I DENGAN
GANGGUAN SKIZOFRENIA: ISOLASI SOSIL DI RUANG
MERPATI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan salah satu tugas program profesi ners pada
stase keperawatan jiwa Tahun 2019. Saya menyadari dalam pembuatan laporan ini
dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, perhatian dan pengertian serta motivasi
dari berbagai pihak. Maka dari itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
Bandung
laporan ini yang telah banyak membantu dan memberi masukan serta
6. selaku dosen pembimbing dalam menyusun laporan ini yang telah banyak
membantu dan memberi masukan serta membimbing peneliti dengan sabar dan
ketulusannya.
7. Julforman., S.Kep., Ns selaku pembimbing lapangan di Rumah Sakit Jiwa
dan ketidaksempurnaan.. Akhir kata semoga Allah membalas seluruh jasa, budi baik
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar belakang ...............................................................................1
1.2. Rumusan masalah...........................................................................2
1.3. Tujuan.............................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Skizofrenia .....................................................................................3
2.1.1 Pengertian Skizofrenia .....................................................3
2.1.2 Simtom Klinis Skizofrenia ...............................................3
2.1.3 Etiologi Skizofrenia ..........................................................4
2.1.4 Terapi Skizofrenia ............................................................4
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan
perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam
bertingkah laku. Gangguan jiwa berat ada tiga macam yaitu Schizofrenia,
gangguan bipolar dan psikosis akut. Dengan Schizofrenia yang paling dominan
yaitu sejumlah 1% hingga 3% warga dunia (Nasir & Muhith, 2011). Skizofrenia
adalah gangguan multifaktorial perkembangan saraf yang dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan
kognitif. Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran,
persepsi, dan emosi serta perilaku. Gejala yang dapat diamati pada pasien
skizofrenia adalah penampilan dan perilaku umum, gangguan pembicaraan,
gangguan perilaku, gangguan afek, gangguan persepsi, dan gangguan pikiran.
Gejala kognitif sering mendahului terjadinya psikosis. Gejala positif (nyata)
meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah, perilaku aneh, sikap bermusuhan dan
gangguan berpikir formal. Gejala negatif (samar) meliputi sulit memulai
pembicaraan, efek datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif,
apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tak nyaman (Videbeck, 2008).
Pasien dengan skizofrenia cenderung menarik diri secara sosial (Maramis,
2009).
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukan 1,7 jiwa
atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup besar, artinya
50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk indonesia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Salah satu gejala negatif dari skizofrenia sendiri adalah dapat
menyebabkan klien mengalami gangguan fungsi sosial dan isolasi sosial:
menarik diri. Kasus pasien gangguan jiwa yang mengalmi gejala isolasi sosial
sendiri tergolong tinggi yaitu 72 % (Maramis, 2009). Jadi dapat disimpulkan
bahwa gejaa terbanyak dari pasien skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik
diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien.
5
Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizofrenia dimana
klien menghindari diri dari orang lain agar pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi.
Klien akan mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi sosial dengan orang lain disekitarnya. Perasaan ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain akan dirasakan oleh klien dengan isolasi sosial (Yosep, 2014).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai
pusat rujukan jiwa di Provinsi Jawa Barat menunjukkan mayoritas pasien-
pasien yang berkunjung adalah gangguan jiwa berat skizofrenia.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang
mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal
kognitif, mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015).
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya
terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
terpecah. (Rudyanto, 2017).
2.1.2 Simtom Klinis Skizofrenia
1. Delusi (waham)
Waham (delusi), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan
kenyataan, semacam itu merupakan simtom-simtom positif yang
umum pada skizofrenia. Waham memiliki bentuk lain. Ada beberapa
jenis delusi, yaitu:
a. Grandeur (waham kebesaran)
Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yang sangat luar
biasa, misalnya seorang artis terkenal, atau seorang nabi atau
merasa diri sebagai Tuhan.
b. Guilt (waham rasa bersalah)
Pasien merasa bahwa mereka telah melakukan dosa yang sangat
besar.
c. Waham penyakit
Pasien yakin bahwa mereka mengalami penyakit yang sangat
serius.
2. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimana tidak
terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi
dapat berwujud penginderaan kelima indera yang keliru, tetapi yang
7
paling sering adalah halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi
penglihatan (visual).
2. Penanganan psikologis
8
a. Terapi Psikodinamika
Terapi personal yang membantu pasien beradaptasi secara lebih
efektif terhadap stres dan membantu mereka membangun
keterampilan sosial, seperti mempelajari bagaimana menghadapi
kritik dari orang lain.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga
adalah efektif dalam menurunkan relaps.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi
kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan bagi pasien skizofrenia.
9
diri dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah
yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit
atau dipenjara.
b. Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79).
2.2.3 Rentang respon
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua
orang.. respon ini meliputi:
1. Solitude (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya.
10
2. Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Mutualisme (bekerja sama) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina
hubungan interpersonal.
11
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
3. Analisa Data
12
Data Masalah
Data subyektif : Isolasi social
- Klien mengatakan malas
berinteraksi dengan orang lain.
- Klien mengatakan merasa ditolak.
- Klien mengatkan merasa tidak
berguna.
Data obyektif :
- Menyendiri
- Kontak mata kurang
- Klien banyak diam dan tidak mau
bicara.
13
Siapa yang tidak - Untuk
dekat dengan mengetahui
pasien ? tentang
- Diskusikan dengan keuntungan dan
klien keuntungan dan kerugian dari
kerugian dari berinteraksi
berinteraksi dengan dengan klien
orang lain. menurut
pendapat klien.
