Anda di halaman 1dari 38

FARMASI INDUSTRI

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)


SEDIAAN STERIL

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt

Disusun oleh :
Anizha Amalia 19334748
Ayu Nur Azzizah 19334749
Pebrini Intan Sari 19334721
Sekar Ar-rum 19334722

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA – 2019

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 3


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 3

BAB II CPOB ........................................................................................................... 4


2.1 Pembuatan Produk Steril ............................................................................ 4
2.2 Sarana dan Prasarana ................................................................................ 5
2.3 Proses Produksi Sediaan Steril .................................................................. 10
2.4 Sumber Daya Manusia (PERSONALIA) .................................................. 18

BAB III SEDIAAN STERIL .................................................................................. 19


3.1 Alur Penyiapan Alat Bahan ............................................................................ 19
3.2 Proses Produksi Sediaan Steril ........................................................................ 20
3.3 Sumber Daya Manusia ...................................................................................... 23
3.4 Sarana dan Prasarana ....................................................................................... 34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 36


4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 36

BAB V DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak
aman, mutu rendah atau tidak efektif

Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,


diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan
dimonitor efektivitasnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana alur penyiapan alat dan bahan untuk memproduksi sediaan steril dengan
prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2. Bagaimana proses produksi sediaan steril dengan prinsip Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB)
3. Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam proses memproduksi sediaan steril dengan
prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB)

1.3 TUJUAN
Memproduksi sediaan steril sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.

3
BAB II
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)

2.1 PEMBUATAN PRODUK STERIL


Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan
memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat
tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan sikap personil yang terlibat.

PERALATAN

Peralatan kritis yang harus dikualifikasi antara lain sterilisator misal otoklaf dan oven.

Kualifikasi kinerja otoklaf hendaklah mencakup:

 Distribusi panas
Pengukuran hendaklah menggunakan probe/ termokopel minimal 10 buah; 12 buah untuk 2 m
3 dan tiap penambahan 1 m 3 jumlah probe/ termokopel hendaklah ditambah 2, dengan
perbedaan suhu antar probe/ termokopel tidak lebih dari 1°C sedangkan titik tertinggi dan
terendah hasil pemeriksaan distribusi panas hendaklah maksimal 5°C dalam keadaan kosong.
 Penetrasi panas
Penetrasi panas dilakukan menggunakan mikroba standar antara lain:
* Bacillus stearothermophilus

Kualifikasi hendaklah dilakukan terhadap otoklaf dalam keadaan baik kosong


maupun terisi untuk tiap jenis muatan, misal: wadah terisi, wadah kosong, pakaian dan
sebagainya. Untuk muatan yang berisi cairan lebih dari 100 ml (misalnya 250 ml, 500 ml dan
1000 ml) hendaklah dilakukan pemetaan suhu (container mapping). Pemetaan suhu dapat
dilakukan dengan ”bracketing method” bila mempunyai ketiga jenis kemasan tersebut.
Untuk proses sterilisasi wadah yang besar, filter yang sudah dirakit dalam rumah
filter dan obat jadi dalam kemasan yang besar, termokopel dan bioindikator hendaklah
dimasukkan kedalamnya.

Kualifikasi kinerja oven :


Kualifikasi hendaklah dilakukan terhadap oven dalam keadaan kosong maupun terisi untuk
tiap jenis muatan, misal: wadah kosong, nozzle dan sebagainya. Untuk produk yang harus
bebas pirogen, kualifikasi oven hendaklah mencakup validasi proses depirogenisasi.
Penetrasi panas dilakukan menggunakan mikroba standar antara lain:
* Bacillus subtilis

Kualifikasi hendaklah dilakukan pada:


 alat baru dipasang, dimodifikasi, dipindahkan atau penggantian setiap komponen yang kritis
dari sterilisator;
 rekualifikasi periodik;
 tiap perubahan konfigurasi muatan (”loading pattern”); dan

4
 masalah kontaminasi. Termokopel yang dipakai untuk melakukan kualifikasi baik otoklaf
maupun oven sterilisator hendaklah dikalibrasi sebelum dan sesudah kualifikasi.

2.2 SARANA DAN PRASARANA

Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih, area bersih untuk
pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan yang
dipersyaratkan.
Ruang bersih dan sarana ruang bersih

Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi harus dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap Kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini
dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja.

Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona Kelas A.

Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah.

5
Bangunan
Bangunan pada produksi sediaan steril harus dibangun sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan oleh CPOB agar dalam produksi sediaan steril yang dihasilkan mendapat
hasil yang baik dan sesuai dengan persyaratan.
a. Bangunan industri harus didirikan di lokasi yang terhindar dari pencemaran dan tidak
mencemari lingkungan
b. Bangunan industri harus memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi
c. Bangunan industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan yang rancang bangun dan
luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan jumlah obat yang dibuat. Jenis dan jumlah alat
yang digunakan, jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.
d. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan diarea yang saling berhubungan antara satu
ruangan dengan ruangan yang lain mengikuti urutan tahap produksi
e. Bangunan industri di dirikan atas sifat yang kokoh, dengan tujuan agar bisa terhindar dari
bencana seperti gempa dan banjir.
1. Ruang
Dalam melakukan produksi sediaan steril setiap ruangan yang dipakai harus selalu
terkontrol untuk menjaga kualitas sediaan nantinya. Oleh karena itu setiap ruangan
mempunyai criteria tertentu yaitu ruangan dalam keadaan bersih. Persyaratan ruangan bersih
sebagai berikut:
a. Mencegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda.
b. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat harus dipisahkan dengan bahan
produk obat.
c. Ruang terpisah untuk membersihkan alat yang dapat dipindah-pindahkan dan ruangan
untuk menyimpan bahan pembersih.
d. Kamar ganti pakaian terhubung langsung dengan ruang produksi tetapi letaknya terpisah.
e. Kamar mandi tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapi dengan ventilasi
yang baik.
f. Ruang produksi dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya :
2. Ditinjau dari segi ruangan produksi antara lain :
a. Lantai. Pada ruang produksi tablet, kapsul, dan sirup terbuat dari semen yang dilapisi
epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata, mudah dibersihkan, tidak
menahan parikel dan tahan terhadap detergent dan desinfektan. Sedangkan pada ruangan
produksi sediaan sterilisasi injeksi lantai tidak boleh ada sekat . Hal ini meminimalisir
adanya bakteri, mudah dibersihkan.

6
b. Dinding. Dinding pada ruangan produk steril injeksi harus terbuat dari tembok yang
dilapisi dengan epoksi sehingga permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air,
mudah dibersihkan, tahan terhadap detergent, desinfektan serta tidak menjadi tempat
bersarangnya binatang kecil.
c. Langit-langit. Langit-langit pada ruangansteril sediaan injeksi tidak boleh ada sudut dan
terbuat dari beton yang dilapisi epoksi sehingga permukaan langit-langit menjadi licin
dan rata serta mudah dibersihkan. Tidak ada sudut untuk mencegah pertumbuhan lumut
atau mengatasi kelembaban yang menimbulkan adanya bakteri dan langit-langit harus
sering dibersihkan agar sediaan benar-benar steril.
3. Ditinjau dari segi ruang sterilasi
Tiap ruangan dengan klasifikasi berbeda-beda dipisahkan oleh ruangan. Tiap ruangan
diberi nomor ruangan untuk dokumentasi pabrik yang dibagi dalam tiga kelas ruangan/area
berdasarkan tingkat kebersihan, antara lain:
a. Grey area
Grey area merupakan area produksi, dimana proses produksi berlangsung. Pada area
ini kebebasan telah dikurangi, yaitu barang atau karyawan tidak bebas memasuki area ini.
Dilakukan penganganan khusus terhadap udara, rancang bangun dan konstruksi ruangan,
seperti lantai dan langit – langit tidak boleh bercelah dan tahan terhadap bahan kimia, dinding
harus terbuat dari beton dan dicat dengan cat yang tahan dicuci, serta pintu dan peralatan
lainnya tidak boleh terbuat dari kayu. (grey area) yang meliputi antara lain ruang
penimbangan, ruang sterilisasi akhir, dan ruang evaluasi.
Pada grey area supply udara yang akan disalurkan dalam ruang produksi berasal dari
2 sumber, yaitu berasal dari udara yang disirkulasi kembali (sebanyak 80%) dan berasal dari
udara bebas (20%). Supply udara tersebut melalui filter yang terdapat di dalam filter
house yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%
dan medium filter yang memiliki efisiensi penyringan sebesar 95%. Selanjutnya, supply udara
ini melewati cooling coil (evaporator) yang akan menurunkan suhu dan kelembaban relatif
udara. Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang produksi diatur dengan
menggunakan volume dumper. Kelas-kelas ruangan ini menunjukkan tingkatan kontaminasi
partikel di ruangan tersebut.
Untuk ruangan grey area ini :
a) Personal harus mencuci tangan dan kaki serta pakaian nya pun harus bersih. Untuk
pakaian personel yaitu tidak berkantong, warna berbeda tiap bagian, tutup kepala, masker dan
sarung tangan.

