuhan pasien (Kaplan laki 110 dan jumlah pasien perempuan 72,
2010). dengan jumlah pasien keluar hidup 149
sedangkan jumlah pasien keluar meninggal 33.
2
Sedangkan data pada tahun 2017 yang (tuberculosis) di Ruangan Pipit di RSU
diperoleh mulai bulan Januari hingga Anutapura Palu.
September jumlah pasien rawat inap dengan
diagnosis TBC adalah 157 paien dengan METODE PENELITIAN
jumlah pasien laki-laki 100, dan jumlah pasien Penelitian yang digunakan dalam
perempuan adalah 57 pasien sedangkan penelitian ini adalah kuantitatif. Pada dasarnya
jumlah pasien keluar hidup 157 dan keluar pendekatan kuantitatif dilakukan pada
meninggal 26. Dari data tersebut dapat penelitian inferensial (dalam rangka pengujian
disimpulkan bahwa sejak 2015-2017 hingga hipotesis). Penelitian ini termasuk dalam
bulan September jumlah pasien laki-laki lebih penelitian kuantitatif karena menekankan pada
bayak daripada jumlah pasien perempuan, dan analisis data-data numerical (angka) yang
data kejadian TBC apabila ditinjau dari umur diolah dengan metode statistika.
maka yang banyak terjadi yaitu pada umur 45- Rancangan penelitian yang digunakan
64 tahun dengan presentase 45,4% (163 orang) dalam penelitian ini adalah rancangan
dan perempuan 28,8% (60 orang) (Data penelitian pre experiment dengan
Rekam Medik RSU Anutapura Palu). menggunakan desain one group pre test - post
Berdasarkan penelitian yang dilakukan test design. Pelaksanaan penelitian di lakukan
oleh Arena Lestari, (2011). Dengan judul : dengan tahap sebagai berikut : kelompok
“Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga subjek diberikan pengamatan awal (pre test)
Terhadap Pengertahuan dan Tingkat Ansietas terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi,
Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga setelah diberikan intervensi kemudian
yang Mengalami Tuberkulosis Paru di Bandar dilakukan pengamatan akhir (post test), yang
Lampung”. Hasil penelitian menunjukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada
bahwa terdapat perbedaan setelah pengaruh Psikoedukasi untuk menurunkan
dilakukannya psikoedukasi walaupun tidak depresi, stres, dan kecemasan pada pasien TB
terlalu signifikan. paru di ruangan pipit RSU Anutapura Palu.
Setelah dilakukanya study awal dengan Sedangkan Pengambilan sampel dalam
mewawancarai 5 orang pasien di ruang Pipit di penelitian ini menggunakan teknik
RSU Anutapura Palu didapatkan pasien probabiliaty sampling adalah teknik
mengalami kecemasan dan stres dikarenakan pengambilan sampel yang memberikan
penyakitnya yang membuat ke-5 pasien malu peluang yang sama bagi setiap anggota
akan kondisi fisiknya yang terdapat perubahan populasi untuk dipilih menjadi anggota
dan akhirnya membuat mereka menjauh dari sampel. Dengan menggunakan metode total
lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan sampling yaitu tehnik pengambilan sampel
dengan uraian latar belakang diatas dengan dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
tingginya penderita TBC dan terlebih Didapatkan 24 responden sebagai sampel di
jarangnya peneliti yang meneliti tentang Ruangan Pipit di RSU Anutapura. Instrumen
psikologis dari penderita TBC terutama penelitian dalam penelitian ini adalah
gangguan jiwa yang di deritat pasien TBC Kuisioner. Kuisioner yang digunakan adalah
yakni depresi, stres dan kecemasan membuat kuisioner DASS (Depression, Anxiety and
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Stress Scales) yang telah di uji reabilitas dan
terhadap pasien TBC terutama pada psikologis validitasnya. Dimana untuk mengetahui
pasien yang kebanyakan dikesampingkan tingkat depresi pada pasien TB Kuisioner
dalam proses penyembuhan sehingga peneliti DASS menggunakan peryataan soal no : 3, 5,
tertarik untuk melakukan penelitian tentang 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 38, dan 42.
psikoedukasi dalam menurunkan depresi, Sedangkan untuk mengetahui tingkat stres
stress, dan kecemasan pada pasien TB DASS menggunakan kuisioner dengan
peryataan soal no : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22,
3
27, 29, 32, 33, 35 dan 39. Sedangkan untuk Jumlah 24 100%
mengetahui tingkat kecemasan pada pasien TB
DASS menggunakan peryataan soal no : 2, 4, 4. Pendidikan Frekuensi (f) Persentase
9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, dan 41. (%)
Dan jawabannya untuk tes jawaban kuisioner
DASSnya terdapat 4 pilihan yakni ; 0 = tidak SD 9 38%
pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, 3 = SMP 2 8%
sangat sering, dan tuk jumlah total dari setiap
peryataan baik depresi, stres dan kecemasan SMA 7 29%
terdapat di tabel dibawah ini.
PT 6 25%
HASIL Jumlah 24 100%
Analisa Univariat
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden. Sumber : Data Primer 2018
Tabel 1.1 Menunjukkan hasil distribusi
No. Usia Frekuensi Persentase(%) frekuensi usia dari 24 responden. Jumlah
(f) responden tertinggi pada usia 36-40 Tahun
1. 20-25 2 8% terdapat 5 responden sedangkan terendah
26-30 4 17% berusia 61-65 Tahun yakni terdapat 1
responden. Sedangkan distribusi frekuensi
31-35 3 12% jenis kelamin dari 24 responden. Jumlah
36-40 5
responden berjenis kelamin Laki-laki terdapat
21%
lebih banyak yakni 15 responden dengan
41-45 3 13% presentase (62%) dan jumlah pasien berjenis
kelamin Perempuan sebanyak 9 responden
46-50 2 8%
dengan presentase (38%).Sedangkan distribusi
51-60 4 17% frekuensi pekerjaan dari 24 responden. Jumlah
responden terbanyak adalah IRT yakni 7 orang
61-65 1 4% dengan presentase (31%), sedangkan terendah
Jumlah 24 100% yakni pengangguran dengan 1 responden
dengan presentase (4%).Sedangkan hasil
2. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) distribusi frekuensi pendidikan dari 24
(f) responden. Jumlah responden terbanyak
Laki-laki 15 62%
adalah dengan jenjang pendidikan SD yakni 9
Perempuan 9 38% responden sedangkan terendah terdapat 2
responden yakni SMP.
Jumlah 24 100%

3. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


(f)
Pensiunan 3 13%

PNS 8 35%

Pengangguran 1 4%

Pelajar 4 17%

IRT 7 31%

4
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 1.2 Menunjukkan hasil frekuensi
Depresi, stres dan kecemasan Sebelum Depresi sebelum di berikan Psikoedukasi
diberikannya Psikoedukasi. bahwa mayoritas responden mengalami
depresi dengan tingkat sedang sebanyak 22
No. Depresi Frekuens Persentase responden dengan presentasi 92% sedangkan
1. i (f) (%) pada tingkat berat sebanyak 2 responden
dengan presentase 8%. Sedangkan hasil
Normal 0 – 9 0 0 menunjukkan frekuensi Stres sebelum
diberikan Psikoedukasi pada 24 responden.
Ringan 10 – 13 0 0
Responden yang memiliki tingkat stres yang
Sedang 14 –20 22 92% berat terdapat 21 responden dengan presentase
88% sedangkan pada tingkat sedang terdapat 3
Berat 21 – 27 2 8% responden dengan presentase 12%. Sedangkan
hasil menunjukkan frekuensi Kecemasan
Berat Sekali28+ 0 0 sebelum diberikan Psikoedukasi pada 24
responden. Responden yang yang memiliki
Jumlah 24 100%
tingkat kecemasan sedang terdapat 6
2. Stres Frekuens Persentase responden dengan presentase 25% sedangkan
i (f) (%) responden dengan tingkat kecemasan berat
sebanyak 18 responden dengan presentase
Normal 0 – 14 0 0 75%.
Ringan 15– 18 0 0
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat
Sedang 19 – 25 3 12% Depresi, Stres dan Kecemasan Setelah
Diberikan Psikoedukasi.
Berat 26 – 33 21 88%

Berat Sekali 33+ 0 0 No. Depresi Frekuensi (f) Persentase (%)


1.
Jumlah 24 100% Normal 0 – 9 10 42%

3. Kecemasan Frekuens Persentase Ringan 10 – 13 13 54%


i (f) (%)
Sedang 14 – 20 1 4%
Normal 0 – 14 0 0
Berat 21 – 27 0 0
Ringan 15– 18 0 0
Berat Sekali 28+ 0 0
Sedang 19 – 25 6 25%
Jumlah 24 100%
Berat 26 – 33 18 75%