- Latih klien - Agar klien dapat
berkenalan. mulai
berinterkasi
- Masukan dalam dengan orang
jadwal harian klien. lain.
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
Pasien mampu berinteraksi SP 2 - Untuk
dengan orang lain. - Evaluasi latihan mengetahui
sebelumnya (SP 1) bagaimana
Kriteria evaluasi : - Latih klien untuk perkembangan
Setelah ….x klien mampu : berhubungan sosial kegiatan
- Menyebutkan kegiatan secara bertahap sebelumnya
yang sudah dilakukan (dengan 1 orang lain - Agar Pasien
sebelumnya yang baru). dapat
- Berkenalan dengan 1 menghilangkan
orang - Masukan dalam masalah isolasi
jadwal harian klien sosialnya dan
dapat
14
berinteraksi
dengan baik
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
Pasien mampu berinteraksi SP 3
dengan orang lain. - Evaluasi latihan - Untuk
sebelumnya (SP 1,2) mengetahui
Kriteria evaluasi : bagaimana
Setelah ….x klien mampu : respon dan
- Menyebutkan kegiatan - Latih klien perkembangan
yang sudah dilakukan berhubungan sosial atas kegiatan
sebelumnya dengan 2 orang atau yang telah
- Berkenalan/berhubungan lebih. dilakukan
dengan 2 orang atau sebelumnya
lebih - Masukan dalam - Agar Pasien
jadwal harian klien. dapat
berinteraksi
dengan orang
lain tidak
hanya 1 orang
tetapi banyak
orang
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
2.3 Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
15
2.3.1 Definisi
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang
sebenarnya tidak ada.(Yudi hartono;2012;107)
2.3.2. Etiologi
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis,Psikologis dan sosial).
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti:
a. Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal
dan citim limbik .Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan
dalam belajar,daya ingat dan berbicara
b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari
keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap dingin,cemas,tidak
peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa
berupa konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan resiko
gangguan orientasi realitas.
3. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan
yang terisolir disertai stres yang menumpuk. .(Yudi
hartono;2012;108)
16
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia.
1. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari bunyi,
musik, kebisingan atau suara. Pada penderita skizofrenia gejala
umum adalah mendengarkan suara dua orang atau lebih yang
berbicara pada satu sama lain,ia mendengar suara berupa kritikan
atau komentar tentang dirinya, prilaku atau pikirannya.
2. Halusinasi penglihatan
Sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti
manusia Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri di
belakangnya
3. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Sebuah persepsi yang salah mengenai rasa. Misalnya seorang
individu mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus
menerus
4. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. bau ini
biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap
atau daging busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai
Phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di
bagian indra penciuman.
5. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan
atau suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi
sentuhan ini umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di
bawah atau pada kulit.
6. Halusinasi somatik
17
ni mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh
mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau
pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap
dalam perut. (Yudi hartono;2012;109).
18
presepsikan.Klien mungkin merasa dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain
b. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem
syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut
jantung,pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan
lingkungan berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman
sendori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
4. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa :
Cemas berat
a. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
b. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi,sulit
berhubungan dengan orang lain,respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang,biasanya hanya beberapa detik saja
5. Conquering
Concuering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi
a. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
b. Perilaku : Perilaku panik,resiko tinggi mencederai,bunuh diri atau
membunuh orang lain. (Yudi Hartono ;2012;108).
2.3.5. Tanda gejala
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengar suara
3. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
4. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
5. Sulit membuat keputusan
19
6. Ketakutan
7. Tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri
8. Banyak keringat(Yudi Hartono ;2012;109)
2.3.6. Akibat Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang
lain dan lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di bawah
halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar
kesadarannya.(Iskandar;2012;56).
2.3.7. Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu
1. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
2. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
3. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi
cemas(Iskandar;2012;58).
2.3.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan ,kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara
individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh
atau dipegang.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.pendekatan
sebaiknya secara persuasif tapi nstruktif.perawat harus mengamati
agar obat yang diberikan betul di telanya serta reaksi obat yang
diberikan
20
3. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan
fisik,misalnya berolahraga,bermain,atau melakukan kegiatan untul
menggali potensi keterampilan dirinya
4. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang
data pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan (Budi ana dkk;2011;147).
2.3. 9. Kemungkinan data fokus pengkajian
1. Fokus pengkajian klien dengan kasus halusinasi berada pada status
mental yaitu :
Persepsi
[ ] Pendengaran [ ] Penglihatan [ ] Perabaan
[ ] Pengecapan [ ] Penghidu
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi.
b. Risiko bunuh diri.
c. Isolasi sosial
3. Analisa Data
Data Masalah
Data subyektif : Gangguan persepsi sensori :
- Klien mengatakan mendengar Halusinasi
suara bisikan seseorang.
- Klien mengatakan senang dengan
suara-suara tersebut.
Data obyektif :
- Klien tertawa sendiri.
- Klien berbicara sendiri
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Rencana Tindakan
21
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Pasien mampu SP 1
persepsi mengontrol - Bantu pasien - Untuk mengidentifikasi
sensori : halusinasinya. mengenali halusinasi pasien.
Halusinasi halusinasi: isi,
Kriteria evaluasi : waktu terjadinya,
Setelah ….x frekuensi, situasi - Untuk mengontrol halusinasi
pertemuan, pasien pencetus, perasaan yang dialami pasien.
mampu : saat terjadi - Agar menjadi rutinitas wajib
- Mengenali halusinasi. yang perlu dilakukan pasien
halusinasi - Latih mengontrol
yang halusinasi dengan
dialaminya. cara menghardik.
