Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 38-43

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Penguatan Semangat Nasionalisme di Daerah Perbatasan


melalui Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kearifan
Lokal
Makarius Erwin Bria*
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Diterima Pebruari 2018; Disetujui April 2018; Dipublikasikan Juni 2018


Abstrak
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang beberapa wilayah negaranya berbatasan langsung dengan 10 negara
tetangga sehingga warga negara dituntut untuk memiliki loyalitas demi menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. Di tengah
semarak perkembangan teknologi yang terus bergerak maju sangat dikawatirkan akan menimbulkan kecenderungan yang bisa
memudarkan semangat nasionalisme terutama di daerah perbatasan yang notabene memiliki potensi untuk berinterakasi
langsung dengan negara tetangga. Agar penguatan semangat nasionalisme dapat tercapai, perlu dikembangkan strategi
pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap nasionalis peserta didik. Salah satu upaya yang digunakan untuk menguatkan
semangat nasionalisme adalah melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis kearifan lokal. Ini bertujuan untuk
menghasilkan peserta didik yang mampu berpikir kritis, berpartisipasi aktif, bertindak secara cerdas, dan bertanggung jawab
dengan mengintegrasikan nilai-nilai positif yang ada disekitar guna membendung pengaruh negatif yang dapat melunturkan
semangat nasionalisme. Nilai-nilai kearifan lokal memiliki peran penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Metode penulisan artikel ini menggunakkan metode library research dengan didukung oleh hasil penelitian yang
relevan.
Kata Kunci: Kearifan Lokal, Nasionalisme, Pendidikan Kewarganegaraan

Abstract
The State of Indonesia is an archipelagic country whose territorial borders are directly adjacent to 10 neighboring countries so that
citizens are required to have loyalty in order to maintain integrity of the Republic of Indonesia. In the midst of shine technological
developments that continue to move forward is feared will cause a tendency that can fade the spirit of nationalism, especially in the
border area that in fact has the potential to interact directly with neighboring countries. In order to strengthen the spirit of
nationalism can be achieved, it is necessary to develop a learning strategy that can foster the nationalist attitude of students. One of
the efforts used to strengthen the spirit of nationalism is through the subject of civic education based on local wisdom. It aims to
produce students who are able to think critically, actively participate, act smartly and responsibly by integrating positive values that
exist around to stem the negative influence that can fade the spirit of nationalism. The values of local wisdom have an important role
to maintain the unity of the Indonesian nation. The writing of this article uses the method of library research and is supported by
relevant research journals.
Keywords: Local Wisdom, Nationalism, Civic Education

How to Cite: Bria, M.E. (2018). Penguatan Semangat Nasionalisme di Daerah Perbatasan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1): 38-
43.

*Corresponding author: ISSN 2085-482X (Print)


E-mail: erwinbria213@gmail.com ISSN 2407-7429 (Online)

