Antibiotika dan Antifungi – Aktivitas optimal jika kadarnya dlm darah selalu di atas MIC Untuk subjek yang menggunakan antibiotik, • Kadar dan lama antibiotik berada di atas KHM berlaku bervariasi tergantung bakteri dan lokus infeksi – MEC (minimum effective concentration) • Lama kadar bea laktam dan eritromisin berada di – MTC (minimum toxic concentration) atas MIC setidaknya 40-50% dri tiap interval pemberian Untuk bakteri berlaku:ntroduction – Tidak memiliki PAE atau PAE minimal – MIC (minimum inhibitory concentration) • Sehingga bila kadarnya di bawah MIC – MBC (minimum bactericidal concentration) antibiotik tidak berefek bakteri berpeluang untuk tumbuh Berdasarkan integrasi konsep tsb, antibiotik kembali dibagi menjadi 3 kelompok resistensi – Kelompok concentration dependent – Kelompok time dependent Antibiotik dengan PAE = 1.5 jam ; – Kelompok yg efikasinya tergantung waktu dengan TERHADAP GRAM POSITIF : post antibiotic effect bervariasi dr moderat - Aminoglikosida, Oksazolidon, Daptomisin ,Penisilin, Panjang. Karbapenem, Rifampisin, Ketolida, Sulfonamid, Kelompok konsentrasi dependent ; Kinolon, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Tigesiklin, Klindamisin ,Trimetropim, makrolida, vankomisn • Cara mengevaluasi aktivitas antibiotik – Rasio Cmax/MIC , – Rasio AUC 0-24 jam/MIC TERDADAP GRAM NEGATIF ; Rasio Cmax/MIC : Aminoglikosida,Karbapenem,Kloramfenikol – Potensi optimal jika kadarnya di dalam darah lebih Kinolon,Rifampisin,Tetrasiklin,tigesiklin,makrolida,va besar dari MIC (minimum inhibitory concentration) nkomisn. rasio Cmax/MIC = 5-10 kali – Jika rasio lebih rendah mikroba berkembang KELOMPOK TIME DEPENDENT WITH LONG menjadi resisten MODERAT PAE : Kelompok concentration Efikasi tergantung pada waktu dan memiliki PAE yg – Jika rasio lebih tinggi dari 10 tolerabilitas bervariasi dari moderat sampai panjang pasien • regimen dosis tidak perlu dosis besar, tetapi – Fluorokuinolon bahkan memiliki rasio 150 u/ interval pemberian yg cukup rapat kadar eradikasi Eschericia coli, sedangkan untuk antibiotic mencapai MIC setidaknya 50%-60% pada Pseudomonas aeruginosa rasionya 5 tiap interval Rasio AUC 0-24 jam/MIC : • Aktivitas antibiotik masih aktif meskipun kadarnya • Eradikasi gram positif 30-50 dibawah MIC selama beberapa jam • Eradikasi gram negatif 100-250 125-250 agar • Parameter efikasi AUC 24/MIC optimum – Contoh vankomisin butuh rasio =125, atau hingga • Fluorokuinolon dan makrolida memerlukan rasio 400 pada kasus2 sulit 30-40 u/ eradiokasi streptococcus pneumoniae • Kaidah regimen dosis jg harus memperhatikan • Telitromisin membutuhkan rasio yg lebi besar >= ADME. 200 u/ strain yg sama. PARAMETER Cmax/MIC, AUC 24/MIC ; -Kelompok ini memiliki sifat post antibiotic Aminoglikosida (gentamisin, amikasin, tobramisin) effect (PAE) antibiotik masih menimbulakn • Daptomisin, • Fluorokuinolon (siprofloksasin, efek meskipun kadarnya di dalam darah levofloksasin, lomefloksasin, gatifloksasin,• Ketolida berada di bawah MIC selama 6-8 jam. (telitromisin),• Metronidazol. Contoh: Aminoglikosida PAE 2-10 jam thd bakteri gram (-) pada studi menggunakan hewan krn bakteri yang terpengaruh antibiotik lebih udah difagosit oleh leukosit PARAMETER T> MIC PROTEIN PENGIKAT OBAT DI PLASMA Eritromisin,Karbapenem,Klaritromisin, Linezolid Penisilin, Sefalosporin. Ikatan obat – protein yang irreversible – Hasil aktivasi dilanjutkan dg ikatan yang kuat PARAMETER AUC 24/MIC antara obat dg makromolekul/protein melalui Azitromisin,Klindamisin IKATAN KOVALEN Oksazolidinon,Tetrasiklin – Ikatan irreversible dapat terjadi pada periode yang Vankomisin. pendek (co: obat yg membentuk produk antara reaktif pad toksisitas hati akibat PCT) dan panjang Konsep PKPD, antifungi dibagi menjadi (co: karsinigenik kimia). – Kelompok concentration dependent Ikatan obat – protein yang reversible – Kelompok time dependent – obat - protein lemah berasal dr ikatan kimia yg lemah (co: ikatan hidrogen dan van der waals) – Ikatan pada gugus2 protein (gugus karboksil, hidroksil,dll) – Ikatan obat yg reversible , tidak mudah melewati membran • Tidak aktif secara farmakologi.