- Mengontrol - Masukkan dalam
halusinasinya kegiatan harian
dengan cara pasien.
menghardik,
Pasien mampu SP 2
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui bagaimana
halusinasinya. yang lalu (SP 1) perkembangan kegiatan
sebelumnya
Kriteria evaluasi : - untuk mengontrol halusinasi
Setelah ….x - Latih yang dialami pasien
pertemuan, pasien berbicara/bercakap - Untuk mengetahui koping
mampu : dengan orang lain pasien
- Mengontrol saat halusinasi
halusinasinya muncul.
dengan,
22
bercakap- - Masukkan dalam
cakap. jadwal kegiatan
harian pasien.
Pasien mampu SP 3
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui bagaimana
halusinasinya. yang lalu (SP 1 & respon dan perkembangan atas
2) kegiatan yang telah dilakukan
Kriteria evaluasi : sebelumnya
Setelah ….x - agar pasien tidak berfokus pada
pertemuan, pasien - Latih kegiatan agar halusinasinya.
mampu : halusinasi tidak
- Mengontrol muncul
halusinasinya Tahapannya :
dengan cara Jelaskan
melakukan pentingnya
kegiatan. aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi
halusinasi
Diskusikan
kegiatan yang
biasa
dilakukan. - Agar menjadi rutinitas wajib
Latih pasien yang perlu dilakukan pasien
dalam
melakukan
aktivitas.
Susun jadwal
kegiatan
sehari-hari
23
sesuai dengan
aktivitas yang
telah dilatih
(dari bangun
pagi-tidur
malam).
- Pantau
pelaksanaan
kegiatan tersebut,
berikan penguatan
pada pasien.
Pasien mampu SP 4 :
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui bagaimana
halusinasinya. lalu (SP 1,2,3) respon dan pengembangan atas
kegiatan yang telah dilakukan
Kriteria evaluasi : - Agar Pasien tahu dan kembali
Setelah ….x - Tanyakan mengingat program
pertemuan, pasien program pengobatan apa saja yang akan
mampu : pengobatan. dilakukan
- Mengikuti
program - Agar Pasien dapat memahami
pengobatan pentingnya pengobatan bagi
secara - Jelaskan dirinya.
optimal pentingya - Agar Pasien mengetahui akibat
penggunaan obat dari ketidakaturan dalam
pada gangguan pengobatan
jiwa. - Agar Pasien mengetahui efek
dari putus obat
- Jelaskan akibat - Agar Pasien mengetahui
bila tidak dimana dan bagaimana cara
24
digunakan sesuai mendapatkan obat atau
program. pengobatan
- Agar Pasien mengetahui
- Jelaskan akibat prosedur pengobatan
putus obat. - Agar Pasien dapat minum obat
secara mandiri dan teratur
- Jelaskan cara - Agar menjadi rutinitas wajib
mendapatkan yang perlu dilakukan dalam
obat/berobat. kehidupan sehari-hari
- Jelaskan
pengobatan (5B).
- Latih pasien
minum obat.
- Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.
25
.
2.4.2 Tanda dan Gejala
Menurut (Fitria, 2010) tanda dan gejala peilaku kekerasan antara lain :
1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dn ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/oranglain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan sosial
2.4.3 Etiologi
Faktor Predisposisi
Yosep & Sutini (2014) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang dapat
mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :
a) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian massal dan sebagainya.
a) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
b) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
26
menghadapi rasa frustasi.
c) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3.4.4 Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.
Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme pertahanan
ego menurut Yosep (2011), seperti :
1. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik.
3. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan
dari kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar di lakukan orang lain.
2.4.5 Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai
menjadi 4, yaitu sebagai berikut :
1. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan
alternatife, kemampuan mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah.,
tidak semangat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan.
2. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
27
3. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
4. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan.
I. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
Fokus pengkajian untuk perilaku kekerasan adalah
1. Faktor predisposisi
Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik ______ th _____th _____th
Aniaya seksual ______ th _____th _____th
Penolakan ______ th _____th _____th
Kekerasan dalam keluarga ______ th _____th _____th
Tindakan criminal ______ th _____th _____th
2. Status mental
a. Aktivitas motoric
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
28
III. ANALISA DATA
Data Masalah
Data subyektif : Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan ada yang
mengejek
- Klien mengatakan mengancam
orang yang telah mengejek
dirinya.
- Klien berbicara keras dan kasar
Data obyektif :
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari orang lain
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
29
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Dx Rencana Tindakan
o keperawat
Tujuan Intervensi Rasional
an
1 Perilaku Pasien mampu SP 1 :
kekerasan
mengendalikan - Identifikasi - Agar klien
perilaku dan mengetahui
kekerasan. diskusikan apa
dengan klien penyebab
Kriteria evaluasi : penyebab, dari
Setelah …. x tanda dan perilaku,
pertemuan pasien gejala serta tanda dan
mampu : akibat dari PK gejala serta
- Mengidentifik akibat dari
asi penyebab perilaku
dan tanda - Latih cara kekerasan
perilaku fisik I : tarik yang selama
kekerasan. nafas dalam ini
- Menyebutkan dilakukan
jenis perilaku dan terjadi
kekerasan klien.
yang pernah - Teknik tarik
dilakukan. - Masukan nafas dalam
- Menyebutkan dalam jadwal akan
akibat dari harian klien. menghasilka
perilaku n hormone
kekerasan endorphin,
yang dimana
dilakukan. hormone
- Menyebutkan tersebut
cara akan
mengontrol membuat
30
perilaku seseorang
kekerasan lebih rileks
secara : dan lebih
Fisik tenang.