38
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 38-43

PENDAHULUAN Hal yang sangat dikhawatirkan adalah


Suatu wilayah negara haruslah memiliki dengan adanya pengaruh teknologi yang semakin
batas-batas yang jelas, tegas, dan dapat diukur. canggih sehingga setiap orang dapat bertukar
Penetapan dan penegasan batas wilayah suatu informasi dengan mudah akan memudarkan
negara merupakan syarat yang penting dan semagat menjaga identitas nasional dan rasa
mendesak, ini didasarkan pada pesatnya nasionalisme bangsa Indonesia sendiri. Tidak
pertumbuhan dan perkembangan yang hanya itu, seperti yang dikemukakan Muta’ali,
memerlukan ruang sehingga ada kemungkinan Marwasta, & Christanto, 2014), rendahnya sumber
yang berpengaruh terhadap perubahan batas daya manusia, rendahnya kesejahteraan
wilayah negara (Hadiwijoyo, 2008). Kedaulatan masyarakat yang disebabkan karena kurangnya
suatu negara baik secara implisit maupun eksplisit pelayanan sosial yang menjangkau masyarakat di
tampak dari batas-batas wilayah negaranya. daerah perbatasan. faktor penyebab lainnya adalah
Kejelasan batas wilayah suatu negara juga terhambatnya kegiatan ekonomi lokal karena
merupakan salah satu syarat pengakuan terhadap keterbatasan sarana dan prasarana sehingga
eksistensinya di dunia internasional sebagai subyek mampu memudarkan nasionalisme masyarakat di
hukum internasional. daerah perbatasan.
Secara keseluruhan, Negara Kesatuan Beberapa permasalahan tersebut dapat
Republik Indonesia memiliki wilayah negara yang mengurangi ketangguhan bangsa Indonesia dalam
berbatasan dengan 10 negara tetangga. Madu, membangun masyarakat sehingga dapat memecah
Nugraha, Loy, & Fauzan. (2010) menjelaskan belah keutuhan Negara Kesatuan Republik
beberapa negara tetangga yang berbatasan Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya penguatan
langsung dengan Indonesia, yaitu Malaysia, Papua nasionalisme, penguatan kearifan lokal (local
New Guinea (PNG), Timor Leste. Sedangkan wisdom), peneguhan nilai-nilai kekeluargaan, dan
perbatasan laut meliputi negara Malaysia, gotong-royong yang ditanamkan pada generasi
Singapura, Papua New Guinea (PNG), Timor Leste, muda terutama pada peserta didik yang
Filipina, Australia, Vietnam, India, Thailand, dan diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah.
Republik Palau. Tulisan ini mengkaji lebih dalam mengenai
Globalisasi sebagai proses terbentuknya penguatan semangat nasionalisme di daerah
suatu tatanan, aturan, sistem yang berlaku bagi perbatasan melalui pendidikan kewarganegaraan
seluruh bangsa di dunia. Globalisasi tidak mengenal berbasis kearifan lokal.
adanya batas wilayah; bahkan tidak mengenal Upaya penguatan nasionalisme melalui
aturan lokal, regional, kebijakan negara. Hal ini pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
menunjukkan bahwa ada kemudahan tersendiri berbasis kearifal lokal ini bertujuan agar peserta
bagi masyarakat yang berada di daerah perbatasan didik mampu berpikir kritis dan berpartisipasi aktif
karena berpotensi untuk berinteraksi dengan dalam membendung hal-hal negatif yang dapat
warga negara tetangga. Pengaruh globalisasi ini melunturkan rasa nasionalisme masayrakat di
juga berlaku disemua bidang kehidupan daerah perbatasan demi terjaganya persatuan dan
bermasyarakat, seperti kehidupan ekonomi, politik, kesatuan Negara Republik Indonesia.
sosial, budaya, dan sebagainya. Hal seperti ini
tentunya sangat mengkhawatirkan jika pengaruh PEMBAHASAN
teknologi ini menjadi media praktis untuk Nasionalisme bukan sekedar instrumen yang
menyebarkan nilai-nilai budaya asing ke wilayah memiliki fungsi sebagai perekat kemajemukan
Indonesia (Sunarso, Sartono, Dwikusrahmadi, & secara eksternal tetapi nasionalisme menegaskan
Sutarini, 2006). Selain itu, dengan kemudahan identitas Indonesia yang bersifat plural dalam
mengakses berbagai informasi dari luar diharapkan dimensi kultural. Nasionalisme dapat ditunjukkan
tidak mematikan nilai-nilai budaya asli, tidak dengan menghindari segala bentuk legalisasi
membentuk opini publik (publik opinion) yang kepentingan pribadi yang bisa mengakibatkan
menyesatkan, serta melemahkan semangat disintegrasi dalam tatanan kehidupan bersama.
nasionalisme dan identitas nasional dari bangsa Lebih dari itu, nasionalisme juga menekankan pada
Indonesia.