7
b) Desain ruangan di butuhkan perlakuan khusus. Seperti penanganan khusus terhadap
udara, rancang bangun dan kontruksi ruangan, seperti lantai dan langit-langit tidak boleh
bercelah dan tahan terhadap bahan kimia. Dinding harus terbuat dari beton dan di cat
dengan cat yang tahan dicuci, seperti pintu dan peralatan lainnya tidak boleh terbuat dari
kayu
c) Kebebasan personal untuk masuk area ini sudah di kurangi
d) Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai tempat produksi obat-obatan,di mna
tempat ini sangat penting dari semua area yang ada, karena proses intinya ada di ruangan
ini
e) Kelembaban yang ada pada Grey Area adalah 45-75% (khusus unuk ruangan kapsul =
30-40%), mempunyai kelembaban 20-28°C.
b. White Area
White area merupakan area produksi untuk sediaan steril. Untuk memasuki white
area, karyawan harus mencuci tangan dan kaki serta mengganti pakaian dari grey area dengan
pakaian khusus yang steril. Peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu,
demikian juga ruangan harus dibersihkan dengan desinfektan.
Contoh area ini yaitu seluruh ruangan pada pembuatan obat steril. Pada white
area supply udara yang akan disalurkan dalam ruang produksi berasal dari 2 sumber, yaitu
berasal dari udara yang disirkulasi kembali (sebanyak 80%) dan berasal dari udara bebas
(20%). Supply udara tersebut melalui filter yang terdapat di dalam filter house yang terdiri
dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35% dan medium filter yang
memiliki efisiensi penyringan sebesar 95%.
Selanjutnya, supply udara ini melewati cooling coil (evaporator) yang akan
menurunkan suhu dan kelembaban relatif udara. Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang
produksi diatur dengan menggunakan volume dumper. Selain itu, dalam white area ini harus
melewati HEPA filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 99,997%.
Syarat ruangan white area:
a) Ruangan harus steril.
b) Peralatan dan pakaian yang digunakan harus steril. pada ruangan ini pakaian kerjanya
model celana/baju terusan, sepatu, tutup kepala, masker dan sarung tangan.
c) Karyawan yang akan memasuki area harus bersih dan steril.
d) Ruangan mempunyai rancangan khusus, seperti tembok dengan cat yang tahan dicuci,
pintu dan peralatan lainnya tidak boleh terbuat dari kayu.
e) Udara dari luar tidak boleh memasuki ruangan. Menggunakan sanitasi udara
f) White Area ini harus mempunyai kelembaban 44-45°C, temperaturnya 16-25%.

8
c. Black area
Black area merupakan ruangan, dimana pada ruangan ini seluruh produk obat sudah
dalam keadaan tertutup dalam kemasan primer. Dan pada daerah ini tidak perlu penanganan
khusus baik udara maupun konstruksi bangunan. Contoh area ini adalah kantor, loker, gudang
bahan baku, gudang obat jadi, gudang bahan pengemas primer dan sekunder, ruang
administrasi gudang, ruang pengemasan sekunder, dan ruang laboratorium kimia fisika.
Daerah pengolahan produk steril harus dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus. Ruangan harus bebas dari debu, dialiri udara yang
melewati saringan bakteri. Saringan tersebut harus diperiksa pada saat pemasangan serta
dilakukan pemeriksaan secara berkala.
Syarat ruangan black area ini:
a) Ruangannya tidak perlu steril.
b) Jumlah karyawan yang berada di area tersebut.
c) Ruangan dan alat tidak membutuhkan penangan yang khusus baik udara maupun
kontruksi bangunan.
d) Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat,
serta tempat dimana para karyawan bisa dengan leluasa melakukan tugas mereka tanpa
adanya penangan khusus.
e) Ruangan ini mempunyai kelembaban 45-75% dan temperatur 20-28°C. area ini tidak
begitu memperhatikan penataan udara dikarenakan black area ini termasuk non steril.
4. Syarat ruangan produksi steril
Ruangan produksi steril adalah tempat yang disiapkan secara khusus dari bahan-bahan
dan tat bentuk yang harus sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Ruangan
produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partike.
b) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
c) Suhu 18 – 22°C, Kelembaban 35 – 50%
d) Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter atau udara yang ada didalam ruangan
disaring dengan HEPA (High Eficiency Particulate Air) filter agar mendapatkan udara
yang bebas mikroorganisme dan partikel.
e) Tekanan udara didalam ruangan lebih besar daripada udara diluar, sehingga udara
didalam mengalir keluar (udara diluar yang lebih kotor tidak dapat masuk kedalam
ruangan yang lebih bersih.
f) Minimal harus terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area, intermediate area
(grey area),dan area bersih (white area)

9
2.3 PROSES PRODUKSI SEDIAAN STERIL

Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu keadaan dimana suatu produk atau sediaan dirancang aman
dan steril, bebas dari mikroorganisme hidup (artinya semua mikroorganisme hidup itu
mati). Pada proses steril menggunakan teknik aseptis yaitu teknik pembuatan sediaan steril,
dimana perlu kondisi steril dari awal proses pembuatan sediaan yang meliputi ruang, alat
bahan, dan personalia.
1. Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:
a. Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak
boleh mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
b. Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan
proses yang sederhana, cepat dan biaya murah.
c. Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan
kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata.
2. Metode sterilisasi :
a. Sterilisasi panas.
Semua siklus sterilisasi cara panas hendaklah dicatat pada suatu grafik suhu-waktu
atau dengan cara otomatik lain yang sesuai. Catatan suhu-waktu hendaklah merupakan bagian
dari catatan bets. Indikator kimia dan biologi dapat digunakan sebagai tambahan tetapi tidak
menggantikan peran pengawasan fisik. Pada periode pendinginan setelah mencapai fase suhu
tertinggi hendaklah dicegah kemungkinan kontaminasi terhadap muatan yang sudah steril
oleh udara tidak steril yang masuk ke otoklaf pada saat pendinginan tersebut berlangsung.
b. Sterilisasi panas basah.
Cara ini cocok untuk larutan air dan bahan yang dapat dibasahi air. Bahan jenis lain
hendaklah disterilkan dengan cara lain.
Sterilisasi panas basah dicapai dengan menggunakan uap air jenuh yang bertekanan
dalam rongga sterilisasi yang sesuai. Dalam kondisidemikian. terdapat hubungan yang pasti
antara suhu dan tekanan uap air. tetapi tekanan digunakan hanya untuk mencapai suhu yang
dikehendaki dan tidak berperan dalam sterilisasi. Waktu, suhu dan tekanan digunakan untuk
mengawasi dan memantau proses.
Barang yang akan disterilkan. selain dari produk berair dalam wadah tertutup rapat.
hendaklah dibungkus dalam suatu bahan yang memungkinkan penghilangan udara
danpenetrasi uap air. dan yang dalam keadaan normal tidak akan mengakibatkan pencemaran
balik oleh mikroba setelah sterilisasi.