Berat Sekali 33+ 0 0

Jumlah 24 100%

Sumber : Data primer 2018

5
2. Stres Frekuensi Persentase sebanyak 10 responden dengan presentase
(f) (%) 42% sedangakan dengan tingkat kecemasan
sedang sebanyak 14 responden dengan
Normal 0 – 14 0 0 presentase 58%.
Ringan 15– 18 17 71% Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
Sedang 19 – 25 7 29%
bertujuan untuk mengetahui efektivitas
Berat 26 – 33 0 0 pemberian Psikoedukasi dalam menurunkan
tingkat Depresi, Stres dan Kecemasan pada
Berat Sekali 33+ 0 0 pasien TBC di RSU Anutapura Palu.
Jumlah 24 100%
Tabel 1.4 Perbedaan Pre dan Post
3. Kecemasan Frekuens Persentas
n Mean (Min- Nilai ρ
i (f) e (%)
Max)
Normal 0 – 7 0 0 Pre dass 24 (60-74)
64,96
Poss dass 24 (31-43) 0.000
Ringan 8– 9 10 42% 37,17
Sumber : Data primer 2018.
Sedang 10 – 14 14 58%
Tabel 1.4 Uji Wilcoxon digunakan sehingga
Berat 15 – 19 0 0 di dapatkan nilai perbedaan Depresi, Stres
Berat Sekali 0 0
dan Kecemasan sebelum diberikannya
Psikoedukasi dan Depresi, Stres dan
20+
Kecemasan sesudah diberikannya
Jumlah 24 100%
Psikoedukasi pada semua responden. Hasil Uji
Sumber : Data primer 2018 Wilcoxon menunjukkan sebelum diberikan
Psikoedukasi nilai rata-rata 64,96 untuk
Tabel 1.3 Menunjukkan hasil frekuensi Depresi, Stres dan Kecemasan responden dan
Depresi setelah diberikan psikoedukasi pada setelah diberikan Psikoedukasi menjadi 37,17
24 responden. Responden yang memiliki dan didapatkan nilai ρ value 0.000.
tingkat depresi sedang dan berat berubah Berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis
menjadi 10 normal dengan presentase 42% dengan nilai ρ value ≤ 0.05 maka dapat
lalu 13 lainnya ringan dengan presentase 54% disimpulkan bahwa terjadi penurunan Depresi,
sedangakan pada tingkat sedang tersisa 1 Stres dan Kecemasan setelah diberikannya
responden dengan presentase 4%. Sedangkan Psikoedukasi maka Ha ditolak yang artinya ada
hasil menunjukkan frekuensi stres setelah pengaruh pemberian Psikoedukasi dalam
diberikan Psikoedukasi pada 24 responden. menurunkan Depresi, Stres dan Kecemasan
Responden mengalami peruabahan setelah di pada pasien TBC di Ruangan Pipit Atas dan
berikannya Psikoedukasi menjadai tingkat Bawah di RSU Anutapura Palu.
ringan sebanyak 17 responden dengan
presentase 71% sedangakan pada tingkat PEMBAHASAN
sedang tersisa 7 responden dengan presentase Berdasarkan data hasil penelitian,
29%. Kecemasan setelah diberikan dengan jumlah responden adalah 24 yang
Psikoedukasi pada 24 responden. Responden semuanya diberikan Psikoedukasi untuk
yang memiliki tingkat kecemasan ringan menurunkan Depresi, Stres dan Kecemasan,