Sosial/ver - Agar
bal menjadi
Spiritual kegiatan
obat bisa
dilakukan
klien jika
gejala tindak
perilaku
kekerasan
mulai
muncul
kembali.
SP 2
- Evaluasi - Untuk
kegiatan yang mengetahui
lalu ( SP 1) apakah
intervensi
- Latih cara sebelumnya
fisik 2 : pukul sudah
bantal/kasur dilakukan
atau belum.
- Agar klien
- Masukan dapat
dalam jadwal melampias
harian pasien. kan
31
amarahnya
pada benda
yang tidak
akan
menimbulk
an cedera
pada klien.
- Agar
menjadi
kegiatan
rutin yang
bisa
dilakukan
klien jika
gejala
tindak
perilaku
kekerasan
mulai
muncul
kembali.
SP 3
- Evaluasi - Untuk
kegiatan yang mengetahui
lalu ( SP 1,2) apakah
intervensi
- Latih secara sebelumnya
sosial/verbal : sudah
menolak dilakukan
dengan baik, atau belum.
32
meminta - Agar klien
dengan baik, dapat
mengungkap bersosialisa
kan dengan si dengan
baik. baik dengan
- Masukan orang lain.
dalam jadwal
harian pasien.
- Agar
menjadi
kegiatan
rutin yang
bisa
dilakukan
klien jika
gejala tindak
perilaku
kekerasan
mulai
muncul
kembali.
SP 4
- Evaluasi - Untuk
kegiatan yang mengetahui
lalu ( SP apakah
1,2,3) intervensi
sebelumnya
- Latih cara sudah
spiritual : dilakukan
atau belum.
33
berdoa, - Melatih
sholat klien
beribadah
dapat
membuat
- Masukkan klien lebih
dalam jadwal tenang, dan
harian pasien dapat
mencurahk
an segala
keluh kesah
pada Tuhan
Yang Maha
Esa
- Agar
menjadi
kegiatan
rutin yang
bisa
dilakukan
klien jika
gejala
- tindak
perilaku
kekerasan
mulai
muncul
kembali.
SP 5
34
- Evaluasi - Untuk
kegiatan yang mengetahui
lalu ( SP 1,2,3 apakah
& 4) intervensi
sebelumnya
- Latih patuh sudah
obat : dilakukan
Minum atau belum.
obat - Untuk
secara mensukses
teratur kan
dengan program
prinsip 5 pengobatan
B klien.
Susun
jadwal
minum
obat - Agar
secara menjadi
teratur kegiatan
- Masukan rutin yang
dalam jadwal bisa
harian pasien. dilakukan
klien jika
gejala
tindak
perilaku
kekerasan
mulai
muncul
kembali.
35
2.5 Defisit Perawatan Diri
2.5.1. Definisi
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul
pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015).
2.5.2. Penyebab
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
- Faktor presdiposisi
1. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
2. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012:147 - 148).
- Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan
diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
(Mukhripah & Iskandar, 2012: 148).
2.5.3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
36
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
2.5.4. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau
aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau
menukar pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup
makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.
2.5.5. Rentang Respon
37
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
38
- Klien mengatakan tidak tahu
cara dandan yang baik
- Klien mengatakan tidak tahu
cara eliminasi yang baik
Data obyektif :
- Badan kotor
- Dandanan tidak rapi
- Makan berantakan
- BAB/BAK sembarang tempat
39
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Dx Rencana Tindakan
o Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n
1 Defisit Pasien mampu SP 1
Perawatan melakukan - Identifikasi - Untuk
Diri perawatan diri secara Kebersihan diri mengidentifikas
mandiri. Berdandan i perawatn diri
Makan apa saja yang
Kriteria evaluasi : BAB/ BAK belum pasien
Setelah … x - Jelaskan terpenuhi
pertemuan pasien pentingnya
mampu : kebersihan diri
- Melakukan - Jelaskan alat dan - Agar pasien
kebersihan diri cara kebersihan mau melakukan
secara mandiri. diri perawatan diri
- Agar pasien
mengetahui alat
pasien untuk
kebersihan dan
diri dan cara
melakukan
kebersihan diri.
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
Pasien
40
Kriteria evaluasi : SP 2
Setelah … x 2.3. 10. Evaluasi - Untuk
pertemuan pasien SP 1 mengetahui
mampu . bagaimana
- Melakukan perkembangan
berhias/berdanda 2.3. 11. Jelaskan kegiatan
n secara baik. pentingnya sebelumnya
berdandan - Agar Pasien
mengetahui
2.3. 12. Latih manfaat dari
cara berdandan berdandan
Klien laki-laki : - Agar Pasien
berpakaian, bisa melakukan
menyisir perawatan diri
rambut, dengan cara
bercukur berdandan
Klien wanita :
berpakaian,
menyisir - Agar menjadi
rambut, berhias rutinitas wajib
2.3. 13. Masukan yang perlu
dalam jadwal dilakukan
harian klien pasien
Kriteria evaluasi : SP 3
Setelah … x - Evaluasi SP 1,2 - Untuk
pertemuan pasien mengetahui
mampu : bagaimana
- Melakukan respon dan
makan dengan - Jelaskan cara dan perkembangan
baik. alat makan yang atas kegiatan
benar yang telah
41
Cara dilakukan
mempersiapka sebelumnya
n makan. - Agar pasien
Cara mengetahui cara
merapikan alat dan alat apa saja
makan. yang perlu
Cara disiapkan ketika
merapikan akan makan
peralatan
makan setelah
digunakan.
Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan - Agar menjadi
klien. pasien
Kriteria evaluasi : SP 4 :
Setelah … x - Evaluasi SP 1,2,3 - Untuk
pertemuan pasien mengetahui
mampu : bagaimana
- Melakukan - Latih cara BAB respon dan
BAB/BAK secara dan BAK pengembangan
mandiri. Jelaskan tempat atas kegiatan
BAB/BAK yang telah
yang sesuai. dilakukan
Jelaskan dan - Agar Pasien
ajarkan cara mengetahui cara
membersihkan dan alat apa saja
yang perlu
42
diri setelah disiapkan ketika
BAB dan BAK akan BAB/BAK
- Masukan dalam dan
jadwal harian klien mempraktekan
cara
membersihkan
diri setelah
BAB/ BAK
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
43
BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN
44
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?
Klien mengatakan sebelumnya pernah ke rsj, sakit kurang lebih 20thn yang lalu.
2. Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan pengobatan sebelumnya belum selesai, putus obat karena bosan
minum obat.
3. Riwayat Trauma
Klien mengatakan tidak memiliki trauma.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien tidak menjawab
Masalah Keperawatan :
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital : TD : 110/90 mmHg N : 90 x/min S : 36°C P : 20x/min
b. Ukur : BB : 48 kg TB : 150 cm
c. Keluhan fisik : Klien mengatakan gatal-gatal pada kulit, kulit tampak ada ruam
(skabies), klien tampak kotor, rambut acak-acakan.
Masalah Keperawatan : Depisit Perawatan Diri
7. Psikososial
a. Genogram
Jelaskan : Klien adalah anak kedua dari tujuh bersaudara, klien tinggal serumah
dengan kedua orangtua dan 1 adiknya, klien tidak mau berbicara saat ditanya siapa
orang terdekat saat dirumah.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.
45
b. Konsep diri
1. Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
2. Identitas
Klien tidak berbicara
3. Peran
Klien tidak berbicara
4. Ideal diri
Klien tidak berbicara
5. Harga diri
Klien mengatakan dirinya berharga dan tidak menyesali hidupnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : Klien tidak mengatakan orang yang paling dekat dan
berarti
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan tidak
pernah berinteraksi dengan orang lain hanya berdiam diri dikamar selama
2bulan.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak dapat memulai
berinteraksi dengan orang lain dan tidak mau keluar kamar karena malas.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Klien mempercayai adanya Allah SWT.
2. Kegiatan ibadah : Klien tidak melaksanakan sholat.
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien terlihat kotor, tercium bau, rambut berantakan, memakai celana terbalik, kulit
terdapat ruam (skabies).
Masalah Keperawatan : Depisit perawatan diri
46
b. Pembicaraan
Klien kadang berbicara tidak nyambung, apatis, tidak mampu memulai
pembicaraan, mata selalu menunduk tidak melihat lawan bicara, kadang bernada
tinggi, ekspresi wajah berubah menjadi terlihat marah, pandangan tajam.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial dan Resiko Perilaku Kekerasan
c. Aktivitas motorik
Klien tampak gelisah, grimasem, kadang mondar-mandir ke kamar mandi.
Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi
d. Alam perasaan
Klien tidak berbicara.
Masalah Keperawatan :
e. Afek
Klien tidak ada perubahan ekspresi (datar)
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.
f. Interaksi selama wawancara
Klien kadang tidak kooperatif, kontak mata tidak ada selalu menundukan
pandangan.
Masalah Keperawatan : Isolas Sosial
g. Persepsi
Klien mengatakan ada yang berbisik menyuruh klien diam menyendiri.
Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
h. Proses berfikir
Klien suka tiba-tiba berhenti berbicara/blocking.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
i. Isi pikir
Klien kadang terlihat berbicara sendiri dan mondar-mandir
Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi Halusinasi Pendengaran
j. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung, tidak tahu ada dimana tidak tahu waktu dan tidak tahu
dengan nama orang tetapi ingat wajah.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
47
k. Memori
Klien mengatakan masih ingat dulu pernah dirawat dan masih ingat dibawa kesini
oleh orngtua nya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak berbicara
Masalah Keperawatan :
m. Kemampuan penilaian
Klien tidak berbicara
Masalah Keperawatan :
n. Daya tilik diri
Klien tidak berbicara
Masalah Keperawatan :
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Klien makan sendiri tanpa bantuan, makan berantakan
b. BAB/BAK
Klien jika BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan.
c. Mandi
Klien mandi sendiri tanpa bantuan tetapi tidak menggunakan sabun.
d. Berpakaian / berhias
Klien memakai baju sendiri tanpa bantuan dan bersisir sendiri kadang tidak
meniyisir rambut masih terlihat kotor.
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang dari jam 12.00-14.00, tidur malam dari jam 18.00-04.00, tidak
berinteraksi dengan orang lain hanya berdiam ditempat tidur saja.
f. Penggunaan obat
Memakan obat dengaan bantuan minimal untuk menyiapkan obatnya.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan tidak tahu.
h. Kegiatan di dalam rumah
48
Merapikan tempat tidur dan rumah.
i. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan berbelanja untuk memasak
10. Mekanisme Koping
Klien tampak menghindar dan memendam jika marah.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
49
- B-complex 2x1
14. Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Depisit perawatan diri
Analisa Data
Data Masalah
Subjektif :
Klien mengatakan tidak pernah Isolasi Sosial
berkomunikasi dengan orang lain.