10
Hendaklah diperhatikan agar uap air yang digunakan pada sterilisasi mempunyai mutu
yang tepat dan tida mengandung bahan tambahan dalam kadar yang dapat mencemari produk
atau peralatan
Ciri-ciri pemanasan basah
a) Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air.
b) Proses pembunuhan mikroba berdasarkan koagulasi / penggumpalan zat putih
telur dari mikroba tersebut .
c) Waktu yang diperlukan lebih singkat, kira-kira 30 menit.
d) Suhu yang diperlukan lebih rendah, maksimal 1160 ( dalam otoklaf ). Satu gram
uap air 1000 jika mengembun menjadi air 1000 membebaskan 536 kalori.
e) Digunakan pada sediaan injeksi dengan pembawa berair.
Sterilisasi Uap (menurut FI.ed.IV.)
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210 , kecuali
dinyatakan lain.
Alat yang digunakan adalah autoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan
tutup yang berat, mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya,
termometer, pengatur tekanan udara, klep pengaman.
Cara pengguanaan autoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara
keluar. Pengusiran udara pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan
udara keluar dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari
ujung pipa karet dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan
sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan
akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.
Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan tekanan
atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain,
karena suhunya lebih tinggi.
Alat-alat yang dapat disterilkan menggunakan metode ini yaitu, alat pembalut, kertas
saring, alat gelas ( buret, labu ukur ). Sedangkan bahan-bahannya banyak obat-obat tertentu.
Lama penyeterilan dihitung sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat mati dengan
cara ini, penambahan bakterisida (fenol 5 % , lisol 2 - 3 %) dapat mempersingkat waktu
penyeterilan. Beberapa alat kedokteran dapat disterilkan dengan cara ini.

11
Cara-cara sterilsisai basah
a) Tyndalisasi / Pasteurisasi. Digunakan pada bahan obat yang tidak tahan pemanasan
tinggi dan tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri (emulsi, suspensi). Caranya
: Panaskan pada suhu 700 - 800 selama 40 – 60 menit, untuk mematikan mikroba
bentuk vegetatifnya. Diamkan pada suhu 300 selama 24 jam , untuk membiarkan
mikroba bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif. Ulangi pemanasan selama 3
– 5 hari berturut-turut.
b) Dengan uap air pada suhu 1000. Alat yang digunakan Semacam dandang. Alat yang
akan disterilkan harus dimasukkan setelah mendidih dan kelihatan uapnya
keluar. Metode ini memiliki keuntungan yaitu, uap air yang mempunyai daya
bakterisida lebih besar jika dibanding dengan pemanasan kering karena mudah
menembus dinding sel mikroba dan akan menggumpalkan zat putih telurnya.
c. Sterilisasi panas kering
Pemanasan kering cocok untuk sterilisasi peralatan, larutan bukan air dan bahan
lain yang tahan terhadap suhu sterilisasi yang dikehendaki. Pemanasan hendaklah
dilakukan di dalam suatu lemari sterilisasi atau peralatan lain yang dapat mencapai
kondisi sterilisasi pada seluruh muatan. Sistem penyalur udara dan penghisap udara pada
lemari sterilisasi hendaklah dilengkapi saringan yang tepat.
Ciri-ciri pemanasan kering :
a) Yang dipanaskan adalah udara kering
b) Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara
c) Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150o. Satu gram udara pada suhu
100o, jika didinginkan menjadi 99o hanya membebaskan 0,237 kalori.
d) Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
e) Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
Sterilisasi panas kering menurut FI.ed. IV
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi
udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam
bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o , jika alat sterilisasi beroperasi pada
suhu tidak kurang dari 250o.
Alat yang digunakan yaitu oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda,
dilengkapi dengan termometer dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan
dari bawah dengan gas atau listrik.

12
Alat-alat yang dapat disterilkan dengan metode ini adalah alat-alat dari gelas
(gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong), Sedangkan
bahannnya adaalah bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
Saat pemijaran memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari
lampu spiritus. Cara ini sangat sederhana, cepat dan menjamin sterilitas bahan / alat yang
disterilkan, sayang penggunaannya hanya terbatas untuk beberapa alat / bahan
saja. Syarat pemijaran yaitu seluruh permukaan alat harus berhubungan langsung dengan
api selama tidak kurang dari 20 detik.
Benda-benda yang dapat disterilkan dengan pemijaran adalah benda-benda logam
(pinset, penjepit krus), gelas / porselin (sudip, batang pengaduk, kaca arloji, tabung
reaksi, mulut wadah, erlemeyer, botol). Mortir dan stamper disiram dengan alkohol
mutlak kemudian dibakar. Bahan obat ( ZnO, NaCl, Talk )
d. Sterilisasi saring
Cara sterilisasi dengan penyaringan sebaiknya tidak dipakai bila sterilisasi
cara panas masih memungkinkan.
Larutan atau cairan dapat disterilkan dengan penyaringan dengan ukuran nominal
pori 0,22 mikron atau yang sama kemampuannya menahan mikroba. Hasil saringan
ditampung di dalam wadah yang sudah disterilkan.
Keutuhan perangkat saringan hendaklah diperiksa dengan metode yang tepat
misalnya uji tekanan titik-gelembung atau uji tekanan aliran-maju yang dilakukan segera
sebelum dan sesudah pemakaian saringan. Hasil pemeriksaan dicatatpada catatan bets.
Saringan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan pada larutan, misalnya
menyerap bahan berkhasiat dari larutan atau melepas zat ke dalam larutan. Karena
sterilisasi cara saring mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan cara sterilisasi
lain dianjurkan melakukan penyaringan ulang melalui saringan bakteri steril segera
sebelum pengisian.
Masa pakai saringan steril hendaklah dibatasi untuk memastikan tidak terjadinya
pertumbuhan mikroba di dalam saringan tersebut.

e. Sterilisasi dengan Gas Etilen Oksida


Efektifitas gas etilen oksida sebagai bahan sterilisasi tergantung pada konsentrasi,
suhu, kelembaban, lamanya persentuhan dengan bahan dan tingkat kontaminasi mikroba.
Bilamana dimungkinkan hendaklah digunakan cara sterilisasi lain sebagai pilihan
daripada sterilisasi dengan gas etilen oksida.

13
Seluruh siklus sterilisasi hendaklah dipantau dengan indikator biologi yang tepat yang
ditempatkan pada seluruh muatan Catatan hasil pemantauan merupakan bagian dari catatan
bets.
Setelah sterilisasi selesai bahan hendaklah diletakkan dalam ruangan yang berventilasi
baik untuk menghilangkan sisa etilen oksida serta produk hasil reaksinya. Hendaklah diambil
langkah untuk mencegah pencemaran balik bahan yang sudah steril. Hendaklah dibuat
catatan pemeriksaan bahwa semua indikator biologi telah disingkirkan dari produk.
Selama siklus sterilisasi hendaklah dicatat waktu untuk menyelesaikan satu siklus,
tekanan, suhu, konsentrasi gas dan kelembaban dalam rongga sterilisasi.
Tekanan, suhu dan kelembaban nisbi selama satu siklus hendaklah diawasi dan dicatat
dalam suatu grafik atau dengan cara otomatik lain yang sesuai. Catatan ini merupakan bagian
dari catatan bets

