Anda di halaman 1dari 6

anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia

rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal,
Cardial, Esofageal, Renal, Limb). 1

A. Epidemiologi
Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam 5000
kelahiran.2 Secara umum, malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada
perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi laki-
laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan, jenis malformasi anorektal
yang paling banyak ditemui adalah anus imperforata diikuti fistula rektovestibular dan fistula
perineal.3 Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester menunjukkan bahwa malformasi
anorektal letak rendah lebih banyak ditemukan dibandingkan malformasi anorektal letak tinggi.

B. Embriologi
Secara embriologi, saluran pencernaan berasal dari foregut, midgut dan hindgut. Foregut
akan membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, esofagus, lambung sebagian
duodenum, hati dan sistem bilier serta pankreas. Midgut membentuk usus halus, sebagian
duodenum, sekum, appendik, kolon asenden sampai pertengahan kolon transversum. Hindgut
meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka,
dan ektoderm dari protoderm atau analpit. 3
Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan
perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan 2 anomali letak tinggi atau
supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek
perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani
perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada
atau rudimenter.1
Fungsi fisiologi anorectal
1. Motilitas kolon
a. Absorbsi cairan
Keluarkan isi feses dari kolon ke rfistel ke vesika urinaria. Bila
evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. 5
-
- Atresia rektum
Pada atresia rektum tindakannya sama pada perempuan. Pada
atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur
jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium
sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. 5
- Perineum datar
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram,
maka perlu segera dilakukan kolostomi.
 Golongan II
- Kelainan fistel perineum
Fistel perineum sama dengan pada perempuan, lubangnya terletak
lebih anterior dari letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu
menimbulkan obstipasi. 6
- Membran anal
Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah
selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit
secepat mungkin. 6
- Stenosis anus
Pada stenosis anus, sama dengan perempuan. Pada stenosis anus,
lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit.
Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi
definitif. 7
- Fistel tidak ada
b. Jiectum
2. Fungsi defekasi
Keluarkan feses secara intermTrauma Thorax

Defenisi
Trauma thoraks dapat berupa cedera pada dada yang meliputi jantung dan paru-paru. Trauma
thoraks menyumbang 25% kematian karena trauma. Biasanya trauma thoraks disebabkan
oleh luka tumpul seperti tabrakan dengan kendaraan bermotor atau oleh luka penetrasi seperti
tikaman dan luka tembak. Trauma tumpul 70-80% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.1