6
semua responden mengalami TBC. Dimana Psikoedukasinilai rata-rata 64,96 untuk
Distribusi frekuensi Depresi sebelum Depresi, Stres dan Kecemasan responden dan
diberikannya Psikoedukasi terdapat 22 setelah diberikan Psikoedukasi menjadi 37,17
responden yang berada pada tingkat sedang sehingga terjadi penurunan Depresi, Stres dan
dengan presentasi 92% dan terdapat 2 kecemasan setelah diberikannya Psikoedukasi.
responden dengan tingkat depresi berat dengan
presentase 8% dan setelah diberikannya KESIMPULAN DAN SARAN
Psikoedukasi terjadi penurunan tingkat depresi Keseimpulan
yaitu dimana 10 responden menjadi tingkat Ada pengaruh pemberian Psikoedukasi
normal dengan presentase 42% lalu terdapat menurunkan Depresi, Stres dan Kecemasan
13 responden dengan tingkat sedang ringan pada psien Tuberculosis paru di Ruangan Pipit
dan tersisa 1 yang sedang. Sedangkan RSU Anutapura Palu.
Distribusi frekuensi Stres sebelum pemberian
Psikoedukasi dari 24 responden terdapat 3 Saran
responden dengan tingkat stres sedang dengan 1. Bagi RSU Anutapura Palu Khususnya
presentase 12% dan 21 responden dengan Ruangan Pipit Atas Dan Pipit Bawah.
tingkat stres berat dengan presentase 88% dan Pemberian Psikoedukasidapat dijadikan
setelah diberikannya Psikoedukasi menjadi 17 masukan bagi para perawat minimal dilakukan
responden berada pada tingkat stres ringan 1 kali sehari, agar penerapan pemberian
dengan presentase 71% dan 7 responden Psikoedukasi ini pada pasien yang mengalami
dengan tingkat stres sedang. Sedangakan depresi, Stres dan Kecemasan dapat dihindari
Distribusi frekuensi Kecemasan dari 24 atau bahkan dihilangkan sehingga penerapan
responden sebelum diberikannya Psikoedukasi tindakan asuhan keperawatan dapat lebih
terdapat 6 responden dengan tingkat menyeluruh bukan hanya sehat raganya namun
kecemasan sedang dengan presentase 25% dan juga jiwanya.
terdapat 18 responden dengan tingkat 2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Widya
kecemasan berat 18 responden dengan Nusantara Palu.
presentase 75% dan setelah di berikan Disarankan agar hasil penelitian ini
Psikoedukasi berubah menjadi 10 responden dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di
dengan tingkat ringan dengan presentase 42% perpustakaan yang nantinya dapat menambah
dan 14 responden dengan tingkat sedang pengetahuan mahasiswa tentang perawatan
dengan presentase 58%. penyakit dalam yaitu pemberian Psikoedukasi
Hasil penelitian ini didukung oleh menurunkan Depresi, Stres dan
penelitian sebelumnyayang dilakukan oleh Kecemasandan membantu dalam pembuatan
Padayatchi et al. (2010)di India yang skripsi selanjutnya.
menemukan bahwa sampai dua tahun setelah 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
terdiagnosa TB paru, penderita masih Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
mengalami stres, cemas dan depresi. Hasil untuk mengembangkan penelitian yang telah
penelitian ini juga mendukung temuan dari dilakukan oleh peneliti dan melaksanakan
Venkatraju & Prasad (2013). penelitian nonfarmakologi lainnya misalnya
Berdasarkan hasil penelitian Psikoedukasi menurunkan Depresi, Stres dan
menggunakan uji didapatkan nilai ρ sebesar Kecemasan pada pasien TBC , namun
0,000. Karena nilai ρ ≤ 0,05, maka dapat diharapakan tidak hanya pada pasien TBC saja
disimpulkan bahwa ada pengaruh karna semua penyakit fisik maupun non fisik
diberikannya Psikoedukasi dalam menurunkan juga dapat meneyababkan Depresi, Stres dan
Depresi, Stres dan Kecemasan napas pada Kecemasan sehingga peneliti selanjutnya
pasien TBC. Dimana sebelum diberikan
7
dapat dan mampu mengembangkan penelitian
yang lebih baik lagi nantinya.
REFRESENSI

1. Arena lestari. 2011.Pengetahuan Terapi


Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Pengetahuan Dan Tingkat Ansietas Keluarga
Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang
Mengalami Tuberkulosis Paru Di Kota
Bandar Lampung [skripsi]. Depok (ID):
Fakultas Ilmu Keperawatan Program
Megister Ilmu Keperawatan.
2. Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan
medikal – Bedag Edisi 12. Jakarta: EGC.
3. Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA.,
2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Prilaku Klinis. Tanggerang :
bina Rupa Aksara pp.1-8
4. Nisrina Darin Nahda , Fathur Nur Kholis,
Natalia Dewi Wardani, Hardian. 2017.
Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Depresi Pada Pasien Tuberkulosis
Di Rsup Dr. Kariadi. JKD[Internet].
[diunduh 2017 Okt 04];6(1):1529-1542.
Tersedia pada : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico.
5. Padayatchi, A. et al., 2010. Case series of the
long-term psychosocial impact ofdrug-
resistant tuberculosis in HIV-negative
medical doctors. International
JournalTuberculosis Lung Disesase, 14(8),
pp.960–966.
6. Smeltzer,S.,Bare,B.G.,2001.”Buku Ajar
Keperawatan medikal-Bedah
Brunner&Suddart. Vol.2.E/8,EGC, Jakarta.”
7. Suryani et al., 2014. Psychosocial need
analysis of patients with pulmonary
tuberculosis. Makara Journal of
HealthResearch, 18(3). B., V. & S., P., 2013.
Psychosocial trauma of diagnosis: A
qualitative study on rural TB patients’
experiences in Nalgonda District, Andhira
Pradesh. Indian Journal of Tuberculosis, 60,
pp.162 – 167.

Anda mungkin juga menyukai