39
Makarius Erwin Bria, Penguatan Semangat Nasionalisme di Daerah Perbatasan melalui Pendidikan

perwujudan nilai-nilai dasar dengan berorientasi perbatasan Kalimantan ini, lebih disebabkan oleh
pada kepentingan bersama (Kusumawardani & perlakuan pemerintah yang belum membangun
Faturochman, 2004). secara maksimal di daerah perbatasan tersebut,
Jika kita membaca beberapa literatur, ada sulitnya jangkauan pembinaan oleh pemerintah
beragam pendapat ahli tentang nasionalisme. dan adanya peluang ekonomi di negara tetangga.
Secara etimologis, nasionalisme, natie, national, Lebih parahnya permasalahan yang terjadi selama
semuanya itu berasal dari bahasa Latin, yakni natio ini tidak teratasi karena masyarakat perbatasan
yang berarti bangsa yang dipersatukan karena masih banyak yang tidak mengetahui bagaimana
kelahiran. Kata natio ini berasal dari kata nascie menyalurkan keluhan mereka kepada pemerintah.
yang berarti dilahirkan (Moesa, 2007). Dengan kata Masyarakat, terutama suku terasing lebih suka
lain, nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan menghindar ke pedalaman manakala wilayah
rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa mereka terdegradasi. Kesenjangan akibat selisih
dan bernegara. kurs valuta, sarana dan prasarana darat, laut dan
Menurut teoritikus klasik Ernest Renan udara; sarana komunikasi dan informasi dengan
(Shoeban, 2017) mendefinisikan nasionalisme Malaysia, juga bisa mengurangi tingkat rasa
sebagai le desir de vivre ensemble (keinginan nasionalisme dan kesadaran politik masyarakat
untuk hidup bersama) yang didasarkan pada perbatasan Kalimantan, sehingga orientasi mereka
kesatuan jiwa, rasa, dan karsa yang melewati dalam aspek ekonomi dan perdagangan lebih
proses penyadaran diri sebagai kesatuan kolektif. condong ke Pemerintah Negara Malaysia daripada
Hal ini berarti, kesadaran seperti inilah yang ke Pemerintah Republik Indonesia (Rangkuti,
menopang hadirnya konsep natio-state, yang 2010).
belakangan ini menitikberatkan budaya unik atau Nasionalisme kebangsaan berperan dalam
identitas khas sebuah bangsa yang diciptakana dan menyediakan rasa aman dan stabilitas,
ditanamkan oleh negara sebagai pengikat rasa menciptakan kembali sentimen keutuhan dan
kebangsaan tersebut. Lebih lanjut, nasionalisme kesinambungan dengan masa lalu antarwarga-
kebangsaan merupakan cara untuk mendorong negara. Menguatnya identitas lokal juga perlu
bagaimana globalisasi sendiri dapat dikendalikan dilihat sebagai strategi dalam merumuskan kembali
untuk memajukan kepentingan nasional. nilai-nilai nasionalime (Soebhan, et al., 2017). Oleh
Pengaruh globalisasi di abad ke-21 yang karena itu, haruslah diperhatikan oleh pemerintah
mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat, agar pembangunan dapat dioptimalkan dengan
tentunya akan mempengaruhi juga nilai-nilai yang memperhtikan identitas lokal sebagai khazanah
ada dalam suatu tatanan masyarakat. Pengaruh kearifan lokal. Lebih dari itu, peserta didik juga
positif globalisasi hendaknya menjadikan peluang harus didik dengan baik agar memiliki wawasan
bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerap hal- yang luas dan tidak mudah terpengaruh dengan
hal positif yang tidak menyebabkan terjadinya kehidupan negara tetangga.
benturan dengan budaya lokal. Pengaruh yang Dalam konteks kearifan lokal, kearifan lokal
muncul sebagai akibat dari globalisasi tidak dapat terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) yang
dipungkiri bahwa akan berdampak juga terhadap memiliki arti sama dengan kebijaksanaan dan lokal
nasionalisme masyarakat Indonesia. Masuknya (local) berarti setempat. Secara harafiah, kearifan
budaya barat berdampak pada kecenderungan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
untuk melupakan identitas diri sebagai bangsa setempat (lokal) yang bersifat bijaksana atau
Indonesia, karena dengan begitu adanya dengan kata lain penuh kearifan, dan memiliki nilai
kemungkinan untuk meniru budaya barat yang yang baik. (Sartini, 2004). Negara Indonesia
dianggap sebagai kiblat (Suryono, 2008). Ini berarti merupakan negara yang memiliki karakteristik
bahwa ada kemungkinan untuk mempengaruhi budaya plural dan komplek. Pluralitas budaya
kehidupan masyarakat yang berada di daerah Indonesia tercermin dalam aneka ragam etnik,
perbatasan. bahasa, adat istiadat, agama yang ada dan
Jika kita lihat ke daerah perbatasan seperti berkembang di berbagai daerah di Indonesia
Kalimantan, fenomena lunturnya rasa nasionalisme sebagai negara kepulauan dengan beragam budaya
dan rendahnya kesadaran politik di wilayah