Makromolekul dalam darah yg dapat
berikatan dg obat: – albumin,– a1 asam glikoprotein,– lipoprotein – immunoglobulin (Ig G) , – dan eritrosit.
Sbg protein transpor albumin dapat berikatan dg :
– FFA, bilirubin, hormon (kortison, aldosteron,
tiroksin, triptofan – obat-obat asam lemah (anionik) berikatan dengan Gol triazol time dependent dg PAFE albumin dg ikatan elektrostatik dan hidrofobik panjang tidak perlu dosis besar – Obat asam lemah yg terikat kuat dg albumin: asam mengurangi efek samping GI (mual, muntah, salisilat, fenilbutazon, penisilina. diare), hepatotoksik, rash • Flukonazol gol triazol yg paling unggul Bioavailabilitas 100% (tdk mengalami first pass effect) • Flukonazol inhibitor enzim CYP (2c9, 2C19, 3A4) interaksi obat. Golongan poliene, mirip dg aminoglikosida concentration dependent, bersifat nefrotoksik • Contoh amfoterisin B toksik pada darah rx infus : demam, pusing, thromboflebitis diatasi dg premedikasi pct dan heparin, diberikan jg salin u/ mencegah nefrotoksik • PAFE antifungi tidak berkaitan dg waktu paruh – Amfoterisin B T1/2 = 15 hari PAFE 12 jam – Nistatin t ½ 5-6 jam PAFE = 6-15 jam. HUBUNGAN IKATAN PROTEIN DENGAN DISTRIBUSI DAN ELIMINASI: Obat terikat protein molekul besar tidak bisa difiltrasi o/ glomerulus • Sefalosporin eliminasi utama lewat ginjal t ½ meningkat
Konsentrasi obat dlm plasma yg rendah disebabkan
oleh: – Distribusi luas ke dalam jaringan (lipofilisitas) – Distribusi yg luas ke jaringan ok ikatan protein d jaringan perifer – Kurangnya ikatan protein plasma
PENGARUH IKATAN PROTEIN DAN VD :
Obat yg terikat kuat pada protein plasma fraksi obat bebasnya (fu) rendah dlm cairan plasma tidak mudah berdifusi kurang terdistribusi ke jaringan VD kecil • Obat-obat seperti warfarin, furosemid, tolbutamid terikat protein plasma > 90% VD antara 7,7-11,2 per 70kg BB. • Obat2 basa terikat secara luas baik ke jaringan maupun protein plasma (imipamin, nortriptilin, propanolol) VD besar.
Pendesakan obat dari protein plasma dapat
mempengaruhi farmakokinetika obat : 1. Secara langsung meningkatkan konsentrasi obat bebas sbg akibat penurunan ikatan protein dalam darah 2. Meningkatkan konsentrasi obat bebas yg mencapai site reseptor langsung, menyebabkan respon farmakodinamik yg lebih kuat (efek toksik) 3. Meningkatkan konsentrasi obat bebas, menyebabkan peningkatan sementara VD dan mengurangi sebagian peningkatan konsentrasi obat bebas dalam plasma 4. Meningkatkan konsentrasi obat bebas, menyebabkan semakin banyak obat terdistribusi ke jaringan dan organ pengeliminasi (Liver dan ginjal) menyebabkan peningkatan sementara eliminasi obat – Konsentrasi obat yg mencapai target tergantung dari 1 atau lebih dari faktor di atas yg mendominasi keadaan klinik