PENYUSUN
EDITOR
1. Femil Chandra
2. Asperijon Agus, SKM
RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagai rumah sakit tipe B Pendidikan dan
dalam persiapan menuju rumah sakit tipe A memiliki tenaga keperawatan + 800
orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, sudah semestinya
mempunyai suatu panduan untuk menerapkan prinsip etik dalam pengambilan
keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat/bidan dan
semua pihak yang terlibat.
A. Latar Belakang
Keperawatan/kebidanan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu
landasan dan perlindungan hukum yang jelas. Para perawat/bidan harus
mengetahui berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik
keperawatan/kebidanan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. Secara umum
terdapat dua alasan terhadap pentingnya para perawat/bidan mengetahui
tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan
kepastian bahwa keputusan dan tindakan keperawatan/kebidanan yang
dilakukan secara konsisten dengan prinsip hukum. Kedua untuk melindungi
perawat/bidan dari liabilitas.
Sebagai suatu wadah non struktural rumah sakit, Komite Keperawatan
mempunyai fungsi mempertahankan dan meningkatkan profesional tenaga
keperawatan/kebidanan melalui kredensial, penjagaan mutu profesi,
pemeliharaan mutu profesi dan disiplin profesi (Permenkes nomor 49 tahun
2013). Dalam rangka mewujudkan tatakelola klinis yang baik maka dibentuk
tiga (3) sub komite diantaranya Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu
Profesi dan Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.
Sub komite etik dan disiplin profesi memberikan jaminan asuhan
keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tenaga perawat/bidan secara
profesionalisme dengan menerapkan etika profesi dalam praktiknya yang
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin
profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi.
Perawat/bidan sebagai tenaga kesehatan, memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang dituntut bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan/kebidanan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun
bekerjasama dengan anggota kesehatan lain. Standar perilaku perawat/bidan
ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional dan negera bagian atau provinsi. Perawat/bidan harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat/bidan dan semua
pihak yang terlibat. Perawat/bidan memiliki tanggung jawab untuk melindungi
hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Hal ini disebabkan karena
perawat/bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama
24 jam secara berkesinambungan (continum of care).
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat istiadat. Etika kesehatan yaitu suatu penerapan dari nilai kebiasaan
(etika) terhadap kebiasaan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Penilaian
terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan mencakup rekomendasi
bagaimana bersikap secara pantas dalam bidang kesehatan.
Perawat/bidan profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka
dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien,
perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian
terhadap etik.
Setiap tenaga keperawatan/kebidanan harus memiliki disiplin profesi
yang tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan serta
menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesionalisme tenaga
keperawatan/kebidanan dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan
dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam
kehidupan profesi.
Nila-nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga keperawatan/kebidanan
sebagai landasan dalam memberikan pelayanan yang manusiawi yang
berpusat pada pasien. Prinsip carring merupakan inti pelayanan yang
diberikan oleh tenaga keperawatan/kebidanan. Pelanggaran terhadap standar
pelayanan, disiplin profesi keperawatan/kebidanan hampir selalu dari
pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan
masyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya
masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga
keperawatan/kebidanan, ketidak jelasan kewenangan klinis, menghadapi
pasien gawat kritis dengan kompetensi yang rendah serta pelayanan yang
sudah mulai berorientasi pada bisnis.
Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang
dipelajari pada saat masa studi/pendidikan, belum merupakan hal yang
penting dipelajari dan diimplementasikan dalam praktik.
Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan
etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat
yang tinggi sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanan yang diberikan
benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan.
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan tanggung jawab profesional dalam menghadapi tanggung
jawab etik dan disiplin serta memahami standar perilaku yang diterapkan
dan diatur dalam kode etik keperawatan/ kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, maupun
semua pihak yang terlibat
b. Mampu bertanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan
bertindak sebagai advokat klien.
c. Mampu mengetahui berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan
praktik keperawatan/kebidanan.
d. Mengetahui standar perilaku yang diterapkan dalam kode etik dan
diatur dalam undang-undang
D. Ruang Lingkup
Etika keperawatan/kebidanan meliputi Kode etik, tanggung jawab, aturan-
aturan setara undang-undang yang mengatur tentang kode etik keperawatan/
kebidanan.
E. Sasaran
Panduan etika keperawatan/ kebidanan ditujukan :
a. Bidang Keperawatan
b. Komite Keperawatan
c. Sub Komite Etika Keperawatan
d. Tenaga Keperawatan/ kebidanan Klinis
e. Organisasi profesi
f. Bagian SDM
BAB 2
KONSEP ETIK
I. Definisi
A. Nilai
Nilai – nilai keperawatan/ kebidanan yang merupakan keyakinan tentang suatu
ide yang meliputi : sikap, objek dan perilaku yang menjadi standar dan
mempengaruhi status seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya
dalam praktik keperawatan/ kebidanan, atau dengan kata lain nilai
menggambarkan cita–cita dan harapan ideal dalam praktik keperawatan/
kebidanan
B. Etik
Etik merupakan suatu pertimbangan perilaku benar atau salah, kebajikan atau
kejahatan. prinsip moral bagi perawat dan bidan untuk dapat mengatur diri
mereka
C. Prinsip Etik
1) Respek
Diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau menghargai
pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak – hak
pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan mendapatkan
penjelasan secara benar. Penerapan “Informed consent” secara tidak
langsung menyatakan trilogi hak pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk
menerima dan hak untuk menolak pengobatan. Perawat/bidan juga harus
menghargai mitra kerjanya seperti dokter, ahli gizi dan petugas kesehatan
lain. Perawat/bidan adalah tenaga yang mempunyai kontak yang paling lama
dengan pasien dan dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan dengan cara
yang relevan, tepat, empati dan mudah dimengerti.