40
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 38-43

yang dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan merupakan suatu tindakan performatif, tindakan
pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal. yang diarahkan untuk mencapai sesuatu yang
Di tengah dinamika kehidupan masyarakat bermanfaat bagi individu dalam proses individuasi
menghadapi beragam permasalahan sosio-kultural dan dalam kerangka partisipasi dengan sesama, (2)
yang kompleks, kearifan lokal dibutuhkan sebagai tindakan pendidikan merupakan tindakan reflektif,
(1) penanda identitas sebuah komunitas, (2) tindakan yang dikaji betul akuntabilitasnya atau
elemen perekat lintas warga, (3) kesadaran dari tindakan yang timbul dari perenungan akan
dalam sehingga tidak bersifat “memaksa”, (4) fisibilitasnya, tidak sekedar spontanitas tanpa
pemberi warna kebersamaan sebuah komunitas, rencana, dan (3) proses pendidikan merupakan
(5) pengubah pola pikir dan hubungan interaktif di suatu tindakan sadar tujuan (Tilaar, 2003).
atas pijakan common ground, (6) pendorong proses Melalui pembelajaran Pendidikan
apresiasi dan partisipasi, sekaligus pengurang Kewarganegaraan terdapat tiga kompetensi dasar
anasir yang merusak integrasi sosial (Arif, 2015). atau tiga kompetensi minimal yakni pertama,
Penggunaan kearifan lokal sebagai bentuk kecakapan dan kemampuan penguasaan
peningkatan potensi budaya lokal (local pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge);
potentialities) sebagai ujung tombak untuk kedua, kecakapan dan kemampuan dalam
menyelesaikan tugas keamanan dan ketertiban membentuk karakter kewarganegaraan (civic
masyarakat (Saptomo, 2010). Dalam konteks ini, disposition) yang mencakup pengakuan
penulis mengusulkan pemberdayaan kearifan lokal kesetaraan, toleransi, kebersamaan, kepekaan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan terhadap masalah warga negara; ketiga, kecakapan
semangat nasionalisme dan identitas nasional. mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan
Menghidupkan kembali nilai-nilai lokal seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses
dalam era global yang berkembang dengan pesat pembuatan kebijakan publik. Lebih lanjut, tujuan
ini adalah suatu upaya yang terbaik. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan (civic education)
ini, Latief (2017) dalam tulisannya Relevansi antara lain, membentuk kecakapan partisipatif
Pancasila dalam Hidup Kekinian menyampaikan yang bermutu dan bertanggung jawab,
bahwa nilai-nilai universal dalam wacana menghasilkan peserta didik yang mampu berpikir
kemanusiaan harus didialogkan dengan khazanah kritis, analitis, komperehensif (Hamidi & Lutfi,
kearifan lokal, visi global harus dipadukan dengan 2010). Selain itu, pendidikan kewarganegaraan
daya cerna budaya lokal. Dengan menguatkan nilai- juga mampu membentuk peserta didik menjadi
nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila warga negara yang baik, bertanggung jawab,
maka Indonesia akan mampu menghadapi mampu memecahkan permasalahan aktual
perkembangan baru dengan satu visi global yang kewarganegaraan, serta membentuk peserta didik
berkearifan lokal. yang baik dan mampu menjaga persatuan dan
Dengan menghidupkan kembali kearifan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia
lokal dari daerah masing-masing berarti yang kuat, sejahtera, dan demokratis.
mengupayakan untuk menjaga dan menjamin Perangin-angin (2017) dalam penelitiannya
kelangsungan hidup dari suatu masyarakat lokal. pada tingkat mahasiswa, menyatakan bahwa
Kaerifan lokal perlu untuk dimanifestasikan pembelajaran sangat penting untuk dikaitkan
sebagai suatu bentuk kekuatan dalam menghadapi dengan kearifan lokal. Hal tersebut dikarenakan
perubahan globalisasi yang terus berkembag kearifan lokal menjadikan pengetahuan atau
dengan cepat. Oleh karena itu, penanaman nilai konsep pembelajaran itu sendiri berguna untuk
kearifan lokal perlu diterapkan dalam lingkungan sekitar. Civic Skills merupakan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kompetensi keterampilan kewarganegaran yang
sehingga peserta didik mampu memahamai nilai- harus dimiliki oleh mahasiswa yang mempelajari
nilai budaya setempat, sehingga seni budaya lokal PPKn. Dengan kata lain, PPKn menjadikan
sebagai identitas lokal yang menunjang mahasiswa terampil dalam menggunakan konsep
terbentuknya identitas nasional bangsa Indonesia. atau pengetahuan kewarganegaraannya. Sehingga
Karakteristik proses pendidikan mempunyai kompetensi civic skills mahasiswa akan terlatih dan
tiga sifat utama, yakni: (1) proses pendidikan berguna jika diterapkan sesuai dengan budaya