Klasifikasi
Trauma thoraks dapat diklasifikasikan melalui caranya yaitu trauma thoraks oleh karena
benda tumpul dan trauma thoraks oleh karena benda tajam.
1. Trauma tumpul
Trauma tumpul dapat mempengaruhi semua komponen dari dinding dada dan rongga
dada. Komponen ini meliputi tulang (tulang rusuk, klavikula, scapula, sternum), paru-
paru dan pleura, percabangan tracheobronkial, esofagus, jantung, pembuluh darah
besar dan diafragma.2
2. Trauma penetrasi
Tingkat keparahan trauma penetrasi tergantung kecepatannya. Contohnya luka tikam
dimana kecepatannya rendah hanya melukai struktur yang terpenetrasi. Luka penetrasi
dengan kecepatan sedang contohnya luka tembak oleh pistol dan senapan angin
dikarakteristik dengan cedera jaringan utama yang lebih ringan dibandingkan luka
penetrasi yang disebabkan oleh luka penetrasi kecepatan tinggi yang disebabkan oleh
peluru dari senjata militer.3
Patofisiologi
Pada trauma tumpul, kebanyakan terjadi gangguan pada jalan nafas, aliran darah atau
keduanya. Trauma tumpul juga dapat menyebabkan cedera dinding dada (patah tulang iga).
Nyeri dihubungkan dengan cedera ini dapat membuat sulit bernapas yang menyebabkan
gangguan ventilasi. Cedera paru-paru langsung, seperti kontusio pulmonal juga dihubungkan
dengan trauma dada yang hebat dan dapat mengganggu ventilasi. Ventilasi dead space yang
disebabkan trauma tumpul juga mengganggu oksigenasi. Lesi yang menempati ruang, seperti
pneumotoraks, hemotoraks dan hemopneumotoraks, mengganggu oksigenasi dan ventilasi
dengan kompresi walaupun parenkim paru sehat. Perlu diperhatikan dengan waspada pada
tension pneumothorax dimana tekanan terus meningkat pada bagian toraks yang terpengaruh
selagi udara bocor dari parenkim paru ke ruang pleura. Hal ini dapat m endorong organ
mediastinum kearah berlawanan dari toraks yang terpengaruh. Pergeseran vena cava superior
oleh pergeseran mediastinum dapat menyebabkan penurunan alir balik darah ke jantung,
gangguan sirkulasi dan syok.1,2
Gejala klinis
Gejala klinis pada trauma dada bervariasi dari nyeri hingga syok. Gejala klinis bergantung
pada mekanisme trauma dan system organ yang cedera. Perlu diperhatikan dengan cermat
pasien dengan trauma dada. Waktu trauma terjadi, mekanisme trauma, kecepatan dan
deselerasi kendaraan (pada kasus kecelakaan lalu lintas) dan bukti yang menghubungkan
cedera dengan system lainnya (contohnya kehilangan kesadaran) adalah yang perlu
ditanyakan untuk mendapatkan riwayat klinis.
1. Patah tulang rusuk
Adalah cedera paling sering terjadi pada trauma dada, tulang rusuk 4-10 yang paling
sering terlibat. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri saat inspirasi dan rasa tidak
nyaman pada tulang rusuk yang patah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai daerah yang
lembek dan krepitus padda daerah yang fraktur. Jika pneumotoraks dijumpai, suara
pernafasan dapat berkurang dan resonansi pada perkusi dapat meningkat.
Disebut Flail Chest bila dijumpai 3 atau lebih tulang rusuk yang berberdekatan patah
pada dua tempat atau lebih, dimana menyebabkan dinding dada yang tidak stabil dan
free-floating. Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah patah tulang, nyeri pada saat
inspirasi dan sering juga dyspnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan gerakan paradox
dari bagian yang cedera. Dinding dada bergerak kedalam saat inspirasi dan keluar saat
ekspirasi.1,2
2. Pneumotoraks
Pneumotoraks paling sering disebabkan oleh tulang rusuk patah yang menembus
parenkim paru, hal ini tidak absolut. Pasien akan mengeluhkan rasa nyeri saat
inspirasi atau dyspnea dan nyeri pada tulang rusuk yang patah. Pemeriksaan fisik
menunjukkan menurunnya suara pernafasan dan hiperresonansi pada perkusi pada
hemitoraks.1,2
3. Hemotoraks
Akumulasi darah pada ruang pleura yang dikarenakan perdarahan pada dinding dada
atau perdarahan dari parenkim paru atau dari pembuluh darah besar thoraks. Pasien
mengeluhkan nyeri dan dyspnea. Kebanyakan hemotoraks pada pemeriksaan fisik
menunjukkan suara pernafasan yang berkurang dan suara beda pada saat perkusi.
Hemotoraks massif karena cedera pembuluh darah besar dapat menunjukkan gejala
hemodinamik yang tidak stabil.1,2
4. Open pneumotoraks
Disebabkan oleh trauma penetrasi, digambarkan dengan respiratory distress
dikarenakan paru-paru yang kolaps pada paru-paru yang terganggu. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai gangguan dinding dada dimana lebih besar disbanding daerah cross-
sectional dari laring. Pada paru yang mengalami open pneumotoraks suara pernafasan
berkurang hingga tidak terdengar, peningkatan tekanan intrathoracic yang menggeser
mediastinum kearah yang berlawanan, sehingga menurunkan alir balik darah ke
jantung yang berpotensi menyebabkan instabilitas hemodinamik.1,2
5. Tension pneumotoraks
Mekanismenya mirip dengan pneumotoraks biasa tetapi pada tension pneumotoraks,
udara masih bocor cari cedera parenkim paru, meningkatkan tekanan pada hemitoraks
yang terpengaruh. Pasien mengalami respiratory distress, suara pernapasan sulit
terdengar hingga tidak ada dan hemitoraks hiperresonansi pada saat perkusi. Trakea
akan berdeviasi kearah berlawanan dari cedera ini. Mediastinum juga akan berdeviasi
kearah berlawanan dari bagian yang terkena. Hal ini menyebabkan menurunnya aliran
venous return ke jantung. Pasien akan menampilkan tanda instabilitas hemodinamik
seperti hipotensi.1,2
6. Kontusio pulmonal
Dikarakteristik dengan infiltrasi darah ke jaringan paru. Gejala klinis tergantung
keparahan cedera. Pemeriksaan fisik menunjukkan penurunan suara pernafasan pada
bagian paru yang terpengaruh.1
7. Cedera jantung
Cedera jantung karena trauma dada dapat menunjukkan gejala klinis dari aritmia
transient hingga rupturnya mekanisme katup jantung, septum intraventricular atau
myocardium. Sehingga pasien tidak mengeluhkan apapun hingga menunjukkan tanda
dan symptom dari nyeri dada hingga tamponade jantung yang menyebabkan
kolapsnya kardiuvaskular dan syok.1
8. Cedera pembuluh darah thoraks
Cedera pembuluh darah aorta pada luka penetrasi memiliki angka mortalitas 50% dan
kebanyakan luka penetrasi karena tikaman mengenai aorta ascending dan luka
penetrasi karena luka tembak mengenai aorta descending. Pada trauma tumpul sering
mengenai aorta ascending dengan angka mortalitas 85%4
1.Petizman AB, Sabom M, Yearly D, Fabian TC. The trauma manual. Lippincot
Williams & Wilkins.
2.Mancini MC. Blunt Chest Trauma. Medscape; 2012:
http://emedicine.medscape.com/article/428723-overview
3.Shahani R. Penetrating Chest Trauma. Medscape; 2013:
http://emedicine.medscape.com/article/425698-overview
4.Wall M, Huh J, Mattox K. Thoracic Vascular Trauma. Vascular Surgery; 2005: 71

Anda mungkin juga menyukai