2) Otonomi
Prinsipnya otonomi berkaitan dengan kemampuan individu untuk membuat
keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Dalam membuat keputusan individu akan menggunakan
konsep diri dalam menentukan atau mempertanggung jawabkan dirinya
sendiri. Dalam praktek keperawatan/kebidanan otonomi direfleksikan pada
saat perawat/bidan menghargai hak – hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
5) Konfidensialitas / Kerahasiaan
Berkaitan dengan penghargaan perawat/bidan terhadap semua informasi
tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima
bahwa informasi yang diberikan tenaga profesional akan dihargai dan tidak
akan kepada pihak lain secara tidak tepat. Informasi yang diberikan adalah
informasi yang relevan.
6) Keadilan / Justice
Kewajiban untuk selalu berlaku adil kepada semua orang. Adil berari tidak
memihak atau tidak berat sebelah. Azas ini bertujuan melaksanakan keadilan
dalam transaksi dan pelayanan/perlakuan antar individu pasien/klien berarti
setiap orang harus dapat perlakuan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
7) Kesetiaan
Berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat, apabila terdapat konflik diantara berbagai
tanggung jawab maka diperlukan penentuan prioritas sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada.
3. Aspek Legal
a. Pengertian aspek legal
Pengertian hukum dapat diartikan sebagai regulasi ketatalaksanaan
sosial yang dikembangkan untuk melindungi masyarakat, suatu aturan
yang mengatur perilaku manusia dalam hubungannya dengan orang
lain dimasyarakat dan dengan pemerintahan.
b. Aspek legal dalam keperawatan/ kebidanan
Tercantum dalam UU no.36/tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan
Pemerintah no.32/tahun1996 tentang Tenaga Kesehatan dan
Peraturan Menteri Kesehatan no.HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
Registrasi dan Praktek Perawat
6. Akuntabilitas Legal
a. Aturan legal yang mengatur praktik perawat/bidan
b. Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik
c. Hubungan perawat/bidan-dokter/keluarga//institusi pelayanan kesehatan
Bab VI
Pasal 38 : Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan perawatan dan ketentuan
perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan keperawatan/ kebidanan sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan keperawatan/ kebidanan, standar operasional
prosedur, kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Menghormati klien
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi :
1. Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan/ kebidanan merujuk ke
anggota perawat lain yang lebih tinggi kemampuan atau
pendidikannya
2. Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga
kesehatan lain
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan/kebidanan berdasarkan
standar pelayanan keperawatan/ kebidanan
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan/ kebidanan.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi perawat
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
Pasal 39 : Klien dalam Praktik keperawatan berhak
a. Mendapatkan informasi secara lengkap, jujur dan jelas tentang tindakan
keperawatan/ kebidanan yang akan dilakukan
b. Meminta pendapat perawat/ bidan lain dan / atau tenaga kesehatan
lainnya
c. Mendapatkan pelayanan keperawatan/kebidanan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan/kebidanan.
d. Memberikan persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan/
kebidanan yang akan diterimanya
e. Terjaga kerahasiaan kondisi kesehatan lainnya
Pasal 40 :
Pengungkapan rahasia klien sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 huruf e
dilakukan atas dasar :
a. Persetujuan tertulis dari klien
b. Perintah hakim pada sidang pengadilan
Pasal 41 :
Dalam praktik keperawatan/ kebidanan, klien berkewajiban :
a. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan jelas tentang masalah
kesehatannya
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk perawat/bidan
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku difasilitas pelayanan kesehatan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
Bab XI
Pasal 64 :
Setiap orang dilarang dengan sengaja menggunakan identitas seolah - olah
yang bersangkutan adalah perawat / bidan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 ayat 1(satu).
Pasal 65 :
Perawat/bidan dilarang menyelenggarakan praktik keperawatan/kebidanan
tanpa memiliki STR dan/atau SIPP sebagai dasar lisensi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 ayat 3 (tiga).
Pasal 66 :
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dilarang dengan sengaja
mempekerjakan perawat/bidan yang tidak memiliki STR dan SIPP/SIPB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat 1 (satu)
Pasal 67 :
Perawat/bidan dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan dilarang
memberikan resep dan obat selain obat bebas terbatas
Bab XII
Pasal 68 :
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas seolah-olah yang
bersangkutan adalah perawat sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 dipidana
penjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
Pasal 9 :
Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3
dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban :
1. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan pada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi
instansi yang bersangkutan (ayat 5)
2. Bekerja jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran
berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan
3. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 angka 11 berupa :
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan selama 16 (enam belas) sampai dengan
20 (dua puluh) hari kerja.
b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu)
sampai 25 (dua puluh lima) hari kerja.
c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua
puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja.
4. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 angka 14 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (ayat 14)
5. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan (ayat 17)
Pasal 10 :
Hukuman displin berat sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 4 dijatuhkan
bagi pelanggaran terhadap kewajiban :
1. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan pada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 angka, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah/Negara.
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 9, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara
3. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 angka 11 berupa (ayat 9) :
a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh
satu) sampai 35 (tiga puluh lima) hari kerja
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh
enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja
c. Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural
atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari
kerja
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari
kerja atau lebih
4. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 angka 14, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan (ayat 12)
5. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara (ayat 13)
Pasal 14 :
Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan mentaati ketentuan jam
kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 angka 9, pasal 9 angka 11 dan
pasal 10 angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan
Pasal 79 :
Penyelesaian perselisihan antara Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.