41
Makarius Erwin Bria, Penguatan Semangat Nasionalisme di Daerah Perbatasan melalui Pendidikan

lokal yang diaplikasikan dalam pembelajaran pahlawan yang telah menguasai atau menaklukkan
berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu musuh untuk mempertahankan tanah air tercinta.
pengembangan pembelajaran PPKn berbasis Kini tarian likurai yang dikenal sebagai salah
kearifan lokal dapat meningkatkan kompetensi satu identitas lokal dari masyarakat kabupaten
civic skill mahasiswa. Malaka ini masih terus ditarikan pada hari raya
Dari peryataan tersebut bisa disimpulkan besar negara, acara adat, dan penyambutan tamu
bahwa untuk menguatkan semangat nasionalisme negara seperti presiden, gubernur, bupati, camat,
peserta didik, strategi pembelajaran yang dapat maupun jajaran tamu negara lainnya yang
diterapkan di daerah perbatasan adalah dengan berkunjung ke Kabupaten Malaka. Hal ini dimaknai
mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan sebagi bentuk penghormatan kepada para
kewarganegaraan berbasis kearifan lokal. Dengan pahlawan yang telah berjuang mempertahankan
menggali dan menanamkan kembali kearifan lokal tanah air, memperkuat rasa persaudaraan, dan
melalui pembelajaran pendidikan menguatkan rasa cinta tanah air masyarakat
kewarganegaraan, dapat dikatakan sebagai gerakan setempat terutama masyarakat di daerah
kembali pada basis nilai budaya daerahnya sendiri perbatasan.
sebagai bagian dari upaya membangun identitas Dilihat dari segi seni budaya, tarian likurai
bangsa, dan sebagai penyeleksi (filter) pengaruh ini mempunyai peran penting dalam pembentukan
budaya lain yang dapat mempengaruhi budaya karakter manusia. Maelissa, (2008) menjelaskan
daerahnya. pemahaman perasaan dan ekspresi rasa indah
Dalam artikel ini, penulis memilih kearifan turut membentuk kehalusan budi luhur seseorang
lokal yang berada di daerah asal penulis. Kearifan menjauhi bentuk-bentuk kekerasan. Tumbuhnya
lokal yang dimaksud adalah tarian likurai dan rasa memiliki serta kebanggaan terhadap seni
ungkapan itakan rai . Kata likurai dalam bahasa budayanya sendiri akan merupakan senjata yang
Tetun (bahasa asli suku Tetun, Kabupaten Malaka, ampuh untuk menumbuhkan ketahanan budaya
provinsi Nusa Tenggara Timur) diartikan sebagai serta ketahanan lokal dan nasional menghadapi
‘menguasai bumi’. Secara etimologis, liku memiliki terpaan angin budaya luar yang negatif. Dengan
arti sebagai menguasai, dan kata rai artinya ‘tanah’ demikian, maka tarian likurai sebagai seni budaya
atau ‘bumi’. Apabila kita menapaki nilai historis bagi masyarakat Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara
dari tarian likurai ini, maka terdapat makna Timur, mempunyai peran yang sangat penting
perjuangan di dalamnya. Tarian likurai yang dalam menjaga identitas nasional dan menguatkan
berasal dari Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara sikap nasionalisme demi terjaganya persatuan dan
Timur ini merupakan tarian perang yang selalu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ditarikan sebagai bentuk penyambutan atau Pengembangan strategi pembelajaran
menyongsong para pahlawan yang pulang dari kewarganegaraan berbasis kearifan lokal akan
medan perang (Media Indonesia, 2011). Sedangkan, membawa peserta didik pada pembelajaran yang
ungkapan itakan rai sebagai kalimat pemersatu kontekstual. Peserta didik secara langsung terlibat
yang memiliki makna “ini tanah kita”. Ungkapan ini aktif dalam proses pembelajaran sehingga
digunakan sebagai ungkapan untuk pembelajaran akan menarik dan bermakna bagi
mempersatukan antargolongan dalam masyarakat peserta didik. Pembelajaran seperti ini juga
agar tidak terjadi perpecahan. Ungkapan ini sangat menjadi salah satu upaya agar peserta didik tidak
berkaitan erat dengan sila ke-3 Pancasila, yang merasa bosan, tetapi menjadi proses pembelajaran
artinya dalam konteks ini adalah membentuk yang menarik bagi peserta didik.
masyarakat untuk bersatu dan mencintai tanah air.
Tarian likurai baru akan digelar apabila SIMPULAN
pahlawan yang pulang dari medan perang berhasil Dari uraian yang telah dikemukakan
membawa pulang penggalan kepala musuh mereka. menunjukkan bahwa dengan pembelajaran
Feto atau nona (sebutan untuk gadis muda yang pendidikan kewarganegaraan mampu menciptakan
selalu hadir untuk menjemput para pahlawan peserta didik yang berpikir kritis, bertanggung
sambil menarikan tarian likurai. Tarian ini jawab, berpartisipasi aktif dalam menjaga
melambangkan suatu penghormatan bagi para