f. Sterilisasi radiasi
Sterilisasi dengan cara radiasi dipakai terutama untuk mensterilkan bahan dan produk
yang peka terhadap panas. Cara ini hanya dipakai bila telah terbukti bahwa tidak ada efek
yang merugikan produk.
Radiasi yang digunakan dapat berupa sinar gamma dari radio isotop (misalnya
Cobalt-60) atau elektron berenergi tinggi yang berasal dari suatu akselerator elektron.
Radiasi dapat dilakukan oleh pabrik pembuat produk atau oleh seorang petugas di
perusahaan penerima kontrak yang memiliki fasilitas radiasi. Dalam hal ini kedua belah pihak
harus memiliki otorisasi yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Pabrik pembuat produk bertanggungjawab atas kualitas produk termasuk pencapaian
tujuan dari produk yang diradiasikan.
Selama sterilisasi dosis radiasi hendaklahrdipantau. Untuk tujuan ini hendaklah ada
prosedur pengukuran dosis yang menentukan jumlah atau ukuran dosis yang diterimaoleh
produk. Indikator biologi hendaklah dipakai hanya sebagai tambahan. Catatan hasil
pemantauan merupakan bagian dari catatan bets.
Hendaklah diberikan penandaan yang jelas untuk membedakan bahan yang sudah dan
yang belum diradiasi. Rancang bangun sarana radiasi dan penggunaan pelat peka radiasi
dapat membantu memberikan kepastian hal ini.
Jumlah wadah yang diterima, diradiasi dan dikirim keluar hendaklah direkonsiliasi
satu dengan yang lain dan didokumentasikan. Setiap penyimpangan hendaklah dilaporkan
dan dituntaskan.

14
Rentang dosis sterilisasi yang diperoleh setiap wadah dalam satu bets atau satu
pengiriman hendaklah dinyatakan secara tertulis oleh petugas radiasi. Dosis minimum
sterilisasi yang biasa adalah 2,5 megarad.
Catatan proses dan pengawasan masing-masing bets yang diradiasi hendaklah diteliti
dan ditanda-tangani oleh petugas yang ditunjuk dan kemudian disimpan. Metode dan tempat
penyimpanan catatan hendaklah disetujui bersama oleh pihak perusahaan radiasi dan pabrik
pembuat produk yang diradiasi.
Pabrik pembuat produk bertanggung jawab atas pemantauan mikrobiologi. Kegiatan
ini mencakup pemantauan lingkungan dimana produk dibuat dan pemantauan produk segera
sebelum diradiasi sesuai yang ditetapkan dalam registrasi produk.

Jenis – Jenis Sterilisasi :


1. Secara fisik
a. Panas kering
Menggunakan oven, untuk zat-zat yang tidak bisa dengan panas basah. Seperti minyk-
minyakan, serbuk yang tidak mungkin diuapkan dan lain sebagainya. Metodenya sengan
menghilangkan kelembaban dari mikroorganisme hidup sehingga organisme hidup
mengalami kerusakan dan kematian. Suhu-suhu yang biasa digunakan untuk panas kering
yaitu :
a) 170° C (340 F) sampai 1 jam
b) 160° C (320 F) sampai 2 jam
c) 150° C (300 F) sampai 2,5 jam
d) 140° C (285 F) sampai 3 jam
Panas kering juga dilakukan pada alat-alat yang tahan pada suhu di atas. Selain oven,
juga dengan pemijaran langsung, minyak dan bahan penangas lainnya.
b. Panas basah
Menggunakan autoklaf dengan suhu 1210 C, tekanan 15 1bs selama 12 menit. Ini
banyak digunakan untuk alat-alat gelas, larutan-larutan dan banyak dipakai dalam dunia
kesehatan.
Prinsipnya adalah dengan cara mendestruksi mikroorganisme dengan menggunakan
uap jenuh pada tekanan tinggi sehingga protein mikroba terkoagulasi. Bisa juga dengan
pemanasan menggunakan bakterisid dan perebusan (tapi perebusan tidak membunuh spora
jadi dilakukan dalam keadaan darurat saja).
c. UV

15
Digunakan untuk sterilisasi udara. Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk
membantu mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan.
Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut
merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm. Ketika sinar UV melewati bahan,
energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan mengubah kerektivannya. Ketika
eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul
mikroorganisme atau metabolit utamanya. Organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi.
Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel yang diperhatikan untuk menunjukkan
lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang.
2. Secara kimia
a. Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang
farmasi mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada
akhir jalur sterilisasi. Gas ini inert dan kerektifannya terhadap bahan yang disterilkan harus
mempertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin dan streptomicin kehilangan protein ketika
disterilkan dengan etileniksida. Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisid dengan alkalis dan
asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab
dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Gas : etilen oksida,
formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida dan kloropikrin.
Cairan kimia : alkohol 70%, fenol 5%.
b. Radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menebus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari
inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk
yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni
gelombang elektromagnetik (sinar X, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).

Secara garis besar, pembuatan seidaan steril di bagi menjadi 2 kategori yaitu:

1. Produk di sterilkan dalam wadah akhir (Sterilisasi Akhir)


2. Produk di proses secara aseptis pada sebagian atau semua tahap (Sterilisasi Aseptis)

1. Produk di sterilisasi terakhir

a. Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk


disaring dan disterilisasi, hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D
untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan partikulat. Bila ada risiko

16
terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena cemaran mikroba, misal,
produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba atau harus
didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses
dalam tangki tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas C.
b. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di
lingkungan minimal Kelas C.
c. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena cemaran
dari lingkungan, misal karena kegiatan pengisian berjalan lambat atau wadah
berleher-lebar atau terpaksa terpapar lebih dari beberapa detik sebelum
ditutup, pengisian hendaklah dilakukan di zona Kelas A dengan latar belakang
minimal Kelas C. Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi
umumnya hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C sebelum disterilisasi
akhir.

2. Produk di sterilisai aseptis

a. Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas


D. Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses
selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter
mikroba, hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
Kelas B.
b. Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah
dilakukan di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan
bahan dan produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar
belakang Kelas B.
c. Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah
dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
d. Transfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses beku-
kering (freeze drying) hendaklah, sebelum proses penutupan dengan stopper
selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B atau
dalam nampan transfer yang tertutup di lingkungan Kelas B.

17
Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan
disaring

2.4 SUMBER DAYA MANUSIA (PERSONALIA)

Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait dengan personalia yang
bekerja di ruang steril :

 Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama untuk
memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan
tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
 Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih;
hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan pengawasan dilaksanakan
sedapat mungkin dari luar area bersih.
 Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil yang
terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan untuk melaporkan semua
kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran
 Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar
ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap personil
yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi dengan
memadai) harus disediakan untuk tiap sesi kerja.
 Sarung tangan ecara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung tangan
hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.

Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan mengenakan
pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian ini tidak boleh
melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu menahan partikel yang
dilepaskan.

18
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Alur Penyiapan alat dan bahan

Peralatan
Penggunaan peralatan harus dipikirkan secara matang agar mendapatkan sediaan injeksi yang
steril. Baik dari segi rancangan bangunan dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai,
ditempaatkan dengan tepat dan harus terkualifikasi agar mutu sediaan benar-benar
steril. Mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjamin secara seragam dan memudahkan
pembersihan dan perawatannya.
1. Konstruksi peralatan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Peralatan sebaiknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasi bersentuhan alat khusus misalnya: pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katub bocor, tetesan pelumas dan hal
sejenis.
e. Peralatan sebaiknya dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan
dalam keadaan bersih dan kering.
f. Peralatan, pencucian dan pembersihan dipilih dan digunakan agar tidak menjadi
sumber pencemaran.
g. Peralatan yang digunakan sebaiknya tidak berakibat buruk pada produk misalnya
bersifat reaktif,aditif atau absorbtif.
h. Semua peralatan untuk pengolahan bahan yang mudah terbakar / bahan kimia
sebaiknya dilengkapi dengan perlengkapanelektris yang kedap eksplosi serta di
gunakan dengan benar.
i. Sebaiknya tersedia alat timbang dan alat ukur dan alat ketelitian untuk proses
produksi dan pengawasan.
j. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi sebaiknya tidak melepaskan serat
kedalam produk
2. Perawatan peralatan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Peralatan dirawat sesuai jadwal