Objektif :
Klien tampak menyendiri, jika diajak bicara
selalu menundukan pandangan.
Subjektif :
Klien mengatakan ada yang berbisik Gangguan sensori persepsi
menyuruh diam sendiri. halusinasi pendengaran
Objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Subjektif :
Klien mengatakan suka kesal. Resiko perilaku kekerasan
Objektif :
Klien kadang bernada tinggi jika ditanya,
ekspresi wajah berubah, pandangan tajam.
Subjektif : Depisit perawatan diri
Klien mengatakan mandi.
Objektif :
Klien terlihat kotor, kulit terdapat ruam
(skabies), rambut kotor dan berantakan
50
15. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Depisit perawatan diri
51
- Diskusikan dengan klien
dengan klien menurut
keuntungan pendapat klien.
dan kerugian - Agar klien dapat
dari mulai
berinteraksi berinterkasi
dengan orang dengan orang
lain. lain.
- Agar menjadi
- Latih klien rutinitas wajib
berkenalan. yang perlu
dilakukan
- Masukan pasien
dalam jadwal
harian klien.
Pasien mampu berinteraksi SP 2 - Untuk
dengan orang lain. - Evaluasi mengetahui
latihan bagaimana
Kriteria evaluasi : sebelumnya perkembangan
Setelah ….x klien mampu : (SP 1) kegiatan
- Menyebutkan kegiatan - Latih klien sebelumnya
yang sudah dilakukan untuk - Agar Pasien
sebelumnya berhubungan dapat
- Berkenalan dengan 1 sosial secara menghilangkan
orang bertahap masalah isolasi
(dengan 1 sosialnya dan
orang lain dapat
yang baru). berinteraksi
dengan baik
- Agar menjadi
rutinitas wajib
52
- Masukan yang perlu
dalam jadwal dilakukan
harian klien pasien
Pasien mampu berinteraksi SP 3
dengan orang lain. - Evaluasi - Untuk
latihan mengetahui
Kriteria evaluasi : sebelumnya bagaimana
Setelah ….x klien mampu : (SP 1,2) respon dan
- Menyebutkan kegiatan perkembangan
yang sudah dilakukan atas kegiatan
sebelumnya - Latih klien yang telah
- Berkenalan/berhubungan berhubungan dilakukan
dengan 2 orang atau lebih sosial dengan sebelumnya
2 orang atau - Agar Pasien
lebih. dapat
berinteraksi
- Masukan dengan orang
dalam jadwal lain tidak
harian klien. hanya 1 orang
tetapi banyak
orang
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
53
2. Gangguan sensori persepsi halusinasi
No Dx Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Pasien mampu SP 1
persepsi mengontrol - Bantu pasien - Untuk
sensori : halusinasinya. mengenali halusinasi mengidentifikasi
Halusinasi : isi, waktu terjadinya, halusinasi
Kriteria evaluasi : frekuensi, situasi pasien.
Setelah ….x pencetus, perasaan
pertemuan, pasien saat terjadi halusinasi.
mampu : - Latih mengontrol - Untuk
- Mengenali halusinasi dengan mengontrol
halusinasi cara menghardik. halusinasi yang
yang - Masukkan dalam dialami pasien.
dialaminya. kegiatan harian - Agar menjadi
- Mengontrol pasien. rutinitas wajib
halusinasinya yang perlu
dengan cara dilakukan pasien
menghardik,
Pasien mampu SP 2
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk
halusinasinya. yang lalu (SP 1) mengetahui
bagaimana
Kriteria evaluasi : perkembangan
54
Setelah ….x - Latih kegiatan
pertemuan, pasien berbicara/bercakap sebelumnya
mampu : dengan orang lain - untuk
- Mengontrol saat halusinasi mengontrol
halusinasinya muncul. halusinasi yang
dengan, - Masukkan dalam dialami pasien
bercakap- jadwal kegiatan - Untuk
cakap. harian pasien. mengetahui
koping pasien
Pasien mampu SP 3
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk
halusinasinya. yang lalu (SP 1 & 2) mengetahui
bagaimana
Kriteria evaluasi : respon dan
Setelah ….x - Latih kegiatan agar perkembangan
pertemuan, pasien halusinasi tidak atas kegiatan
mampu : muncul yang telah
- Mengontrol Tahapannya : dilakukan
halusinasinya Jelaskan sebelumnya
dengan cara pentingnya - agar pasien tidak
melakukan aktivitas yang berfokus pada
kegiatan. teratur untuk halusinasinya.
mengatasi
halusinasi
Diskusikan
kegiatan yang
biasa dilakukan.
Latih pasien
dalam melakukan
aktivitas.
55
Susun jadwal
kegiatan sehari-
hari sesuai
dengan aktivitas - Agar menjadi
yang telah dilatih rutinitas wajib
(dari bangun yang perlu
pagi-tidur dilakukan pasien
malam).
- Pantau pelaksanaan
kegiatan tersebut,
berikan penguatan
pada pasien.
Pasien mampu SP 4 :
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk
halusinasinya. lalu (SP 1,2,3) mengetahui
bagaimana
Kriteria evaluasi : respon dan
Setelah ….x - Tanyakan program pengembangan
pertemuan, pasien pengobatan. atas kegiatan
mampu : yang telah
- Mengikuti dilakukan
program - Agar Pasien tahu
pengobatan - Jelaskan pentingya dan kembali
secara optimal penggunaan obat mengingat
pada gangguan jiwa. program
pengobatan apa
- Jelaskan akibat bila saja yang akan
tidak digunakan dilakukan
sesuai program.
