Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Disusun sebagai salah satu tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Oleh:

SERLLY RIANI SETYOWATI

NANDA RAYA YOLANDA

SANTI SEPTIANI

PINA NURMALA PAUZIAH

MADRASAH TSANAWIYAH KARYAMUKTI


KOTA BANJAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Study Tour ini. Shalawat serta salam senantiasa
kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini
murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan
kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Banjar, Januari 2019


Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………….. i

Daftar Isi ……………………………………………………….. ii

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 1

BAB II Pembahasan ……………………………………………………….. 2

A. Sejarah Candi ……………………………………………………….. 2

B. Komplek Candi ……………………………………………………….. 4

C. Arsitektur Candi ……………………………………………………….. 7

D. Sejarah MGM ……………………………………………………….. 8

E. Lokasi MGM ……………………………………………………….. 8

F. Wahana MGM ……………………………………………………….. 9

BAB III Kesimpulan ……………………………………………………….. 10

A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 10

B. Saran ……………………………………………………….. 10

Daftar Pustaka ……………………………………………………….. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi yang layak untuk
disinggahi. Disamping banyak lokasi sejarah, Yogyakarta memiliki banyak tempat-
tempat yang dirasa cukup baik untuk dikunjungi. Dalam kesempatan study tour ini
kami berkesmpatan mengunjungi beberapa tempat diantaranya Candi Prambanan,
Museum Gunung Merapi, Malioboro, dan banyak lagi.
Kami merasa tertarik untuk mempelajari dan akhirnya menyusunnya dalam
bentuk sebuah karya tulis ilmiah. Karya tulis ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan
ke candi Prambanan yang terletak di daerah Prambanan Sleman, Yogyakarta saat
study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, kami memiliki beberapa alasan yaitu
kami secara langsung mengamati bentuk fisik candi Prambanan di lapangan,
mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoalkan perlu diteliti dan
ditulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah dalam
karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah candi Prambanan?
2. Apa yang ada di kompleks candi Prambanan?
3. Bagaimana arsitektur candi Prambanan?
4. Bagaimana sejarah singkat Museum Gunung Merapi ?
5. Dimana Lokasi Museum Gunung Merapi ?
6. Lokasi apasaja yang ada di daerah Museum Gunung Merapi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Prambanan


1. Pembangunan
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun
di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan
sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak
jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi
agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa,
hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu
wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya,
dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali
mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra
cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa
kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke
pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai
Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala
dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856
M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli
bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha. Dalam prasasti ini
disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan
juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat
candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke
selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa
aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu
dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi.
Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong
lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan
lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal
atau candi pendamping).
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja
Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas
dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena
kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan
Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak
kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-

2
muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab
Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat
kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat
Prambanan di Dataran Kewu.
2. Ditelantarkan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu
Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini
tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan
hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi
Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan
kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak
terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada
abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu,
candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang
menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi
ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah
perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai
Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta
dan Kasunanan Surakarta (Solo).
3. Penemuan kembali
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan
candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya,
siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil
imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula
keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa,
ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo
satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi
Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.
.
4. Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang
sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van
Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh
Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara
yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para
pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara
sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926
dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931

3
digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian
diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut
hingga tahun 1993 .
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi
Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan
oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang
direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal
75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak
dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.

B. Kompleks Candi Prambanan


Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata
angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk
utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

1. Tiga Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma.


2. Tiga Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa.
3. Dua Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi
Wahana di sisi utara dan selatan.
4. Empat Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk
halaman dalam atau zona inti
5. Lima Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
6. Dua ratus dua puluh empat Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris
dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68, maka
terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi
kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2
candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya
2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks

4
candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona
tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona
tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur
sangkar yang terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi
tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-
masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali
gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah
banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui;
kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan murid-
muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat dari bahan
kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain
Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga dewa
utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang
Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua
dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan
tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
1. Candi Siwa
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi.
Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar
batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman
berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang
disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu
tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tertinggi
di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.
Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang
melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu
sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa
dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana;
terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari
jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai
urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina
yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini
dilanjutkan ke Candi Brahma.
2. Candi Brahma dan Candi Wishnu

5
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi
utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan.
Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang
dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan
Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter.
Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33
meter.

3. Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada
candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana
dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan
sang Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa
penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat
arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya
mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan
berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta
yang ditarik 7 kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini
kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam
arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat
candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di
dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada
di dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu
sebagai lambang negara Garuda Pancasila.
4. Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran
Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan
tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa
kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali
tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu
masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di
muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi
Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
5. Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam,
tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua
berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah
halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi perwara yang
disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat

6
undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-
candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi
Perwara" yaitu candi pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun
dalam empat baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52
candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68
candi.

C. Arsitektur Candi Prambanan


Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang
berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala, sementara bentuk
candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki
nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk
gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi
mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas
beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari
yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep
Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir
sama. Baik lahan denah secara horizontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
1. Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang
fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih
terikat dengan hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terluar
dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
2. Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci,
resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya
kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bhuwarloka.
3. Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah tertinggi sekaligus tersuci
tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap
candi melambangkan ranah swarloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan
dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna
Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau
halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk
stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75
meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang
belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran
emas dengan aksara bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam
peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping

7
uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak, cangkang
kerang, dan 12 lembaran emas (5 di antaranya berbentuk kura-kura, ular naga (kobra),
padma, altar, dan telur).

D. Sejarah Singkat Museum Gunung Merapi


Museum Gunung Merapi seluas 3.5 ha berdiri sejak tahun 2005 atas kerjasama
Kementrian Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah
Kabupaten Sleman. Dibangun atas prakarsa Kementrian ESDM, destinasi MGM ini
terletak sekitar 45 menit dari pusat Kota Yogyakarta. Gedung seluas 6500 M2 diresmikan
tanggal 1 Oktober 2009 dan soft opening tepat 1 Januari 2010 dengan Unit Pelaksana
Teknis di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman yang dibantu oleh
tenaga Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK).

E. Lokasi Museum Gunung Merapi


Museum Gunung Merapi ini terletak di Desa Hargobinangun – Sleman
Yogyakarta.

Akses menuju MGM untuk sementara ini baru bisa dijangkau menggunakan kendaraan
pribadi baik motor, mobil, atau bis pariwisata. Kondisi jalan menuju kawasan ini juga
sudah cukup baik.

F. Lokasi Yang Ada di MGM


1. Lava Tour Merapi (Jeep Tour)
2. Museum Mini Sisa Hartaku

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa Tengah ±17
Km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai
banyak sejarah sehingga tidak heran banyak wisatawan asing yang ingin mengunjungi
tempat-tempat wisata di daerah Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan yang
berdiri di sebelah timur sungai Opak ±200 m sebelah utara Yogya-Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat menyimpulkan:
1. Candi Prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang bukan saja
dari bentuk bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi filosofi dan sejarahnya.
2. Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan
mancanegara yang datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia
dan warisan bernilai tinggi dari abad ke-9.

B. Saran
1. Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Prambanan yang
sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu
memaksimalkan potensi karena selain merupakan sumber penghasilan untuk
masyarakat sekitar Prambanan juga aset pariwisata nasional Indonesia penambah
devisa Negara selain non-migas.
2. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan
Candi Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan
, arkeologi dan ilmu pengetahuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ariswara. (1993). Prambanan. Jakarta: Intermasa.

Slamet. (2009). Macam-macam Candi Prambanan. Bandung: Erlangga.

Soetarno, Drs. R. (2002). Aneka Candi Kuno di Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Sukwiati. (2009). Candi Prambanan. Jakarta: Yudhistira.

Tim. (2011). Kompleks Percandian Prambanan dan Candi Sekitarnya. Yogyakarta: PT.
Taman Wisata Candi.

10

Anda mungkin juga menyukai