19
b. Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan resiko terhadap
produk
c. Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia seperti cairan alat penguji suhu di
evaluasi dan disetujui dengan proses formal
d. Prosedur tertulis untuk perawatan perawatan hendklah dibuat dan dipatuhi.
3. Alat-alat produksi steril :
a. Autoklaf skala industry
b. Destilator WFI. Sistem operasional mesin ini mulai dari awal sampai akhir
menggunakan ”closed circuit” untuk menghindari kontaminasi atau kontak dengan
udara sehingga memenuhi syarat GMP atau CPOTB.
c. WFI Strong Tank. Digunakan sebagai wadah untuk menampung hasil proses
pembuatan WFI. Biasanya penempatanWFI Strong tank berada pada suatu ruangan
pengelolaan air dan terlindung dari sinar matahari lasung.
d. Mixing Tank. Alat pencapur cairan yang digunakan untuk sediaan steril dan pada
bahan-bahan yang memperlukan perlakuan khusus. Dengan mixing tank zat yang
akan dicamput terlindung dari kontaminan sebab berada di dalam wada yang tertutup
rapat.

3.2 Proses Produksi Sediaan Steril

Sediaan injeksi dapat berupa larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap
untuk digunakan dengan di encerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Dalam
pembuatan sediaaan injeksi harus mengikuti prosedur aseptis dengan ketat. Dimana sediaan
injeksi dibuat dengan mempertankan bebas dari bakteri. Satu persyaratan utama dari larutan
yang diberikan secara parenteral adalah jernih. Sediaan injeksi harus jernih berkilau dan
bebas dari semua zat-zat khusus yaitu semua yang bergerak, senyawa yang tidak larut, yang
tanpa disengaja ada. berikut merupakan prosedur kerja membuat sediaan injeksi secara
umum:
1. Tahap persiapan
Sebelum proses produksi dilaksanakan, tim teknisi terlebih dahulu mmempersiapkan :
A. Ruangan
Ruangan sebaiknya dipertahankan bebas dari jasad renik / bakteri dengan cara :
a) menggunakan sinar U.v
b) penyaringan udara yang masuk
c) perlatan produksi dan pakaian pekerja yang steril

20
B. Alat
Sebelum melakukan produksi tim teknisi melakukan sterilisasi alat, kalibrasi alat,
pembersihan alat, mengecek apakah alat-alatnya dalam kondisi baik dan sudah dapat
digunakan atau tidak.
C. Bahan
Sebelum melakukan produksi tim teksnisi melakukan pengecekan bahan-bahan yang
akan digunakan.
Secara umum tugas pokok dari bagian produksi adalah :
a) Melaksanakan kegiatan pengolahan dan pengemasan
b) Menyusun rencana produksi mingguan bersama bagian logistic
c) Membuat laporan kegiatan produksi sesuai peraturan per-UU-an yang berlaku
d) Menyiapkan dan merencakan sarana produksi beserta pengembangannya
e) Menentukan metode pembuatan injeksi
f) Menjalin penerapan CPOB dilingkungan bagian produksi
d. Penimbangan
a) Semprot tangan dengan etanol 70%
b) Semprot meja praktikan dengan etanol 70%
c) Penimbangan bahan dilakukan di ruangan steril
d) Penimabangan bahan dialakukan dengan menggunakan alat-alat yang sudah disterilkan.

2. Pembuatan sediaan injeksi

A. Pencampuran
Pencampuran pada sekala kecil, dilakukan di bawah LAF dan massa yang telah halus
dimasukkan ke dalam container stainless steel, kemudian diaduk dengan mixer selama 1 jam
dengan suhu massa berkisar 40-50 0C. Pada tahap ini dilakukan IPC berupa pemerian (massa
salep, warna salep), homogenitas, kadar zat aktif, dan viskositas serta diberi label.
Pencampuran pada sekala industry, bahan aktif dan pelarut mengunakan alat khusus
untuk menjaga keseterililan-nya. Maka perlu suatu alat yang mempunya kemampuan
menjaga/mempertahankan keadaan steril. Salah satu alat yang bisa digunkan adalah mixing
cair karena saat proses pencampuran berada pada ruang yang sangat tertutup. Sehingga
keseterililan bahan aktif dan tambahan bisa terjamin.
Perlu diingat/diperhitungkan jumlah pelarut yang tersedia/konsentrasi zat yang akan
dilarutkan, apakah dapat membentuk larutan yang sempurna. Misalnya dalam pembuatan inj.
Papaverin HCl 4 % dlm ampul.

21
Pelarut kadang-kadang dipakai _ aqua bebas O2 dan CO2 tergantung sifat kimia/fisika
Cara pembuatan aqua bebas O2 dan CO2 dididihkan air untuk injeksi lebih kurang 10
menit sambil mencegah hubungan dengan udara luar sesempurna mungkin, dinginkan dan
segera digunakan. Cara melarutkan akan menentukan hasil kelarutan
B. Penambahan bahan – bahan
C. Pengadukan dan pemanasan harus hati – hati terhadap stabilitas obat
D. pH larutan dan penambahan dapar
E. Filtering
Setelah proses pencampuran selesai, maka di lanjutkan pada tahap penyaringan.
Penyaringan ini dimaksudkan agar sediaan akhir yang didapat benar-benar bebas dari
partikel-partikel kasar.Bisa 1x atau lebih. Menyaring bisa dengan kertas saring, sintered Glass
Filter

F. Pengisiaan dan pengemasan


a) Wadah dikalibrasi dan volume dilebihkan sesuai ketentuan Farmakope II dan III
b) Pengisian ke ampul menggunakan spuit/buret atau alat pengisi lain
c) Setelah ampul diisi, dispul dengan uap air kemudian ditutup dengan cara melebur
d) Vial dan botol dapat diisi langsung. Tutup dengan tutup karet dan aluminium
e) Persyaratan wadah sediaan injeksi : Wadah termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi
dengan sediaan, baik secara fisik maupun kimia. Sehingga akan mengubah kekuatan dan
efektivitasnya. Bila wadah terbuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna
atau berwarna kekuningan, untuk memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis wadah gelas
yang digunakan untuk tiap sediaan biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf.
Sediaan injeksi ditempatka pada wadah dosis tunggal atau dosis ganda.

G. Sterilisasi sediaan
a) Dilakukan setelah masuk wadah akhir dengan pemanasan / penyinaran
b) Ada juga kerja aseptis / dicampur secara aseptis, bila sterilisasi akhir tidak dapat
dilakukan
c) Pemberian etiket / label
d) Etiket industry : biru. Berisi : Nama paten. Steril. Jumlah obat. Komposisi.Nomor
bets. Nomor registrasi. Tanggal kadaluarsa

22
H. Pada prosedur kerja pembuatan sediaan injeksi perlu diperhatikan :
a) cek ph dengan indikator universil/pH meter setelah volume larutan mendekati volume
yang diminta.
b) Menghilangkan pirogen dengan norit setelah larutan dibuat sampai volume yang diminta
/ direncanakan
c) Pirogen : Zat yang mengakibatkan reaksi demam apabila disuntikkan kedalam tubuh
manusia (± 10 ml )
d) cek kejernihan dari bahan yang akan dipergunakan sebagai bahan aktif injeksi
e) perlu adanya pengawet tertentu, apabila sediaan dalam multipledose sehingga dapat
terjadi kontak langsung dengan udara dan mikroba
f) perlu ditambah antioksidan dan pembuatannya dialiri gas inert.