42
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 38-43

nasionalisme bangsa. Strategi yang dipakai adalah Latief, Y. (2015). Dalam buku Nilai Keindonesiaan.
pendidikan kewarganegaraan berbasis kearifan Disampaikan dalam diskusi panel serial ke-2 pada
lokal, yakni dengan memberikan pemahaman 5 September 2015. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
kepada peserta didik tentang identitas lokal
Madu, L., Nugraha, A., Loy, N., & Fauzan. (2010).
setempat sehingga mampu mebentuk sikap cinta
Mengelola perbatasan Indonesia di dunia tanpa
tanah air pada peserta didik. Pembelajaran batas: isu, permasalahan dan pilihan kebijakan.
pendidikan kewarganegaraan berbasis kearifan Yogyakarta: Graha Ilmu.
lokal memiliki peran penting dalam membentuk Maelisa, S. H. (2008). Pengembangan kajian kearifan
karakter nasionalis peserta didik terutama di lokal dalam pendidikan untuk peningkatan
daerah perbatasan. Ini dikarenakan adanya kualitas sumber daya manusia. Kapata Arkeologi
kecenderungan masyarakat di daerah perbatasan Edisi Khusus. Balai Arkeologi Ambon. 46-58.
memiliki kemudahan untuk berinteraksi dengan Media Indonesia. (6 Januari 2011). Asal usul tarian
likurai. Hal. 9
warga negara tetangga. Dengan demikian,
Muta’ali, L., Marwasta, D., & Christanto, J. (2014).
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
Pengelolaan wilayah perbatasan NKRI.
berbasis kearifan lokal menjadi strategi yang Yogyakarta: Gadjah mada University Press.
dipakai untuk menguatkan semangat nasionalisme Perangin-angin, R.B.B., (2017). Pengembangan
dan penjagaan terhadap identitas nasional Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal
terutama bagi peserta didik demi kesatuan dan dalam Meningkatkan Kompetensi Civic Skill
persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mahasiswa Jurusan PPKn UNIMED, Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (2): 151-160
UCAPAN TERIMAKASIH Rangkuti, Z. (2010). Pengelolaan perbatasan ditinjau dari
Penulis mengucapkan limpah terima kasih sisi sosial, ekonomi, dan ekologi. Jurnal Diplomasi.
2(4). 1-19.
kepada kedua orang tua, teman-teman PPKn
Saptomo, A. (2010). Hukum dan kearifan lokal. Jakarta:
angkatan 2016 yang telah mendukung penulis, dan
PT Grasindo
kekasih tercinta Alexia yang selalu menyemangati Sartini, S. (2004). Menggali kearifan lokal nusantara:
penulis dalam menyelesaikan penulisan artikel ini. sebuah kajian filsafat. Jurnal Filsafat. 37(2). 111-
120.
DAFTAR PUSTAKA Shoban, S. R., Jati, R. W., Andriana, N., Noor, F., & Adam, A.
Arif, M. (2015). Islam, Kearifan Lokal dan W. (2017). Relasi nasionalisme dan globalisasi
Kontekstualisasi Pendidikan. Al-Tahrir. 15 (1). kontemporer; sebuah kajian konseptual.
67-90. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadiwijoyo, S. S. (2008). Batas wilayah negara Indonesia; Sunarso, Sartono, K. E., Dwikusrahmadi, S., Sutarini, Y. Ch.
dimensi permasalahan dan strategi penanganan. N. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Yogyakarta: Penerbit Gaya Media. Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Hamidi, J. & Lutfi, M. (2010). Civic education; antara Suryono, H. (2008). Konfigurasi indentitas nasional,
realitas politik dan implementasi hukumnya. nasionalisme dalam era globalisasi suatu harapan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. dan tantangan. MIIPS. 7(2). 157-163.
Kusumawardani, A. & Faturochman. (2004). Tilaar, A. R. (2003). Kekuasaan dan pendidikan.
Nasionalisme. Buletin Psikologi. 12 (2), 61-72. Magelang: Indonesia Tera.
Zed, M. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

43

Anda mungkin juga menyukai