- Agar Pasien
dapat
56
- Jelaskan akibat putus memahami
obat. pentingnya
pengobatan bagi
- Jelaskan cara dirinya.
mendapatkan - Agar Pasien
obat/berobat. mengetahui
akibat dari
ketidakaturan
- Jelaskan pengobatan dalam
(5B). pengobatan
- Agar Pasien
- Latih pasien minum mengetahui efek
obat. dari putus obat
- Agar Pasien
- Masukkan dalam mengetahui
jadwal harian pasien. dimana dan
bagaimana cara
mendapatkan
obat atau
pengobatan
- Agar Pasien
mengetahui
prosedur
pengobatan
- Agar Pasien
dapat minum
obat secara
mandiri dan
teratur
- Agar menjadi
rutinitas wajib
57
yang perlu
dilakukan dalam
kehidupan
sehari-hari
58
Fisik membuat
Sosial/verbal seseorang lebih
Spiritual rileks dan lebih
59
cedera pada
klien.
- Agar menjadi
kegiatan rutin
yang bisa
dilakukan
klien jika
gejala tindak
perilaku
kekerasan
mulai muncul
kembali.
SP 3
- Evaluasi kegiatan - Untuk
yang lalu ( SP mengetahui
1,2) apakah
intervensi
- Latih secara sebelumnya
sosial/verbal : sudah
menolak dengan dilakukan
baik, meminta atau belum.
dengan baik, - Agar klien
mengungkapkan dapat
dengan baik. bersosialisasi
- Masukan dalam dengan baik
jadwal harian dengan orang
pasien. lain.
- Agar menjadi
kegiatan rutin
60
yang bisa
dilakukan klien
jika gejala
tindak perilaku
kekerasan
mulai muncul
kembali.
SP 4
- Evaluasi kegiatan - Untuk
yang lalu ( SP mengetahui
1,2,3) apakah
intervensi
- Latih cara sebelumnya
spiritual : berdoa, sudah
sholat dilakukan
atau belum.
- Melatih klien
beribadah
- Masukkan dalam dapat
jadwal harian membuat
pasien klien lebih
tenang, dan
dapat
mencurahkan
segala keluh
kesah pada
Tuhan Yang
Maha Esa
- Agar menjadi
kegiatan rutin
61
yang bisa
dilakukan
klien jika
gejala tindak
perilaku
kekerasan
mulai muncul
kembali.
SP 5
- Evaluasi kegiatan - Untuk
yang lalu ( SP mengetahui
1,2,3 & 4) apakah
intervensi
- Latih patuh obat : sebelumnya
Minum obat sudah
secara teratur dilakukan
dengan atau belum.
prinsip 5 B - Untuk
Susun jadwal mensukseskan
minum obat program
secara teratur pengobatan
- Masukan dalam klien.
jadwal harian
pasien.
- Agar menjadi
kegiatan rutin
yang bisa
dilakukan
klien jika
gejala tindak
62
perilaku
kekerasan
mulai muncul
kembali.
pasien untuk
kebersihan dan
diri dan cara
melakukan
kebersihan diri.
63
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
Pasien
Kriteria evaluasi : SP 2
Setelah … x - Evaluasi SP 1 - Untuk
pertemuan pasien - Jelaskan mengetahui
mampu . pentingnya bagaimana
- Melakukan berdandan perkembangan
berhias/berdanda - Latih cara kegiatan
n secara baik. berdandan sebelumnya
Klien laki-laki : - Agar Pasien
berpakaian, mengetahui
menyisir manfaat dari
rambut, berdandan
bercukur - Agar Pasien
Klien wanita : bisa melakukan
berpakaian, perawatan diri
menyisir dengan cara
rambut, berhias berdandan
- Masukan dalam
jadwal harian
klien - Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
Kriteria evaluasi : SP 3
- Evaluasi SP 1,2 - Untuk
mengetahui
64
Setelah … x bagaimana
pertemuan pasien respon dan
mampu : - Jelaskan cara dan perkembangan
- Melakukan alat makan yang atas kegiatan
makan dengan benar yang telah
baik. Cara dilakukan
mempersiapka sebelumnya
n makan. - Agar pasien
Cara mengetahui
merapikan alat cara dan alat
makan. apa saja yang
Cara perlu disiapkan
merapikan ketika akan
peralatan makan
makan setelah
digunakan.
Praktek
makan sesuai
dengan
tahapan - Agar menjadi
klien.
Kriteria evaluasi : SP 4 :
Setelah … x - Evaluasi SP 1,2,3 - Untuk
pertemuan pasien mengetahui
mampu : bagaimana
- Latih cara BAB respon dan
dan BAK pengembangan
65
- Melakukan Jelaskan atas kegiatan
BAB/BAK tempat yang telah
secara mandiri. BAB/BAK dilakukan
yang sesuai. - Agar Pasien
Jelaskan dan mengetahui
ajarkan cara cara dan alat
membersihkan apa saja yang
diri setelah perlu disiapkan
BAB dan BAK ketika akan
- Masukan dalam BAB/BAK dan
jadwal harian mempraktekan
klien cara
membersihkan
diri setelah
BAB/ BAK
- Agar menjadi
rutinitas wajib
yang perlu
dilakukan
pasien
66
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Nama : Ny.I Ruangan : Merpati No.RM : 078019
Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan
Depisit 28 November 2019 Subjektif :
perawatan Mengidentifikasi Klien mengatakan
diri mandi berapa kali mandi 3kali sehari
sehari. Klien menyebutkan
menjelaskan alat mandi
pentingnya Objektif :
kebersihan diri Klien tampak mandi
Menjelaskan alat dan saat pagi hari
cara kebersihan diri Klien tidak
Memasukan dalam menggunakan sabun
jadwal kegiatan karena habis
pasien Analisa :
Masalah teratasi
Planning :
Lanjutkan SP2 :
Evaluasi SP 1
Jelaskan pentingnya
berdandan
Latih cara berdandan
Masukan dalam
jadwal harian klien
67
Isolasi 30 November 2019 Subjektif :
Sosial Mengidentifikasi Klien menyebutkan
penyebab, siapa siapa yang satu
yang satu rumah rumah dengan
dengan pasien. dirinya.