3. 3 Sumber Daya Manusia

Seluruh karyawan hendaknya menjalani tes kesehatan baik sebelum maupun setelah
diterima sebagai karyawan selama bekerja. Jika karyawan bekerja di bagian steril hendaknya
karyawan menjaga higiene perorangan harus diterapkan oleh semua karyawan yang
berhubungan dengan proses produksi dan semua karyawan hendaknya menghindari untuk
bersentuhan langsung dengan produksi. Sehingga diperlukan pakaian pengaman yang
memadai dan sesuai dengan tugasnya.
Stuktur organisasi perusahaan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga bagian
produksi dan pengawasan dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak bertanggung
jawab satu dengan lainnya. Masing-masing mempunyai wewenang penuh dan sarana yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya serta tidak boleh memiliki kepentingan lain diluar
organisasi pabrik yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya.
Kepala bagian produksi maupun penanggung jawab mutu hendaklah seorang apoteker
yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai di bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan pelaksanaan tugasnya secara profesional. Untuk menunjang dan membantu
tugasnya dapat ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk melaksanakan
supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Selain itu tersedia juga tenaga
yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan
produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan.

23
Dalam hal ini persyaratan untuk personalia terdiri dari dua klasifikasi, yaitu secara
teknis dan non teknis, untuk teknisnya berupa persyaratan awal yang harus dilalui sebelum
menjadi pekerja dan non teknisnya berupa persyaratan selama berlangsungnya pekerjaan.
Jumlah karyawan hendaknya cukup serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya serta kesehatan mental dan fisik, sehingga mampu
melaksanakan tugasnya secara professional.

1. Syarat-syarat personalia dalam produksi :


a) Personalia hendaknya mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya dan tersedia dalam jumlah yang
cukup.
b) Personalia hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.

2. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh personalia adalah:


a) Persyaratan teknis (pra produksi meliputi pakaian dan kesehatan kulit serta lain-lain)
b) Persyaratan teknis adalah persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan dan harus
dilakukan oleh karyawan, misalnya tidak cacat fisik dan mental, mampu melaksanakan
tugas yang telah diberikan oleh perusahaan dan mempunyai kemampuan yang cukup pada
bidangnya.
c) Sebelum melaksanakan pekerjaannya, terlebih dahulu para pekerja juga harus
memperhatikan persiapan yang benar untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja,
meliputi:

24
3. Struktur Organisasi di Industri Farmasi

STRUKTUR ORGANISASI INDUSTRI FARMASI

PRESIDENT
DIRECTOR

HRD MANAGER PLANT MANAGER MARKETING MANAGER FINANCE MANAGER

QA MANAGER
TECHNIC R&D PRODUCTI QC/LAB PPIC
AL MANAGER ON MANAGER MANAGER INT. AUDITOR
MANAG MANAGER
ER

VALIDATION OFF.
LAB SUPERVISOR
PRODUCTION
PRODUCT SUPERVISOR
DEV. PRODUCT
MICROBIOLOGY
STABILITY
PACKAGING
DEV. PACKAGING IPC SPV.
SUPERVISOR
REGISTRATION OFF.

Berikut adalah masing – masing tugas dari struktur organisasi didalam industri
farmasi.

A. President Director
 Memutuskan dan menentukan peraturan dan kebijakan tertinggi
perusahaan.
 Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan perusahaan.
 Bertanggung jawab atas kerugian yang dihadapi perusahaan termasuk juga
keuntungan perusahaan.

25
 Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan
dunia luar

B. HRD Manager
1.Mengelola dan Mengembangkan Sistem HR di dalam Perusahaan
2. Menjadi Penghubung Antara Manajemen dan Karyawan
3. Bertanggung Jawab Penuh terhadap Absensi & Payroll
4. Membentuk Format Terbaik Proses Rekrutmen dan Orientasi
5. Melakukan Evaluasi Tingkat Kepuasan Karyawan
6. Merencanakan Pelaksanaan Training dan Mengevaluasinya
7. Mengelola dan Mengendalikan Anggaran Belanja SDM
8.Bertanggung jawab terhadap proses Penilaian Kinerja Karyawan
C. Plant Manager
a) Mengontrol kinerja manajer
b) Bertanggung jawab atas keseluruhan pabrik atau perusahaan
c) Mengontrol bisnis plant yang telah dibuat terhadap kondisi yang ada
di lapangan
d) Secara berkala mengadakan pertemuan guna melakukan peninjauan
ulang terhadap semua kegiatan yang telah dan sedang berjalan.
e) Memeriksa pencapaian program serta memberi masukan – masukan
terhadap persoalan yang dihadapi serta memberikan ide – ide perbaikan
f) Memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan dan menilai secara
langsung pelaksanaan kegiatan di lapangan

D. Marketing Manager

 Melakukan perencanaan strategi pemasaran dengan memperhatikan trend


pasar dan sumber daya perusahaan.
 Merencanakan marketing research yaitu dengan mengikuti perkembangan
pasar, terutama terhadap produk yang sejenis dari perusahaan pesaing.
 Melakukan perencanaan analisis peluang pasar.
 Melakukan perencanaan tindakan antisipatif dalam menghadapi penurunan
order.
 Menyusun perencanaan arah kebijakan pemasaran
 Melakukan identifikasi dan meramalkan peluang pasar.

26
 Merencanakan pengembangan jaringan pemasaran.

E. Finance Manager

 Menyediakan dan menafsirkan informasi keuangan


 Memantau dan menafsirkan arus kas dan memprediksi tren masa depan
 Menganalisis perubahan dan memberi nasihat yang sesuai kepada
manajemen
 Merumuskan rencana bisnis strategis dan jangka panjang
 Meneliti dan melaporkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bisnis
 Menganalisis pesaing dan tren pasar
 Mengembangkan mekanisme manajemen keuangan yang meminimalkan
risiko keuangan
 Melakukan tinjauan dan evaluasi untuk peluang pengurangan biaya
 Mengelola sistem akuntansi, pemantauan dan pelaporan keuangan
 Berhubungan dengan auditor untuk memastikan pemantauan tahunan
dilakukan
 Mengembangkan hubungan eksternal dengan kontak yang sesuai, misalnya
auditor, pengacara, bankir dan organisasi hukum seperti Pendapatan Darat
 Menghasilkan laporan keuangan yang akurat hingga batas waktu tertentu
 Mengatur, mengelola dan mengeksekusi tujuan anggaran
 Mengatur sumber keuangan baru untuk fasilitas hutang perusahaan
 Pengawas
 Mengikuti perubahan peraturan keuangan dan perundang-undangan

E. TECHNICAL MANAGER
Bertugas merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan teknik
sehingga dapat menjamin kelancaran operasional mesin produksi dan sarana
penunjang. Membuat perencanaan kerja yang diselaraskan dengan tujuan manajemen
khususnya dalam kegiatan yang menyangkut teknik. Menjaga pelaksanaan perawatan
dan perbaikan mesin.
F. R & D MANAGER

Departemen R&D, secara umum, bertujuan untuk menciptakan inovasi agar


dapat menghasilkan diferensiasi demi perkembangan produk yang berkesinambungan.
Tugas utama dari Manajer R&D adalah bertanggung jawab atas perkembangan

27
produk dan usaha yangdapat diraih melalui pengetahuan mengenai marketing.Hal-hal
yang harus dilakukan oleh Manajer R&D, yaitu:

a) Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara intensif untuk
memperkuat pengetahuan yang dapat menyokong implementasi dari
perkembangan proyek dan riset – riset dasar.

b) Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk, riset dasar,


dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit yang bersangkutan.

c) Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah yang


berkaitan dengan perumusan/ resep, bahan baku, proses secara teknis,
material pengemasan, dan proses sanitasi.

d) Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan dengan SOP,


proses produksi, pemanduan analisis, dan kehalalan produk.

G. PRODUCTION MANAGER

 Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi


 Menilai proyek dan sumber daya persyaratan
 Memperkirakan, negosiasi dan menyetujui anggaran dan rentang waktu
dengan klien dan manajer
 Menentukan standar kontrol kualitas
 Mengawasi proses produksi
 Me re-negosiasi rentang waktu atau jadwal yang diperlukan
 Melakukan pemilihan, pemesanan dan bahan pembelian
 Mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan rutin peralatan produksi
 Menjadi penghubung dengan pembeli, pemasaran dan staf penjualan
 Mengawasi pekerjaan staf junior

H. QC/LAB MANAGER

a. Mengawasi pelaksanaan semua POB apakah telah dijalankan dengan


benar sesuai dengan ketentuan yang dibuat.
b. Menganalisa kegagalan produksi, mendiskusikannya dengan bagian-
bagian terkait serta mencari sebab-sebab dan jalan keluarnya.

28
c. Mengevaluasi dan menetapkan stabilitas produk/bahan dan menetapkan
standar sesuai dengan data-data yang ada.
d. Menjalin jejaring kerja dengan instansi pemerintah terkait.
e. Membuat laporan berkala dan laporan-laporan lain yang diminta oleh
atasan atau bagian-bagian lain.
f. Bertanggung jawab atas ketersediaan spesifikasi dan metode uji bahan
awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi serta POB pengawasan
selama proses produksi.
g. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan seluruh aktifitas
Bagian Pengawasan Mutu mencakup pelaksanaan tugas di laboratorium
fisika kimia, mikrobiologi, pelaksanaan pengawasan selama proses
produksi.
h. Bertanggung jawab atas keputusan meluluskan atau menolak bahan awal.
i. Bertanggung jawab atas keputusan meluluskan, menolak, atau
memproses ulang produk yang diproduksi maupun menghentikan proses
produksi bila diperlukan.
j. Bertanggung jawab untuk memeriksa Catatan Pengolahan Bets dan
Catatan Pengemasan Bets.
k. Bertanggung jawab untuk pengembangan dan pelatihan karyawan
bawahannya, menjaga disiplin, memelihara, memotivasi kerja dan
melakukan evaluasi terhadap karyawan bawahannya.

I. PPIC MANAGER

a. Menyediakan pemesanan dari bagian marketing dan menyusun rencana


produksi sesuai dengan pesanan marketing
b. Memenuhi permintaan contoh produk dari bagian marketing perusahaan
serta melakukan pemantauan dalam proses pembuatan contoh produk ke
tangan konsumen langganan
c. Menyusun rencana pengadaan bahan yang didasarkan atas forecast dari
marketing melalui pemantauan kondisi stock barang yang akan diproduksi
d. Melakukan monitoring pada bagain inventory pada proses produksi,
penyimpanan barang di gudang maupun yang akan didatangkan pada

29
perusahaan sehingga saat proses produksi yang membutuhkan bahan dasar
bisa berjalan dengan lancar dan seimbang
e. Membuat jadwal proses produksi sesuai dengan waktu, routing dan jumlah
produksi yang tepat sehingga menjadikan waktu pengiriman produk pada
konsumen bisa dilakukan secara optimal dan cepat
f. Menjaga keseimbangan penggunaan mesin perusahaan sehingga tidak ada
mesin produksi yang overload atau malah jarang digunakan oleh
perusahaan produksi
g. Melakukan komunikasi dengan bagian marketing untuk memastikan
penyelesaian masalah produksi

J. QA MANAGER

a) Menyusun kebijakan kualitas perusahaan, procedure kerja, instruksi kerja,


dan kelengkapan dokumen yang berhubungan degan proses pelaksanaan
system kualitas perusahaan
b) Mengkomunikasikan serta mengevaluasi kinerja perusahaan berdasarkan
data di
lingkup perusahaan maupun data yang diperoleh dari pelanggan
c) Menyusun system dan rencana yang di inginkan oleh pelangaan dan
diterapkan dalam lingkup perusahaan
d)Membantu proses analisa dari suatu masalah yang terjadi dan
mendiskusikan hasil temuan masalah tersebut kepada pihak management
e) Melakukan pengawasan dan fungsi control dari segi proses yang
berhubungan dengan kualitas ke semua lini perusahaan baik dalam bentuk raw
material dan barang yang sudah menjadi garment sampai waktu shipment
f) membuat materi training internal perusahaan maupun meneruskan training
yang dilakukan oleh pelanggan, serta menyiapkan segala hal yang berkaitan
langsung dengan materi training dan melaporkannya sebagai bukti dari
aplikasi telah di adakan nya training.
g) Menyusun dan mensupervisi langsung proses pelaksanaan pelatihan bagi
karyawan
h)Menilai kinerja, dan mengakomodasi semua masukan personel di lingkup
department QA

30
i) mengkomunikasikan dan supervise pelaksanaan quality management system
perusahaan yang perlu di aplikasikan di OUT SOURCED Supplier.
K. INT. AUDITOR

Tugas dan tanggung jawab UAI sesuai dengan Piagam Audit Internal antara lain
mencakup:

 Membantu Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Komite Audit dalam


penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
 Menyusun dan melaksanakan rencana kerja Audit Internal tahunan
berdasarkan hasil analisis risiko (risk-based audit)
 Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan sistem
manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan
 Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan
yang diperiksa pada semua tingkat manajemen
 Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada
Presiden Direktur dan Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit
 Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
(corrective action) perbaikan yang telah disarankan;
 Bekerja sama dengan Komite Audit dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Komite Audit
 Koordinasi dengan Unit Audit Internal yang berada di dalam Grup
PerusahaanL. VALIDATION OFF
M. PRODUCT STABILITY
 Melakukan identifikasi kapabilitas, dan memastikan perusahaan hanya
mengerjakan order untuk produk yang secara teknis sudah sangat dikuasai
teknik prosesnya, tujuannya adalah untuk mencapai kestabilan di produksi
baik untuk aspek kualitas maupun produktivitas.
 Melakukan identifiksi produk berdasarkan family process, untuk
mengoptimalkan performance dari proses.
N. PRODUCT DEV.
1. Mempelajari dan mendalami product-product sendiri
2. Mempelajari dan mendalami product-product kompetitor
3. Mempelajari dan mendalami situasi market untuk masing-masing product

31
4. Memberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan product sendiri dan
perbandingannya terhadap product kompetitor
5. Menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan dinas-dinas pemerintah terkait
6. Memantau & mengikuti perkembangan mengenai perizinan & sertifikat terhadap
product seperti RSNI & SNI, uji lab & kelengkapannya, sertifikasi product ke Dinas
Kementrian
7. Mempelajari potensi nilai jual yang dapat dikembangkan dari setiap product
8. Melengkapi seluruh kebutuhan terkait dengan perizinan & sertifikasi terhadap
product tersebut sehingga memberikan nilai jual yang nyata terhadap product tersebut
9. Mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan pemeriksaan dan pendaftaran
merek dagang sampai ke rencana penerapannya
10. Melakukan join visit dengan team internal ataupun melakukan gathering bersama
dengan customer untuk keperluan promosi, edukasi product dan nilai jual product
O. PACKAGING DEV.
 Melakukan pengembangan packaging secondary untuk produk-produk
farmasi, dengan mempertimbangkan berbagai kualifikasi seperti kualitas,
fungsi, COGS, dan lain sebagainya
 Menentukan dan menyiapkan aktivitas validasi dari aplikasi packaging dalam
kaitannya dengan proses manufacturing
 Pelaksanaan proses improvement dalam kaitannya dengan aplikasi packaging
agar proses di manufacturing dapat berjalan dengan baik, lebih efektif dan
menciptakan cost saving
P. REGISTRATION OFF
 Menerima dan Menjawab Telepon.
menerima panggilan telepon dari pihak lain setelah diteruskan oleh resepsionis
atau bagian Front Office (FO).
 Membuat Agenda Kantor
Tidak semua perusahaan memiliki sekretaris, khususnya di perusahaan kecil.
Jadi biasanya staf administrasi perkantoran lah yang merangkap sebagai
sekretaris. Sehingga apabila ada relasi dari luar yang akan bertemu dengan
divisi lain atau bahkan pimpinan langsung, maka tugas administrasi
perkantoran adalah untuk menyiapkan agenda jadwal pertemuan
(appointment), kemudian meneruskannya pada pimpinan dan relaspul