Menanyakan siapa Klien menyebutkan
orang terdekat pasien orang terdekat
dan apa alasannya dirumah adalah
Menanyakan apa adiknya karena satu
keuntungan dan rumah.
kerugian berinteraksi klien
dengan orang lain memperkenalkan
Mengajaran pasien dirinya
cara Objektif :
memperkenalkan diri Klien tidak dapat
Mengajak pasien menyebutkan
untuk keuntungan dan
memperagakannya kerugian jika tidak
kembali berinteraksi dengan
Memasukan dalam orang lain.
jadwal harian pasien Klien masih tampak
menunduk
Klien masih kurang
bisa cara
memperkenalkan diri
dan terkadang tidak
mau memperagakan.
Analisa :
67
Masalah belum
teratasi
Planning :
Mengulang Sp 1 :
Mengidentifikasi
penyebab, siapa yang
satu rumah dengan
pasien.
Menanyakan siapa
orang terdekat pasien
dan apa alasannya
Menanyakan apa
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
Mengajaran pasien
cara memperkenalkan
diri
Mengajak pasien
untuk
memperagakannya
kembali
Memasukan dalam
jadwal harian pasien
Gangguan 30 November 2019 Subjektif
sensori membantu pasien Klien berbicara
persepsi mengenali halusinasi sendiri
halusinasi melatih mengontrol Objektif
pendengaran halusinasi dengan cara Klien belum dapat
menghardik. mengenal halusinasi
Memasukan dalam Klien masih berbicara
kegiatan harian pasien. sendiri
Analisa
Masalah belum
teratasi
Planing
Mengulang SP 1 :
membantu pasien
mengenali halusinasi
melatih mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik.
Memasukan dalam
kegiatan harian pasien.
69
- Menyebutkan akibat dari Ekspresi wajah
perilaku kekerasan yang berubah
dilakukan. Analisa
- Menyebutkan cara Masalah belum
mengontrol perilaku teratasi
kekerasan Planning
Mengulang SP 1
- Identifikasi dan
diskusikan dengan klien
penyebab, tanda dan
gejala serta akibat dari PK
- Latih cara fisik I : tarik
nafas dalam
- Masukan dalam jadwal
harian klien.
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. I di ruang rawat inap merpati
yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2019 s.d. 07 Desember 2019. Penulis tidak
menemukan perbedaan antara konsep teori dengan praktek yang ditemukan dilapangan, dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan hambatan maupun kesulitan, hal ini
disebabkan adanya faktor pencetus diantaranya, klien tidak dapat bekerja sama dalam
pelaksanaan asuhan dimulai dari pengkajian hingga intervensi keperawatan selain itu seperti
kurang tersedianya sumber literatur yang cukup mendukung baik sebagai panduan dalam
perencanaan asuhan keperawatan, tindakan, evaluasi sampai penulis laporan ini. Adapun
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
sekaligus membina hubungan saling percaya dengan klien. Dalam pengkajian didapatkan
data subyektif dan data obyektif yang dilakukan melalui wawancara, observasi pada klien
tetapi dalam hal ini klien kurang bisa kooperatif ketika di berikan wawancara dimana
klien selalu lebih banyak terdiam dan menunduk, kemudian pemeriksaan fisik klien dan
studi dokumentasi dengan melihat rekam medik klien diruangan. Data subyektif diperoleh
sebagian besar dari klien, mencari keterangan dari perawat ruangan, rekam medis, dan
dokumentasi dari tim kesehatan lainnya. Dalam proses pengkajian, penulis juga
2. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Jitowiyono 2012). Pada
konsep teori terdapat 7 diagnosa yang biasanya muncul pada klien dengan skizofrenia.
Tetapi pada proses pengumpulan data kemudian data dikelompokkan dan dianalisa
a. Isolasi sosial : klien mengatakan mengurung diri dirumah, dan tidak suka banyak
orang,
mengatkan ada yang berbisik menyuruh klien untuk berdiam diri, klien tampak
berbicara sendiri
d. Defisit Keperawatan diri : klien susah untuk mandi, klien mengatkan gatal-gatal pada
kulit bagian tangan (scabies), klien tampak kotor, rambut tampak acak-acakan,
tercium bau badan dan mulut, klien tampak memakai celana terbalik.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun intervensi keperawatan, penulis menyesuaikan dengan kondisi
klien saat itu dan didukung oleh Standar Asuhan Keperawatan Jiwa SAK khusus yang
sesuai dengan masalah keperawatan yang terjadi pada klien. Adapun perencanaan yang
4. Implmentasi Keperawatan
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Adapun hal-hal yang
mendukung penulis dalam tahap ini adalah adanya kesediaan dan kerjasama klien yang
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang dilakukan
dengan mengacu pada tujuan yang terdapat pada perencanaan, dimana tahap ini berguna
untuk menilai kemajuan atau bahkan kemunduran dari status kesehatan klien setelah