32
 Entry Data Perusahaan.
Boleh dibilang, melakukan input dan pengolahan data (entry data) merupakan
tugas administrasi perkantoran yang paling utama. Mulai dari data transaksi
dari klien, data-data konsumen, dan sebagainya sebelum diteruskan ke bagian
akuntan. Di beberapa perusahaan kadang malah admin bertindak sebagai
akuntan pula.
 Arsip Data.
Arsip data ada 2 macam, arsip data fisik dan elektronik. Arsip data fisik
misalnya berupa bukti transaksi pembayaran seperti kwitansi, faktur, struk dan
sebagainya, surat jalan, laporan harian, faktur pajak dan sebagainya yang
biasanya disimpan dalam wadah khusus kemudian ditempatkan di ruangan
khusus arsip pula sebagai data perusahaan.
Q. PRODUCTION SUPERVISOR
-Mengatur dan memastikan bahwa obat dibuat sesuai prosedur dan jadwal
yang telah ditentukan
-Menjamin pembuatan obat sesuai dengan p engolahan
b a t c h d a n prosedur pengemasan batch
-Menjamin semua peralatan yang dibutuhkan selalu siap pakai danterjaga
keadaan dan kebersihannya
-Menjaga kebersihan peralatan dan tempat kerja
- M e n g a t u r d i s i p l i n b a w a h a n , m e n j a g a s u a s a n a k e r j a ya n g
b a i k d a n membimbing bawahan dalam hal teknis
R. PACKAGING SUPERVISOR
 Bertanggung jawab memantau oprasional packaging di seluruh perusahaan
 Memastikan packaging dilakukan sesuai sop yang berlaku
 Membuat sop baru jika diperlukan
S. LAB SUPERVISOR
-Mengatur dan memastikan semua sample dianalisis sesuai dengan yang
ditentukan dan sesuai urutan prioritas
-Menjamin kebenaran hasil analisis yang dilaporkan
-Menjamin peralatan dan pereaksi yang dibutuhkan ada dalam
jumlah yang cukup dan digunakan sesuai kebutuhan
-Menjaga kebersihan peralatan dan tempat kerja
- M e n g a t u r d i s i p l i n b a w a h a n d a n m e n j a g a s u a s a n a k e r j a ya n g
b a i k d a n membimbing bawahan dalam hal teknis

33
T. MICROBIOLOGY
 mengetahui komposisi, struktur, dan zat kimiawi dalam mikro-organisme yang
ia teliti.
 memahami zat-zat kimia yang digunakan dalam penelitiannya.
 menerapkan aturan dan metode ilmiah dalam penelitiannya.
U. IPC SPV.
 Melakukan review batch record untuk pelulusan produk jadi
 Melakukan monitoring terhadap pemenuhan CPOB di produksi
 Mengkoordinasikan tugas inspector IPC Produksi pengolahan dan
pengemasan
 Menangani penyimpanan batch dan non batch dan melakukan investigasi
terhadap penyimpangan tersebut
3.4 Sarana dan Prasarana

Sanitasi Bangunan dan Fasilitas


1. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah di desain dan di
konstruksi dengan tepat untuk memudahkan di sanitasi yang baik.
2. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang
baik dan tempat cuci bagi para personil yang letaknya mudah diakses dari area
pembuatan.
3. Hendaklah disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil
dan milik pribadinya di tempat yang tepat.
4. Penyiapan, penyiapan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah
dibatasi diarea khusus misalnya kantin. Sarana ini hendaklah memenuhi standar
saniter.
5. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk, sampah hendaklah dikupulkan di dalam
wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bagunan dan
dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter.
6. Rodentisida, insektisida, agen fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari
peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan sedang diproses atau produk jadi.
7. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida
agen fungisida, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut
hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap terhadap
peralatan, bahan awal, bahan pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida,
insektisida dan fungisida hendaklah tidak digunakan kecuali sesuai peraturan terkait.

34
8. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukan penanggung jawab untuk sanitasi
serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan
yang harus digunakan untuk membersihkan sarana dan bangunan. Prosedur terkait
hendaklah di patuhi.
9. Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor atau karyawan sementara maupun karyawan purna waktu selama
pekerjaan operasional biasa.
10. Segala praktik tidak higienis diarea pembuatan atau area lain yang dapat berdampak
merugikan terhadap mutu produk hendaklah dilarang.
11. Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril di atur dalam persyaratan lain.

35
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Alur penyiapan alat dan bahan yang sesuai dengan CPOB adalah alat yang sudah
dapat di gunakan dan dalam kondisi yang baik.
2. Proses produksi sediaan steril mulai dari pencampuran sampai dengan penutupan
wadah dilakukan sedemikian rupa sesuai dengan CPOB
3. Sumber Daya Manusia atau Personalia masing-masing mempunyai wewenang
penuh dalam melaksanakan tugasnya secara profesional.
4. Sarana dan Prasarana dalam proses produksi di desain dan di konstruksi dengan
baik untuk memudahkan para pekerja dalam mencapai mutu yang sesuai dengan
CPOB.

36
Daftar Pustaka

1) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
2) Herawati, F. Beyond Use Date Produk Steril.2012.repository.ubaya.ac.id
3) Farmakope Indonesia Edisi III
4) Ridwan,Ali. Jurnal Praktikum Teknologi Sediaan Steri.2012. jurnalsteril
5) http://idarotussaadah.blogspot.com/ di akses 7 oktober 2019
6) eprints.umm.ac.id/23511/2/jiptummpp-gdl-mahartrisy-41279-babi.pdf di akses 7 oktober
2019
7) https://teknonatura.wordpress.com/2018/12/13/larutan-irigasi-dan-dialisis-peritonial/ di
akses 8 oktober 2019
8) https://iwanpharm.blogspot.com/2014/03/produksi-steril-tekhnologi-sediaan_3468.html di akses
19 oktober 2019
9) https://wailineal.blogspot.com/2014/02/tugas-manager-pengawasan-mutu-quality.html di
akses 21 Oktober 2019
10) https://www.pahlevi.net/tugas-manajer-keuangan/ di akses 21 oktober 2019
11) https://tumpi.id/tugas-manajer-pemasaran-dalam-perusahaan/amp/ di akses 21 Oktober
2019
12) https://enggalan.wordpress.com/2014/07/22/tugas-tugas-dalam-struktur-organisasi-
dalam-perusahaan/ di akses 21 Oktober 2019
13) https://enggalan.wordpress.com/2014/07/22/tugas-tugas-dalam-struktur-organisasi-
dalam-perusahaan/ di akses 21 Oktober 2019
14) https://www.linovhr.com/tugas-hrd-manager/ di akses 21 Oktober 2019
15) h t t p : / / p p i c 1 9 0 8 . b l o g s p o t . c o m / 2 0 1 6 / 0 8 / j o b - d e s k r i p s i - d a n - t u g a s -
ppic.html di akses 21 Oktober 2019
16) http://jobsinfopedia.blogspot.com/2016/08/pengertian -tugas-
tanggung-jawab-manajer.html di akses 21 Oktober 2019
1 7 ) https://docplayer.info/41135222-Tugas-dan-tanggungjawab-quality-assurance-qa-
jaminan-mutu.html di akses 21 Oktober 2019

37
18) https://hasim319.wordpress.com/2012/04/05/tugas-wewenang-tanggung-jawab-dan-etika-
direktur-utama/
19) https://gatoet11.wordpress.com/2015/12/08/tanggung -jawab-
bagian-organisasi-perusahaan/

20) http://shiftindonesia.com/expert-corner-planning-stability-
discipline

38

Anda mungkin juga menyukai